BAB I KETENTUAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB 6 PROSEDUR KLIRING

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB 5 KLIRING DAN PENYELESAIAN

109 Jasa Kliring dan Penjaminan serta Penyelesaian Transaksi Kontrak Berjangka. 110 Wewenang Lembaga Kliring Dalam Penyelesaian Kontrak Berjangka

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING

BAB 3 KEPENGURUSAN DAN KOMITE LEMBAGA KLIRING

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

DAFTAR ISI PERATURAN DAN TATA TERTIB PT. BURSA KOMODITI & DERIVATIF INDONESIA INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE ( ICDX )

BAB 14 SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 KEANGGOTAAN PENJAMINAN. (a) Anggota Penjaminan Biasa, yang terdiri dari :

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING. 300 Struktur Organisasi. 301 Pengurus. 302 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

PERATURANDANTATATERTI

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 117/BAPPEBTI/PER/03/2015

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

PERHATIAN! PERJANJIAN INI MERUPAKAN KONTRAK HUKUM, HARAP DIBACA DENGAN SEKSAMA PERJANJIAN PEMBERIAN AMANAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

BAB II KETENTUAN UMUM

M E M U T U S K A N :

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

KEPUTUSAN DIREKSI PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA

PT. MAHADANA ASTA BERJANGKA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

BAB 4 KETENTUAN KEANGGOTAAN LEMBAGA KLIRING

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor: 107/BAPPEBTI/PER/11/2013

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

Mekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL TENTANG PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN TRANSAKSI (TRADING RULES) KONTRAK BERJANGKA DAN GULIR KOMODITI PT. FINEX BERJANGKA DI BURSA BERJANGKA JAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

M E M U T U S K A N :

SPESIFIKASI KONTRAK MATA UANG ASING

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

KEPUTUSAN DIREKSI PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

Transkripsi:

BAB I KETENTUAN UMUM 100. DEFINISI Kecuali konteksnya menunjukkan makna yang lain, istilah-istilah yang ditulis dalam huruf kapital dalam Peraturan ini akan mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut: Afiliasi Anggaran Dasar Perseroan Anggota Bursa Anggota Kliring Automated Trading Platform (ATP) Bappebti (a) hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai dengan derajat kedua, baik horizontal maupun vertikal. Hubungan antara Pihak dengan karyawan, Direksi atau Komisaris, dari Pihak tersebut; (c) Hubungan antara dua perusahaan yang mempunyai satu atau lebih Anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang sama; (d) Hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut; (e) Hubungan antara dua perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama; (f) Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utamanya. adalah Anggaran Dasar PT. Indonesia Clearing House Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka, sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka. Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak dari Lembaga Kliring untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka. Sistem Perdagangan Otomatis berbasis internet yang disediakan oleh Bursa Berjangka untuk Anggota Bursa dalam rangka melakukan Perdagangan atas Kontrak Berjangka. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, selaku instansi yang berwenang dalam membina, mengatur dan mengawasi kegiatan perdagangan berjangka komoditi di Indonesia. Bank Penyimpan Bank Devisa Umum yang ditunjuk oleh Lembaga Kliring dan disetujui oleh Bappepti untuk menyimpan Dana Nasabah, Margin, Dana Jaminan Kliring, dan Dana Kliring

