Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017 : 61-71

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

SATUAN TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH DOMESTIK KABUPATEN TANAH DATAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

I. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

BAB III STUDI LITERATUR

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

1.2 Tujuan Penelitian

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta wisata budaya sejarah yang menarik bagi wisatawan. Salah satunya

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

Untuk lebih jelasnya wilayah Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada peta di bawah ini :

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PROPOSAL DESIGNING PROJECT PENANGANAN SAMPAH DAN PENCEMARAN SUNGAI BRANTAS DI KAWASAN SPLENDID-MALANG. Oleh. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia)

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

BUPATI POLEWALI MANDAR

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

Studi Timbulan Komposisi Dan Karakteristik Sampah Domestik Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

Karakteristik dan Komposisi Sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Kota Ternate dan Alternatif Pengelolaannya

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

Gambar 2.1 organik dan anorganik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pada satu sisi pertambahan jumlah kota-kota modern menengah dan

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH NON DOMESTIK KOTA BUKITTINGGI 1)

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

Penerapan Komposter Anaerobik Dalam Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Basah Di Perumahan Pondok Cempaka Indah Kota Malang

BAB III METODE PERENCANAAN

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017 : 61-71 POTENSI TIMBULAN SAMPAH PADA OBJEK PARIWISATA BARU DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA (POTENTIALS OF WASTE DRINKING IN NEW TOURISM OBJECT IN REGENCY BANTUL YOGYAKARTA) Ahmad Darmawi 1 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Sekretariat Jenderal Sekolah Menengah Kejuruan - SMTI Pontianak Jl. Sulawesi Dalam No.31. Pontianak 2 Faculty of Agriculture Tecnology UGM, jln. flora 1 Bulaksumur Sleman 3 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta 55281 e-mail: darmawi@kemenperin.go.id ABSTRAK Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai kawasan wisata, budaya, pertanian, pertambangan, perikanan dan laboratorium alam bagi kepentingan ilmiah, dalam kenyataannya banyak pengelola kebersihan menghadapi berbagai masalah dan kendala sehingga mereka tidak dapat menyediakan pelayanan yang baik sesuai dengan ketentuan teknis dan harapan masyarakat. Disana sini sering terjadi pencemaran akibat pengelolaan yang kurang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah pencemaran selama pelaksanaan kegiatan teknis penanganan persampahan. Hasil penelitian didapatkan komposisi berat sampah oranik pada kawasan wisata pantai 78,17% merupakan daun-daun, 19,87% sisa limbah rumah makan. Komposisi volume sampah organik pada kawasan wisata pantai 63,26% merupakan daun-daun, 33,27% sisa limbah rumah makan. Kata kunci: Potensi timbulan sampah, objek pariwisata, pantai baru Jogjakarta ABSTRACT The coastal environment is a specific area, dynamic, rich in biodiversity and many benefits to the community. This coastal environment is very potential to be developed both as a tourist area, culture, agriculture, mining, fishery and natural laboratory for scientific interest, in fact many sanitation managers face various problems and constraints so they cann t provide good service in accordance with technical provisions and expectations Community. Here there is often pollution due to poor management resulting in various problems of pollution during the implementation of technical activities handling waste. This study is aimed the result of the research, it is found that the weight composition of oranik in coastal tourism area is 78,17% is leaves, 19,87% waste of restaurant waste. The composition of volume of organic waste in coastal tourism area is 63,26% are leaves, 33,27% waste of restaurant waste. Keywords: Potential of waste generation, tourism object, new beach of Jogjakarta PENDAHULUAN Di Dusun Ngentak, Desa Poncosari Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan Kecamatan Srandakanterletak di 110 0 14 46 Bujur Timur dan 07 0 56 20 Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya Kcamatan Srandakan terletak dibagian paling barat daya dari wilayah Kabupaten Bantul. Luas wilayah 18,32 km 2, panjang pantai 4,5 km dengan ketinggian 2 7 dari permukaan laut (BPS, 2012). Selain menikmati alam pantai, pengunjung juga dapat menenikmati kuliner, aneka sajian ikan laut segar. Puluhan warung atau gazebo dengan masakan khas masing-masing siap melayani pengunjung. Daya tarik lainnya sebagai daerah pantai di Pantai Baru adalah pohon Cemara Udang (casuarina equisetifolia l) yang merindangi sepanjang pantai sehingga membuat suasana semakin teduh. Pohon Cemara Udang tahan terhadap garam, sehingga pohon ini digunakan sebagai pengendali erosi di daerah pantai (Irwanto,2006). Manfaat lain sebagai bahan pulp, kayu perkakas, naungan / peneduh, tanaman hias, reklamasi lahan, dan memperbaiki tanah. Dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Baru selain menguntungkan para pedagang kuliner yang berjualan juga menimbulkan efek lain yaitu masalah sampah sisa-sisa makanan dari para wisatawan. Masalah lain di kawasan Pantai Baru sendiri adalah banyaknya daun-daun 61

