GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 852/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGEMBANGAN DUNIA USAHA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2013 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA PROVINSI JAMBI

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM DI DAERAH

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 6 Tahun 2016 Seri E Nomor 4 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI BODRI KUTO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 75 /KPTS/013/2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2011

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

N OMOR 13 TAHUN 20 14

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN NOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, maka diperlukan komitmen Pemerintah Daerah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015; b. bahwa untuk mewujudkan komitmen sebagaimana dimaksud huruf a Pemerintah Daerah menetapkan suatu kebijakan berbasis masyarakat yang berkualitas, sistematis dan berkelanjutan dalam rangka merubah prilaku masyarakat dalam mendapatkan akses terhadap sanitasi yang layak; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Gerakan Buang Air Besar Sembarangan Nol; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah dan Perubahan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1284) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1622); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 6. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa; 11. Peratutan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; 12. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2015; (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 40); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG GERAKAN BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN NOL.

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Tengah. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah. 4. Provinsi adalah Provinsi Kalimantan Tengah. 5. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Tengah. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah yang terkait langsung dengan Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat. 7. Gerakan Buang Air Besar Sembarangan Nol yang selanjutnya disingkat BASNO adalah kebijakan Pemerintah Daerah untuk mewujudkan perubahan perilaku yang hygine dan saniter dalam mendapatkan akses terhadap sanitasi layak dengan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang melibatkan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan. 8. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang selanjutnya disingkat POKJA SANITASI adalah lembaga pengelola gerakan BASNO baik ditingkat Provinsi maupun ditingkat Kabupaten/Kota. 9. Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan dengan kriteria antara lain, semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban/wc yang sehat termasuk kotoran bayi, tidak terlihat dan tercium tinja manusia di lingkungan sekitar, ada penerapan sanksi peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian buang air besar di sembarang tempat, ada mekanisme monitoring umum yang dibuat oleh mayarakat untuk mencapai 100% Kepala Keluarga mempunyai sanitasi layak, dan ada upaya atau strategi yang yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi total; 10. Pelaku Gerakan Buang Air Besar Sembarangan Nol (BASNO) Berbasis Masyarakat adalah pemerintah, lembaga mitra, pihak swasta, pemerhati dan masyarakat.

4 11. Tangga Sanitasi adalah perubahan perilaku masyarakat dalam meningkakan akses terhadap sarana sanitasi yang sehat dan layak. 12. Sanitasi Dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, sarana pengelolaan sampah, dan limbah rumah tangga. 13. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. 14. pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku hygiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola piker, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat. 15. Sanitasi Total adalah Kondisi ketika suatu komunitas tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yg aman, mengelola sampah dengan benar, dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. 16. Natural Leader adalah tokoh masyarakat yang muncul saat proses pemicuan sebagai pemimpin untuk perubahan perilaku masyarakat secara massal. BAB II MAKSUD, TUJUAN, ASAS DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Maksud, Tujuan dan Asas Pasal 2 (1) Gerakan BASNO dimaksudkan untuk mewujudkan perubahan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter dalam mendapatkan akses terhadap sanitasi layak dengan pendekatan STBM yang melibatkan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan. (2) Gerakan BASNO bertujuan : a. menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan (gizi kurang) dari berbagai hal yang diakibatkan oleh penyakit berbasis lingkungan; dan b. menurunkan angka kesakitan pada penyakit berbasis lingkungan terutama Diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang secara tidak langsung akan berdampak pada penurunan angka kematian;

5 (3) Gerakan BASNO diselenggarakan secara terpadu berdasarkan asas: a. kelestarian; b. keseimbangan; c. kemanfaatan umum; d. keterpaduan dan keserasian; e. keberlanjutan; f. keadilan; g. kemandirian; h. terintegrasi; i. partisipatif; dan j. transparansi dan akuntabilitas. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini meliputi : a. perencanaan, pengelolaan dan pelaksanaan; b. tanggung jawab; c. kelembagaan; d. peran serta masyarakat; e. penghargaan; dan f. pembiayaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan. BAB III PERENCANAAN, PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 4 (1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan gerakan BASNO perlu disusun rumusan perencanaan sebagai pedoman pengelolaan, pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam bentuk roadmap Gerakan BASNO. (2) Rumusan perencanaan/roadmap gerakan BASNO untuk tingkat Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh POKJA SANITASI Provinsi dan dikoordinasikan oleh Bappeda Provinsi. (3) Rumusan perencanaan/roadmap gerakan BASNO tingkat Kabupaten/Kota disusun oleh POKJA SANITASI Kabupaten/Kota dan dikoordinasikan oleh Bappeda masingmasing Kabupaten/Kota dengan mengacu rumusan perencanaan/roadmap Provinsi.

6 Bagian Kedua Pengelolaan Pasal 5 (1) Mekanisme pengelolaan gerakan BASNO dilakukan secara terpadu melalui : a. pemberdayaan masyarakat; b. pelibatan semua pihak; c. pengelolaan pengetahuan dan pembelajaran; dan d. monitoring dan evaluasi. (2) Mekanisme pengelolaan gerakan BASNO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada pedoman STBM. Bagian Ketiga Pelaksanaan Pasal 6 (1) Pelaksanaan Gerakan BASNO dilakukan secara menyeluruh dan terkoordinasi mulai di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai ke tingkat Desa/Kelurahan. (2) Pelaksanaan gerakan BASNO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kearifan lokal. (3) Pelaksanaan gerakan BASNO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada pedoman pelaksanaan STBM. BAB IV TANGGUNG JAWAB Pasal 7 Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Pemerintahan Desa/Kelurahan, lembaga mitra dan masyarakat bertanggungjawab melakukan percepatan peningkatan perubahan perilaku buang air besar sembarangan menjadi buang air besar selalu di jamban sehat melalui pendekatan STBM. Pasal 8 (1) Tanggung jawab Pemerintahan Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, meliputi: a. merumuskan, mengadvokasi dan menyosialisasikan kebijakan daerah gerakan BASNO lintas Kabupaten/Kota;

