BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok merupakan kebiasaan yang biasa ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB V PENUTUP. maka sampailah pada kesimpulan sebagai berikut : 1. Adapun manfaat dari segi medis adalah merokok mengurangi resiko

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

HASIL SURVEI PAPARAN ASAP ROKOK KEPADA PEROKOK PASIF

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan berbagai macam penyakit kanker dan penyakit kronis. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB 1 PENDAHULUAN. lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di antaranya adalah perkok, maka

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rokok merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah kesehatan yang banyak dialami oleh masyarakat. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko timbulnya berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker esofagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Meskipun masyarakat mengetahui mengenai bahaya rokok bagi kesehatan, angka konsumsi rokok di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Bahaya rokok tidak hanya dirasakan oleh si perokok tetapi juga dirasakan oleh Secondhand-Smoke atau yang biasa disebut dengan perokok pasif, yaitu orang-orang yang berada disekitar perokok aktif sehingga turut menghirup berbagai senyawa kimia yang terkandung dalam asap rokok (Rusip, 2011). Mboi (2012) telah menyebutkan bahwa menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) di Indonesia tahun 2011 menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67,0% pada lakilaki dan 2,7% pada wanita dibandingkan dengan India (2009) : laki-laki 47,9% dan wanita 20,3%, Philippines (2009) : laki-laki 47,7% dan wanita 9,0%, Thailand (2009) : laki-laki 45,6% dan wanita 3,1%, Vietnam (2010) 1

2 : laki-laki 47,7 dan wanita 1,4%, Polandia (2009) : laki-laki 33,5% dan wanita 21,0%. Di Indonesia hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya belum mencapai 19 tahun. Perokok remaja adalah calon perokok jangka panjang dan menempatkan mereka pada kerusakan kualitas generasi dan kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah. Umur mulai merokok pada usia anak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Umur pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7 %, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, umur 15-19 tahun sebesar 43,3%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25- tahun sebesar 3,9%, sehingga rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari sebanyak 11-20 batang perhari. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan urutan keempat yang penduduknya merokok 1-10 batang per hari setelah Maluku, Nusa tenggara Timur dan Bali (Riskesdas, 2010). Menurut PP. No. 19 (2003) mengatakan bahwa tingkat kematian akibat kebiasaan merokok di Indonesia telah mencapai 57.000 orang pada setiap tahunnya dan mencapai 4.000.000 kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2030 diperkirakan tingkat kematian akibat konsumsi tembakau akan mencapai 10.000 orang tiap tahunnya, dengan sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Upaya pencegahan konsumsi rokok perlu dilakukan disetiap lingkungan baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah

3 memberikan pendidikan kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan kepada sasaran yang rawan menyalahgunakan dan untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang bahaya rokok. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak mengenai rokok ini memerlukan dukungan dari orang tua, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah Indonesia dalam pengendalian rokok telah mengeluarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya pasal 113, 114, 115 dan 116 serta Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011, Nomor 109 Tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatana dan Nomor 7 Tahun 2011 Berdasarkan UU Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 disebutkan bahwa anak korban zat adiktif merupakan katagori anak yang membutuhkan perlindungan khusus (Pasal 59). Selain itu negara juga wajib melindungi anak dari zat adiktif (pasal 59) melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi (Pasal 67) (Depkes, 2012). Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, mengeluarkan fatwa bahwa merokok hukumnya haram, karena rokok lebih banyak mudaratnya dari pada keuntungannya (Ilyas. 2010). Keputusan ini didasarkan pada pada beberapa firman Allah SWT dalam Al- Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan

4 berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al- Dan janganlah kamu menghaburhamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya setan dan setan itu sangatlah ingkar kepada Tuhan-nya (QS. Al- -27) Wong (2008) mengatakan bahwa sekolah merupakan tempat yang tepat untuk program pencegahan konsumsi tembakau. Mayoritas negara bagian telah menugaskan agar sekolah memasuki pendidikan yang mengidentifikasi efek merugikan akibat rokok. Program tersebut harus dimulai pada tingkat Sekolah Dasar dan berlanjut sampai Sekolah Menegah Pertama dengan petunjuk yang intensif pada anak-anak SD sampai kelas dua SMP. Upaya pemberian pendidikan kesehatan pada anak Sekolah Dasar merupakan persiapan awal dalam memberikan pengetahuan menuju jenjang yang lebih tinggi. Periode usia sekolah merupakan periode kritis untuk penerimaan latihan perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat (Potter & Perry, 2005). Pemberian pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok pada siswa kelas 5 Sekolah Dasar diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan terkait bahaya rokok. Hasil survei awal pada siswa kelas enam di Sekolah Dasar Brajan, Tamantirto, Kasihan Bantul menunjukkan bahwa enam dari 10 siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang kami tanya ternyata sudah mencoba merokok. Setelah diajukan beberapa pertanyaan terkait bahaya