POTENSI TIMBULAN SAMPAH PADA OBJEK PARIWISATA BARU DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Ahmad Darmawi Cemara Udang yang berguguran di kawasan pantai yang merusak kenyamanan dan keindahan pantai. Saat ini pengelolaan sampah dan limbah yang ditimbulkan dari sisa-sisa makanan dan daun-daun Cemara Udang yang berguguran hanya dikelola dengan cara ; kumpul angkut buang. Sampah daun-daun Cemara Udang kemudian dibakar, sedangkan sisa-sisa makanan dibiarkan hingga menyebabkan bau yang kurang sedap di sekitar kawasan Pantai Baru, yang mengakibatkan tercemarnya lingkungan dan memberikan suatu dampak yang kurang baik bagi lingkungan (darmawi, 2013; Naria dkk 2015; Adha dkk. 2016). Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai kawasan wisata, budaya, pertanian, pertambangan, perikanan dan laboratorium alam bagi kepentingan ilmiah (Muflih et al, 2015; Soedarso et al, 2016; Wibowo, 2011). Kondisi yang terjadi di kawasan Pantai Baru sudah memiliki elemen-elemen pengelolaan sampah, akan tetapi kesemua elemen tersebut tidak berjalan secara maksimal, berdasarkan data yang penulis dapatkan dan observasi dilapangan, adanya wadah, alat pengumpulan dan pengangkutan sampah masih dilakukan secara manual, rute pengangkutan hanya sebatas di kawasan Pantai Baru saja sehingga masih banyak terdapat sampahsampah yang belum tertangani secara baik, dikawasan tersebut belum memiliki fasilitas untuk daur ulang serta TPA yang ada hanya berupa tempat penampungan yang terbuat dari semen persegi yang kondisnya tidak di gunakan secara maksimal dan kumuh. Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar dapat disusun suatu alternatif sistem pengelolaan sampah yang baik. Jumlah timbulan sampah ini biasanya akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah (Damhuri dan Padmi, 2010; Pramudia dkk, 2016). Kegiatan penanganan sampah merupakan rangkaian kegiatan mulai dari pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah1). Dari kegiatan penanganan sampah tersebut, terdapat 3 (tiga) lokasi penanganan yaitu: tempat sumber sampah (salah satunya rumah tangga), tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir. Kalau dikaitkan dengan lokasi TPA yang umumnya jauh dari sumber sampah, sehingga biaya pengangkutan sampah menjadi mahal, maka upaya daur ulang sampah yang dilakukan di lokasi yang semakin dekat dengan sumber sampah menjadi semakin baik. Dengan demikian upaya daur ulang sampah rumah tangga menjadi kompos menjadi sangat tepat untuk dilakukan (Sahwan dkk, 2016). Dalam kenyataannya banyak pengelola kebersihan menghadapi berbagai masalah dan kendala sehingga mereka tidak dapat menyediakan pelayanan yang baik sesuai dengan ketentuan teknis dan harapan masyarakat. Disana sini sering terjadi pencemaran akibat pengelolaan yang kurang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah pencemaran selama pelaksanaan kegiatan teknis penanganan persampahan yang meliputi: pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Berbagai potensi yang menimbulkan berbagai dampak dapat meliputi (Affandi dkk, 2015;Suryani, 2016; Heriyani dkk, 2013) adalah : (a) Perkembangan vektor penyakit, wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang besar; (b) pencemaran udara, Sampah yang menumpuk dan tidak segera terangkut merupakan sumber bau tidak sedap yang memberikan efek buruk bagi daerah sensitif sekitarnya seperti permukiman, perbelanjaan, rekreasi, dan lain-lain; (c) pencemaran air, prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi terutama pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya pencemaran; (d) pencemaran tanah, pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan 62

