Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA II PADA POSISI MIRING DAN POSISI SETENGAH DUDUK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH POSISI MENERAN SETENGAH DUDUK, POSISI JONGKOK, DAN MIRING PADA IBU PRIMI PARA TERHADAP PROSES PERSALINAN

Perbedaan Posisi Miring Ke Kiri Dan Posisi Setengah Duduk Terhadap Waktu Kala II Pada Ibu Multipara Di RSUD Idaman Banjarbaru

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBEDAAN POSISI MENERAN TERLENTANG DAN KOMBINASI TERHADAP LAMA KALA II DAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

Kata Kunci: Posisi Dorsal Recumbent, Posisi litotomi, Keadaan Perineum

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN POSISI BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) KASIYATI SUKOHARJO

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KELANCARAN PROSES PERSALINAN DI BPS MUKSININ

PERBEDAAN PERCEPATAN LAHIRNYA PLASENTA ANTARA POSISI TERLENTANG DENGAN POSISI ELEVATED RECUMBENT (SETENGAH DUDUK)

PERBEDAAN POSISI PERSALINAN DENGAN LAMANYA WAKTU KALA II DAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN DI RSUD DR R SOEPRAPTO CEPU

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

1. Pendahuluan. STIKES Widyagama Husada Malang

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA

PERBEDAAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN YANG DIBERIKAN POSISI MIRING KIRI DAN POSISI BERDIRI TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA POSISI MIRING KIRI DENGAN PROSES MEMPERCEPAT PENURUNAN KEPALA JANIN PADA PROSES PERSALINAN DI BPM NY. M SLEROK KOTA TEGAL

POSISI-POSISI DALAM PERSALINAN. Hasnerita, S.Si.T. M.Kes

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

KARAKTERISTIKIBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DIRUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Jurnal Kebidanan 08 (02) Jurnal Kebidanan http : / HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

LAMANYA PERSALINAN KALA I DAN II PADA IBU BERSALIN MULTIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH BANDA ACEH

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

PENGARUH POSISI BERSALIN LATERAL DAN SETENGAH DUDUK TERHADAP RUPTUR PERINEUM PADA KALA II

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF NY S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN PARTUS LAMA DI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Mukhasanah**

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-50% kematian wanita usia subur

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

PERBEDAAN PENGUKURAN LINGKAR PANGGUL LUAR DENGAN LAMA PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan

DAFTAR PUSTAKA. APN, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-KR.

HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI DENGAN LAMA KALA I FASE AKTIF CORRELATION OF HUSBAND MENTORING WITH DURATION OF FIRST STAGE ACTIVE PHASE

PENGARUH METODE AKUPRESUR TERHADAP INTENSITAS KONTRAKSI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) NY.H DESA KRAMAT KABUPATEN TEGAL

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

HUBUNGAN HIPERTENSI DAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN BERAT BAYI LAHIR DENGAN KEJADIAN LASERASI PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK SWASTA Hj. SRI WAHYUNI, S.SiT SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM PADA PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM YANG MELAKSANAKAN SENAM NIFAS

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

HUBUNGAN UMUR IBU DAN LAMA PERSALINAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU PRIMIPARA DI BPS NY

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat melahirkan bayi dengan selamat. Ada dua cara persalinan yaitu

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Haemoragic Post Partum di Rumah Bersalin Wijaya Kusuma Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

AKTIVITAS / MOBILISASI PIMPINAN MENERAN DUKUNGAN MENTAL

Transkripsi:

