DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tanaman pepaya merupakan tanaman herba yang berasal dari Amerika. Tengah, Hindia Barat, Meksiko dan Costa Rica. Tanaman yang masuk ke

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

Tahun Bawang

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI DALAM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT PEPAYA DI KECAMATAN RANCABUNGUR, BOGOR LIA NAZIRAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

Hama penghisap daun Aphis craccivora

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Agro inovasi. Kiat Sukses Berinovasi Cabai

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskanberdasarkanlatarbelakangdanrumusanmasalah, Indonesia mempunyai banyak wilayah yang dapat dijadikan sebagai lahan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Transkripsi:

SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PEPAYA TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI KECAMATAN RANCABUNGUR DAN DESA BOJONG KECAMATAN KEMANG KABUPATEN BOGOR MOHAMAD RIZWAN DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

ABSTRAK MOHAMAD RIZWAN. Survei Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh R. YAYI MUNARA KUSUMAH dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN. Pepaya merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Di Indonesia, pada bulan november 6 volume ekspor mencapai,8 ton, dan pada tahun 9 produksi buah pepaya mencapai 77.844 ton. Setengah produksi buah pepaya dihasilkan di Pulau Jawa yang menjadi indikasi bahwa masyarakat/petani khususnya di Pulau Jawa semakin intensif membudidayakan pepaya. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala petani dalam budidaya pepaya. Pada tingkat serangan hama dan penyakit yang berat dapat menyebabkan kegagalan panen dalam budidaya pepaya. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) oleh petani pepaya khususnya di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas, serta dapat melestarikan keberlangsungan usaha pertaniannya. Survei pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pepaya terhadap OPT dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap petani pepaya di Desa Bojong Kecamatan Kemang dan petani pepaya di Kecamatan Rancabungur (Desa Bantar Sari, Desa Bantar Jaya, Desa Pasir Gaok, Desa Rancabungur, dan Desa Mekar Sari). Tujuan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan petani pepaya dalam upaya pengelolaan OPT. Hasil survei dijelaskan secara tabulasi deskriptif dan dilakukan uji Chi-square (uji kebebasan) untuk melihat hubungan karakteristik petani reponden mengenai tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap OPT dengan taraf nyata,5. Hasil survei memperlihatkan tindakan budiaya petani pepaya di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani yang sebagian besar rendah (sekitar 8,5% lulus SD dan tidak lulus SD), sehingga lebih banyak mengandalkan pada pengetahuan dan pengalaman langsung cara budidaya pepaya serta pengetahuan orang tua dan petani pepaya lain. Kurangnya kepemilikan atas luas lahan dan pengetahuan petani terhadap pengelolaan OPT, mempengaruhi cara budidaya sederhana yang masih banyak menerapkan pengendalian kimiawi secara intensif dengan pengetahuan yang minim terhadap pestisida yang digunakan. Permasalahan OPT yang sering dialami petani responden antara lain busuk buah (antraknosa) yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides yaitu sekitar 85% petani responden, busuk/mati pucuk (die back) yang kemungkinan diakibatkan oleh C. gloeosporioides atau bakteri Erwinia papaya, yaitu sekitar 65%, dan 4 petani responden pernah mengalami serangan kutu putih (Paracoccus marginatus) serta sekitar,5% petani responden pernah mengalami tanaman bergejala keriting/kerdil. Sebagian besar petani responden telah melakukan tindakan yang hampir searah dengan konsep PHT, diantaranya tanggap terhadap permasalahan

OPT dengan cara melakukan pemantauan OPT, sanitasi terhadap buah yang jatuh, dan merotasikan tanaman sebelum menanam pepaya pada musim tanam berikutnya. Petani responden menyadari bahwa hal tersebut dapat mengurangi resiko permasalahan OPT yang lebih berat. Penyuluhan secara merata dan penyebaran informasi budidaya yang sesuai dengan konsep PHT oleh Petugas Penyuluh Lapang (PPL) setempat diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik bagi petani pepaya khususnya di Kecamatan Rancabungur dan sekitarnya (Desa Bojong Kecamatan Kemang).