7 b. mengadvokasi peningkatan pengalokasian anggaran gerakan BASNO pada setiap tahun anggaran sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku; c. memfasilitasi rencana, sistem dan mekanisme pengelolaan gerakan BASNO lintas Kabupaten/Kota; dan d. menyusun rumusan perencanaan/roadmap pelaksanaan Gerakan BASNO; (2) Tanggung jawab Pemerintahan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, meliputi: a. merumuskan, mengadvokasi dan menyosialisasikan kebijakan daerah gerakan BASNO pada Tingkat Kabupaten/Kota; b. mengadvokasi peningkatan pengalokasian anggaran gerakan BASNO pada setiap tahun anggaran sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku; c. memfasilitasi rencana, sistem dan mekanisme pengelolaan gerakan BASNO di Kabupaten/Kota; dan d. menyusun rumusan perencanaan/roadmap Pelaksanaan gerakan BASNO; BAB V KELEMBAGAAN Bagian Kesatu Lembaga Pengelola Gerakan BASNO Pasal 9 (1) Dalam rangka percepatan pelaksanaan gerakan BASNO dibentuk POKJA SANITASI di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. (2) POKJA SANITASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur SKPD, mitra swadaya masyarakat, perguruan tinggi serta tokoh masyarakat peduli Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. (3) POKJA SANITASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai fungsi sebagai wadah koordinatif antara SKPD dan pemangku kepentingan lainnya pada tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota. (4) POKJA SANITASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan gerakan BASNO di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. (5) POKJA SANITASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tingkat Provinsi ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dan untuk tingkat Kabupaten/Kota di tetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.

8 Bagian Kedua Penguatan Kelembagaan Pasal 10 (1) Penguatan kelembagaan gerakan BASNO dilakukan dengan memaksimalkan fungsi koordinasi para pihak baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. (2) Penguatan kelembagaan gerakan BASNO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. peran pemerintah sebagai fasilitator; b. akuntabilitas proses pembangunan; c. pelayanan optimal dan tepat sasaran; d. penerapan prinsip pemulihan biaya; e. pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangundangan dalam penerapan gerakan BASNO; f. peningkatan kemampuan lembaga Pengelola Gerakan BASNO; g. pengembangan pendanaan untuk gerakan BASNO dari berbagai sumber dana secara optimal; dan h. prinsip kemitraan dalam gerakan BASNO. BAB VI PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 11 (1) Masyarakat berperan serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pencapaian tujuan gerakan BASNO dalam bentuk: a. Natural Leader berperan sebagai fasilitator perubahan prilaku buang air besar di komunitasnya; b. monitoring perubahan prilaku buang air besar; c. meningkatkan tangga sanitasi melalui wirausaha sanitasi; dan d. berperan dalam menyusun kebijakan terkait prilaku buang air besar di komunitasnya; (2) Tata cara peran serta masyarakat sebagaimana dimasksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan di dalam pedoman pelaksanaan STBM.

9 BAB VII PENGHARGAAN Pasal 12 (1) Gubernur memberikan penghargaan kepada Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten/Kota yang berhasil meningkatkan akses sanitasi yang layak di komunitas masyarakat dan telah mencapai status SBS. (2) Pemberian Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk: a. meningkatkan komitmen dalam rangka kesinambungan gerakan BASNO b. percepatan kondisi BASNO di Kalimantan Tengah; dan c. mendukung percepatan pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Millenium Development Goals. (3) Tata cara, persyaratan dan bentuk penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atur lebih lanjut dalam roadmap Gerakan BASNO. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 13 (1) Pembiayaan dalam rangka pelaksanaan gerakan BASNO ditetapkan sesuai kebutuhan berdasarkan norma, standar, pedoman dan kriteria yang berlaku. (2) Jenis pembiayaan gerakan BASNO, meliputi: a. biaya perencanaan; b. biaya operasional; c. biaya peningkatan kapasitas; d. biaya pengelolaan pengetahuan dan pembelajaran; dan e. biaya pemantauan, evaluasi dan pemberdayaan masyarakat. (3) Sumber dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota, serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

10 BAB IX PENGAWASAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 14 (1) Gubernur melalui POKJA SANITASI Provinsi melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan gerakan BASNO di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. (2) Bupati/Walikota melalui POKJA SANITASI Kabupaten/Kota melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan gerakan BASNO di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun. Pasal 15 Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan gerakan BASNO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan melalui: a. pemantauan proses dan kemajuan pelaksanaan gerakan BASNO; b. mengontrol kualitas pelaksanaan gerakan BASNO; c. pemantauan kinerja pelaksana gerakan BASNO; dan d. evaluasi dampak pelaksanaan gerakan BASNO. Pasal 16 (1) Bupati/Walikota melalui POKJA SANITASI menyampaikan laporan pelaksanaan gerakan BASNO kepada POKJA SANITASI Provinsi. (2) Gubernur melalui POKJA SANITASI melaporkan pelaksanaan kegiatan gerakan BASNO kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Laporan Triwulan; b. Laporan Semester; dan c. Laporan Tahunan. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan bahan pembinaan lebih lanjut pelaksanaan gerakan BASNO.

11 BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Kalimantan Tengah. Ditetapkan di Palangka Raya pada tanggal 18 Desember 2014 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, ttd AGUSTIN TERAS NARANG Diundangkan di Palangka Raya pada tanggal 18 Desember 2014 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, ttd SIUN JARIAS BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 NOMOR 56 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM SETDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, AGUS RESKINOF