BAB V PENUTUP. pengalaman yang tidak terduga. Saya bertemu dengan orang-orang yang dulunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

1) Mendefinisikan Konsep kegiatan pengajian rutin Majelis Dzikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

I. PENDAHULUAN. Menurut Light, Keller dan Calhoun (1989: ) bahwa perubahan sosial

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cabang dan gerakannya yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah yang dilakukan umat muslim dari tahun ke tahun terus

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan Agama, yaitu Islam, Hindu, Kristen Protestan, Katholik, Buddha dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India

BAB VI PENUTUP. dapat menetapkan kesimpulan sebagai berikut ini. Tulungagung secara umum terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dan citra diri (Studi Fenomenologi pada Jama ah Wanita Masjid Imam Ahmad

10 Bekal Dakwah Pemuda Islam

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

PROSESI PRANIKAH DAN NIKAH HERVI FIRDAUS

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB V PEMBAHASAN. A. Efektifitas Remaja Masjid Al-Istiqomah Dalam Pembinaan Kehidupan. 1. Kegiatan Remaja Masjid Yang Mengarah Pada Kehidupan Beragama

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

Assalamualaikum Wr. Wb

PENDAHULUAN. Keadaan masjid mencerminkan keadaan umat Islam. Makmur dan. ditandai batas-batasnya, beratapkan ranting dan dahan kering, hanya di

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB VI PENUTUP. 1. Konversi Agama Pengikut Jama ah Tabligh di Desa Kutoanyar

BAB IV ANALISIS SISTEM MARKETING TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH CALON ANGGOTA DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.maju mundurnya

Salah Faham Terhadap Hadith

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat di kota-kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Masjid mudah

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

الحاج عند الوصول إلى الميقات باللغة اإلندونيسية

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang


SATUAN KEGIATAN LAYANAN DASAR UMUM BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

Dialihbahasakan oleh: Ummu Abdullah. Desain Sampul: Ummu Zaidaan. Edisi Revisi ke III

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB V PENUTUP. sebelmunya tentang pandangan Jama ah Tablig tentang Keluarga Sakinah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang memiliki peran

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Haji adalah wujud ketundukan seorang Muslim kepada Rabb-nya secara sempurna.

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. karena keluarga adalah tempat belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

3 Wasiat Agung Rasulullah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Umur Untuk Amal Shaleh

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV DAMPAK POLIGAMI TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PEMBUKAAN PELATIHAN PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

SOEKARWO, Pelaksana Tugas yang Sarat Pertimbangan

BAB IV ANALISIS A. Konsep Poligami dalam ormas LDII

Oleh : Ir. Saptawati

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berjamaah di SMP Assalaam Bandung secara umum adalah sebuah upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam menyelesaikan tulisan ini, saya menemukan banyak sekali pengalaman yang tidak terduga. Saya bertemu dengan orang-orang yang dulunya saya abaikan. Maksudnya, sebelum melakukan penelitian ini, saya pernah melihat pengikut Jama ah Tabligh di masjid-masjid, tetapi tidak sedikitpun ada rasa ingin tahu muncul dalam diri saya tentang mereka. Bahkan kadang muncul rasa sinisme, di mana saya menganggap kehidupan mereka jauh dari dunia modern. Dengan gaya pakaian gamis, baju terusan, memakai sorban, tentu berbeda dengan masyarakat pada umumnya yang memakai celana, baju, dan juga dasi. Bagi wanita memakai jilbab panjang dan cadar, tentu berbeda dengan wanita pada umumnya. Harus saya akui bahwa saya sering membatin dan mempertanyakan pakaian kelompok yang cenderung berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam hal ini adalah mereka yang sering menggunakan gamis, bagi pria, dan menggunakan jilbab panjang dan cadar, bagi perempuan. Saya merasa jika berpakaian demikian akan membatasi gerak, ribet, terutama bagi yang perempuan. Saya juga kerap membatin, ini kan Indonesia, bukan Timur Tengah. Gamis dan cadar itu kan pakaian Timur Tengah. Kita punya tradisi berpakaian sendiri. 116