Biaya Kliring (Clearing Fee) Bulan Penyerahan biaya yang dipungut dari Anggota Kliring dalam rangka penyelenggaraan transaksi Kontrak Berjangka. Bulan dimana suatu Kontrak Berjangka jatuh tempo, yang penyerahan dan penerimaan barang harus diselesaikan antara Anggota Kliring penjual dan pembeli. Bursa Berjangka Badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka. Cidera Janji (Default) Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) Dana Kliring (Clearing Fund) Derivatif Dewan Direksi Keadaan dimana salah satu atau kedua pihak Anggota Kliring (penjual dan pembeli) gagal memenuhi kewajibannya sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Bursa dan Peraturan Kliring, serta perjanjian lain yang terkait dengan transaksi Kontrak Berjangka. Jaminan tambahan berupa uang tunai dan/atau Surat Berharga yang disetujui oleh dan diterima Lembaga Kliring guna menjamin transaksi Kontrak Berjangka, di luar Initial Margin. Dana yang disisihkan dari pendapatan bersih Lembaga Kliring, yang dikelola untuk tujuan melindungi Lembaga Kliring dari kondisi dan situasi yang mengancam integritas keuangan dan operasional Lembaga Kliring. Kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka. Direksi PT. Indonesia Clearing House atau kuasanya. Harga Penyelesaian Darurat Harga yang ditetapkan oleh Bursa atau kondisi khusus. Berjangka dalam keadaan darurat Harga Penyelesaian (Settlement Price) Hari Perdagangan Harga penutupan yang terbentuk di Bursa Berjangka yang ditetapkan oleh Bursa Berjangka bersama dengan Lembaga Kliring. Hari-hari kerja saat Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring melaksanakan kegiatan usahanya, yaitu selain hari Sabtu, Minggu atau Hari Libur Nasional, serta hari-hari tertentu yang ditetapkan sebagai hari libur kerja bagi Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring. Komite Kliring Komite yang dibentuk oleh Dewan Direksi untuk melaksanakan tugas atau tanggung jawab tertentu sebagaimana ditetapkan oleh Dewan Direksi. Komite Bursa Komite yang diangkat oleh Bursa Berjangka sesuai dengan Peraturan Bursa.

Komoditi Kontrak Berjangka Barang dagangan yang menjadi subyek Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka. suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dalam jumlah, mutu, jenis, tempat, dan waktu penyerahan di kemudian hari yang telah ditetapkan dan termasuk dalam pengertian Kontrak Berjangka ini adalah Opsi atas Kontrak Berjangka. Lembaga Kliring PT. Indonesia Clearing House selaku badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan transaksi di Bursa Berjangka. Margin Menteri Nasabah Likuidasi (Off- Set) Pedagang Berjangka Pegawai Lembaga Kliring ISI Penutupan Perdagangan Penyerahan sejumlah uang dan/atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka. Menteri yang bertanggung jawab di bidang Perdagangan. Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka melalui Rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka. Menutup suatu Posisi Terbuka dengan cara mempertemukan dengan Posisi Terbuka lawannya, yang berakibat terciptanya penyelesaian atas Posisi Terbuka dimaksud. Anggota Kliring yang melaksanakan transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, perusahaannya, atau kelompok usahanya. Direksi, Komisaris, dan karyawan Lembaga Kliring ISI. Waktu atau saat tertentu pada setiap Hari Kerja yang dinyatakan sebagai waktu atau saat dimana perdagangan dihentikan untuk hari itu. Penyelesaian dengan cara pemenuhan kewajiban penyerahan (delivery) sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Kontrak Berjangka yang disepakati oleh pihak-pihak yang terkait. Peraturan Kliring Peraturan Bursa Peraturan dan Tata tertib yang dibuat oleh Lembaga Kliring yang diberlakukan setelah memperoleh persetujuan dari Bappebti. Peraturan dan Tata tertib yang dibuat oleh Bursa Berjangka yang diberlakukan setelah memperoleh persetujuan dari Bappebti.

