PENELITIAN PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA II PADA POSISI MIRING DAN POSISI SETENGAH DUDUK Nelly Indrasari* Di BPS Suparini ibu bersalin menggunakan posisi setengah duduk dan belum menggunakan posisi lain seperti posisi miring,posisi tegak,posisi jongkok, posisi terlentang dan posisi duduk bersandar dengan penolong.sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin pada lama kala II di BPS Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan lama persalinan kala II pada posisi miring dan setengah duduk di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria Bandar lampung. Subyek penelitian ini adalah ibu inpartu kala II. Obyek penelitian ini adalah posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin.jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu inpartu kala II di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria. Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus independent two sample sehingga sampel berjumlah 160 dengan tehnik pengambilan sampel accidental sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list melalui observasi. Selanjutnya data di analisis dengan analisis univariat menggunakan mean sedangkan analisis bivariat dengan uji independent sample t- tes.hasil penelitian nilai rata-rata waktu pada persalinan kala II pada posisi miring yaitu 34,54 menit dan pada posisi setengah duduk yaitu 43,85 menit sedangkan perbedaan nilai rata-rata diantara posisi miring dan setengah duduk adalah 9,31 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t didapatkan nilai p value 0,02 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan lama kala II antara kelompok posisi miring dan kelompok posisi setengah duduk. Sehingga disarankan agar penolong persalinan dapat menerapkan posisi miring pada proses persalinan kala II sehingga dapat mengurangi angka partus lama pada ibu bersalin dan asfiksia pada bayi. Kata Kunci : Persalinan, Kala II, Miring. LATAR BELAKANG Menurut WHO angka kematian maternal di dunia diperkirakan sebesar 400 per 100.000 KH dan 98% terjadi di negara-negara berkembang. Kematian maternal ini hampir 95% terjadi di Afrika (251.000 kematian maternal) dan Asia (253.00 kematian maternal) dan hanya 4 % (22.000 kematian maternal) terjadi di amerika latin dan karibia, serta kurang dari 1% (2500 kematian maternal) terjadi di negara-negara yang lebih maju (Yayan.2008 http;www.lusa.web.id). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup, dimana salah satu penyebabnya adalah partus lama dengan presentase 5% (Dep Kes 2007). Di propinsi Lampung pada tahun 2005 sebanyak 2,78% kematian ibu disebabkan oleh partus lama (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005: 60). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2008 adalah 31/1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia 2009). Di Propinsi Lampung Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebanyak 43 per 1000 kelahiran hidup, penyebab kematian bayi terbanyak adalah asfiksia neonatorum dengan presentase 34,19% (Profil Kesehatan Lampung, 2007 : 52), sedangkan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 terdapat 80 kasus kematian bayi usia 0-7 hari, 22 dintaranya disebabkan oleh asfiksia dengan presentase 27,5 % (Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2008 : 38). Salah satu penyebab terjadinya asfiksia pada bayi adalah terlalu lamanya bayi di jalan lahir atau partus lama. Fraser (2009 : 193) menyatakan bahwa partus lama adalah persalinan dengan kemajuan sangat lambat dengan jumlah waktu persalinan lebih dari 20 jam pada primipara dan 14 jam pada multipara, menurut Oxorn (2010 : 617) pada kala II jangka waktu sampai terjadinya kelahiran tidak boleh melampaui 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multipara. Partus lama akan berdampak buruk baik pada ibu maupun pada janin. Pada ibu, [75]
partus lama menimbulkan efek berbahaya diantaranya terdapat kenaikan pada insiden atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi intrapartum, rupture uteri, kelelahan pada ibu dan syok, sedangkan pada janin dapat menyebabkan asfiksia, kaput suksedaneum, molase kepala janin, cidera akibat tindakan ekstrasi dan pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran dapat mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru dan infeksi sistemik pada janin. Keadaan-keadaan tersebut dapat meningkatkan mordibitas dan mortalitas janin (Oxorn, 2010 ; 616). Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks. Menurut Mochtar (1998 : 85) partus lama disebabkan oleh penatalaksanaan persalinan yang tidak tepat. Chapman (2006 : 92) menjelaskan bahwa pembatasan mobilitas khusunya penggunaan posisi yang tidak tepat pada saat proses persalinan dapat menyebabkan partus lama. Pada proses persalinan khususnya kala II, ibu harus dianjurkan untuk memilih posisi. Selain untuk memberikan rasa nyaman, posisi dapat membantu penurunan janin ke dasar panggul dan mempercepat proses persalinan sehingga dapat mencegah terjadinya partus lama. Studi yang dilakukan terhadap ambulasi, mobilitas, dan posisi selama persalinan menyetujui bahwa mobilitas selama persalinan dapat memperbaiki prognosis persalinan. Terdapat beberapa variasi posisi yang dapat ibu pilih dalam bersalin, diantaranya posisi semi-telentang, berjongkok, berlutut, merangkak, berdiri, posisi miring ke kiri, ataupun posisi tegak. Pada posisi miring, memberikan banyak keuntungan diantaranya : perineum dapat jelas di lihat, kontraksi uterus lebih efektif, dan ini dilakukan pada ibu yang kesulitan untuk meregangkan pahanya (Fraser, 2009 : 480). Saat ini banyak ibu bersalin yang lebih memilih posisi setengah duduk pada saat proses persalinan daripada posisi yang lainnya. setengah duduk adalah posisi istirahat dan netral terhadap gaya gravitasi. ini akan membantu seorang wanita yang kelelahan untuk menghemat energinya. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Pasar Ambon angka kejadian asfiksia tahun 2009 sebesar 29,7%. Asfiksia merupakan salah satu dampak dari lamanya janin dijalan lahir, diharapkan pada kala II janin dapat lahir tidak lebih dari normal yaitu 30 menit pada multigravida dan 60 menit pada primigravida. Berdasarkan peneliti sebelumnya penggunaan posisi miring dan setengah duduk pada persalinan kala II diperoleh waktu <30 menit pada multigravida dan <60 menit pada primigravida (Marida, 2007). Di salah satu BPS di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon yaitu BPS Nurjanah hampir 85% hanya menggunakan posisi setengah duduk pada kala II dimana kisarannya adalah 30-60 menit, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil penelitian tentang Perbedaan Lama Kala II pada Miring dan Setengah Duduk Pada Ibu Bersalin Terhadap Lama Persalinan Kala II di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria. METODE Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu inpartu kala II di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria. Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus independent two sample sehingga sampel berjumlah 160 dengan tehnik pengambilan sampel accidental sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list melalui observasi. Selanjutnya data di analisis dengan analisis univariat menggunakan mean sedangkan analisis bivariat dengan uji independent sample t-tes. [76]
HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Melahirkan Variabel Kategorik f % Reproduksi sehat >20 dan Umur <35 th 142 88,75 Reproduksi tidak sehat <20 dan >35 th 18 11,25 Paritas Primipara 60 37,5 Multipara 100 62,5 Miring 80 50 Setengah Duduk 80 50 Lama Rata-rata lama Primi 34 menit Kala II Rata-rata lama multi 43 menit Berdasarkan hasil analisis diskriptif diketahui bahwa ibu yang bersalin yang ada di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria sebanyak 160 ibu dengan usia dalam batas reproduksi sehat sebanyak 142 orang (88,75%) dan dalam batas reproduksi tidak sehat sebanyak 18 orang (11,25%). Status paritas ibu melahirkan primipara sebasar 37,5% (60 orang) sedangkan ibu dengan status paritas multipara sebesar 62,5% (100 orang). Jumah ibu bersalin dengan posisi miring sebanyak 80 orang (50%) dan posisi setengah duduk sebanyak 80 orang (50%). Rata-rata lama kala II pada primipara yaitu 34 menit dan pada multipara 43 Analisis Bivariat Tabel 2: Rata-rata Lama Kala II Primipara pada Miring dan Setengah Duduk Lama Kala II SD SE p value n Miring 48,73 18,12 3,30 30 0,021 Setengah Duduk 59,8 18,14 3,31 30 menunjukkan bahwa untuk posisi miring pada primi rata-rata waktu kala II yaitu 48,73 menit dengan standar deviasi 18,12 menit sedangkan untuk posisi setengah duduk pada primi 59,8 menit dengan standar deviasi 18,14 Hasil analisis dengan uji T didapatkan p-value 0,021(p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada primi dan setengah duduk pada primi. Lebih cepat pada posisi miring 11,07 Tabel 3: Rata-rata Lama Kala II Multipara pada Mirinng dan Setengah Duduk Rata-rata SD SE p value n Lama Kala II Miring 26.02 11.05 1.56 50 0,002 Setengah Duduk 34.28 14.32 2.02 50 menunjukkan rata-rata lama kala II pada ibu bersalin multipara dengan posisi miring yaitu 26,02 menit dengan standar deviasi 11,05 menit sedangkan dengan posisi setengah duduk yaiti 34,28 menit dengan standar deviasi 14,32 Hasil analisis menggunakan UJi T didapatkan hasil p-value 0,002 (p<0,05) artinya terdapar perbedaan yang signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada ibu multi dengan setengah duduk pada ibu multi. Lebih cepat posisi miring 8,26 Tabel 4: Rata-rata Lama Kala II menurut Paritas pada Miring Lama Kala II SD SE p-value n Miring Primipara 48.73 18.12 3.30 0,000 30 Miring Multipara 26,02 11.05 1.56 50 menunjukkan rata-rata lama kala II pada ibu primipara dengan posisi miring yaitu 48,73 menit dengan standar deviasi 18,12 menit sedangkan pada ibu multipara yaitu 26,02 menit dengan standar deviasi 11.05 Hasil analisis dengan menggunakan uji T didapatkan p-value 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada ibu primi dibandingkan dengan posisi miring pada ibu multi. Lebih cepat pada [77]
ibu multi dengan posisi miring 22,71 Tabel 5: Rata-Rata Lama Kala II Menurut Paritas pada Setengah Duduk Setengah Duduk Primipara Setengah Duduk Multipara Lama Kala II SD SE p- value 59.80 18.14 3.31 30 0,0001 34.28 14.32 2.02 50 menunjukkan bahwa rata-rata lama kala II pada ibu primi dengan posisi setengah duduk yaitu 59,80 menit dengan standar deviasi 18,14 menit sedangkan pada multipara yaitu 34,28 menit dengan standar deviasi 14,32 Hasil analisi menggunakan uji T didapatkan hasil p-value 0,000 (p<0.005) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi setengah duduk pada ibu primi dengan posisi setengah duduk pada ibu multi. Lebih cepat posisi setengah duduk pada ibu multi 25,52 Tabel 6: Rata-rata Lama Kala II menurut Lama Kala II SD SE p-value n Miring 34.54 17.85 1.99 80 0,02 Setengah Duduk 43.85 20.06 2.24 80 menunjukkan untuk posisi miring, rata-rata waktu yang di butuhkan pada posisi miring 34,54 menit dengan standar deviasi 17,85 menit sedangkan untuk setengah duduk 43,85 menit dengan standar deviasi 20,06 Hasil analisi menggunakan uji T didapatkan hasil p-value 0,02 (p<0.005) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada ibu bersalin dengan posisi setengah duduk pada ibu bersalin. Dengan perbedaan rata-rata adalah 9,31 n PEMBAHASAN Lama Kala II Pada Ibu Bersalin dengan Miring Berdasarkan