117 Setelah melakukan penelitian ini, saya merasa harus ada yang diubah dari cara berpikir di atas. Saya harus berpikir ulang berkenaan dengan pandangan bahwa berpakaian ala Timur Tengah adalah ribet dan membatasi ruang gerak sehingga menjadi tidak nyaman. Kenapa? Menurut saya, apa yang saya utarakan pada paragraf sebelumnya mengandung unsur justifkasi-subjektif, tanpa mempertimbangkan subjek yang menjadi perbincangan. Saya tidak sadar bahwa saya sedang melakukan klaim, tetapi tidak melibat mereka sebagai pelaku dalam pandangan yang saya kemukakan. Dalam beberapa kesempatan, ketika mengikuti kegiatan bersama pengikut Jama ah Tabligh, saya melihat mereka tidak tampak susah dalam berpakaian, bahkan mereka menikmatinya. Mereka merasa bangga dengan pakaian yang mereka gunakan. Bangga karena menurut mereka pakaian yang mereka gunakan adalah pakaian yang dulu juga digunakan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Kami ingin sedekat mungkin dengan apa yang Rasulullah pakai. Demikian ucap salah seorang dari mereka. Berkenaan dengan ritual khuruj, saya melihat seluruh pengikut Jama ah Tabligh sangat ingin dan senang menunaikannya. Mereka menikmati dan bahkan berlomba-lomba untuk bisa menyelesaikan semua tahapan yang sudah ditentukan sebagaimana sudah saya sebutkan pada bab-bab terdahulu. Mereka rela mengorbankan waktu dan uang untuk melakukan khuruj. Mereka menganggap khuruj adalah bagian dari pelaksanaan sunnah-sunnah Nabi. Karena Nabipun dahulu melakukannya, dalam artian mengajak masyarakat Mekkah untuk kebaikan. Mereka yakin untuk melaksanakan khuruj hanya perkara waktu saja,

118 kalau usaha dan niat kita kuat, insyaallah ada jalannya. Demikian salah seorang meyakinkan saya. Saya melihat untuk ritual khuruj ini memang terkadang ditemukan kendala dalam praksisnya. Terutama untuk khuruj yang memakan waktu lama. Dan ini umumnya terjadi bagi Jama ah yang sudah berkeluarga. Mereka harus mempertimbangkan bagaimana anak dan istri pada saat khuruj. Juga keadaankeadaan tertentu yang tidak terduga. Untuk penyelesaian problem, biasanya didiskusikan pada saat pertemuan halaqah. Mereka yang akan melakukan khuruj tingkat lanjut mengungkapkan problem-problem apa saja yang dihadapi. Hal lain berkenaan dengan khuruj, yang menurut saya penting untuk diketahui oleh banyak orang, bahwa mereka mengajak warga sekitar masjid untuk shalat berjama ah tidak dengan paksaan. Prinsipnya adalah mengajak, merangkul, urusan mau atau tidak, mereka tidak peduli. Yang paling penting bagi mereka adalah mengajak kepada kebaikan. Jika orang yang diajak tidak berkenan, itu urusan pribadi masing-masing. Saya pernah bertanya, kenapa demikian. Bagi saya itu sia-sia. Tapi tidak dengan mereka. Tugas kami ini hanya mengajak dan mengingatkan saja. Kami hanya bercerita tentang kisah Rasulullah dan para sahabatnya yang pantas untuk dteladani. Kalau mereka tidak mau ikut, kami tidak paksa. Itu pilihan saja. Prinsip inilah yang bagi saya merupakan kekuatan Jama ah Tabligh. Mereka mengajak dengan baik. Tidak memaksakan. Cara ini menurut saya relatif berhasil karena seperti yang saya alami di masjid al-muhtadin Karangbendo, jumlah jama ah bertambah ketika mereka secara langsung memanggil ke rumah-

119 rumah warga. Walaupun sebetulnya ini tidak bertahan lama. Ketika Jama ah Tabligh ini pergi, jama ah masjidpun berkurang. Yang saya sebutkan di atas adalah dimensi ideal, atau normatifnya. Ada sisi lain yakni sebagai fungsi sosial. Pertama, menjadi arena berkumpul dan silaturrahmi. Silaturahmi menjadi kata kunci penting dalam Jamaah Tabligh. Silaturahmi adalah mengikat tali pertemanan, membangun tali persahabatan. Mereka membangun hubungan kepada siapa saja dan selalu terlihat akrab. Pertemanan ini dibangun atas dasar sesama muslim dan dibawah paying Jamaah Tabligh. Kedua, menunjukkan eksistensi (identitas). Fungsi ini mungkin dilakukan tidak sengaja atau tanpa sadar. Tapi ketika mereka melakukan hal yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya, maka disitulah fungsi eksistensi berlaku. Mereka menggunakan gamis adalah salah satu cara untuk menunjukkan keberadaan mereka. Mereka melakukan khuruj adalah bagian dari sosialisasi gerakan Jamaah Tabligh di kalangan masyarakat. Ketiga, fungsi belajar mengajar (edukatif). Fungsi ini adalah bagian penting dari ritual khuruj. Di samping mengajak masyakarat untuk shalat berjamaah di masjid/mushallah, mereka juga menyampaikan pesan-pesan kebaikan di dalam ceramahnya. Dan mereka akan sangat senang sekali jika ada masyarakat yang bertanya tentang apa yang mereka lakukakn (baca: khuruj). Keempat, menggerakkan organisasi. Dalam kajian antropologis, Jamaah Tabligh disebut sebagai organisasi sosial atau lembaga sosial yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang mengusung nilai-nilai tertentu untuk tujuan

