BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental laboratoris post test with control group design. 1. Populasi : Mahasiswa Pendidikan Dokter Angkatan 2013.

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

III. BAHAN DAN METODE

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental dan bersifat laboratoris. B. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian, Laboratorium Teknologi Farmasi dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Februari-Agustus 2017. C. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian a. Variabel penelitian uji sifat fisis sediaan obat kumur 1.) Variabel bebas Konsentrasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dalam sediaan obat kumur. 2.) Variabel tergantung Sifat fisis sediaan obat kumur. 26

27 3.) Variabel terkendali Volume sediaan obat kumur (10 ml) b. Variabel penelitian uji antibakteri 1.) Variabel bebas Konsentrasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dalam sediaan obat kumur. 2.) Variabel tergantung Diameter zona hambat pada uji daya antibakteri 3.) Variabel terkendali - Suhu inkubator 37 C - Lama inkubasi 24 jam - Volume obat kumur (10ml) - Daun seledri yang digunakan berasal dari tempat yang sama 4.) Variabel tak terkendali Senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daun seledri. 2. Definisi Operasional a. Daun seledri yang digunakan berasal dari tempat yang sama yaitu dipanen dari daerah Muntilan, Jawa Tengah. b. Obat kumur ekstrak seledri merupakan sediaan obat kumur yang dibuat dari bahan aktif yaitu ekstrak etanol daun seledri dengan variasi konsentrasi ekstrak daun seledri yang digunakan adalah 12,5%, 15% dan 25%.

28 c. Evaluasi sediaan obat kumur ekstrak daun seledri meliputi evaluasi fisis dan efektivitasnya terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. d. Uji fisis sediaan obat kumur meliputi uji organoleptik (warna dan bau sediaan), ph dan homogenitas. e. Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph indicator strips. f. Uji homogenitas dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap sediaan dalam wadah yang bening sehingga mudah diamati. g. Pertumbuhan bakteri adalah pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans membentuk koloni bakteri yang diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. h. Diameter zona hambat adalah area bening yang muncul di sekitar kertas cakram setelah dilakukan uji antibakteri. D. Instrumen Penelitian 1. Alat penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik METTLER TOLEDO, timbangan skala Lion Star, kain hitam, tampan, blender, alumunium foil, kulkas SAMSUNG, waterbath memmert, tabung reaksi, rotary evaporator IKA, alat-alat berupa gelas yang lazim (gelas ukur, gelas beker, cawan petri, cawan porselen), toples, mikropipet, kamera Canon, phindicator strips, kertas saring, kain flannel, kertas label, saringan,

29 handscoon, masker Sensi, penggaris plastik Butterfly, tisu Multi, kaca pengaduk, magnetic stirrer CIMAREC, lampu spiritus, incubator, kapas lidi, korek api, paper disc, ose, corong Herma, sendok plastik, sendok stainlesstell, Erlenmeyer PYREX, plastic wrap, bejana elusi CAMAG, pot salep, tampah bambu, ember Lion Star, rak tabung, Laminar Air Flow, Pinset, kapas, oven memmert, lampu UV 245 nm dan lampu UV 366nm. 2. Bahan penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun seledri (Apium graveolens L.), bakteri Streptococcus mutans, Etanol 70% Brataco, HCl, peppermint oil, aquades, sorbitol 70%, obat kumur MINOSEP, Larutan NaCl fisiologis 0,9%, media TSA (Trypticase Soy Agar), BHI (Brain Heart Infusion), serbuk Zn, plat silica gel GF 254, HCl 2N, HCl pekat, reagen FeCl 3, reagen Liebermann-Burchard, pereaksi Sitroborat, n-heksan, dan etil asetat. E. Cara Kerja 1. Identifikasi Tanaman Identifikasi seledri (Apium graveolens L.) dilakukan di Laboratorium Farmasi Biologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. 2. Ekstraksi Daun seledri yang digunakan dalam penelitian ini dipanen dari daerah Muntilan. Daun dipisahkan dari batangnya kemudian disortir dan dicuci bersih dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Daun

30 seledri segar sebanyak 1 kg yang sudah dicuci bersih ditiriskan dengan tampah bambu, lalu dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Daun yang sudah kering dan tampak kriuk ditimbang. Sedikit demi sedikit daun kering dihaluskan dengan blender. Dari 1 kg daun segar diperoleh simplisia berupa serbuk kering dan halus. Serbuk halus diekstrak dengan metode maserasi. Maserasi dilakukan dengan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10. Penggunaan etanol sebagai pelarut karena etanol merupakan pelarut universal yang dapat melarutkan senyawa polar, semi polar dan non polar, serta dapat menghambat kerja enzim dan mengendapkan protein dalam simplisia (Oktavia et al., 2017). Proses maserasi dilakukan selama 3 hari. Rendaman diaduk setiap 6 jam pertama, kemudian pada 18 jam berikutnya didiamkan sampai jenuh. Pengadukan dilanjutkan dengan sekali per hari. Setelah selesai 3 hari masa perendaman, saring dan pisahkan antara ekstrak cair dan ampas menggunakan kain flannel dan disaring ulang menggunakan kertas saring. Ekstrak cair yang sudah terkumpul disatukan dalam wadah tertutup, kemudian diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator dan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental. 3. Analisis Zat Aktif a. Uji fitokimia dengan reagen Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan yang berupa uji kualitatif profil kimia. Tujuannya yaitu untuk mengetahui kandungan

31 metabolit sekunder yang ada dalam ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.). 1.) Uji kandungan flavonoid Analisis kualitatif flavonoid dilakukan dengan menimbang 0,5 gram ekstrak kental dilarutkan dalam 25 ml air hangat. Pisahkan 5 ml filtrat, tambahkan 250 mg serbuk Zn, beberapa tetes HCl 2N dan HCl pekat. Jika terjadi perubahan warna menjadi merah maka positif mengandung flavonoid (Mangunwardoyo et al., 2009). 2.) Uji kandungan saponin Ambil 0,5 gram ekstrak, larutkan dalam 10 ml aquades. Gojok selama 1 menit dalam tabung reaksi. Amati apakah timbul busa. Jika timbul busa, tambahkan beberapa tetes HCl 1% dan tunggu sampai 10 menit. Apabila busa stabil dalam kurun waktu tersebut maka ekstrak positif mengandung saponin (Karlina et al., 2013) 3.) Uji kandungan tannin 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 10 ml air hangat. Bagi dalam 2 tabung. Tabung 1 sebagai pembanding dan 1 lainnya sebagai uji. Tabung uji ditetesi 2 tetes FeCl 3 0,1N. Jika terjadi perubahan warna menjadi biru hitam atau biru hijau menunjukan adanya senyawa tannin dalam ekstrak (Mangunwardoyo et al., 2009).

32 b. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Uji dengan metode KLT dilakukan dengan menggunakan fase gerak n- heksan:etil asetat (4:1) dan fase diam silica gel GF 254 dengan ukuran 3x10 cm. Cara kerja uji dengan metode ini yaitu pertama timbang 0,5 gram ekstrak kental daun seledri, larutkan dalam etanol 70%. Saring filtrat dengan kertas saring. Totolkan filtrat yang sudah disaring dengan pipa kapiler dengan beberapa kali totolan pada ketiga plat silika. Masingmasing plat diberi 2 lokasi totolan yang berjarak 1 cm. Angin-anginkan sampai kering. Buat larutan eluen sebanyak 10 ml dalam bejana elusi yang berupa campuran n-heksan:etil asetat (4:1). Berikan kertas saring untuk mengetahui bahwa larutan sudah jenuh. Jika larutan eluen sudah jenuh maka masukkan plat dalam bejana. Tunggu sampai larutan eluen mencapai batas atas plat silika, yaitu 1 cm sebelum ujung plat. Angkat dan keringkan plat. Hasil dapat diamati dengan melihat warna bercak yang timbul di bawah sinar tampak, sinar UV 254 nm dan UV 366 nm. Bercak dapat diamati lebih jelas dengan dilakukan reaksi penyemprotan. Kemudian hitung nilai Rf nya dengan rumus berikut:

33 Analisis senyawa dengan KLT terhadap obat kumur ekstrak seledri dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut (Winadi, 2017): 1.) Saponin Fase diam : silica gel GF 254 Fase gerak : n-heksan:etil asetat (4:1) Deteksi : sinar UV 254 nm, UV 366 nm, pereaksi Liebermann- Burchard 2.) Tanin Fase diam : silica gel GF 254 Fase gerak : n-heksan:etil asetat (4:1) Deteksi : sinar UV 254 nm, UV 366 nm, FeCl 3 3.) Flavonoid Fase diam : silica gel GF 254 Fase gerak : n-heksan:etil asetat (4:1) Deteksi : sinar UV 254 nm, UV 366 nm, sitroborat 4. Formulasi a. Preformulasi 1.) Peppermint oil Bahan ini ditambahkan untuk menutupi rasa yang kurang enak dari bahan lain dalam formula sediaan (Mutmainnah, 2013).

34 2.) Sorbitol Gambar 4. Struktur formula sorbitol (Rowe et al., 2009) Sorbitol adalah senyawa kimia yang sering digunakan dalam formulasi. Sorbitol berupa bubuk tidak berbau, putih atau hampir tidak berwarna dan bersifat higroskospis. Bahan ini cenderung kompatibel dengan eksipien lainnya. Biasanya sorbitol digunakan sebagai humectant, plastisizer, agen penstabil, dan pemanis. Dalam pemakaiannya, sorbitol resisten terhadap pertumbuhan mikroba. Kelarutannya dalam air yaitu 1 dalam 0.5 bagian air. Sebagai campuran dalam pembuatan larutan oral, konsentrasi sorbitol yang diperlukan untuk formulasi adalah 20-35% (Rowe et al., 2009). Sorbitol terbukti dapat mempertahankan kestabilan ph saliva pada pencegahan terjadinya karies gigi (Soesilo et al., 2006). 3.) Aquades Aquades digunakan sebagai pelarut dalam formulasi.

35 b. Formulasi Obat Kumur Tabel 2. Formula Obat Kumur Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium graveolens L) Bahan F12,5 F15 F25 (12.5%) (15%) (25%) Ekstrak etanol daun 1,25 1,5 2,5 seledri (g) Peppermint oil (ml) 0,1 0,1 0,1 Sorbitol (g) 2 2 2 Aquades ad (ml) 10 10 10 Volume akhir (ml) 10 10 10 Daun seledri yang telah diekstrak diformulasikan ke dalam bentuk sediaan obat kumur. Obat kumur dibuat dalam 3 variasi kadar ekstrak sesuai pada tabel 3. 1.) Formula 1 (F12,5) Ekstrak etanol daun seledri 1,25 gram dilarutkan dalam sorbitol sebanyak 2 ml menggunakan cawan porselen dan sendok stainless. Masukkan 0,1 ml peppermint oil. Tambahkan 5 ml aquades ke dalam campuran. Pindahkan larutan ke dalam gelas ukur, tambahkan dengan aquades hingga volume 10 ml. 2.) Formula 2 (F15) Ekstrak etanol daun seledri 1,5 gram dilarutkan dalam sorbitol sebanyak 2 ml menggunakan cawan porselen dan sendok stainless. Masukkan 0,1 ml peppermint oil. Tambahkan 5 ml aquades ke dalam campuran. Pindahkan larutan ke dalam gelas ukur, tambahkan dengan aquades hingga volume 10 ml.

36 3.) Formula 3 (F25) Ekstrak etanol daun seledri 2,5 gram dilarutkan dalam sorbitol sebanyak 2 ml menggunakan cawan porselen dan sendok stainless. Masukkan 0,1 ml peppermint oil. Tambahkan 5 ml aquades ke dalam campuran. Pindahkan larutan ke dalam gelas ukur, tambahkan dengan aquades hingga volume 10 ml. c. Uji Karakteristik Fisis Obat Kumur Evaluasi karakteristik fisik formula akan dilakukan setelah sediaan dibuat yaitu melalui uji organoleptis, pengukuran ph dan homogenitas. Evaluasi karakteristik fisik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1.) Pengamatan organoleptis Pengamatan organoleptis merupakan uji yang dilakukan secara makroskopis dengan memeriksa warna dan bau sediaan. 2.) Pengukuran ph Pengukuran ph obat kumur ekstrak daun seledri dilakukan menggunakan ph strips. Pemilihan alat ini untuk mengetahui bahwa ph sediaan sesuai dengan syarat pembuatan sediaan obat kumur yaitu pada rentang ph 5-6 (Sakinah et al., 2016). 3.) Homogenitas Uji ini dilakukan dengan pengamatan secara makroskopis dalam wadah yang bening.

37 5. Uji Efektivitas Obat Kumur a. Pembiakkan Bakteri Streptococcus mutans Koloni bakteri Streptococcus mutans dilakukan subkultur dalam agar TSA selama 24 jam pada suhu 37 C. Koloni bakteri yang sudah ditumbuhkan kemudian diambil dengan menggunakan ose steril, masukkan ke dalam NaCl sebanyak 2 ml. Larutan bakteri diinkubasi selama 3 jam pada suhu 37 C. Larutan tersebut kemudian diencerkan dengan cara diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam larutan Brain Heart Infussion (BHI) sebanyak 9 ml (Pratiwi, 2017). b. Uji antibakteri Laminar Air Flow (LAF) disiapkan untuk uji antibakteri dan alat yang akan digunakan dalam uji ini disterilkan. Setelah siap, larutan bakteri diusap pada media TSA padat. Paper disc direndam pada sampel uji yaitu formula obat kumur ekstrak etanol seledri (Apium graveolens L.) dengan seri konsentrasi yang telah ditentukan untuk kelompok perlakuan. Klorheksidin untuk kontrol pembanding dan formula dasar sebagai kontrol negatif. Selanjutnya paper disc ditempelkan pada permukaan media agar. Media yang sudah diberi perlakuan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam masa inkubasi untuk mengetahui pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dengan melihat zona bening yang muncul di sekitar kertas paper disc. Diameter zona hambat diukur

38 untuk mengetahui efektivitas obat kumur ekstrak etanol daun seledri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. F. Skema Langkah Kerja Gambar 5. Skema Langkah Kerja

39 G. Analisis Data Analisis deskriptif dilakukan terhadap data pengamatan uji fitokimia, profil KLT pada komponen senyawa ekstrak etanol, hasil evaluasi karakteristik fisis sediaan obat kumur yang dihasilkan. Hasil pengukuran dari zona hambat pada uji antibakteri dibandingkan antara satu dengan yang lainnya, dengan mengukur diameter zona hambat antibakteri obat kumur ekstrak etanol daun seledri kadar 12,5%, 15%, 25%, dan formula obat kumur yang mengandung klorheksidin. Formula uji teraktif pada uji antimikroba adalah yang memiliki diameter zona hambat terbesar.