PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK PRASEKOLAH

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

Penciptaan Interaksi dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia Dini. Ernawulan Syaodih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN YANG BERORIENTASI INTERAKSI TEMAN SEBAYA

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB II LANDASAN TEORI. Brim (dalam Brice, 1994) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI

PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK Ernawulan Syaodih

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang LISTYA ANGGRAENI, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan hidup harus dihadapi dengan berbuat sesuatu (Barbara, 2003: 10).

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan selanjutnya (PKBTK, 2004:4). Didalam Undang-Undang. dijelaskan bahwa pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-Kanak) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK. Oleh : Ernawulan Syaodih

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

Perkembangan dan Pembelajaran Kanak-kanak Prasekolah. Ernawulan Syaodih

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

PENGEMBANGAN PRILAKU SOSIAL-EMOSIONAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa mengalami perkembangan dalam masa hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dunia ini. Aristoteles (dalam Bertens, 1993) menjelaskan bahwa kesejahteraan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Keagamaan pada Anak Usia Dini Afitria Rizkiana, Pendahuluan Usia dini merupakan masa yang sangat

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan yang unik. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk menenrukan dasardasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nuraeni, 2014 Meningkatkan kemampuan berbicara melalui Penggunaan media puzzle

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

Fungsi Keluarga dalam Pendidikan. Keluarga yang telah terbentuk mempunyai fungsifungsi yang sangat erat sekali dengan keluarga kehidupan itu sendiri

manusia dimulai dari keluarga. Menurut Helmawati (2014:1) bahwa Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak.

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mengembangkan dirinya di kemudian hari. Tidak semua anak mampu menunjukkan perilaku sosial seperti yang diharapkan. Upaya untuk membantu pengembangan sosial anak, selayaknya ada kerjasama antara orang tua dan guru. Karena melalui merekalah perkembangan sosial anak berkembang dengan baik. Dalam perkembangan sosial anak, teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat sekali bagi pembentukan perilaku-perilaku sosial anak. Oleh karena itu, peran aktif orang tua dan guru dalam memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak sangat dibutuhkan agar mereka memiliki perilaku sosial yang diharapkan. Kata Kunci: Anak Usia Dini, Perilaku Sosial, Metode Bermain A. PENDAHULUAN Secara fitrah manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial oleh karena itu perilaku sosial yang positif adalah salah satu faktor penting yang perlu dididik sejak kecil. Karena pada masa usia dini adalah masa pembentukan fondasi bag! perilaku sosial seseorang. Ketidakmampuan anak berperilaku sosial yang diharapkan lingkungannya, dapat berakibat anak terkucil dari lingkungan, tidak terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri, menarik diri dari lingkungan, dan sebagainya. Akibatnya anak akan mengalami hambatan dalam perkembangan selanjutnya. Keinginan yang kuat pada anak untuk diakui oleh teman sebayanya menuntut sejumlah kemampuan sosial yang perlu dimilikinya. Karena pada dasamya anak usia TK memiliki keinginan yang kuat untuk dapat diterima oleh kelompoknya. la akan terus berusaha untuk dapat bergabung dan diakui oleh kelompok sebayanya dengan berbagai cara. Namun, tidak semua anak mampu menunjukkan perilaku sosial seperti yang diharapkan, dan tidak semua anak mampu berinteraksi dengan kelompoknya secara baik. Ada anak yang menunjukkan sikap ingin menang sendiri, membangkang, tidak mau berbagi dengan teman lain, cepat marah, licik, dan sebagainya. Untuk membantu mengurangi ketidakmampuan anak berperilaku sosial yang baik, dan membantu menyiapkan anak memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas, dibutuhkan upaya bantuan baik dari orangtua maupun guru di sekolah. Untuk dapat memberikan bantuan tersebut maka orangtua atau guru harus terlebih dahulu memahami bagaimana karakteristik, perilaku sosial, pola perilaku sosial, dan faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku sosial anak. 1 Dosen UPI Kampus Cibiru Titing Rohayati : Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini 131

B. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia anak TK merupakan periode penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Erikson (Helms & Turner, 1994: 64) memandang periode ini sebagai fase sense of inisiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif dan daya kreatifnya serta hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru yang selalu menolong, memberi, nasehat, mengerjakan sesuatu di mana anak dapat melakukan sendiri maka anak tidak mendapat kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan itu. Pada fase ini terjamin tidaknya kesempatan untuk berprakarsa (dengan adanya kepercayaan dan kemandirian yang memungkinkannya untuk berprakarsa) akan menumbuhkan inisiatif. Sebaliknya kalau terlalu bayak dilarang dan ditegur, anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa. Kartini Kartono (1986: 113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa kanakkanak adalah sebagai berikut. 1) bersifat egosentrif naif, 2) mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, 3) kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai suatu totalitas, dan 4) sikap hidup yang fisiognomis. a. bersifat egosentrif naif, memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri. b. mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif, Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif tersebut. Ciri ini ditandai oleh kehidupan individual dan sosialnya masih belum terpisahkan. Anak hanya memiliki minat terhadap bendabenda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. c. kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak terpisahkan sebagai suatu totalitas, isi lahiriah dan batiniah merupakan suatu kesatuan yang bulat, sehingga penghayatan anak diekspresikan secara spontan. d. sikap hidup yang fisiognomis. artinya secara langsung anak memberikan atribut pada setiap penghayatannya. Anak tidak bisa membedakan benda hidup dengan benda mati. Setiap benda dianggapnya berjiwa seperti dirinya 2. Keterampilan Sosial Anak TK Keterampilan-keterampilan sosial yang perlu dimiliki anak TK adalah : 1) Kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain; 2) Melakukan kegiatan bermain dan menggunakan waktu luang; 3) Kemampuan mengatasi situasi sosial yang dihadapi. Berikut penjelasan dari masing-masing keterampilan sosial yang harus dimiliki anak. a. Kemampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain Pada awal masa bayi (kira-kira usia tiga bulan), anak sudah mulai menunjukkan keinginannya untuk berhubungan dengan orang lain, dengan 132 Cakrawala Dini : Vol. 4 No. 2, November 2013

"senyum sosial" yang ditunjukkannya bila ada orang yang mendekatinya. Pada saat itu sifat hubungannya dengan orang lain masih terbatas, karena kemampuan reaksi dan komunikasinya yang juga masih amat terbatas. Kemudian pada akhir masa bayi (kira-kira usia dua tahun) anak sudah mulai dapat berbicara dan memiliki beberapa puluh kosa kata, keinginan untuk menjalin hubungan antar manusia sudah lebih nyata, hal ini ditampakkan melalui sikap dan perilakunya terhadap orang-orang yang ditemuinya, terutama dengan anak-anak sebaya. Masuknya anak ke TK memberikan kesempatan bergaul dengan anak lain yang sebaya semakin besar. Hal ini memberikan peluang pada anak untuk lebih melancarkan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasinya. Pada usia TK anak diharapkan telah dapat menyatakan perasaan-perasaannya melalui kata-kata, bila marah pada temannya ia akan mengatakan "kamu nakal atau kamu jahat", kalau takut sesuatu ia akan mengatakan "saya takut itu" atau kalau senang ia juga akan mengatakan "saya senang" Bila pengalaman awal seorang anak dalam bersosialisasi lebih banyak memberi kesenangan dan kepuasan, maka dapat diperkirakan proses sosialisasinya berkembang ke arah yang positif, tetapi sebaliknya bila tidak, hambatan dan kesulitan dalam bersosialisasi akan banyak ditemui anak. b. Kemampuan melakukan kegiatan bermain dan menggunakan waktu luang Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya pada anak prasekolah bermain merupakan kebutuhan dasar mereka. Dengan demikian wajarlah bila sebagian besar waktu anak diisi dengan kegiatan bermain. Elizabeth B. Hurlock (1978: 234) memberikan batasan tentang bermain sebagai kegiatan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, semata-mata untuk menimbulkan kesenangan dan kegembiraan saja. Biasanya anak melakukannya secara sukarela, tanpa paksaan dan tanpa ada aturan main tertentu, kecuali bila ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam permainan tersebut. c. Kemampuan mengatasi situasi sosial yang dihadapi Kemampuan anak dalam menghadapi situasi sosial yang dihadapi erat kaitannya dengan kemampuan anak dalam menjalin hubungan antar manusia. Hal ini disebabkan karena situasi sosial yang dihadapi anak, mau tidak mau melibatkan orang lain sehingga pada dasarnya tidak dapat lepas dari hubungannya dengan orang lain. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1987: 228) untuk menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan. Kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasinya. Ketiga proses sosialisasi tersebut adalah : 1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. 2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Titing Rohayati : Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini 133