120 tertentu. Setidaknya ada empat syarat agar terbentuknya sebuah organisasi sosial (dalam Pujileksono, 2015: 54). Pertama, adanya visi dan misi. Biasanya visi dan misi ini menjadi ciri khas sehingga menjadi pembeda dengan organisasi sosial lainnya. Kedua, adanya struktur atau hierarki kedudukan, baik itu tertulis secara formal ataupun informal. Ketiga, adanya keselarasan tujuan di antara para anggota. Dan keempat, adanya wilayah kerja yang jelas. Maksudnya berdasarkan hierarki kedudukan, jelas siapa mengerjakan apa. Kelima, membangun soliditas. Soliditas adalah keteguhan dan kekokohan. Yang dimaksud di sini ialah dengan menjalankan ritual khuruj mereka tengah membangun jejaring sosial untuk kemudian dengan sendirinya terbentuk soliditas. Soliditas ini terwujud jika ada sikap saling percaya di antara para anggota. Saling percaya ini bentuknya menerima dan memberi. Berkenaan dengan peran keluarga, hampir tidak saya temukan ada yang menolak ritual khuruj. Ini karena memang keluarga memiliki beberapa fungsi, yaitu, pertama adalah fungsi agama. Ini menjadi fungsi utama bagi keluarga Jamaah Tabligh. Keluarga harus menjadi media untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Keluarga harus menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan-kebaikan yang diajarkan oleh agama. Kedua, fungsi dakwah. Peran keluarga untuk menyampaikan pesan-pesan agama dan kebaikan adalah hal yang niscaya dalam keluarga Jamaah Tabligh. Keluarga akan dimaksimalkan perannya dalam mengajak orang lain untuk mengamalkan apa-apa yang sudah ditentukan oleh Nabi Muhammad. Dakwah menjadi ruh daripada keluarga.

121 Ketiga, fungsi edukatif. Keluarga menjadi tempat di mana proses pendidikan berjalan. Istri dan anak-anak diajarkan hal-hal yang menurut bapak adalah baik dan sesuai dengan praktik Nabi Muhammad. Nilai-nilai tabligh biasanya masuk kepada anak-anak melalu pintu keluarga. Anak diajarkan prinsipprinsip yang ada dalam Jamaah Tabligh. Keempat, fungsi biologis. Fungsi ini nyaris luput dari amatan saya. Ada satu prinsip yang masih kuat mengakar di kalangan Jamaah Tabligh yakni, banyak anak, banyak rejeki. Pandangan ini berkembang hampir merata. Sehingga tidak heran kemudian anggota Jamaah Tabligh memiliki banyak anak, dan bahkan juga istri. Berpoligami adalah hal yang disunnahkan jika syarat dan ketentuannya bisa dipenuhi. Dan yang kelima adalah fungsi soliditas. Keluarga dibangun dan dijaga sedemikian rupa sehingga ia menjadi kokoh dan kuat. Keluarga menjadi unit terkecil dari terbentuknya soliditas di kalangan Jamaah Tabligh. Misalnya saja keluar A bertemu dengan keluarga B. Kemudian saling kenal dan berinteraksi. Dan dari situ dibangun soliditas. Bapak kepada istri dan anaknya menanamkan rasa ikatan batin dan emosional kepada aktfitas-aktfitas ketablighan yang ditekuni olehnya. B. Saran-saran Setelah melewati proses penelitian ini, ada beberapa hal yang menjadi catatan saya. Catatan ini semacam bentuk saran atau rekomendasi bagi penelitipeneliti berikutnya jika ingin mengambil topik pembahasan yang sama dengan

122 apa yang saya lakukan. Sudah barang tentu saran-saran ini dimaksudkan agar penelitian berikutnya bisa lebih komprehensif dan sempurna. Pertama, untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan komprehensif, disarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengikuti secara sempurna ritual khuruj. Hal ini untuk mendapatkan suasan kebatinan yang dialami oleh Jama ah Tabligh yang itu tidak diperoleh oleh mereka yang tidak berada dalam lingkar Jamaah tabligh. Menurut saya ini penting karena beberapa hal yang awalnya tampak tidak logis, ketika dapat mengikuti secara lengkap, maka pada saat itu juga kita akan merasakan hal yang sama seperti yang mereka rasakan. Kedua, perlu membekali diri dengan teknik-teknik penelitian antropologis dengan baik dan benar. Ini akan sangat membantu dalam mengumpulkan data dan bagaimana menatanya dalam sebuah tulisan yang apik. Insting antropologis yang kuat adalah modal yang sangat baik. Apalagi memasuki wilayah yang tidak semua orang bisa menyentuhnya. Demikian tulisan ini saya buat, semoga bermanfaat.