Volume Timbulan (Liter) Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017 : 61-71 Berbahaya (B3); (e) gangguan estetika, lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya; (f) dampak sosial, hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu adanya solusi yang tepat untuk merubah perilaku masyarakat dalam hal ini adalah pedagang, pengunjung dan masyarakat sekitar kawasan pantai bagaimana menangani potensi timbulnya timbulan sampah yang di sebabkan aktifitas pada kawasan wisata pantai tersebut. Dengan mengetahui potensi timbulan sampah, selanjutnya akan mampu mencari suatu metode dan cara penanganannya, dengan memberikan penyelesaian secara nyata bagaimana memanfaatkan limbah dan sampah yang mencemari kawasan wisata pantai tersebut, sehingga menjadi lebih berdaya guna dan memberikan dampak positif terhadap kawasan pantai, sehingga akan tercipta kawasan zero waste pada kawasan wisata pantai. 1. METODELOGI PENELITIAN a. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan Pantai Baru Dusun Ngentak, Desa Poncosari Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian dimulai pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. b. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode eksperimen digunakan untuk tujuan menguji dampak suatu treatment (atau suatu intervensi) terhadap hasil penelitian, yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga memengaruhi hasil tersebut (Creswell, 2012) c. Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan Pengambilan contoh timbulan sampah dikawasan wisata pantai dilakukan selama delapan hari berturut-turut pada lokasi yang sama sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI, 1994). 2. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pengukuran Timbulan Sampah Daun Cemara Udang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar timbulan sampah yang bersumber dari daun Cemara Udang di kawasan Pantai Baru, Kabupaten Bantul. luas lokasi pengambilan contoh timbulan sampah daun Cemara Udang adalah 20 m x 20 m. Dari hasil pengukuran contoh timbulan sampah daun Cemara Udang di kawasan Pantai Baru, dapat di hitung jumlah volume rata-rata dan berat rata-rata daun Cemara Udang yang dihasilkan. Hasil pengukuran timbulan sampah daun Cemara Udang pada luas lokasi tersebut untuk volume rata-rata timbulannya sebesar 264 liter/hari, sedangkan berat rata-rata timbulan sampah daun Cemara Udang sebesar 15,25 Kg/hari. 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Pengukuran Timbulan Daun Cemara Udang Kamis Jum at Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Volume 374 273 410 176 218 195 243 223 Berat 21,6 15,8 23,7 10,2 12,6 11,3 14,1 12,9 Gambar 1. Grafik pengukuran contoh timbulan sampah daun cemara udang 63

POTENSI TIMBULAN SAMPAH PADA OBJEK PARIWISATA BARU DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Ahmad Darmawi Gambar 1 dapat dilihat besarnya volume timbulan dan berat timbulan sampah daun Cemara Udang. Volume contoh timbulan daun Cemara Udang sangat besar terjadi pada hari sabtu yaitu sebesar 410 liter dikarenakan kondisi pada saat dilkukanpengambilan contoh timbulan sampah daun Cemara Udang dilapangan turunnya hujan selama 25 menit, dan volume sangat kecil pada hari minggu yaitu sebesar 178 liter pada kondisi cuaca normal. Sedangkan berat contoh timbulan daun Cemara Udang sangat besar terjadi pada hari sabtu sebesar 23,7 Kg dan berat contoh timbulan daun Cemara Udang sangat kecil pada hari minggu sebesar 10,2 Kg. Gambar 2. Peta Kawasan Wisata Pantai Baru Gambar 2 menunjukkan peta kawasan pengukuruan luas area yang ditumbuhi pohon Cemara Udang di Pantai Baru, pengukuran yang dilakukan ditandai dengan garis merah putus-putus. Pengukuran dilakukan sebanyak sepuluh titik dengan lebar pengukuran 80 meter dan panjang titik pengukuran 50 meter. Dalam setiap kotak pengukuran dihitung jumlah pohon cemara udang serta beberapa jenis pohon dan tumbuhan lain yang ada dalam area pengambilan titik pengukuran. Dari data hasil pengukuran, untuk luas area kawasan Pantai Baru yang di tumbuhi pohon cemara udang adalah lebar 80 meter dan panjangnya 467 meter, sehingga luas area yang terdapat tumbuhan pohon cemara udang adalah 37.360 meter persegi. Untuk jumlah pohon cemara udang pada area luas tersebut terdapat sebanyak 726 batang, Pohon Akasia sebanyak 85 batang, Pohon Pandan 11 rumpun dan Pohon Ketepeng 2 batang. 64