SURVEI PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PEPAYA TERHADAP ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DI KECAMATAN RANCABUNGUR DAN DESA BOJONG KECAMATAN KEMANG KABUPATEN BOGOR MOHAMAD RIZWAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Judul Usulan Nama NRP : Survei Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor : Mohamad Rizwan : A45664 Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Ir R. Yayi Munara Kusumah, MSi. Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, MSi. NIP 96595 99 NIP 9687 99 Mengetahui, Dr. Ir. Dadang, MSc. NIP. 9644 99

RIWAYAT PENDIDIKAN Penulis adalah putra terakhir dari enam bersaudara pasangan Bapak Otong (alm) dan Ibu Nawiyah. Lahir pada tanggal Juli 986, di Bogor Jawa Barat. Menyelesaikan sekolah menengah lanjutan tingkat atas pada tahun 4 di SMUN I Leuwiliang Kabupaten Bogor. Pada tahun 5, masuk sebagai mahasiswa baru di Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program mayor-minor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Di tahun kedua penulis masuk sebagai mahasiswa program studi mayor Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.

PRAKATA Segala puji dan syukur penulis hanya untuk Allah Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Survei Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani Pepaya terhadap Organisme Pengganggu Tanaman di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, sebagai ujian terakhir proses pembelajaran di IPB. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak kepada:. Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, MSi. sebagai dosen pembimbing akademik dan skripsi, serta Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M. Agr. sebagai Komisi Pendidikan, yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi untuk meyakinkan penulis bahwa penulis sanggup menyelesaikan semua pelaksanaan perkuliahan di Departemen Proteksi Tanaman.. Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi kedua, yang telah memberikan kesempatan dalam konsultasi materi skripsi.. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi. yang telah memberikan nasehat dan saran kepada penulis. 4. Petani responden yang sudah bersedia untuk dimintai informasi mengenai pengelolaan usaha tani yang telah dilakukan. 5. Ibu dan Kakak yang selalu mendukung dalam segala hal. 6. Teman-teman 4, 4, 44, dan 45 atas motivasi dan kerjasama, kalian semua adalah ade kelas dan teman yang luar biasa. Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Bogor, November Mohamad Rizwan

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian... TINJAUAN PUSTAKA... 4 Tanaman Pepaya... 4 Hama dan Penyakit Tanaman Pepaya... 5 Hama Penting Tanaman Pepaya... 5 Penyakit Penting Tanaman Pepaya... 8 BAHAN DAN METODE... Tempat dan Waktu... Metode Penelitian... Pengumpulan Data... Analisis Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan (PST)... HASIL DAN PEMBAHASAN... Keadaan Umum Lokasi Survei... Karakteristik Petani Responden... 4 Karakteristik Budidaya Pepaya... 5 Tindakan Budidaya... 7. Varietas pepaya yang ditanam... 7. Penanaman... 9. Tindakan budidaya lainnya... Pengetahuan dalam Pengelolaan OPT... Pengetahuan Mengenai OPT/Hama dan Penyakit... Permasalahan dan Pengaruh OPT terhadap Hasil... 4 Sikap dan Tindakan Petani terhadap OPT... 6 Hubungan Karakteristik Petani Responden dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani terhadap OPT... 9 KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... x xi xii

Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 4

DAFTAR TABEL No Halaman. Karakteristik petani pepaya responden... 4. Kepemilikan dan Pengusahaan Lahan Pepaya... 6. Pemilihan Varietas Pepaya... 8 4. Cara penanaman... 9 5. Tindakan budidaya pepaya... 6. Pengetahuan umum petani terhadap pengelolaan OPT... 7. Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan penyakit pepaya... 8. Gangguan hama dan penyakit... 9. Sikap dan tindakan petani responden terhadap OPT... 6. Hubungan antara karakteristik petani responden dengan Pengetahuan Umum Pengendalian OPT... 8. Hubungan antara karakteristik petani responden dengan Sikap dan Tindakan Petani terhadap OPT... 9

DAFTAR GAMBAR No Halaman. Buah dan tanaman varietas Bangkok (a), dan varietas California (b) 7. Benih varietas Bangkok (a), benih varietas California (b) dan proses pembibitan tanaman pepaya (c)... 8. Gejala busuk buah (a), busuk/mati pucuk (b), serangan kutu putih (c) dan tanaman kerdil (d)... 4

DAFTAR LAMPIRAN No Halaman. Kuesioner survei... 5. Pengetahuan petani responden... 4. Sikap dan tindakan petani responden... 4

PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya merupakan tanaman tropis yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi, buahnya sangat digemari oleh lapisan masyarakat di berbagai negara termasuk di Indonesia. Buah pepaya dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun sebagai makanan olahan. Di Indonesia tanaman pepaya sudah merupakan tanaman perkarangan yang hampir ditanam oleh setiap keluarga (Sunarjono, 998). Banyak petani yang membudidayakan tanaman pepaya sebagai komoditas yang menjanjikan keuntungan. Pepaya termasuk komoditas ekspor buah Indonesia, volume ekspor buah pepaya segar mencapai sekitar 6,5 ton pada tahun 5, pada bulan November 6 volume ekspornya meningkat hingga,8 ton dengan nilai US$ 47.797 (Suhendar et al., 7). Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pepaya selain dapat memperbesar ekspor nonmigas, juga dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan petani, pengembangan agribisnis dan agroindustri, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan gizi masyarakat (Rukmana, 995). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, produktivitas buah pepaya di Indonesia mengalami peningkatan, tercatat pada tahun 9 produksinya mencapai 77.844 ton. Bila dibandingkan pada tahun 5 produksinya hanya mencapai 548.657 ton, dimana Pulau Jawa merupakan pusat produksi tertinggi buah pepaya yaitu sekitar 9.47 ton atau hampir setengah produksi buah pepaya di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 9. Hal ini menjadi indikator bahwa semakin intensifnya masyarakat Indonesia dalam membudidayakan tanaman pepaya khususnya masyarakat/petani di Pulau Jawa. Seiring dengan hal tersebut kendala dalam budidaya akan menjadi tantangan tersendiri bagi petani. Kendala atau permasalahan dalam proses budidaya pepaya umumnya muncul dari faktor teknis seperti serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menurunkan tingkat produksi, baik secara kualitas maupun kuantitas buah yang dihasilkan. Gangguan OPT dapat menyebabkan kegagalan panen pada tingkat serangan hama dan penyakit yang cukup berat (Wiyono & Manuwoto, 8).

Dalam pelaksanaan budidaya, kebanyakan petani pepaya masih menerapkan sistem pertanian konvensional khususnya dalam hal pengendalian OPT yaitu dengan menggunakan pestisida sebagai solusi yang terbaik menurut mereka. Walau bagaimanapun tingkat keberhasilan pengendalian OPT dengan cara menggunakan pestisida terbilang cukup tnggi, akan tetapi bila dilakukan secara terus-menerus akan berdampak buruk bagi petani maupun lingkungan, serta dapat berdampak pada keberlangsungan usaha pertanian. Menurut Djojosumarto (8), pestisida tetap merupakan senyawa racun yang bersifat bioaktif, di dalam penggunaannya dapat mengandung risiko (bahaya) baik bagi manusia maupun lingkungan. Menurut Sutanto (), perlindungan tanaman merupakan proses yang bersifat komplek sehingga memerlukan pemahaman peranan masing-masing komponen lingkungan, sistem usaha tani dan sistem pertanaman yang dilaksanakan. Munculnya berbagai masalah hama seperti resistensi hama, resurjensi, letusan hama sekunder dan residu bahan aktif pestisida merupakan beberapa bukti kegagalan cara pengendalian konvensional yang banyak mengandalkan pestisda kimiawi. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang perlindungan tanaman seperti yang tercantum pada Undang-Undang No. Tahun 99 tentang sistem budidaya tanaman serta Peraturan Pemerintah No.5 tahun 996 tentang Perlindungan Tanaman (Untung, 7). Dukungan pemerintah ini diharapkan dapat mendorong petani khusunya petani pepaya untuk bisa menerapkan PHT sehingga tidak hanya mendapatkan hasil produksi yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas tetapi juga dapat melestarikan keberlangsungan usaha pertaniannya. PHT memadukan berbagai metode pengelolaan agroekosistem secara serasi untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi, sehingga dapat meningkatan penghasilan petani, mempertahankan populasi hama dalam keadaan yang tidak merugikan serta mengurangi kerugian bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Untung, ).