PENELITIAN PERBEDAAN LAMA PERSALINAN KALA II PADA POSISI MIRING DAN POSISI SETENGAH DUDUK Nelly Indrasari* Di BPS Suparini ibu bersalin menggunakan posisi setengah duduk dan belum menggunakan posisi lain seperti posisi miring,posisi tegak,posisi jongkok, posisi terlentang dan posisi duduk bersandar dengan penolong.sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin pada lama kala II di BPS Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan lama persalinan kala II pada posisi miring dan setengah duduk di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria Bandar lampung. Subyek penelitian ini adalah ibu inpartu kala II. Obyek penelitian ini adalah posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin.jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu inpartu kala II di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria. Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus independent two sample sehingga sampel berjumlah 160 dengan tehnik pengambilan sampel accidental sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list melalui observasi. Selanjutnya data di analisis dengan analisis univariat menggunakan mean sedangkan analisis bivariat dengan uji independent sample t- tes.hasil penelitian nilai rata-rata waktu pada persalinan kala II pada posisi miring yaitu 34,54 menit dan pada posisi setengah duduk yaitu 43,85 menit sedangkan perbedaan nilai rata-rata diantara posisi miring dan setengah duduk adalah 9,31 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t didapatkan nilai p value 0,02 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan lama kala II antara kelompok posisi miring dan kelompok posisi setengah duduk. Sehingga disarankan agar penolong persalinan dapat menerapkan posisi miring pada proses persalinan kala II sehingga dapat mengurangi angka partus lama pada ibu bersalin dan asfiksia pada bayi. Kata Kunci : Persalinan, Kala II, Miring. LATAR BELAKANG Menurut WHO angka kematian maternal di dunia diperkirakan sebesar 400 per 100.000 KH dan 98% terjadi di negara-negara berkembang. Kematian maternal ini hampir 95% terjadi di Afrika (251.000 kematian maternal) dan Asia (253.00 kematian maternal) dan hanya 4 % (22.000 kematian maternal) terjadi di amerika latin dan karibia, serta kurang dari 1% (2500 kematian maternal) terjadi di negara-negara yang lebih maju (Yayan.2008 http;www.lusa.web.id). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 228/100.000 kelahiran hidup, dimana salah satu penyebabnya adalah partus lama dengan presentase 5% (Dep Kes 2007). Di propinsi Lampung pada tahun 2005 sebanyak 2,78% kematian ibu disebabkan oleh partus lama (Profil Kesehatan Propinsi Lampung, 2005: 60). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2008 adalah 31/1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia 2009). Di Propinsi Lampung Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebanyak 43 per 1000 kelahiran hidup, penyebab kematian bayi terbanyak adalah asfiksia neonatorum dengan presentase 34,19% (Profil Kesehatan Lampung, 2007 : 52), sedangkan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 terdapat 80 kasus kematian bayi usia 0-7 hari, 22 dintaranya disebabkan oleh asfiksia dengan presentase 27,5 % (Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2008 : 38). Salah satu penyebab terjadinya asfiksia pada bayi adalah terlalu lamanya bayi di jalan lahir atau partus lama. Fraser (2009 : 193) menyatakan bahwa partus lama adalah persalinan dengan kemajuan sangat lambat dengan jumlah waktu persalinan lebih dari 20 jam pada primipara dan 14 jam pada multipara, menurut Oxorn (2010 : 617) pada kala II jangka waktu sampai terjadinya kelahiran tidak boleh melampaui 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multipara. Partus lama akan berdampak buruk baik pada ibu maupun pada janin. Pada ibu, [75]

partus lama menimbulkan efek berbahaya diantaranya terdapat kenaikan pada insiden atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi intrapartum, rupture uteri, kelelahan pada ibu dan syok, sedangkan pada janin dapat menyebabkan asfiksia, kaput suksedaneum, molase kepala janin, cidera akibat tindakan ekstrasi dan pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran dapat mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru dan infeksi sistemik pada janin. Keadaan-keadaan tersebut dapat meningkatkan mordibitas dan mortalitas janin (Oxorn, 2010 ; 616). Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multi kompleks. Menurut Mochtar (1998 : 85) partus lama disebabkan oleh penatalaksanaan persalinan yang tidak tepat. Chapman (2006 : 92) menjelaskan bahwa pembatasan mobilitas khusunya penggunaan posisi yang tidak tepat pada saat proses persalinan dapat menyebabkan partus lama. Pada proses persalinan khususnya kala II, ibu harus dianjurkan untuk memilih posisi. Selain untuk memberikan rasa nyaman, posisi dapat membantu penurunan janin ke dasar panggul dan mempercepat proses persalinan sehingga dapat mencegah terjadinya partus lama. Studi yang dilakukan terhadap ambulasi, mobilitas, dan posisi selama persalinan menyetujui bahwa mobilitas selama persalinan dapat memperbaiki prognosis persalinan. Terdapat beberapa variasi posisi yang dapat ibu pilih dalam bersalin, diantaranya posisi semi-telentang, berjongkok, berlutut, merangkak, berdiri, posisi miring ke kiri, ataupun posisi tegak. Pada posisi miring, memberikan banyak keuntungan diantaranya : perineum dapat jelas di lihat, kontraksi uterus lebih efektif, dan ini dilakukan pada ibu yang kesulitan untuk meregangkan pahanya (Fraser, 2009 : 480). Saat ini banyak ibu bersalin yang lebih memilih posisi setengah duduk pada saat proses persalinan daripada posisi yang lainnya. setengah duduk adalah posisi istirahat dan netral terhadap gaya gravitasi. ini akan membantu seorang wanita yang kelelahan untuk menghemat energinya. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Pasar Ambon angka kejadian asfiksia tahun 2009 sebesar 29,7%. Asfiksia merupakan salah satu dampak dari lamanya janin dijalan lahir, diharapkan pada kala II janin dapat lahir tidak lebih dari normal yaitu 30 menit pada multigravida dan 60 menit pada primigravida. Berdasarkan peneliti sebelumnya penggunaan posisi miring dan setengah duduk pada persalinan kala II diperoleh waktu <30 menit pada multigravida dan <60 menit pada primigravida (Marida, 2007). Di salah satu BPS di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon yaitu BPS Nurjanah hampir 85% hanya menggunakan posisi setengah duduk pada kala II dimana kisarannya adalah 30-60 menit, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil penelitian tentang Perbedaan Lama Kala II pada Miring dan Setengah Duduk Pada Ibu Bersalin Terhadap Lama Persalinan Kala II di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria. METODE Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu inpartu kala II di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria. Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan rumus independent two sample sehingga sampel berjumlah 160 dengan tehnik pengambilan sampel accidental sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list melalui observasi. Selanjutnya data di analisis dengan analisis univariat menggunakan mean sedangkan analisis bivariat dengan uji independent sample t-tes. [76]

HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Melahirkan Variabel Kategorik f % Reproduksi sehat >20 dan Umur <35 th 142 88,75 Reproduksi tidak sehat <20 dan >35 th 18 11,25 Paritas Primipara 60 37,5 Multipara 100 62,5 Miring 80 50 Setengah Duduk 80 50 Lama Rata-rata lama Primi 34 menit Kala II Rata-rata lama multi 43 menit Berdasarkan hasil analisis diskriptif diketahui bahwa ibu yang bersalin yang ada di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria sebanyak 160 ibu dengan usia dalam batas reproduksi sehat sebanyak 142 orang (88,75%) dan dalam batas reproduksi tidak sehat sebanyak 18 orang (11,25%). Status paritas ibu melahirkan primipara sebasar 37,5% (60 orang) sedangkan ibu dengan status paritas multipara sebesar 62,5% (100 orang). Jumah ibu bersalin dengan posisi miring sebanyak 80 orang (50%) dan posisi setengah duduk sebanyak 80 orang (50%). Rata-rata lama kala II pada primipara yaitu 34 menit dan pada multipara 43 Analisis Bivariat Tabel 2: Rata-rata Lama Kala II Primipara pada Miring dan Setengah Duduk Lama Kala II SD SE p value n Miring 48,73 18,12 3,30 30 0,021 Setengah Duduk 59,8 18,14 3,31 30 menunjukkan bahwa untuk posisi miring pada primi rata-rata waktu kala II yaitu 48,73 menit dengan standar deviasi 18,12 menit sedangkan untuk posisi setengah duduk pada primi 59,8 menit dengan standar deviasi 18,14 Hasil analisis dengan uji T didapatkan p-value 0,021(p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada primi dan setengah duduk pada primi. Lebih cepat pada posisi miring 11,07 Tabel 3: Rata-rata Lama Kala II Multipara pada Mirinng dan Setengah Duduk Rata-rata SD SE p value n Lama Kala II Miring 26.02 11.05 1.56 50 0,002 Setengah Duduk 34.28 14.32 2.02 50 menunjukkan rata-rata lama kala II pada ibu bersalin multipara dengan posisi miring yaitu 26,02 menit dengan standar deviasi 11,05 menit sedangkan dengan posisi setengah duduk yaiti 34,28 menit dengan standar deviasi 14,32 Hasil analisis menggunakan UJi T didapatkan hasil p-value 0,002 (p<0,05) artinya terdapar perbedaan yang signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada ibu multi dengan setengah duduk pada ibu multi. Lebih cepat posisi miring 8,26 Tabel 4: Rata-rata Lama Kala II menurut Paritas pada Miring Lama Kala II SD SE p-value n Miring Primipara 48.73 18.12 3.30 0,000 30 Miring Multipara 26,02 11.05 1.56 50 menunjukkan rata-rata lama kala II pada ibu primipara dengan posisi miring yaitu 48,73 menit dengan standar deviasi 18,12 menit sedangkan pada ibu multipara yaitu 26,02 menit dengan standar deviasi 11.05 Hasil analisis dengan menggunakan uji T didapatkan p-value 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada ibu primi dibandingkan dengan posisi miring pada ibu multi. Lebih cepat pada [77]

ibu multi dengan posisi miring 22,71 Tabel 5: Rata-Rata Lama Kala II Menurut Paritas pada Setengah Duduk Setengah Duduk Primipara Setengah Duduk Multipara Lama Kala II SD SE p- value 59.80 18.14 3.31 30 0,0001 34.28 14.32 2.02 50 menunjukkan bahwa rata-rata lama kala II pada ibu primi dengan posisi setengah duduk yaitu 59,80 menit dengan standar deviasi 18,14 menit sedangkan pada multipara yaitu 34,28 menit dengan standar deviasi 14,32 Hasil analisi menggunakan uji T didapatkan hasil p-value 0,000 (p<0.005) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi setengah duduk pada ibu primi dengan posisi setengah duduk pada ibu multi. Lebih cepat posisi setengah duduk pada ibu multi 25,52 Tabel 6: Rata-rata Lama Kala II menurut Lama Kala II SD SE p-value n Miring 34.54 17.85 1.99 80 0,02 Setengah Duduk 43.85 20.06 2.24 80 menunjukkan untuk posisi miring, rata-rata waktu yang di butuhkan pada posisi miring 34,54 menit dengan standar deviasi 17,85 menit sedangkan untuk setengah duduk 43,85 menit dengan standar deviasi 20,06 Hasil analisi menggunakan uji T didapatkan hasil p-value 0,02 (p<0.005) artinya terdapat perbedaan signifikan antara lama kala II dengan posisi miring pada ibu bersalin dengan posisi setengah duduk pada ibu bersalin. Dengan perbedaan rata-rata adalah 9,31 n PEMBAHASAN Lama Kala II Pada Ibu Bersalin dengan Miring Berdasarkan hasil analisis univariat dengan jumlah sampel 160 ibu bersalin ditemukan rata-rata lama kala II pada ibu bersalin dengan posisi miring di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria tahun 2013 rata-rata waktu yang di butuhkan pada posisi miring untuk primi 48,73 menit sedangkan untuk miring pada multi 26,02 miring membuat ibu merasa lebih nyaman dan kontraksi uterus lebih efektif sehingga memudahkan ibu untuk mengedan. miring dapat digunakan sepanjang kala I dan kala II dengan cara ibu berbaring miring, kedua pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi dan diantara kakinya ditempatkan sebuah bantal atau kaki atasnya di angkat dan di sokong. Pengaruh posisi ini pada persalinan adalah memungkinkan ibu yang lelah untuk istirahat, gaya gravitasi netral, dapat mengurangi hemoroid, dapat mengatasi masalah detak jantung janin, membantu menurunkan tekanan darah tinggi khususnya posisi lateral kiri, menghindari tekanan terhadap sakrum, dapat meningkatkan kemajuan persalinan saat mengganti intervensi berjalan dan dapat menambah rotasi pada bayi dengan oksiput posterior (Simkins, 2005 : 133). Selain itu, tekanan uterus pada vena cava inferior yang mengakibatkan supine hypotensi sindrom dapat dikurangi (Oxorn, 1996). miring juga dapat memberikan rasa santai bagi ibu yang letih, oksigenasi yang baik bagi bayi, dan membantu pencegahan laserasi (Pusdiknakes, 2001). Jika janin diperkirakan berada pada posisi oksiput posterior maka ibu sebaiknya berbaring miring pada sisi yang sama dengan oksiput dan punggung janin karena gaya gravitasi akan mendorong kepala dan tubuh janin ke arah oksiput transversal (Simkins, 2005 : 105). Persalinan Kala II Pada Ibu Bersalin dengan Setengah Duduk Pada penelitian ini dari 160 sampel ibu bersalin dengan posisi setengah duduk di BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria terdapat rata-rata percepatan persalinan kala II [78]

