Rizki Lestari F

dokumen-dokumen yang mirip
belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI DUKUNGAN ORANGTUA PADA SISWA SMA SKRIPSI

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjutan studi merupakan bagan yang terpenting dalam proses kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal. Mulai dari yang sederhana hingga yang paling kompleks. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

PENGARUH NILAI RATA-RATA UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS ANGKATAN 2010

I. PENDAHULUAN. sanggup menghadapi tantangan zaman yang akan datang. Udiono,Tri;2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi sorotan bagi masyarakat khususnya di

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar berkulitas guna

BAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan zaman kini, manusia dituntut untuk menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan berperan penting dalam pembangunan masyarakat suatu bangsa,

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan berlangsung seumur hidup manusia, maka sampai masa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

PSIKOGRAM. Nama : A Level Tes : Supervisor Tanggal Tes : 29 Juli 2010 Pengirim : PT. X Tujuan Tes : Seleksi Calon Supervisor Gudang Bahan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen

DESKRIPSI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI TRANSFORMASI

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SMA NEGERI 7 PONTIANAK Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Rizki Lestari F 100 060 069 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar diusahakan secara sengaja untuk mengembangkan pengetahuan siswa agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pada hakekatnya untuk menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan perlu diciptakan proses belajar mengajar yang optimal agar peserta didik (siswa) bisa meraih prestasi belajar yang maksimal. Prestasi belajar dapat diketahui dari tindakan seseorang yang mencerminkan hasil belajarnya, sebagaimana pendapat Tu u (2004) yang mengatakan prestasi belajar adalah suatu hasil dari kegiatan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya ditunjukkan melalui nilai tes atau angka yang diberikan guru pada evaluasi belajar. Prestasi belajar terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar yang diwujudkan dengan angkaangka berfungsi sebagai indikator untuk melihat kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai oleh siswa. Proses belajar yang baik adalah dengan mengalami dan di dalam mengalami tersebut siswa mempergunakan panca indranya. Untuk dapat mencapai hasil yang baik, setiap siswa dituntut untuk mengalami, menghayati dan merasakan secara penuh dengan sikap mendukung dalam proses belajar. Selain itu 1

2 siswa juga dituntut untuk ikut aktif dalam hal mencari bahan ataupun dalam menyelesaikan tugas-tugasnya serta menentukan strategi belajar yang sesuai dengan karakteristik belajar masing-masing siswa. Prestasi belajar yang baik selalu diharapkan oleh setiap siswa, orang tua, lembaga pendidikan, dan dunia kerja. Bukti bahwa prestasi belajar yang baik selalu diharapkan oleh siswa, orang tua, lembaga pendidikan, dan dunia kerja ditunjukkan dengan adanya perasaan kecewa siswa dengan perolehan prestasi belajar yang kurang memadai. Suatu lembaga pendidikan akan dinilai berkualitas apabila siswa-siswa di dalamnya mempunyai prestasi belajar yang baik, disamping itu juga, lembaga pendidikan yang lebih tinggi atau jenjang pendidikan selanjutnya akan lebih memilih siswa yang mempunyai prestasi belajar tinggi. Prestasi belajar yang baik memberi peluang lebih besar pada siswa untuk memasuki lembaga pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi yang diinginkannya maupun dalam memasuki dunia kerja. Pada kenyataan sehari-hari sering ditemukan kejadian yang bertentangan dengan pernyataan di atas, dimana tidak semua siswa mempunyai prestasi belajar yang tinggi. Seiring dengan kemajuan jaman, siswa dihadapkan pada tuntutan dan situasi yang begitu kompleks sebagai suatu hal yang sulit untuk dipenuhi. Hal ini disebabkan oleh masing-masing siswa memiliki karaktristik yang beragam. Salah satu anak dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan sedangkan tidak sedikit pula siswa justru mengalami kesulitan dalam belajarnya.

