BAB I PENDAHULUAN. menandakan jumlah lansia dari tahun ke tahun akan bertambah. Di negara maju

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Pada tahun 2000, dua di antara tiga orang lanjut usia (lansia) di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia mencapai usia 66,2 tahun, tahun 2008 UHH penduduk

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Sejalan dengan definisi kesehatan menurut UU Kesehatan. RI Nomor 23 tahun 1992, menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA HARGO DEDALI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan zaman dan teknologi terutama dibidang kesehatan mengakibatkan meningkatnya angka harapan hidup. Peningkatan angka harapan hidup menandakan jumlah lansia dari tahun ke tahun akan bertambah. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lansia diperkirakan 1000 per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu menjadi Ledakan Penduduk Lanjut Usia (Lansia dalam Padila, 2013). Selain itu, jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Padila, 2013). World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa proporsi penduduk lansia dalam populasi mengalami perkembangan yang sangat cepat terutama di kawasan Asia Tenggara. Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki riwayat peningkatan jumlah lansia yang signifikan (Depkes dalam Fitri, 2015). Menurut penelitian Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dalam Nugroho memperkirakan total penduduk diatas 55 tahun pada tahun 2020 mencapai 29,12 juta jiwa dengan angka harapan hidup sekitar 70-75 tahun (Padila, 2013). Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas (Padila, 2013). Dalam perjalanan hidup manusia proses menua adalah hal yang wajar dan akan dialami oleh setiap individu yang berumur 1

2 panjang. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonatus, todler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia (Padila, 2013). Usia yang bertambah menyebabkan banyaknya perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut dapat dilihat dari penurunan fungsi biologis, psikologis, dan ekonomi. Hal ini saling berkaitan dan mempengaruhi hidup lansia. Jika lansia tidak mampu beradaptasi dengan segala perubahan tersebut maka mampu mengganggu kondisi psikologis atau mentalnya sehingga terjadi mekanisme kejiwaan koping maladaptif (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Pada umumnya dapat dikatakan terdapat tiga kelainan akibat gangguan mental yang terjadi pada lansia. Salah satu dari kelainan tersebut adalah depresi. Depresi merupakan suatu sindrom kompleks yang gejalanya berbeda, yang paling sering adalah insomnia, menurunnya berat badan, penurunan kondisi kesehatan, bahkan hingga memikirkan ajal (Tamber dan Noorkasiani, 2009). Menurut Kane and Ouslander dalam Rahmatika (2013) permasalahan lansia sering disebut dengan istilah 14 Impairment (14 I) dan Isolation (depresi) merupakan salah satu permasalahan tersebut. Indiana Womens Health dalam Banon (2011) mendefenisikan depresi sebagai suatu keadaan kesedihan atau keputusasaan yang ekstrim yang mencapai suatu titik tertentu yang mempengaruhi aktifitas dan kualitas hidup seseorang. Depresi merupakan bagian dari gangguan alam perasaan atau mood (Videbeck dalam Banon, 2011). Depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling umum terjadi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (2010) di Amerika Serikat diperkirakan 91% dewasa

3 memenuhi kriteria disebut depresi dan selama hidup mereka lebih dari 15% akan mengalami episode depresi (Maldovan dkk, 2013). Wulandari (2011) menuliskan dalam penelitiannya ditemukan 38,5% lansia di Panti Wreda mengalami depresi, selain itu kejadian depresi dikomunitas ditemukan sebesar 60%. Pada tahun 2020 depresi akan menduduki urutan teratas di negara berkembang termasuk Indonesia (FKUI dalam Supriani, 2011). Data prevalensi depresi pada lansia di Indonesia cukup tinggi. Kejadian di ruang akut geriatri sebanyak 76,3% dengan proporsi pasien geriatri yang mengalami depresi ringan adalah 44,1%, depresi sedang sebanyak 18%, depresi berat sebanyak 10,8%, dan depresi sangat berat sebanyak 3,2% (Soejono, dkk dalam Sudoyo dalam Marta, 2012) Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keputusasaan, kesedihan, kelesuan, tidak bersemangat, tidak berguna sehingga menimbulkan rasa/ide bunuh diri. Sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan lebih kurang 15% darinya sukses melakukannya (Yosep dalam Mardiyanti dan Yoyok, 2012). Depresi pada lansia merupakan proses patologis, bukan merupakan proses normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya, banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri Lubis (2009) mengatakan resiko yang ditimbulkan jika depresi tidak diatasi antaralain meningkatkan resiko percobaan bunuh diri, mengalami gangguan tidur,

4 mengalami gangguan dalam hubungan sosial diakibatkan oleh depresi yang menyebabkan seseorang lebih mudah tersinggung. Gangguan dalam pola makan, dan bisa menimbulkan perilaku-perilaku merusak (Mardiyanti dan Yoyok, 2012). Depresi harus segera diatasi sebelum menimbulkan masalah yang dapat memperburuk kondisi kesehatan lansia. Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi komplementer atau modalitas. Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan kemampuan fisik atau elektrik yang membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan pasien (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Terapi komplementer atau terapi modalitas diakui sebagai upaya kesehatan nasional oleh National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) di Amerika. Terapi ini digunakan juga dalam praktik keperawatan profesional sebagai terapi alternatif dibeberapa klinik keperawatan (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Menurut NCCAM terapi komplementer dikategorikan menjadi empat katergori. Kategori tersebut antara lain terapi pikiran tubuh (mindbody therapies), terapi berbasis biologi (biologically based therapies), terapi manipulatif dan berbasis tubuh (manipulative and body based therapies), dan terapi energi yang termasuk dalam kategori energi hayati dan bioelektromagnetik (energy and biofield therapies) (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Biblioterapi adalah terapi yang masuk ke dalam golongan terapi pikiran tubuh (mind body therapies). Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapia yang artinya buku dan penyembuhan. Biblioterapi merupakan upaya penyembuhan dengan menggunakan buku. Menurut Jachna (2005), biblioterapi adalah dukungan

5 psikoterapi melalui bahan bacaan untuk membantu seseorang yang mengalami masalah personal (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). Songprakun dan McCann (2012) menemukan dalam penelitiannya bahwa kelompok yang diberikan intervensi yaitu biblioterapi memiliki penurunan tingkat depresi yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa diberikan intervensi. Penelitian lain menunjukkan apabila jumlah responden penelitian ditambah memiliki harapan bahwa biblioterapi dan terapi kognitif perilaku akan terbukti efektif dan memiliki standar signifikasi terhadap ketidakpuasaan citra tubuh (Helena, 2013). Mekanisme kerja biblioterapi dengan cara melalui membaca seseorang bisa mengenali dirinya. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca menjadi masukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Saat membaca pembaca menginterpretasi jalan pikiran penulis, menerjemahkan simbol dan huruf kedalam kata dan kalimat yang memiliki makna tertentu, seperti rasa haru dan simpati. Perasaan ini dapat membersihkan diri dan mendorong seseorang untuk berperilaku lebih positif. Membaca memfasilitasi suatu perubahan dalam individu melalui pemahaman diri (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011). John T. Pardeck dan Jean A. Pardeck (1993) dalam Herlina (2015) mengemukakan pandangan beberapa ahli mengenai bagaimana biblioterapi berperan dalam membantu proses penyembuhan lansia. Pertama adalah banyak informasi dapat diperoleh melalui kegiatan membaca bersama dan membaca buku yang ditugaskan. Biblioterapi membuat seseorang dapat mempelajari fakta-

6 fakta baru, cara berbeda dalam memandang/mendekati masalah, dan pilihan cara memikirkan masalah. Karena pengetahuan atau pengalaman pribadi sebagian besar lansia tentang masalah yang mereka hadapi terbatas, biblioterapi dapat memberikan insight yang bermanfaat bagi lansia untuk mengatasi masalahmasalah tersebut. Kedua, pemahaman diri dan insight merupakan tujuan penting dari biblioterapi. Saat terapis menggunakan fiksi dalam biblioterapi, lansia membaca tentang karakter (tokoh) yang menghadapi masalah yang mirip dengan masalah yang ia hadapi, lalu ia mengidentifikasikan dirinya dengan karakter tersebut, dan dengan demikian ia memperoleh kesadaran dan pemahaman tentang motivasi, perasaan, dan pikirannya. Dengan membaca tentang konflikkonflik yang dialami karakter, kognisi, dan reaksi emosionalnya, lansia memperoleh insight tentang suatu situasi masalah (Pardeck & Pardeck, 1983). Ketiga, biblioterapi merupakan teknik yang sangat bagus untuk merangsang munculnya diskusi tentang suatu masalah yang mungkin tidak didiskusikan karena adanya rasa takut, bersalah, dan malu. Membaca tentang sebuah karakter dalam fiksi yang mengatasi masalah yang mirip dengan masalah yang dihadapinya menjadikan lansia terbantu mengungkapkan secara lisan perasaannya tentang masalah yang ia hadapi kepada terapis. Keempat, biblioterapi dapat membantu lansia mengatasi dan mengubah masalah yang sedang dihadapinya manakala ia membaca tentang orang lain yang berhasil mengatasi masalah seperti yang ia hadapi. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hambatan fisik dapat membaca tentang karakter yang berhasil mengatasi masalah

7 yang berkaitan dengan hambatan fisiknya. Menurut Laporan Kegiatan Lansia Tahun 2015 dari 22 puskesmas yang tersebar di Kota Padang ditemukan sebanyak 2.962 orang lansia memiliki kondisi mental yang kurang baik. Puskesmas Belimbing merupakan penyumbang terbanyak jumlah lansia dengan kondisi mental yang kurang baik di Kota Padang dengan total 1.766 orang. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing dengan melakukan skrining menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) ditemukan dari 15 orang lansia sebanyak 7 orang lansia mngalami depresi ringan, dan sebanyak 5 orang lansia mengalami depresi sedang, dan sisanya lansia tidak mengalami depresi. Berdasarkan data tersebut, didapatkan sebagian besar lansia mengalami depresi ringan dan sedang. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Pengaruh Biblioterapi Afektif Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun 2016. B. Penetapan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitiannya adalah apakah ada pengaruh biblioterapi afektif dalam mennurunkan tingkat depresi pada lansia.

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biblioterapi afektif terhadap tingkat depresi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui skala depresi pada lansia sebelum dilakukan biblioterapi afektif di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun 2016. b. Diketahui skala depresi pada lansia sesudah dilakukan biblioterapi afektif di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun 2016. c. Diketahui perbedaan skala depresi pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan biblioterapi afektif di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun 2016. d. Diketahui perbedaan skala depresi pada kelompok yang diberikan biblioterapi afektif dan tidak diberikan intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bentuk pelayanan dengan memberikan biblioterapi afektif, dalam implementasi asuhan keperawatan untuk lansia yang mengalami depersi ringan, dan diharapkan petugas yang ada di

9 Puskesmas Belimbing mampu mengaplikasikan biblioterapi terhadap lansia dengan depresi ringan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangan diri sehingga ilmu yang diperoleh selama kuliah dapat diaplikasikan kedalam suatu penelitian. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya yang terkait dengan pengaruh biblioterapi yang dilakukan pada lansia untuk mengurangi bahkan menghilangkan depresi ringan. 4. Bagi Lansia Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi suatu metode yang bisa digunakan lansia untuk mengurangi bahkan menghilangkan depresi ringan yang dialami lansia.

10