Tujuan Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan petani pepaya khususnya di Kecamatan Rancabungur dan di Desa Bojong Kecamatan Kemang dalam upaya pengelolaan Organisme Pengganngu Tanaman (OPT). Manfaat Penelitian Hasil survei ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakeristik pengetahuan, sikap dan tindakan petani pepaya di Kecamatan Rancabungur dan Desa Bojong Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor, sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk rekomendasi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae yang memiliki empat genus, yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta dan Cylocomorpha. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli Amerika tropis, sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Salah satu spesies dari 4 spesies genus Carica adalah jenis pepaya yang banyak diusahakan petani karena buahnya dapat dimakan. Pepaya merupakan tanaman herba, batang berongga tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai meter (Kalie, ). Tanaman pepaya memiliki tiga bentuk bunga dasar, yaitu bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna. Masing-masing bunga ini hanya tumbuh pada satu pohon yaitu pohon jantan, pohon betina, dan pohon sempurna. Pohon betina, dan pohon sempurna banyak dibudidayakan oleh petani karena dapat menghasilkan buah (Kalie, ). Tanaman pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 7 m dpl, pertumbuhan optimal pada ketinggian - 5 m dpl pada berbagai tipe tanah dengan ph 6-7, suhu o - 6 o C, curah hujan - mm/tahun dengan bulan kering (CH < 6 mm) - 4 bulan (Sujiprihati & Suketi, ). Buah pepaya memiliki tekstur yang sangat halus dan mudah dicerna sehingga bermanfaat bagi pencernaan (Rukmana, 8). Menururut Kalie () kandungan gizi buah pepaya cukup tinggi karena mengandung banyak vitamin A dan vitamin C, juga mineral kalsium. Setiap gram buah pepaya yang matang mengandung 46 kalori,,5 g protein,, g karbohidrat, mg kalsium, mg fosfor,,7 mg zat besi, 65 SI vitamin A,,4 mg vitanin B, 78 mg vitamin C, 86,7 g air, dan 75% bagian yang dapat dimakan (Rukmana, 8). Selain diambil buahnya yang sudah masak, buah yang mentah dan daunnya dapat dimakan sebagai sayuran, getahnya yang mengandung papain merupakan enzim proteolitik yang dapat dimanfaatkan di bidang industri makanan sebagai pelunak daging dan sebagai bahan baku kosmetik (Sujiprihati & Suketi, ). Tanaman pepaya dapat memberikan banyak manfaat, tidak hanya untuk kesehatan dan pemunuhan gizi masyarakat, tetapi juga dapat dimanfaatkan

5 sebagai komoditas bisnis untuk bahan baku industri sehingga menjadi komoditas yang cukup potensial. Di Indonesia, sentra produksi pepaya antara lain terdapat di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Subang, Bandung), Jawa Tengah (Boyolali, Wonogiri, Magelang), Jawa Timur (Kediri, Malang, Banyuwangi), Bali, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur (Sujiprihati & Suketi, ). Kecamatan Rancabungur merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bogor yang petaninya banyak menanam pepaya sebagai komoditas utama dalam usaha pertaniannya. Tanaman pepaya yang umum ditanam hanya terdiri dari pepaya varietas California dan pepaya varietas Bangkok. Pepaya varietas California yang banyak dikenal oleh petani sebenarnya merupakan varietas Callina (Pepaya IPB 9) yang dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Pepaya IPB 9 memiliki daging buah yang lebih tebal, manis dan produksinya cukup tinggi dengan bobot buah,5 kg (Sujiprihati & Suketi, ). Pepaya varietas Bangkok/Thailand merupkan jenis pepaya introduksi dari negara Thailand dengan ciri buah yang lebih besar (bobot buah bisa mencapai,5 kg), daging buah lebih keras dengan warna merah jingga serta tahan dalam perjalanan/penyimpanan (Kalie, ). Hama dan Penyakit Tanaman Pepaya Faktor yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan produksi secara umum diantaranya adalah patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangan hama (Agrios, 988). Menurut Pracaya (8), banyak petani tidak begitu paham perbedaan antara pengertian hama dan penyakit yang mengakibatkan kekeliruan dalam upaya pengendaliannya sehingga hama dan penyakit tidak dapat terkendalikan secara efektif. Hama adalah sekelompok hewan yang cara hidupnya bersinggungan dengan kepentingan manusia atau semua jenis hewan yang secara ekonomi berpotensi menimbulkan kerugian karena dapat menurunkan produksi atau dapat mematikan tanaman budidaya. Sedangkan definisi penyakit tumbuhan menurut Agrios (988) adalah kondisi tumbuhan dimana terjadinya perubahan fungsi-fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agen-agen patogen atau faktor lingkungan dan menyebabkan berkembangnya gejala. Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik (umunya bersifat

6 parasitik) diantaranya virus, fitoplasma, bakteri, cendawan, dan nematoda, serta oleh faktor abiotik bersifat tidak parasitik (Sinaga, 6). Intensitas serangan hama dan kejadian penyakit pada tanaman pepaya dapat berfluktuasi, hal ini sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim di suatu daerah. Umumnya populasi hama dan atau kejadian penyakit sangat tinggi pada musim-musim tertentu sehingga diperlukan upaya tindakan pengendalian yang tepat. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu konsep pengendalian yang menganggap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) termasuk hama dan patogen penyebab penyakit sebagai suatu komponen ekosistem lingkungan yang keberadaanya perlu dikendalikan. Prinsip dasar PHT dintaranya melakukan pemantauan terhadap populasi OPT, mengutamakan pengendalian non-kimiawi terlebih dahulu dan menggunakan pestisida secara bijak jika diperlukan untuk mempertahankan OPT pada keadaan yang tidak merugikan. Dengan demikian suatu pengetahuan, sikap, dan tindakan petani yang sesuai dengan konsep PHT sangat diperlukan dalam upaya pengendalian yang tepat terhadap OPT. Dengan tindakan PHT oleh petani, selain dapat memberikan keuntung produksi yang lebih baik juga akan menjamin keberlangsungan usaha suatu komoditas pertanian. Hama Penting Tanaman Pepaya Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menjadi faktor penentu hasil produksi buah pepaya yaitu dari golongan hama baik dari kelompok serangga, tungau, mollusca maupun hewan mamalia. Hama yang menyerang tanaman pepaya memang tidak banyak, diperkirakan ada sekitar ± 5 jenis yang terdiri dari tungau, kutu, lalat buah, kumbang dan ngengat (Kalie, ). Beberapa hama penting yang dapat menyerang tanaman pepaya yaitu:. Tungau Menurut Pracaya (8), tungau banyak menyerang bagian batang, daun dan buah yang dapat mengakibatkan perubahan warna dan bentuk. Gejala daun yang terserang tungau yaitu daun berbayang putih perak pada permukaan bawah sedangkan pada permukaan atas menjadi kuning, selanjutnya timbul bercakbercak cokelat yang akhirnya menjadi hitam. Terdapat tiga jenis tungau yang dapat menjadi hama penting pada tanaman pepaya di Indonesia, antara lain Polyphagotarsonemous latus, Tetranychus telarius L, dan Brevipalpus phoenicis

7 Geysk (Kalie, ). Ukuran tubuh tungau sangat kecil, tidak lebih dari,5 mm. Oleh sebab itu, sulit untuk melihatnya dengan mata telanjang, sehingga pengendalian keberadaan tungau tidak terlalu intensif. Perkembangbiakan tungau dapat terjadi secara seksual, baik oviparous atau viviparous dengan daur hidup yang kurang lebih 7-4 hari (Pracaya, 8).. Kutu Tanaman Beberapa jenis kutu tanaman dapat menjadi hama penting pada tanaman pepaya seperti Myzus persicae Sulzer, Aphis gossypii Glover dan Paracoccus marginatus. Myzus persicae Sulzer (Hemiptera: Aphididae). Kutu ini sering terlihat bergerombol di bawah permukaan daun, tubuhnya lunak berwarna kehijauan atau kemerahan dengan panjang - mm. Hama ini bersifat polifag, hidup dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga daun yang terserang mengerut dan keriting. Menurut Hill (987), Myzus persicae (Sulz.) merupakan hama penting pada berbagai komoditas tanaman, dan dapat menjadi vektor lebih dari penyakit virus pada tiga puluh famili tanaman yang berbeda. Aphis gossypii Glover (Hemiptera: Aphididae), merupakan hama yang berifat polifag, dapat menyerang beberapa famili tanaman yang berbeda (Hill, 987). Nimfa berwarna cokelat kehitaman, sedangkan aphis dewasa berwarna hitam mengkilap dengan panjang tubuh - mm. Sebagian besar serangga betina yang bisa ditemukan bersayap atau tampa sayap (Hill, 987). Hama ini tercatat dapat menjadi vektor dari sekitar 44 penyakit virus (Hill, 987). Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae) termasuk hama baru di Indonesia pada tanaman pepaya, hama ini pertama kali muncul di daerah Bogor dan sekitarnya, kemudian merebak ke daerah sentra produksi pepaya disekitar Bogor seperti Cianjur, Sukabumi, Tangerang, Lebak dan Purwakarta. Kutu putih ini memiliki tanaman inang selain pepaya, antara lain tanaman singkong, alpukat, jeruk, mangga, tanaman kacang-kacangan, serta famili Solanaceae dan Cucurbitaceae. Rata-rata siklus hidup individu jantan dan betina kurang lebih selama 5 hari (Friamsa, 9).

8. Lalat Buah Dacus dorsalis (Hend.) dan Dacus cucurbitae Coq. Dacus dorsalis (Hend.) lebih dikenal sebagai Oriental Fruit Fly (famili Tephritidae) memiliki tanaman inang utama antara lain jambu biji, mangga, jeruk, pisang, alpukat dan pepaya (Hill, 987). Sedangkan, Dacus cucurbitae Coq. memiliki tanaman inang labu-labuan seperti ketimun, waluh, semangka dan melon. Kedua jenis lalat ini menyerang buah pepaya yang sudah matang (Kalie, ). Lalat betina meletakkan telur sekitar 5 mm ke dalam permukaan buah, larva/belatung memakan daging buah yang juga berasosiasi dengan cendawan dan bakteri sehingga terjadi busuk. 4. Kepik Nezara viridula L Nezara viridula L. merupakan kepik (Hemiptera: Pentatomidae) yang banyak ditemukan di daerah tropis, bersifat polifag dapat memakan berbagai organ tanaman. Di Indonesia kepik ini menyerang tanaman pepaya, padi, jagung, tembakau, cabai, kapas, dan berbagai tanaman kacang-kacangan (Kalie, ). Kepik ini sering menyerang buah yang masih berkembang dengan menimbulkan gejala nekrosis akibat tusukan dan perubahan bentuk, atau bahkan buah muda yang terserang gugur (Hill, 987). Tubuh kepik berwarna hijau dengan panjang kira-kira 6 mm. Stadia telur sampai dewasa sekitar 4-8 minggu (Kalie, ). 5. Thrips tabaci Lind. Menurut Kalie (), Thrips tabcai Lind. (Thysaopthera: Thripidae) yang memiliki panjang mm ditemukan dapat menyerang tanaman pepaya, kentang, cabai, tomat, waluh, bayam dan bawang Bombay. Hama ini merusak daun sehingga daun menjadi berbintik-bintik halus berwarna keperakan, bila serangan berat daun menjadi kering dan akhirnya mati. Thrips tabaci merupakan hama yang sangat polifag pada berbagai tanaman. Hama ini merupakan vektor penyakit virus pada tanaman tembakau, tomat, nenas dan tanaman lainnya (Hill, 987). Telur diletakkan dalam lapisan epidermis daun dan batang yang masih muda. Ukuran serangga dewasa sangat kecil, berwarna kuning kecokelatan, lama siklus hidup satu generasi sampai tiga minggu (Hill, 987). Penyakit Penting Tanaman Pepaya Organ tanaman papaya seperti akar, batang, daun dan buah papaya sangat rentan terhadap penyakit. Patogen penyebab penyakit pada tanaman papaya