3 Hal tersebut dilihat dari data yang dimiliki Kementrian Pendidikan Nasional tentang persentasi tingkat kelulusan siswa SMA dan MA dalam ujian nasional (UN) tahun 2010 mencapai 89,61 % dari jumlah seluruh peserta UN tingkat SMA/MA di Indonesia sebanyak 1.522.162 siswa. Dari persentase tersebut terjadi penurunan tingkat kelulusan sebanyak 4% dari tahun 2009. Siswa yang lulus sebanyak 1.368.083 siswa (89,61%), sedangkan yang mengulang sebanyak 154.079 siswa (10.39%). Berdasarkan data di Kemdiknas rata-rata nilai UN SMA Negeri mencapai 7,43, SMA swasta 7,17, sedangkan nilai rata-rata MA Negeri 7,25 dan MA swasta 6,96. Mendiknas Mohammad Nuh juga memaparkan jumlah siswa yang harus mengulang UN sebanyak 154.097 siswa, ada sebanyak 99.433 siswa (64,5%) yang mengulang satu mata pelajaran, sedangkan yang mengulang dua mata pelajaran sebanyak 25.277 siswa (16%), yang mengulang tiga mata pelajaran sebanyak 10.034 siswa (3,2%). Sedangkan siswa yang harus mengulang empat mata pelajaran sebanyak 4.878 siswa (3,2%), yang mengulang lima mata pelajaran 2.548 siswa (1,7%), dan mengulang enam mata pelajaran sebanyak 930 siswa (0,6%). Berdasarkan dari data tersebut ditemukan suatu hal yang menarik yaitu ada 10.979 siswa (7,1%) yang memperoleh nilai lebih dari 4,0, namun nilai rataratanya masih di bawah nilai 5,5. Syarat kelulusan yang berlaku yaitu siswa harus memperoleh nilai rata-rata lebih besar dari 5,5, tapi kebanyakan siswa yang memperoleh nilai yang kurang pada satu mata pelajaran membuat nilai rataratanya tidak mencapai 5,5 (Tribun, 2010).

4 Berdasarkan intervieuw dengan ibu Hesti selaku guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMA Negeri 7 Pontianak pada tanggal 12 Agustus 2010 mengatakan bahwa ada beberapa siswa-siswinya yang mengalami kesulitan belajar. Salah satunya adalah Dwi siswa kelas 2 IPS 1 aktif dalam kegiatan olahraga voly namun memperoleh nilai rapot dibawah nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran matematika, bahasa inggris, fisika, dan akuntansi sehingga nilai rata-ratanya kurang dari nilai rata-rata kelas. Selain itu Andica dan Gusti adalah siswa yang sering dipanggil guru BK karena mereka sering keluar kelas sebelum mata pelajaran selesai dan lebih dari lima kali tidak masuk sekolah tanpa keterangan, sehingga ketinggalan materi pelajaran dan hasil belajarnya pada nilai ulangan harian dan nilai ulangan umum kurang dari rata-rata kelas. Informasi yang diterima guru BK dari orang tua siswa, bahwa anaknya setiap hari selalu pergi ke sekolah. Dari hasil pemeriksaan psikologis untuk melakukan penjurusan di kelas 2 hasil dari tes inteligensi Dwi, Andica dan Gusti menunjukkan bahwa mereka memiliki taraf kecerdasan di atas rata-rata. Dwi memperoleh skor 110 yang menunjukkan bahwa taraf kecerdasan (IQ) nya tergolong high average (ratarata tinggi), Andica memperoleh skor 115 untuk tes inteligensi dan menunjukkan bahwa ia memiliki IQ yang tergolong high average (rata-rata tinggi), dan Gusti memperoleh skor 112 juga memnunjukkan bahwa ia memiliki IQ yang tergolong high avarage (rata-rata tinggi). Pencapaian prestasi belajar tidak dapat lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalyono (1997) secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan

5 hasilnya juga cendrung baik. Sebaliknya orang yang memiliki inteligensi rendah cenderung mengalami kesulitan belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya pun rendah. Sekitar 25% hasil belajar di sekolah bisa dijelaskan dari IQ yang diukur dengan tes inteligensi. Anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 pada umumnya mampu menyelesaikan sekolah dasar tanpa mengalami banyak kesulitan, sedangkan anak yang mempunyai IQ 70-89 pada umumnya akan memerlukan bantuan khusus untuk dapat menyelesaikan sekolahnya (Nasution, 1993). Kesenjangan antara taraf inteligensi yang dimiliki siswa dengan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Banyak pendapat yang menyatakan kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan oleh rendahnya inteligensi. Dalam kenyataannya banyak siswa yang memiliki inteligensi yang tinggi, tetapi hasil belajar yang diperoleh rendah dan jauh dari harapan. Sebaliknya banyak siswa yang memiliki inteligensi yang rata-rata normal bisa memperoleh prestasi belajar yang tinggi bahkan melebihi kepandaian siswa yang memiliki inteligensi yang tinggi. Kondisi di mana seseorang yang memperoleh prestasi-prestasi di bawah kemampuan intelektual (intelegensi) yang dimiliki biasanya disebut dengan underachiever (Monks, 1989). Siswa yang memperoleh prestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya identik dengan keterlambatan akademik ini berarti bahwa keadaan siswa yang diperkirakan memiliki inteligensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Siswa yang tidak memiliki motivasi

6 dalam belajar sering menjadi penghambat siswa dalam belajar. Prestasi belajar yang rendah ini bukan disebabkan oleh adanya hambatan dalam menguasai pelajaran yang diberikan dalam proses belajar. Menurut Tarmizi (2010), underachiever bisa disebabkan oleh faktor lingkungan baik lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah. Sekolah sebagai faktor yang sangat berperan dalam menyebabkan underachiever pada siswa yaitu dengan cara pengajaran, materi yang diberikan, dan tolak ukur keberhasilan serta kompetensi guru. Lingkungan rumah juga dapat menyebabkan anak menjadi underachiever, misalnya kurang perhatian, dukungan dan kesiapan orang tua membantu anaknya dalam belajar di rumah. Ketidaksesuaian antara harapan orang tua dengan prestasi yang diperoleh anak, sering menyebabkan perselisihan antara orang tua dengan anak. Selain itu kurangnya penghargaan terhadap prestasi belajar yang telah dicapai oleh anak, sikap ini kurang memacu anak untuk belajar lebih giat dan anak merasa bahwa dirinya tidak mampu berprestasi dalam belajar. Tidak tercapainya prestasi sekolah yang baik juga sangat ditentukan oleh karakteristik anak. Penilaian anak terhadap kemampuan yang dimilikinya, hasrat untuk berprestasi, penilaian anak terhadap penyebab prestasi belajar yang dicapainya (locus of control), dan pola belajar yang dimiliki siswa mempengaruhi pencapaian prestasi belajar yang maksimal. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Mustaqim (2008) terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajarnya, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan

7 masyarakat. Faktor internal berhubungan dengan segala sesuatu yang yang ada pada diri siswa yang menunjang prestasi belajarnya, seperti taraf intelegensi, kepribadian, motivasi, strategi belajar, efikasi diri. Namun selain faktor internal tersebut ternyata pengaturan diri dalam belajar turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang optimal. Meskipun siswa memiliki taraf inteligensi, kepribadian, motivasi, strategi belajar, efikasi diri, lingkungan rumah dan sekolah yang mendukung, namun tanpa ditunjang oleh pengaturan diri dalam belajar siswa tersebut tetap tidak akan mampu menyelesaikan tugas akademiknya dengan baik. Beberapa fenomena dikalangan pelajar juga menunjukkan adanya gejala rendahnya regulasi diri siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Chotim dan Sunawan (2007) pada siswa sekolah menengah menunjukkan hasil perilaku menyontek dilatar belakangi oleh rendahnya pengaturan diri yang ditunjukkan dengan Indeks Kecenderungan Otonom (IKO) -19,7546. Artinya pengaturan diri dalam belajar berperan penting untuk mengontrol perilaku menyontek siswa. Perilaku menyontek merupakan indikasi bagi siswa yang tidak siap dalam menghadapi tugas akademiknya. Akibatnya siswa tidak mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Perilaku tersebut merupakan masalah yang sangat mendasar teutama bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan mengontrol dan mengarahkan tindakan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dibebankan pada dirinya. Suatu cara yang digunakan seseorang untuk mengontrol dan mengarahkan pikirannya dan tindakannya lebih dikenal dengan istilah