5 rokok, ternyata siswa belum mengetahui banyak tentang bahaya rokok. Sebagian diantara mereka hanya menjawab batuk-batuk. Siswa mengaku bahwa mereka mendapatkan rokok dari kakak, kakek, orang tua, bahkan dari warga masyarakat. Menyadari pentingnya pengetahuan terhadap bahaya rokok, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian pada siswa kelas 5 SDN Brajan Tamantirto Kasihan Bantul untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap bahaya rokok. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, dapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok pada siswa kelas 5 SDN Brajan Tamantirto, Kasihan Bantul. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok pada siswa kelas 5 di SDN Brajan Tamantirto, Kasihan Bantul. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas 5 di SDN Brajan Tamantirto Kasihan Bantul sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok pada kelompok intervensi.

6 b. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas 5 di SDN Brajan Tamantirto Kasihan Bantul pada saat pretest dan postest pada kelompok kontrol. c. Untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan siswa kelas 5 di SDN Brajan Tamantirto Kasihan Bantul sebelum perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol. d. Untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan siswa kelas 5 di SDN Brajan Tamantirto Kasihan Bantul setelah perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Ilmu Keperawatan anak Keperawatan anak dapat mengembangkan intervensi keperawatan berkaitan dengan upaya peningkatan pengetahuan tentang bahaya rokok melalui pendidikan kesehatan. 2. Praktik keperawatan Sebagai salah satu upaya mengurangi angka kejadian merokok. 3. Siswa SD Untuk meningkatkan pengetahuan siswa SD dan sebagai upaya dalam melindungi anak usia sekolah dari bahaya rokok. 4. Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan pengurus sekolah dalam menyusun kurikulum pembelajaran siswa Sekolah Dasar dengan

7 memberikan pendidikan dini mengenai bahaya rokok agar dikedepannya dapat menghasilkan generasi anti rokok. 5. Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas 5 SD terhadap bahaya rokok. E. RUANG LINGKUP PENELITIAN Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok pada siswa SD. Responden dalam penelitian ini adalah siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang duduk di kelas 5 Sekolah Dasar di SDN Brajan Tamantirto, Kasihan Bantul. F. PENELITIAN TERKAIT 1. Nurlaily dan Handajani (2010). Sikap Remaja Putra Tentang Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Di SMP Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa data dengan desain penelitian cross sectional. Populasi yang diambil adalah semua pelajar siswa di SMP Pamekasan dimana terdapat 51 siswa dan 45 siswa didapatkan dengan menggunakan simple random sampling. Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang dianalisis menggunakan Spearman rank correlation test (rho). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna mengenai

8 hubungan pengetahuan dengan sikap remaja putra tentang bahaya rokok bagi kesehatan di SMP Muhammadiyah Pamekasan. 2. Yudiono (2009) an remaja tentang bahaya merokok di SMPN 2 Kutawinangun Kabupaten K Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimental atau disebut juga studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 218 responden. Masing-masing kelas diambil sejumlah 109 responden. Pengambilan sampel dengan tehnik accidental sampling dan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian dengan statistik dengan angka signifikan 0,01 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna tentang pengetahuan tentang bahaya merokok antara kelas VII dan VIII di SMPN 2 Kutowinangun Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. 3. Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Di Sekolah Menengah Umum Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan sampel sebanyak 69 siswa kelas 3 di SMU N 1 Sentolo. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stress dengan perilaku merokok pada remaja pria di SMUN 1 Sentolo.

9 Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan penelitian terkait adalah karakteristik responden, tingkat pendidikan responden, lokasi penelitian serta metode yang digunakan. Sepengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan.