BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Hamid (1999) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun dan menggunakan usia 12 20 tahun sebagai batasan remaja. Sementara itu menurut Purwanto (1998), tingkat tingkat perkembangan dalam masa remaja yang sesungguhnya dibagi menjadi 4, yaitu masa pra puber, masa puber atau remaja, masa pasca puber dan masa akhir puber. Masa pra puber yaitu 1 atau 2 tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Masa puber atau masa remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak perempuan lebih cepat memasuki masa ini daripada pria. Masa ini lamanya berkisar antara 2,5 3,5 tahun. Masa pasca puber yaitu pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak perubahan perubahan yang berlangsung pada beberapa bagian badan. Masa akhir puber yaitu melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda tanda kedewasaan. Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah pengeluaran cairan secara berkala dari vagina selama usia reproduksi. Menstruasi normal terdiri dari darah, sekresi dan lapisan uterus / rahim yang terlepas (Ramaiah, 2006). Bagi sebagian kaum perempuan, menstruasi merupakan siksaan tersendiri yang harus dialami setiap bulan. Menurut penelitian, lebih dari 50 1
persen wanita pernah mengalami gangguan pada proses menstruasi. Salah satu gangguan pada proses menstruasi adalah dismenore. Pengertian dismenore adalah gangguan fisik yang sangat menonjol pada wanita yang sedang mengalami pendarahan haid. Manifestasi utama pada dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya pendarahan haid dan dapat bertahan selama 24 36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadinya pendarahan haid. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung / permukaan dalam paha. Pada suatu kasus berat disertai mual, muntah, diare, pusing atau bahkan pingsan (Hendrik, 2006). Bobak (2004) menyebutkan bahwa, dismenore bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang timbul akibat adanya kelainan dalam rongga panggul dan sangat mengganggu aktifitas perempuan, bahkan seringkali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam akibat dismenore. Dismenore primer dimulai saat seorang wanita berumur 2 3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimalnya pada usia 15 25 tahun. Berdasarkan data menunjukan bahwa dismenore primer tersebut di alami oleh 60 75 % perempuan muda. Dari tiga perempat jumlah tersebut mengalami dismenore dengan intensitas ringan / sedang. Sedangkan seperempat lainya mengalami, dismenore dengan tingkat berat dan terkadang menyebabkan si penderita tidak berdaya dalam menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2006). Berdasarkan hasil study awal yang dilakukan penulis pada 2
50 responden yang di SMA Negeri 1 Ambarawa, juga menunjukkan data bahwa didapatkan 38 orang (76%) mengalami nyeri dismenore dan sementara itu yang tidak mengalami nyeri dismenore saat menstruasi sebanyak 12 orang (24%). Meskipun dismenore merupakan masalah fisik bukan masalah psikis, namun dismenore dengan tingkatan nyerinya sering menimbulkan bahaya. Kondisi seperti ini membawa remaja pada situasi yang tidak menyenangkan. Melihat dampak dari dismenore tersebut dapat dikatakan bahwa dismenore merupakan salah satu problema dalam kehidupan remaja putri, yang memaksa mereka untuk menggunakan berbagai cara untuk mencegah terjadinya nyeri dismenore (Ramaiah, 2006). Ramaiah (2006) menyebutkan bahwa, salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri dismenore ini adalah melakukan aktifitas olahraga. Beberapa latihan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga memperlancar peredaran darah. Olahraga secara teratur seperti berjalan kaki, jogging, berlari, bersepeda, renang atau senam aerobik dapat memperbaiki kesehatan secara umum dan membantu menjaga siklus menstruasi yang teratur. Olahraga setidaknya dilakukan tiga hingga empat kali seminggu, khususnya selama paruh kedua siklus menstruasi. Riset dari Ramaiah (2006) menunjukkan bahwa perempuan yang berolahraga teratur dapat meningkatkan sekresi hormon dan pemanfaatannya, khususnya estrogen. 3
Olahraga penting untuk remaja putri yang menderita dismenore karena latihan yang sedang dan teratur meningkatkan pelepasan endorfin beta (penghilang nyeri alami) ke dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi nyeri dismenore. Beberapa penelitian telah mengkaitkan nyeri dismenore dengan perubahan kadar endorfin beta (Rager, 1999). Hasil study awal dengan angket didapatkan juga sebagian besar siswi yang mengalami nyeri dismenore tidak melakukan olahraga secara rutin dan sebagian yang tidak mengalami nyeri dismenore melakukan olahraga secara rutin. Hal inilah yang menjadi latar belakang penulis ingin melakukan penelitian tentang Perbedaan Tingkat Dismenore Pada Remaja Putri Antara yang Rutin Melakukan Olahraga dengan yang Jarang Melakukan Olahraga di SMA Negeri 1 Ambarawa. B. Perumusan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat dismenore pada remaja putri antara yang rutin melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga di SMA Negeri 1 Ambarawa? C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan tingkat dismenore pada remaja putri antara yang rutin melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga di SMA Negeri 1 Ambarawa. 4
2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi dismenore pada remaja putri yang rutin melakukan olahraga. b. Mengidentifikasi dismenore pada remaja putri yang jarang melakukan olahraga. c. Menganalisis perbedaan tingkat dismenore pada remaja putri antara yang rutin melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga. D. Manfaat Penelitian 1. Profesi Keperawatan a. Meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan komunitas khususnya pada perempuan usia remaja dalam mencegah terjadinya nyeri dismenore dengan melakukan aktifitas olahraga. b. Meningkatkan derajat kesehatan reproduksi pada remaja putri sesuai dengan peran perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam hal ini khususnya remaja putri. 2. Instansi Pendidikan Keperawatan Menambah referensi bagi dunia pendidikan keperawatan dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. 5
3. Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengkaji permasalahan tentang pencegahan dismenore dengan aktifitas olahraga. 4. Masyarakat Memberikan informasi tentang masalah kesehatan reproduksi remaja putri khususnya dalam mencegah terjadinya nyeri dismenore dengan aktifitas olahraga. E. Bidang Ilmu Lingkup penelitian ini adalah pada bidang ilmu keperawatan kesehatan komunitas dan keperawatan maternitas dalam kesehatan reproduksi pada anak usia remaja. 6