Pialang Berjangka Pihak Posisi Terbuka (Open Position) Rekening Terpisah (Segregated Account) Secara Tertulis Peraturan Perundangundangan Anggota Bursa yang berbentuk badan hukum yang menjalankan kegiatan jual atau beli Kontrak Berjangka atas amanat Nasabah, dengan menarik Margin untuk menjamin pelaksanaan transaksi yang diamanatkan Nasabah tersebut. Orang perseorangan, koperasi, badan usaha lain, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok orang perseorangan dan/atau perusahaan yang terorganisasi. Posisi beli atau posisi jual dalam Kontrak Berjangka yang belum dilikuidasi (Off-Set) sebelum Kontrak jatuh tempo. Rekening Pialang Berjangka atau Lembaga Kliring pada Bank Penyimpan yang disetujui oleh Bappebti untuk menyimpan dana Nasabah, dan terpisah dari kekayaan Pialang Berjangka atau Lembaga Kliring dimaksud; Tertulis, diketik, dicetak atau ditulis tangan, termasuk dengan cara elektronik atau rekaman. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, berikut seluruh Peraturan Pemerintah dan Peraturan Pelaksanaannya yang terkait. 101. LEMBAGA KLIRING (a) Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan, dalam rangka mendukung proses pelaksanaan dan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, dan efektif di Bursa Berjangka, maka penyelenggaraan Bursa Berjangka dimaksud akan dilengkapi dengan Lembaga Kliring. Sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya yang ditetapkan dalam Peraturan Kliring, Lembaga Kliring akan menyediakan fasilitas pelaksanaan jasa kliring dan menjamin penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka. 102. JASA KLIRING DAN PENJAMINAN PENYELESAIAN KONTRAK BERJANGKA (a) Dalam rangka penyelesaian Kontrak Berjangka, Lembaga Kliring memberi layanan sebagai berikut : (i) Jasa Kliring dan penjaminan penyelesaian atas transaksi Kontrak Berjangka; (ii) Jasa Penyelesaian Kontrak Berjangka yang jatuh tempo baik melalui penyerahan barang (Delivery) atau penyelesaian secara tunai (Cash Settlement);

(iii) Jasa-jasa lain yang terkait, yang mendapat persetujuan dari Bappebti. Jasa kliring dan penjaminan transaksi kontrak berjangka serta penyelesaian kontrak berjangka yang jatuh tempo hanya diberikan atas transaksi yang dilakukan antara Anggota Kliring. 103. PERAN & FUNGSI LEMBAGA KLIRING (a) Melakukan fungsi Novasi dimana Lembaga Kliring akan bertindak sebagai pihak lawan (counterparty) terhadap masing-masing dan setiap pihak yang melakukan transaksi perdagangan berjangka; dengan demikian menjadi penengah yang mencegah hubungan langsung / bertemunya secara langsung antara pihak-pihak yang melakukan transaksi perdagangan berjangka di Bursa; Lembaga Kliring akan melakukan fungsi Novasi dimaksud Huruf (a) di atas setelah masing-masing Pihak Penjual dan Pembeli dipastikan telah memenuhi kewajiban Initial Margin dan Variasi Margin atas posisi Kontrak tersebut; (c) Menjamin penyelesaian masing-masing Kontrak Berjangka yang dilakukan melalui mekanisme: (i) (ii) Offset; Penyerahan fisik; atau (iii) Cash Settlement; (d) Memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Kliring Berjangka. (e) Mendokumentasikan dan menyimpan semua data yang berkaitan dengan kegiatan Lembaga Kliring. (f) Melakukan pemeriksaan yang dianggap perlu, berkaitan dengan adanya dugaan pelanggaran yang disampaikan oleh Bursa Berjangka, atau oleh Anggota Kliring atau pihak lain, yang terjadi pada proses kliring dan settlement; (g) Menyampaikan kepada Komite Kliring mengenai dugaan adanya pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf (f) di atas, dan meminta Komite Kliring untuk memulai pemeriksaan atas dugaan terjadinya pelanggaran dimaksud; (h) (i) Melaporkan masalah-masalah di atas ke Bappebti, jika menurut pertimbangan Lembaga Kliring, Bappebti memiliki kewenangan atas hal itu. Mengenakan sanksi jika pelanggaran tersebut terbukti terjadi.