untuk posisi setengah duduk pada primi 59,8 menit sedangkan untuk multi 34,28 setengah duduk adalah posisi dimana ibu duduk dengan tubuh membentuk sudut 45 o terhadap tempat tidur dengan kedua lutut dinaikkan atau dirangkul mendekati dada. setengah duduk merupakan posisi yang nyaman pada saat proses persalinan sehingga ibu lebih mudah untuk meneran. ini mudah untuk dilakukan, dapat memperbaiki oksigenasi janin dan menambah dimensi pintu atas panggul (Simkins, 2005 : 132). setengah duduk dapat mengurangi rasa nyeri, memudahkan ibu untuk meneran, mengurangi trauma vagina dan perineum, serta mencegah terjadinya infeksi (Pusdiknakes, 2001). Selain itu posisi setengah duduk juga dapat membantu penurunan janin dengan gravitasi untuk menurunkan janin ke dalam panggul dan terus ke dasar panggul (JNPK- KR, 2007). Perbedaan posisi miring dan setengah duduk pada percepatan persalinan kala II pada ibu bersalin Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok posisi miring (intervensi) dan posisi setengah duduk (kontrol) dimana t hitung = -3.609 untuk posisi miring pada primi sedangkan untuk multi di mana t hitung = -5.485.dan t hitung = - 3.609 untuk posisi setengah duduk pada primi sedangkan untuk multi di mna t = -5.485 Rentang nilai estimasi (CI 95%) adalah 35.835-5.365 untuk primi sedangkan pada multi rentang nilai estimasi (CI 95%) adalah 32.306-12.894 artinya posisi miring pada persalinan kala II selalu mengalami percepatan. Rata-rata perbedaan posisi miring dan setengah duduk pada lama persalinan kala II pada ibu bersalin BPS Suparini, BPS Kartini dan BPS Lia Maria tahun 2013 adalah pada posisi miring 34,53 menit sedangkan untuk posisi setengah duduk 43,80 Rata-rata percepatan persalinan kala II pada posisi miring lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata percepatan persalinan kala II pada posisi setengah duduk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi miring lebih mempercepat proses persalinan kala II pada ibu bersalin dari pada posisi setengah duduk. setengah duduk merupakan posisi yang nyaman pada saat proses persalinan sehingga ibu lebih mudah untuk meneran, namun berat badan ibu di tempat tidur menimbulkan tekanan terhadap sakrum dan koksigis sehingga mengurangi diameter anterior posterior pintu bawah panggul (Simkins, 2005 : 123). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Marida (2007) yang berjudul Gambaran Ibu Bersalin Terhadap Percepatan Inpartu Kala II di BPS Wilayah Punggur terhadap 21 orang ibu bersalin kala II, sebanyak 9 orang menggunakan posisi miring dan 7 diantaranya mengalami percepatan persalinan kala II. Berdasarkan hasil dan teori dapat disimpulkan bahwa miring dapat memberikan rasa santai bagi ibu yang letih, oksigenasi yang baik bagi bayi, dan membantu pencegahan laserasi. Seperti yang dikatakan Simkins (2005), posisi miring memungkinkan ibu yang lelah untuk istirahat, gaya gravitasi netral, dapat mengurangi hemoroid, dapat mengatasi masalah detak jantung janin, membantu menurunkan tekanan darah tinggi khususnya posisi lateral kiri, menghindari tekanan terhadap sakrum, dapat meningkatkan kemajuan persalinan saat mengganti intervensi berjalan dan dapat menambah rotasi pada bayi dengan oksiput posterior. ibu dalam keadaan miring merupakan sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Oleh karena itu penolong persalinan bidan atau dokter dapat menerapkan posisi pada proses persalinan. Menurut Bennet dan Brown (1993 : 206) : dapat mempengaruhi efisiensi dari kontraksi uterus, bila tidak didukung dengan baik dalam pemilihan posisi mungkin akan sulit bagi ibu untuk mengedan, sehingga dapat mengurangi angka partus lama pada ibu bersalin dan asfiksia pada bayi. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata lama persalinan kala II dengan posisi miring pada ibu primipara adalah 48,7 menit dan rata-rata lama persalinan kala II dengan posisi miring pada ibu multipara adalah 26,02 Sedangkan rata-rata lama persalinan kala II dengan posisi setengah duduk pada ibu primipara adalah 59,8 menit dan rata-rata lama [79]