hasil analisis univariat dengan jumlah sampel 160 ibu bersalin ditemukan rata-rata lama kala II pada ibu bersalin dengan posisi miring di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria tahun 2013 rata-rata waktu yang di butuhkan pada posisi miring untuk primi 48,73 menit sedangkan untuk miring pada multi 26,02 miring membuat ibu merasa lebih nyaman dan kontraksi uterus lebih efektif sehingga memudahkan ibu untuk mengedan. miring dapat digunakan sepanjang kala I dan kala II dengan cara ibu berbaring miring, kedua pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi dan diantara kakinya ditempatkan sebuah bantal atau kaki atasnya di angkat dan di sokong. Pengaruh posisi ini pada persalinan adalah memungkinkan ibu yang lelah untuk istirahat, gaya gravitasi netral, dapat mengurangi hemoroid, dapat mengatasi masalah detak jantung janin, membantu menurunkan tekanan darah tinggi khususnya posisi lateral kiri, menghindari tekanan terhadap sakrum, dapat meningkatkan kemajuan persalinan saat mengganti intervensi berjalan dan dapat menambah rotasi pada bayi dengan oksiput posterior (Simkins, 2005 : 133). Selain itu, tekanan uterus pada vena cava inferior yang mengakibatkan supine hypotensi sindrom dapat dikurangi (Oxorn, 1996). miring juga dapat memberikan rasa santai bagi ibu yang letih, oksigenasi yang baik bagi bayi, dan membantu pencegahan laserasi (Pusdiknakes, 2001). Jika janin diperkirakan berada pada posisi oksiput posterior maka ibu sebaiknya berbaring miring pada sisi yang sama dengan oksiput dan punggung janin karena gaya gravitasi akan mendorong kepala dan tubuh janin ke arah oksiput transversal (Simkins, 2005 : 105). Persalinan Kala II Pada Ibu Bersalin dengan Setengah Duduk Pada penelitian ini dari 160 sampel ibu bersalin dengan posisi setengah duduk di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria terdapat rata-rata percepatan persalinan kala II [78]
untuk posisi setengah duduk pada primi 59,8 menit sedangkan untuk multi 34,28 setengah duduk adalah posisi dimana ibu duduk dengan tubuh membentuk sudut 45 o terhadap tempat tidur dengan kedua lutut dinaikkan atau dirangkul mendekati dada. setengah duduk merupakan posisi yang nyaman pada saat proses persalinan sehingga ibu lebih mudah untuk meneran. ini mudah untuk dilakukan, dapat memperbaiki oksigenasi janin dan menambah dimensi pintu atas panggul (Simkins, 2005 : 132). setengah duduk dapat mengurangi rasa nyeri, memudahkan ibu untuk meneran, mengurangi trauma vagina dan perineum, serta mencegah terjadinya infeksi (Pusdiknakes, 2001). Selain itu posisi setengah duduk juga dapat membantu penurunan janin dengan gravitasi untuk menurunkan janin ke dalam panggul dan terus ke dasar panggul (JNPK- KR, 2007). Perbedaan posisi miring dan setengah duduk pada percepatan persalinan kala II pada ibu bersalin Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok posisi miring (intervensi) dan posisi setengah duduk (kontrol) dimana t hitung = -3.609 untuk posisi miring pada primi sedangkan untuk multi di mana t hitung = -5.485.dan t hitung = - 3.609 untuk posisi setengah duduk pada primi sedangkan untuk multi di mna t = -5.485 Rentang nilai estimasi (CI 95%) adalah 35.835-5.365 untuk primi sedangkan pada multi rentang nilai estimasi (CI 95%) adalah 32.306-12.894 artinya posisi miring pada persalinan kala II selalu mengalami percepatan. Rata-rata perbedaan posisi miring dan setengah duduk pada lama persalinan kala II pada ibu bersalin BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria tahun 2013 adalah pada posisi miring 34,53 menit sedangkan untuk posisi setengah duduk 43,80 Rata-rata percepatan persalinan kala II pada posisi miring lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata percepatan persalinan kala II pada posisi setengah duduk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi miring lebih mempercepat proses persalinan kala II pada ibu bersalin dari pada posisi setengah duduk. setengah duduk merupakan posisi yang nyaman pada saat proses persalinan sehingga ibu lebih mudah untuk meneran, namun berat badan ibu di tempat tidur menimbulkan tekanan terhadap sakrum dan koksigis sehingga mengurangi diameter anterior posterior pintu bawah panggul (Simkins, 2005 : 123). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marida (2007) yang berjudul Gambaran Ibu Bersalin Terhadap Percepatan Inpartu Kala II di BPS Wilayah Punggur terhadap 21 orang ibu bersalin kala II, sebanyak 9 orang menggunakan posisi miring dan 7 diantaranya mengalami percepatan persalinan kala II. Berdasarkan hasil dan teori dapat disimpulkan bahwa miring dapat memberikan rasa santai bagi ibu yang letih, oksigenasi yang baik bagi bayi, dan membantu pencegahan laserasi. Seperti yang dikatakan Simkins (2005), posisi miring memungkinkan ibu yang lelah untuk istirahat, gaya gravitasi netral, dapat mengurangi hemoroid, dapat mengatasi masalah detak jantung janin, membantu menurunkan tekanan darah tinggi khususnya posisi lateral kiri, menghindari tekanan terhadap sakrum, dapat meningkatkan kemajuan persalinan saat mengganti intervensi berjalan dan dapat menambah rotasi pada bayi dengan oksiput posterior. ibu dalam keadaan miring merupakan sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Oleh karena itu penolong persalinan bidan atau dokter dapat menerapkan posisi pada proses persalinan. Menurut Bennet dan Brown (1993 : 206) : dapat mempengaruhi efisiensi dari kontraksi uterus, bila tidak didukung dengan baik dalam pemilihan posisi mungkin akan sulit bagi ibu untuk mengedan, sehingga dapat mengurangi angka partus lama pada ibu bersalin dan asfiksia pada bayi. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata lama persalinan kala II dengan posisi miring pada ibu primipara adalah 48,7 menit dan rata-rata lama persalinan kala II dengan posisi miring pada ibu multipara adalah 26,02 Sedangkan rata-rata lama persalinan kala II dengan posisi setengah duduk pada ibu primipara adalah 59,8 menit dan rata-rata lama [79]
persalinan kala II dengan posisi setengah duduk pada ibu multipara adalah 34,28 Hasil analisis selanjutnya menyimpulkan bahwa ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin primipara (p=0,0021) dan ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin multipara (p=0,002). Demikian juga ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring pada ibu primipara dan ibu mualtipara (p=0,000) dan ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi setengah duduk pada ibu primiapar dan ibu multipara (p=0,000). Akhirnya penelitian ini menyimpulkah bahwa ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin (p= 0,002) dengan perbedaan rata-rata 9,31 * Dosen pada Prodi Kebidanan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang. DAFTAR PUSTAKA Brown, L.K, Bennet, V.R, 1993, Myles Textbook For Midwife, London, Churchill livingstone. Chapman, Vicky, 2006, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, EGC, Jakarta Dinkes Provinsi Lampung, 2008, Profil Kesehatan Lampung Tahun 2007, Lampung. Fraser, Diane. A cooper, Margaret, 2009. Myles Buku Ajar Kebidanan, EGC, Jakarta. JNPK-KR, 2008, Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR/POGI dan JHPIEGO Corporation, Jakarta. Kemenkes RI, 2010, Profil kesehatan Indonesia 2009, Kementerian Kesehata RI, Jakarta. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis, Jilid I, EGC, Jakarta. Oxorn, Harry;Forte, Wiliam, 2010, Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan, YEM, Yogyakarta. Simkins, Penny;Ancheta, Ruth, 2005, Buku Saku Persalinan, EGC, Jakarta. [80]
Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907-0357 [81]