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017 : 61-71 Jumlah Pohon Cemara Udang Jumlah Pohon Cemara 82 66 84 90 88 89 76 75 40 36 area 1 area 2 area 3 area 4 area 5 area 6 area 7 area 8 area 9 area 10 Gambar 3. Jumlah Pohon Cemara Udang 600 500 400 300 200 100 Timbulan Sampah Cemara Udang Setiap Area 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Vol (Liter) 541 264 436 554 594 581 587 502 495 238 Berat (Kg) 31,26 15,25 25,16 32,03 34,31 33,55 33,93 28,98 28,59 13,73 Gambar 4. Timbulan Sampah Daun Cemara Udang Gambar 3 dan Gambar 4 memberikan data jumlah pohon Cemara Udang dan timbulan sampah daun cemara udang berdasarkan pengukuran yang dilakukan peneliti. Area pengukuran 5 merupakan pohon Cemara Udang paling banyak yaitu 90 pohon, dengan volume timbulan sebesar 594 liter dan berat timbulan sebesar 34,31 kg. Area pengukuran 10 terdapat pohon cemara udang paling sedikit yaitu 36 batang, dengan volume timbulan sebesar 238 liter dan berat timbulan sebesar 13,73 kg. Berdasarkan data pengukuran timbulan sampah daun Cemara Udang setiap area pengukuran maka didapatkan total jumlah volume serta berat timbulan sampah daun Cemara Udang perhari di kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul sebesar 4.792 liter dan 276 kg. b. Pengukuran Timbulan Sampah Warung Makan Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan selama penelitian terdapat 78 bangunan kios dan warung makan yang berada dalam kawasan Pantai Baru. Pada kenyataannya tidak seluruh kios dan warung makan menjalankan usahanya setiap hari. Pada saat pengambilan data primer ini dilakukan hanya didapati ± 12 kios dan warung makan saja membuka usahanya pada hari senin jumat, sedangkan untuk hari sabtu 65

Volume Sampah (Liter) POTENSI TIMBULAN SAMPAH PADA OBJEK PARIWISATA BARU DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Ahmad Darmawi dan minggu terdapat ± 58 kios dan warung makan. Pengambilan data volume (liter) dan berat (kg) timbulan sampah yang dihasilkan dari tiap kios dan warung makan untuk mendapatkan data timbulan sampah perharinya peneliti mengambil 5 warung makan dari ±12 kios dan warung makan yang membuka usahanya. Dimana setiap harinya warung makan yang peneliti ambil datanya menjalankan usah warung makannya antara pukul 08.00 19.00 Wib. Pada pengambilan timbulan sampah yang dihasilkan oleh lima warung makan selama delapan hari secara berurutan (SNI, 1994). Dari data contoh timbulan sampah dari lima warung makan yang diukur didapatkan volume contoh timbulannya yaitu rata-rata sebesar 105 liter perhari, sedangkan berat contoh timbulan sampah warung makan rata-rata sebesar 12,55 kilogram perhari. 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Pengukuran Timbulan Sampah Warung Makan Kamis Jum at Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Volume (liter) 64 44 67 116 404 47 45 52 Berat (kg) 7,6 5,2 8 13,8 48,7 5,6 5,3 6,2 Gambar 5. Grafik pengukuran contoh timbulan sampah warung makan Analisis data secara grafik Gambar 5 menunjukkan bahwabesarnya volume contoh timbulan dan berat contoh timbulan sampah dari lima warung makan. Volume contoh timbulan sampah warung makan sangat besar terjadi pada hari senin yaitu sebesar 404 liter dikarenakan pada hari minggunya merupakan hari libur sehingga didapati begitu banyak pengunjung yang datang dan hadir bersama keluarganya untuk berwisata dan makan di kawasan Pantai Baru. Volume contoh timbulan sampah warung makan sangat kecil pada hari selasa yaitu sebesar 45 liter karena pengunjung dan wisata relatif berkurang pada hari tersebut. Sedangkan berat contoh timbulan sampah warung makan sangat besar terjadi pada hari minggu sebesar 48,7 Kg dan berat contoh timbulan sampah warung makan sangat kecil pada hari selasa sebesar 5,3 Kg. Untuk mengetahui contoh timbulan sampah kios dan warung makan yang ada di kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul adalah dengan membandingkan pengukuran contoh sampah warung makan yang diambil dari 5 warung makan selama delapan hari, dengan seluruh kios dan warung makan kawasan Pantai Baru yang membuka usahanya dari hari senin sampai dengan minggu Tabel 1, dengan mengasumsikan bahawa volume dan berat timbulan sampah pada saat pengukuran adalah sama : 66