persalinan kala II dengan posisi setengah duduk pada ibu multipara adalah 34,28 Hasil analisis selanjutnya menyimpulkan bahwa ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin primipara (p=0,0021) dan ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin multipara (p=0,002). Demikian juga ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring pada ibu primipara dan ibu mualtipara (p=0,000) dan ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi setengah duduk pada ibu primiapar dan ibu multipara (p=0,000). Akhirnya penelitian ini menyimpulkah bahwa ada perbedaan lama persalinan kala II antara posisi miring dan setengah duduk pada ibu bersalin (p= 0,002) dengan perbedaan rata-rata 9,31 * Dosen pada Prodi Kebidanan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang. DAFTAR PUSTAKA Brown, L.K, Bennet, V.R, 1993, Myles Textbook For Midwife, London, Churchill livingstone. Chapman, Vicky, 2006, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, EGC, Jakarta Dinkes Provinsi Lampung, 2008, Profil Kesehatan Lampung Tahun 2007, Lampung. Fraser, Diane. A cooper, Margaret, 2009. Myles Buku Ajar Kebidanan, EGC, Jakarta. JNPK-KR, 2008, Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR/POGI dan JHPIEGO Corporation, Jakarta. Kemenkes RI, 2010, Profil kesehatan Indonesia 2009, Kementerian Kesehata RI, Jakarta. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologis, Jilid I, EGC, Jakarta. Oxorn, Harry;Forte, Wiliam, 2010, Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan, YEM, Yogyakarta. Simkins, Penny;Ancheta, Ruth, 2005, Buku Saku Persalinan, EGC, Jakarta. [80]

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN 1907-0357 [81]