104. KEWENANGAN UMUM LEMBAGA KLIRING Lembaga Kliring memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: (a) Mengubah, menambah ataupun memodifikasi Peraturan Kliring atau bagian dari Peraturan dimaksud dengan persetujuan Bappebti; (c) (d) Menetapkan kewajiban persyaratan keuangan minimum dan pelaporan; Menetapkan biaya keanggotaan dan biaya lain; Mengambil tindakan tertentu yang dianggap perlu sehubungan dengan kegagalan Anggota Kliring untuk memenuhi kewajiban keuangan, ataupun menghentikan untuk sementara atau mencabut semua hak sebagai Anggota Kliring setelah berkoordinasi dengan Bursa Berjangka dan Bappebti; (e) (f) (g) Mengambil tindakan yang dianggap perlu jika terjadi suatu pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota Kliring yang membahayakan integritas keuangan dan reputasi Lembaga Kliring; Menetapkan parameter dan formula dalam menghitung Margin; Bersama-sama dengan Bursa Berjangka melakukan audit atau pemeriksaan terhadap Anggota Kliring; 105. KEWENANGAN LEMBAGA KLIRING DALAM PENYELESAIAN KONTRAK BERJANGKA Dalam memberikan jasa Kliring dan Penyelesaian Kontrak Berjangka, Lembaga Kliring berwenang untuk: (a) Melakukan kliring atas transaksi Kontrak Berjangka yang dilakukan Anggota Kliring; (c) (d) (e) Mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan kliring dan penyelesaian Kontrak Berjangka; Memerintahkan Bank Penyimpan untuk melakukan proses penyelesaian pembayaran atas Transaksi Kontrak Berjangka dengan cara pemindahbukuan; Menerima pembayaran dari Anggota Kliring yang posisi kontrak berjangkanya mengalami kerugian; Melakukan pembayaran kepada Anggota Kliring yang posisi kontrak berjangkanya mendapat keuntungan;

(f) (g) (h) (i) (j) Menerima Pemberitahuan Penyerahan dan Surat Bukti Penyimpanan Barang dari Anggota Kliring Penjual dan mengalokasikannya kepada Anggota Kliring Pembeli; Menggunakan Margin untuk penyelesaian Kontrak Berjangka Anggota Kliring yang bersangkutan; Menggunakan Dana Jaminan Kliring (Security Deposit) apabila kecukupan Margin tidak dipenuhi; Hak untuk melikuidasi Posisi Terbuka yang dimiliki Anggota Kliring; Membekukan (suspend) keanggotaan Anggota Kliring apabila tidak memenuhi kewajiban keuangan dan kewajiban penjaminan. 106. BATASAN TANGGUNG JAWAB (LIMITED LIABILITY) (a) Tanggung jawab keuangan Lembaga Kliring atas pelaksanaan fungsi kliring dibatasi hanya pada kerugian yang timbul dari fungsi Substitusi (Novasi) Lembaga Kliring terhadap kontrak berjangka yang terjadi antar Anggota Kliring. Lembaga Kliring tidak bertanggung jawab atas: (i) (ii) (iii) (iv) (v) Kewajiban dari Pihak yang bukan Anggota Kliring; Kewajiban Anggota Kliring terhadap Nasabah; Kewajiban Anggota Kliring Penjamin terhadap pihak yang dijaminnya; Kewajiban Nasabah dari Anggota Kliring; Semua kerugian yang timbul akibat kelalaian / kesalahan Anggota Kliring dalam memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam kontrak. 107. KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Lembaga Kliring, Dewan Direksi, Komite Kliring, pegawai dan pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan Perdagangan Berjangka wajib tunduk pada Peraturan Perundang-undangan di bidang perdagangan berjangka komoditi. 108. PERUBAHAN PERATURAN (a) Peraturan Kliring ini adalah Peraturan dan Tata Tertib yang dibuat dalam rangka mengatur kepentingan Lembaga Kliring. Lembaga Kliring berhak, dari waktu ke waktu untuk melakukan perubahan, penambahan, dan pencabutan apabila dipandang perlu guna penyempurnaan Peraturan Kliring.

(c) Setiap perubahan Peraturan Kliring hanya dapat dilakukan oleh Lembaga Kliring sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perdagangan berjangka setelah berkoordinasi dengan Bursa Berjangka, dan berlaku setelah mendapat persetujuan dari Bappebti. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran, ketidaksesuaian, atau pertentangan antara ketentuan dalam Peraturan Kliring dan Peraturan Perundang-undangan, maka Peraturan Perundangundangan akan diberlakukan.