3) Perkembangan sikap sosial. Untuk bersosialisasi dengan baik, anak-anak harus menyenangi orang orang dan kegiatan sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka bergaul. 3. Pola Perilaku Sosial Sebagian dari bentuk perilaku sosial yang berkembang pada masa kanakkanak awal, merupakan perilaku yang terbentuk atas dasar landasan yang diletakan pada masa bayi. Sebagian lainnya merupakan bentuk perilaku sosial baru yang mempunyai landasan baru. Banyak di antara landasan baru ini dibina oleh hubungan sosial dengan teman sebaya di luar rumah dan hal-hal yang diamati anak dari tontonan televisi atau buku komik. Pola perilaku dalam situasi sosial banyak yang nampak tidak sosial atau bahkan anti sosial, tetapi masing-masing tetap penting bagi proses sosialisasi. Landasan yang diletakkan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak menyesuaikan diri dengan orang lain. Pola perilaku sosial menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 239) terbagi atas dua kelompok, yaitu pola perilaku yang sosial dan pola perilaku yang tidak sosial. Pola perilaku yang termasuk dalam perilaku sosial adalah : a. Kerja sama, sekelompok anak belajar bermain atau bekerja bersama dengan anak lain. b. Persaingan, persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya. Hal itu akan menambah sosialisasi mereka. c. Kemurahan hati. Kemurahan hati terlihat pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain. d. Hasrat akan penerimaan sosial. Jika hasrat pada diri anak untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. e. Simpati. Anak kecil tidak mampu berperilaku simpati sampai mereka pernah mengalami situasi yang mirip dengan duka cita. f. Empati. Empati adalah kemampuan meletakan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut. g. Ketergantungan. Ketergantungan terhadap orang lain dalam hal bantuan, perhatian, dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. h. Sikap ramah. Anak kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediannya melakukan sesuatu untuk orang lain atau anak lain dan dengan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka. i. Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Anak perlu mendapat kesempatan dan dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki. Belajar memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain. j. Meniru. Dengan meniru orang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anakanak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan sifat dan meningkatkan penerimaan kelompok terhadap diri mereka. k. Perilaku kelekatan (attachment behaviour). Dari landasan yang diberikan pada masa 134 Cakrawala Dini : Vol. 4 No. 2, November 2013

bayi, yaitu ketika bayi mengembangkan kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada ibu atau pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada anak atau orang lain dan belajar membina persahabatan dengan mereka. Adapun pola perilaku yang tidak sosial adalah perilaku yang menunjukkan: a. Negativisme. Negativisme adalah perlawanan terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu. Ekspresi fisiknya mirip dengan ledakan kemarahan, tetapi secara setahap demi setahap diganti dengan penolakan lisan untuk menuruti perintah. b. Agresi. Agresi adalah tindakan permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan. Biasanya tidak ditimbulkan oleh orang lain. c. Pertengkaran. Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang mengandung kemarahan yang umunya dimulai apabila seseorang melakukan penyerangan yang tidak beralasan. d. Mengejek dan menggertak. Mengejek merupakan serangan secara lisan terhadap orang lain, sedangkan menggertak merupakan penyerangan serangan yang bersifat fisik. e. Perilaku yang sok kuasa. Perilaku ini adalah kecenderungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi "majikan". f. Egosentrisme. Hampir semua anak memiliki sifat egosentrik. Dalam arti bahwa mereka cenderung berpikirdan berbicara tentang diri mereka sendiri. g. Prasangka. Landasan prasangka terbentuk pada masa kanak-kanak awal yaitu ketika anak menyadari bahwa sebagian orang berbeda dari mereka dala hal penampilan dan perilaku dan bahwa perbedaan ini oleh kelompok sosial dianggap sebagai tanda kerendahan. Bagi anak kecil tidaklah umum mengekspresikan prasangka dengan bersikap membedakan orang-orang yang mereka kenal. h. Antagonisme jenis kelamin. Ketika masa kanak-kanak berakhir, banyak anak lakilaki ditekan oleh keluarga laki-laki dan teman sebaya untuk menghindari pergaulan dengan anak perempuan atau memainkan "permainan anak perempuan". 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Anak Pada semua tingkatan usia, orang dipengaruhi oleh kelompok sosial dengan siapa mereka mempunyai hubungan tetap dan merupakan tempat mereka mengidentifikasi diri. Pengaruh ini paling kuat terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian masa remaja akhir. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 231), keluarga merupakan agen sosialisasi yang paling penting. Ketika anak-anak memasuki sekolah, guru mulai memasukan pengaruh terhadap sosialisasi mereka, meskipun pengaruh teman sebaya biasanya lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh guru dan orang tua. Pengalaman interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Lebih lanjut, bahkan ia menjelaskan bahwa bentukbentuk aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari konteks sosial dan budaya tempat anak berinteraksi dengan teman-temannya atau orang lain. Mengingat betapa Titing Rohayati : Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini 135