8 pengaturan diri. Pengaturan yang dilakukan untuk meningkatkan perolehan nilainilai akademik adalah pengaturan diri dalam belajar. Pengaturan diri dalam belajar menurut Zimmerman (1986) merupakan suatu tingkatan dimana siswa secara metakognitif mempunyai dorongan untuk belajar dan berpartisipasi secara aktif dalam proses belajarnya. Secara metakognitif siswa yang mengatur diri adalah mereka yang merencanakan, mengorganisasikan, menginstruksi diri, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada berbagai tahapan selama proses belajar berlangsung. Siswa yang mempunyai dorongan untuk belajar memiliki otonomi atas dirinya, serta memilih, menyusun, menciptakan lingkungan belajar agar dapat mengoptimalkan belajarnya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herkusumo, Munandar, dan Bonang (2008) menunjukkan hasil adanya perbedaan yang signifikan dari pengaturan diri dalam belajar antara siswa berbakat dan siswa biasa, dimana siswa berbakat mempunyai pengaturan diri dalam belajar yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa mampu mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, mampu membagi waktu antara belajar dengan bermain, dan mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Schunk (2001) menunjukkan hasil bahwa siswa yang memperoleh prestasi belajar yang tinggi adalah siswa yang mampu melakukan perencanaan dan menentukan tujuan yang akan dicapai. Pengaturan diri sangat mempengaruhi mekanisme perilaku manusia. Jika seseorang memiliki kemampuan mengatur diri yang baik dalam belajar maka ia akan mampu merancang rencana belajarnya sendiri sesuai dengan tujuan

9 belajarnya, dengan cara memilih dan merancang strategi belajar yang sesuai dengan kondisi pribadinya. Selain itu ia akan memantau sejauh mana kemajuan belajarnya dan mengevaluasi hasil belajarnya dengan cara membandingkan hasil belajar yang diperoleh dengan standar tertentu (Utari, 2010). Pengaturan diri dalam belajar juga mempengaruhi besar usaha siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketahanan individu dalam menghadapi kesulitan belajarnya. Individu dengan pengaturan diri dalam belajar tinggi tidak hanya menggantungkan diri kepada guru untuk memperoleh pengetahuan, tetapi ia memiliki dorongan untuk berusaha sendiri dalam memperoleh pengetahuan. Selain memiliki dorongan diri yang kuat siswa juga memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut dengan adanya pengaturan diri yang tinggi dalam belajar diharapkan siswa dapat menunjukkan prestasi akademik mereka secara optimal sesuai dengan potensi akademik yang dimiliki, sehingga mereka mampu bersaing dalam kehidupan global. Dari banyak permasalahan yang muncul maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian yaitu Apakah ada hubungan antara pengaturan diri dalam belajar dengan prestasi belajar pada siswa SMA?. Sehubungan dengan pertanyaan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Pengaturan Diri dalam Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Pontianak.

10 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui hubungan antara pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi belajar pada siswa dan siswi SMA Negeri 7 Pontianak. 2. Mengetahui peran pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi belajar siswa. 3. Mengetahui tingkat pengaturan diri siswa dalam belajar. 4. Mengetahui tingkat prestasi belajar siswa. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat memberikan informasi guna memudahkan guru dalam membantu siswa mencapai prestasi akademik yang optimal melalui penerapan starategi pengaturan diri dalam belajar. 2. Bagi guru, dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam memberikan bantuan kepada siswa yang mempunyai masalah dengan prestasi belajarnya 3. Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan tentang hasil penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pengaturan diri, sehingga peran orang tua dalam kaitannya dengan prestasi belajar dapat berjalan dengan semestinya. 4. Bagi siswa agar mampu menerapkan pengaturan diri dalam belajar sebagai salah satu strategi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal khususnya pada siswa di sekolah menengah atas (SMA).

11 5. Bagi ilmuwan dapat memberikan wacana dan bisa dijadikan referensi untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengaturan diri dalam belajar dan prestasi belajar.