DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR SINGKATAN... xv Halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.3.1 Tujuan Umum... 5 1.3.2 Tujuan Khusus... 5 1.4 Manfaat Penelitian... 5 1.4.1 Manfaat Teoritis... 5 1.4.2 Manfaat Praktis... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Skizofrenia... 7 2.1.1 Definisi Skizofrenia... 7 2.1.2 Etiologi Skizofrenia... 7 2.1.3 Gejala-Gejala Skizofrenia... 8 2.1.4 Jenis-Jenis Skizofrenia... 10
2.1.5 Penatalaksanaan Skizofrenia... 11 2.2 Konsep Dasar Perilaku Agresif... 12 2.2.1 Definisi Perilaku Agresif... 12 2.2.2 Jenis-Jenis Perilaku Agresif... 12 2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif... 13 2.2.4 Rentang Respon Kemarahan... 15 2.3 Konsep Dasar Terapi Aktivitas Kelompok... 16 2.3.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok... 16 2.3.2 Jumlah Anggota Kelompok pada Terapi Aktivitas Kelompok... 17 2.3.3 Lamanya Sesi pada Terapi Aktivitas Kelompok... 17 2.3.4 Jenis-Jenis Terapi Aktivitas Kelompok... 17 2.4 Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Agresif... 28 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep... 30 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 31 3.2.1 Variabel Penelitian... 31 3.2.2 Definisi Operasional... 31 3.3 Hipotesis... 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 33 4.2 Kerangka Kerja... 34 4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 35 4.3.1 Tempat Penelitian... 35 4.3.2 Waktu Penelitian... 35 4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian dan Sampel Penelitian... 35 4.4.1 Populasi Penelitian... 35 4.4.2 Teknik Sampling Penelitian... 35 4.4.3 Sampel Penelitian... 36
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data... 36 4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan... 36 4.5.2 Cara Pengumpulan Data... 36 4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data... 38 4.5.4 Etika Penelitian... 39 4.6 Pengolahan dan Analisa Data... 40 4.6.1 Teknik Pengolahan Data... 40 4.6.2 Teknik Analisa Data... 41 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 43 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian... 44 5.1.2 Analisis Univariat... 45 5.1.2 Analisis Bivariat... 47 5.1.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 50 5.2 Keterbatasan Penelitian... 59 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan... 60 6.2 Saran... 61 DAFTAR PUSTAKA Lampiran
ABSTRAK Perilaku agresif merupakan suatu perilaku dimana secara spesifik lebih menekankan kepada permasalahan dalam hal mengontrol impuls. Perilaku agresif ini dapat diminimalisir dengan pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol perilaku agresif pada pasien skizofrenia. Penelitian ini merupakan studi quasi experimental (nonequivalent control group design). Sampel terdiri dari 14 orang yang dipilih dengan cara purposive sampling, dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok kontrol dan perlakuan. Pengumpulan data dilakukan melalui check list pada kuesioner untuk mengetahui kemampuan mengontrol perilaku agresif. Berdasarkan uji Chi Square menunjukan bahwa ada pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol perilaku agresif dengan nilai p=0.000 < 0.05. Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi profesi keperawatan khusunya keperawatan jiwa untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam pemilihan sampel penelitian dapat dilakukan secara homogen dengan menggunakan instrument penelitian lembar observasi dalam check list agar dapat melakukan evaluasi setelah kegiatan intervensi berakhir dan untuk dapat melihat perkembangan kemampuan mengontrol perilaku agresif serta untuk mengetahui pengaruh intervensi TAK secara lebih efektif. Kata kunci: TAK stimulasi persepsi, pasien skizofrenia, perilaku agresif Referensi (81: 2005-2015)
ABSTRACT Aggressive is a behavior that specifically the problems of controlling impulses. Aggressive can be minimized by giving the perception stimulation group activity therapy. This study aims to determine influence of stimulation perception group activity therapy of the ability to control aggressive behavior in schizophrenia patients. This study is a quasi-experimental study (nonequivalent control group design). The sample consisted of 14 people selected by purposive sampling, divided by two groups: control and treatment groups. Data collected by check list questionnaire to measure the ability to control aggressive behavior. Based on Chi Square test showed that perception stimulation group activity therapy influence on the ability to control aggressive behavior with p = 0.000 < 0.05. The results of this study can be guidelines for the nursing profession especially mental health nursing to develop further research in the selection of the sample can be homogeneously and using observation sheet instrument to conduct an evaluation after the intervention ended, and able to see the development ability to control aggressive behavior and to investigate the effect of group activity therapy interventions more effectively. Keywords: stimulation perception group activity therapy, patients with schizophrenia, aggressive behavior Reference (81: 2005-2015)
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini kesehatan merupakan suatu hal yang harus dijaga untuk kelangsungan hidup. Kesehatan yang dimaksud adalah kesehatan fisik dan jiwa. Menurut undang-undang (UU) No. 18 tahun 2014, kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang individu mampu berkembang dalam hal fisik, mental, sosial dan spiritual sehingga individu tersebut menyadari kemampuan yang dimiliki, mampu mengatasi tekanan, mampu bekerja secara produktif dan mampu berkontribusi dalam hal positif. Sementara itu menurut UU No 23 tahun 1996 kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal di dalam diri seseorang dan perkembangan tersebut berjalan seiring dengan keadaan orang lain. Dengan kata lain, kesehatan jiwa tidak hanya terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mempunyai perasaan yang sehat dan bahagia, mampu mengahadapi tantangan dalam menjalani kehidupan, mampu beradaptasi dengan orang lain dan lingkungan, serta mampu menumbuhkan sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009). Di sisi lain fenomena terkait kesehatan jiwa yang belakangan ini menjadi masalah yang serius terutama di kalangan masyarakat awam adalah gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau perilaku yang berhubungan dengan distress atau penderitaan yang menyebabkan gangguan pada salah satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2011). Saat ini fenomena gangguan jiwa mengalami peningkatan seiring dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi yang pesat dan perkembangan dunia politik. Ini dibuktikan melalui data dari Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, dimana indikator kesehatan jiwa yang dinilai salah satunya adalah gangguan jiwa berat (Idaiani dkk dalam Riskesdas, 2013). Berdasarkan data dari hasil Riskesdas tahun 2013 tersebut menjelaskan bahwa, untuk prevalensi gangguan jiwa berat seluruh provinsi di Indonesia sebesar 1,7 juta dan provinsi dengan tingkat gangguan jiwa berat tertinggi adalah Provinsi Aceh, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi D.I. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Bali (Riskesdas, 2013).
Jenis gangguan jiwa berat yang dimaksud adalah Skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang menimbulkan terjadinya gangguan kognitif, afektif, perilaku dan motivasi sehingga akan menyebabkan adaptasi pasien terhadap lingkungannya terganggu. Skizofrenia secara definisi merupakan suatu gangguan yang harus terjadi sedikitnya selama 6 bulan atau lebih, termasuk sedikitnya selama 1 bulan mengalami waham, halusinasi, pembicaraan yang kacau, perilaku kacau atau perilaku negatif. Bahkan terkadang orang dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia ini tidak segan-segan untuk melukai dirinya sendiri dan orang lain (Kaplan & Sadock, 2007; Rosita, 2011). Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif dari skizofrenia berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Sedangkan untuk gejala negatif dari skizofrenia terdiri dari alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, minim kontak emosional (cenderung pendiam atau sulit diajak bicara), bersikap pasif, apatis atau acuh tak acuh, kesulitan dalam hal berpikir dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif serta terkadang melakukan perilaku kekerasan atau perilaku agresif (Siahaan, 2012). Salah satu gejala negatif yang dialami oleh orang dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia adalah perilaku agresif. Perilaku agresif merupakan suatu perilaku dimana secara spesifik lebih menekankan kepada permasalahan dalam hal mengontrol impuls. Gejala ini meliputi adanya permusuhan yang jelas, seperti melakukan perlakuan kasar baik secara verbal atau fisik bahkan sampai melakukan penyerangan, perilaku melukai diri sendiri dan orang lain, melakukan bunuh diri, serta membakar rumah dengan sengaja atau merusak benda milik orang lain. Adapun hal lain yang ditimbulkan dari ketidakmampuan mengontrol impuls (impulsiveness) ini yaitu seperti adanya gangguan terkait peran seksual, juga termasuk kedalam kategori gejala negatif dari perilaku agresif (Pinem, 2011). Berdasarkan data yang dirangkum dari rekam medik di Rumah Sakit Jiwa Prov. Bali, jumlah pasien skizofrenia yang dirawat maupun rawat jalan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 jumlah pasien dengan skizofrenia (laki-laki dan perempuan) yang dirujuk ke poli jiwa sebanyak 3.796 orang dari total pasien yang dirujuk sebanyak 5.942 orang (63,88%), pada tahun 2012 sebanyak 3.876 orang dari total pasien yang dirujuk sebanyak 6.267 orang
(61,85%), pada tahun 2013 sebanyak 3.903 orang dari total pasien yang dirujuk sebanyak 7.411 orang (52,66%), dan pada tahun 2014 sebanyak 4.660 orang dari total pasien yang dirujuk sebanyak 9.557 (48,8%). Dari data periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan jumlah kunjungan pasien dengan skizofrenia mengalami peningkatan, tetapi dari presentase mengalami penurunan. Penatalaksanaan yang diberikan kepada orang dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia (terutama dengan ketidakmampuan mengontrol perilaku agresif) adalah terapi biologis dan terapi modalitas. Salah satu terapi biologis yang diterapkan adalah terapi dengan menggunakan obat. Terapi dengan penggunaan obat antipsikosis dapat meredakan gejala-gejala skizofrenia. Obat yang digunakan adalah chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua obat tersebut termasuk kelompok obat phenothiazines, reserpine (serpasil), serta haloperidol (haldol) dan sering disebut sebagai obat penenang utama. Chlorpromazine (thorazine) dan fluphenazine decanoate (prolixin) ini dapat menimbulkan rasa kantuk dan lesu, tetapi tidak mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun diberikan dalam dosis yang sangat tinggi (orang yang mengkonsumsi kedua obat tersebut dapat terbangun dengan mudah). Terapi lain yang dapat diterapkan sebagai penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia adalah electroconvulsive theraphy (ECT) atau Terapi Elektrokonvulsif atau yang juga dikenal sebagai terapi electroshock pada penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930 an, ECT diperkenalkan sebagai penanganan untuk masalah gangguan jiwa berat atau skizofrenia. ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa, termasuk skizofrenia (Durand & Barlow, 2007). Untuk terapi modalitas yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa berat atau skizofrenia salah satunya adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi, dimana aktivitas merupakan wadah atau tempat pasien dapat mempersepsikan berbagai stimulus terkait dengan pengalaman hidup untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat & Akemat, 2012). Pada terapi ini beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi, memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami serta klien akan diposisikan pada situasi sosial yang akan mendorong peserta untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta terutama dalam kemampuan berkomunikasi dengan orang lain (Siahaan, 2012).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ellina (2015), TAK stimulasi persepsi memberikan dampak yang positif dan signifikan terkait dalam hal kemampuan klien memutus halusinasi. Sementara itu penelitian lain yang dilakukan oleh Wibowo (2012) menjelaskan bahwa TAK stimulasi persepsi yang diberikan pada pasien perilaku kekerasan, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik maupun secara sosial. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kelliat & Akemat pada buku yang berjudul Terapi Aktivitas Kelompok menyebutkan bahwa, salah satu TAK yang digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah stimulasi persepsi yang berperan dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Agresif Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Agresif Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol Perilaku Agresif Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin. b. Mengetahui kemampuan mengontrol perilaku agresif pada pasien skizofrenia c. Mengidentifikasi kemampuan klien mengontrol perilaku agresif sebelum (pre test) dan sesudah (post test) dilakukan TAK stimulasi persepsi pada kelompok perlakuan. d. Mengidentifikasi kemampuan klien mengontrol perilaku agresif sebelum (pre test) dan sesudah (post test) pada kelompok kontrol. e. Menganalisis perbedaan kemampuan klien mengontrol perilaku agresif pada pasien skizofrenia sebelum (pre test) dan sesudah (post test) dilakukan TAK stimulasi persepsi pada kelompok kontrol dan perlakuan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi kesehatan dalam bidang ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan jiwa tentang manfaat dari pemberian terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap mengontrol perilaku agresif pada pasien skizofrenia dan diharapkan juga sebagai masukan atau referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2 Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada perawat tentang bagaimana pentingnya pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi ini terhadap mengontrol perilaku agresif pada pasien dengan skizofrenia, yang dapat diterapkan untuk langkah awal meminimilasi tindakan atau perilaku agresif pada pasien skizofrenia. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat diterapkan oleh perawat secara mandiri dalam upaya peningkatan kontrol perilaku agresif pada pasien dengan skizofrenia.