pentingnya peran konteks sosial ini, Vygotsky menyarankan untuk memahami perkembangan anak, kita dituntut untuk memahami relasi-relasi sosial yang terjadi pada lingkungan tempat anak itu bergaul. Proses pembelajaran dalam kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran "kepribadian sosial" yang sesungguhnya. Anak-anak belajar cara-cara mendekati orang asing, malu-malu atau berani, menjauhkan diri atau bersahabat. la belajar bagaimana memperlakukan teman-temannya, ia belajar apa yang disebut dengan bermain jujur. Seseorang yang telah mempelajari kebiasaan-kebiasaan sosial tersebut, cenderung akan melanjutkannya dalam seluruh kehidupannya. Dalam berinteraksi dengan teman sebaya, anak akan memilih anak lain yang usianya hampir sama, dan di dalam berinteraksi dengan teman sebaya lainnya, anak dituntut untuk dapat menerima teman sebayanya. Dalam penerimaan teman sebayanya anak harus mampu menerima persamaan usia, menunjukkan minat terhadap permainan, dapat menerima teman lain dari kelompok yang lain, dapat menerima jenis kelamin lain, dapat menerima keadaan fisik anak yang lain, mandiri atau dapat lepas dari orang tua atau orang dewasa lain, dan dapat menerima kelas sosial yang berbeda. Faktor penting lainnya yang mempengaruhi perkembangan kelompok sosial ini adanya kepemimpinan sebaya (peer leadership). Dalam kelompok sosial ini seorang dianggap mampu memimpin apabila memiliki karakteristik-karakteristik kemampuan {intelektual) lebih, memiliki kemampuan berkuasa (uthoritarian) dan kemampuan mengendalikan {assertive) teman yang lain. Di samping yang dikemukakan di atas, menurut Dini P. Daeng S (1996: 114) ada beberapa faktor yang berpengaruh pada kemampuan bersosialisasi anak, yaitu : a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang. Banyak dan bervariasinya pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang di lingkungannya b. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Banyaknya pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya. c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi model bagi anak.. Adanya bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang yang dapat dijadikan model bergaul yang baik bagi anak. d. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Adanya kemampuan berkomunikasi yang dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi lawan bicaranya. C. KESIMPULAN Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mengembangkan dirinya di kemudian hari. Tidak semua anak mampu menunjukkan perilaku sosial seperti yang diharapkan. Upaya untuk membantu pengembangan sosial anak, selayaknya ada kerja sama antara orang tua dan guru. Karena melalui merekalah perkembangan sosial anak berkembang dengan baik. 136 Cakrawala Dini : Vol. 4 No. 2, November 2013

Dalam perkembangan sosial anak, teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat sekali bagi pembentukan perilaku-perilaku sosial anak. Oleh karena itu, peran aktif orang tua dan guru dalam memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak sangat dibutuhkan agar mereka memiliki perilaku sosial yang diharapkan. DAFTAR RUJUKAN Ali Nugraha & Yeni Rachmawati (2004). Pengembangan Sosial Emosional Daeng, S. & Dini, P. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak, Bagian 2. Jakarta: Depdikbud Havighurst, Robert J. (1978). Human Development and Education. New York: Longmans Green and Co. Helms, D. B. & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York: Holt Rinehartand Winston. Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung: Alumni. Titing Rohayati : Pengembangan Perilaku Sosial Anak Usia Dini 137