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017 : 61-71 Tabel 1. Timbulan Sampah Warung Makan Berdasarkan Jumlah Jumlah Warung Makan yang menjalankan Usahanya(Buah) Volume Sampah Warung Makan(Liter) Berat Sampah Warung Makan(Kg) 5 105 12,55 10 210 25,1 15 315 37,65 20 420 50,2 25 525 62,75 30 630 75,3 35 735 87,85 40 840 100,4 45 945 112,95 50 1050 125,5 55 1155 138,05 60 1260 150,6 65 1365 163,15 70 1470 175,7 75 1575 188,25 80 1680 200,8 c. Perbandingan Volume dan Berat Contoh Timbulan Sampah di Kawasan Pantai Baru Perbandingan volume contoh timbulan sampah daun cemara udang dan volume contoh timbulan sampah dari warung makan yang dilakukan selama 8 hari secara berurutan dapat dilihat pada Gambar 6 sedangkan persentase perbandingan volume sampah yang ada di kawasan Pantai Baru dapat dilihat pada Gambar 7. 5000 4792 4000 3000 2000 1218 1000 252 0 sampah daun cemara udang sampah Warung makan senin - jumat sampah Warung makan sabtu - minggu Gambar 6. Grafik volume timbulan sampah 67

POTENSI TIMBULAN SAMPAH PADA OBJEK PARIWISATA BARU DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Ahmad Darmawi 4% 19% Volume sampah daun cemara udang (liter/hari) 77% Volume sampah Warung makan senin - jumat (liter/hari) Gambar 7. Persentase volume timbulan sampah Perbandingan berat contoh timbulan sampah daun cemara udang dan berat contoh timbulan sampah dari warung makan yang dilakukan selama 8 hari secara berurutan dapat dilihat pada Gambar 8 sedangkan persentase perbandingan berat sampah yang ada di kawasan Pantai Baru dapat dilihat pada Gambar 9. 300 276,79 200 145,58 100 30,12 0 sampah daun cemara udang Gambar 8. Grafik Berat timbulan sampah 32% Berat sampah daun cemara udang (Kg/hari) 7% 61% Berat sampah Warung makan senin - jumat (Kg/hari) Berat sampah Warung makan sabtu - minggu (Kg/hari) Gambar 9. Persentase berat timbulan sampah 68

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017 : 61-71 d. Komposisi Sampah di Kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul Pengelompokan berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau % volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain. Tabel 2 menggambarkan tipikal komposisi sampah di kawasan Pantai Baru. Menurut (Damhuri dan Padmi, 2010) komposisi dan sifat-sifat sampah menggambarkan keanekaragaman aktivitas manusia yang berada dalam kawasan Pantai Baru. Komposisi sampah yang ditampilkan pada tebel dibawah ini adalah sampah daun cemara udang dan sampah dari warung makan yang dikumpulkan pada selang waktu pengukuran selama 8 hari, sehingga didapatkan komposisi sebagai berikut : Tabel 2. Komposisi Sampah di Kawasan Pantai Baru Katagori Sampah % Berat % Volume Kertas dan bahan-bahan kertas 0.52 0.41 Kayu / produk dari kayu 0.26 0.91 Plastik, kulit dan produk karet 1.04 1.19 Gelas dan kaca 0.13 0.96 Logam - - Sampah organik Daun cemara udang 78.17 63.26 Sisa makanan rumah makan 19.87 33.27 1.19% % Berat 0.41% 0.91% 0.96% 33.27% 63.26% Kertas Kayu Plastik Gelas Daun cemara udang Sisa makanan warung Gambar 10. Diagram pie komposisi berat timbulan 0.26% 0.52% 19.87% % Volume 1.04% 0.13% 78.17% Kertas Kayu Plastik Gelas Daun cemara udang Sisa makanan warung Gambar 11. Diagram pie komposisi volume 69

POTENSI TIMBULAN SAMPAH PADA OBJEK PARIWISATA BARU DI KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Ahmad Darmawi Dari Gambar 10 dan Gambar 11 diatas menjelaskan bahwa sampah organik seperti komposisi berat dan volume timbulan sampah lebih bersifat untuk mempermudah pengertian umum, untuk menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat membusuk), terutama yang berasal dari sisa makanan. Sampah yang membusuk (garbage) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan, pembuangan, maupun pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan bau tidak enak, seperti amoniak dan asam-asam volatil lainnya. Selain itu, dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat membahayakan keselamatan bila tidak ditangani secara baik (Damhuri dan Padmi, 2010). Penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk diproses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi. 3. KESIMPULAN a. Komposisi berat sampah organik pada kawasan Wisata Pantai Baru 78,17% merupakan daun-daun, 19,87% sisa limbah rumah makan. b. Komposisi volume sampah organik pada kawasan Wisata Pantai Baru 63,26% merupakan daun-daun, 33,27% sisa limbah rumah makan. DAFTAR PUSTAKA Adha, H. N., Yuliana, Y., & Waryono, W. (2016). Pengelolaan Sanitasi Di Kawasan Pedagang Makanan Kaki Lima Kota Payakumbuh. E-Journal Home Economic And Tourism, 11(1). Affandi, A., Fatmawati, F., & Ma'ruf, A. (2015). Peran Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Dalam Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bulukumba. Otoritas: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 5(2). Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. (2012). Kacamatan Dalam Angka. http://bantulkab.bps.go.id. Creswell, J.W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methids Approachhes. Third Edition. California:SAGE publication. Damhuri dan Padmi. (2010). Pengolahan Sampah. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Darmawi, A. (2013). The Composting Of Casuarina Equisetifolia L As A Solution To Create The Zero Waste Area In Pantai Baru Distric Bantul. Unpublished Thesis. Gadjah Mada University, Yogyakarta. Hariyani, N., Prasetyo, H., & Soemarno, S. (2013). Partisipasi Pemulung Dalam Pengelolaan Sampah Di Tpa Supit Urang Mulyorejo Sukun Kota Malang. Jurnal Pembangunan Dan Alam Lestari, 4(1). Irawanto. (2006). Penggunaan Tanaman Actinorhizal Casuarina Equisetifolia L Pada Rehabilitasi Lahan Alangalang Dengan Sistem Agroforestri. Yogyakarta. www.irwantoshut.com diakses pada 10 Oktober 2012. Muflih, A., Fahrudin, A., & Wardiatno, Y. (2015). Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Pesisir Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(2), 141-149. Naria, E., & Hasan, W. (2015). Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013. Lingkungan dan Kesehatan Kerja, 3(1). Pramudia, W., Susila, G. P. A. J., & Bagia, I. W. (2016). Analisis Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Jurnal Jurusan Manajemen, 4(1). Sahwan, F., Wahyono, S., & Suryanto, F. (2016). Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga Yang Dibuat Dengan Menggunakan Komposter Aerobik. Jurnal Teknologi Lingkungan, 12(3), 233-240. Soedarso, S., Sutikno, S., & Sukardi, S. (2016). Strategi pengembangan pariwisata daerah dan pemberdayaan masyarakat di Parigi Moutong. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 29(3), 159-166. Standart Nasional Indonesia Nomor SNI-03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Badan Standar Nasional. 70

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017 : 61-71 Suryani, A. S. (2016). Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang). Jurnal Aspirasi (Trial), 5(1), 71-84. 71