9 cukup beragam, dapat berupa bakteri, cendawan, virus (Kalie, ). Berdasarkan patogen penyebabnya terdapat beberapa penyakit penting pada tanaman papaya:. Busuk Akar dan Pangkal Batang Busuk akar dan pangkal batang adalah penyakit yang cukup penting dan tersebar luas di Indonesia, khususnya di Jawa. Penyakit dapat timbul pada bermacam-macam umur. Selain pada akar dan batang, penyakit juga dapat timbul pada buah baik yang masih berada di kebun maupun dalam penyimpanan (Semangun, 7). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora (Bult.) dan Pythium spp. Gejala pada daun bagian bawah terlihat layu, menguning, dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok, selanjutnya daun muda menunjukkan gejala yang sama sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun di puncaknya dan akhirnya tanaman mati (Semangun, 7).. Antraknosa Antraknosa, yang umumnya terdapat pada bermacam-macam buah, juga sering terdapat pada pepaya (Semangun, 7). Penyakit ini terdapat di semua negara penanam papaya. Kerugian terutama terjadi pada buah, khususnya buah dalam pengangkutan dan penyimpanan (Semangun, 7). Perkembangan terakhir, berdasarkan pengamatan penyakit antraknosa selain menyerang buah dapat menyerang batang, pucuk daun dan juga bibit di pembibitan (Wiyono & Manuwoto, 8). Gejala pada buah dan batang (bagian batang yang banyak terserang adalah bagian dekat pucuk) mirip, yaitu berupa jaringan mati yang terlihat sebagai bercak kebasahan, kemudian berkembang menjadi bercak konsentrik berwarna abu-abu atau kehitaman dengan titik-titik orange pada permukaannya, sedangkan gejala pada daun berupa bercak kecoklatan dan disekitarnya terdapat titik-titik orange, serangan yang berat dapat menimbulkan gejala mati pucuk (die back) (Wiyono & Manuwoto, 8). Pada pembibitan, bila cuaca mendukung dapat menyebabkan rebah kecambah (damping-off), namun pada umumnya menimbulkan gejala laten (Wiyono & Manuwoto, 8). Penyakit antraknosa pada pepaya disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc. yang identik dengan C. papayae (P. Henn.) Syd dan

Gloeosporium papayae (P. Henn.). Colletotrichum gloeosporioides dapat hidup sebagai saprofit pada bagian-bagian tanaman yang sudah mati dan dapat menyerang bermacam-macam tanaman (Semangun, 7). Colletotrichum gloeosporioides yang berasal dari tanaman mangga, kopi, kakao, jambu mete, terong, karet dan ubi kayu sudah terbukti mampu menginfeksi papaya dan begitu juga sebaliknya (Wiyono & Manuwoto, 8).. Penyakit Bakteri Penyakit bakteri yang disebabkan oleh Erwinia papayae (Rant) Magrou, pertama kali diketahui terdapat di Jawa Timur, juga terdapat di daerah lain pulau Jawa, Sulawesi dan Maluku. Patogen ini dapat menimbulkan kerugian besar pada musim hujan (Semangun, 7). Gejala pada tanaman muda daun terlihat menguning dan membusuk, setelah beberapa lama bagian tanaman sebelah atas mati diikuti oleh matinya seluruh tanaman. Pada helaian daun tanaman yang lebih besar tejadi bercak-bercak kering yang bentuknya tidak teratur, gejala yang khas terdapat pada tangkai daun dan batang yang masih hijau yaitu bercak kebasahan yang dapat meluas hingga tanaman menjadi gundul (Semangun, 7). Erwinia papayae dapat ditularkan oleh serangga. Infeksi dapat terjadi pada sisi atas maupun sisi bawah daun, tetapi lebih mudah pada sisi bawah (Semangun, 7). 4. Bercak Cincin Penyakit bercak cincin (ringspot) yang disebabkan oleh virus bercak cincin papaya/papaya Ringspot Virus (PRV) sering juga disebut sebagai penyakit mosaik, telah tersebar di Jawa khususnya di Jawa Barat. Di Indonesia penyakit ini lebih banyak ditemukan di pegunungan (Semngun, 7). Gejala pada daun dapat berupa daun belang, bentuknya dapat berubah bahkan daun dapat menjadi sangat sempit. Sedangkan gejala pada batang dan tangkai daun terlihat garis-garis hijau tua, tangkai daun menjadi pendek, tanaman dapat terhambat pertumbuhannya (Semangun, 7). Beberapa kutu daun dapat menularkan virus ini secara nonpersisten, terutama Myzus persicae Sulz. (Semangun, 7).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Survei dilaksanakan di Kecamatan Rancabungur dan sebagian kecil di Desa Bojong Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 Februari sampai Maret. Pengumpulan Data Metode Penelitian Metode survei yang dilaksanakan merupakan pengumpulan data primer, yaitu dengan cara mewawancarai petani pepaya secara langsung menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Petani pepaya responden yang diwawancarai sebanyak empat puluh orang, diantaranya sepuluh petani berasal dari Desa Bojong Kecamatan Kemang dan tiga puluh petani dari Kecamatan Rancabungur yang tersebar di beberapa desa, antara lain Desa Bantar Sari, Desa Bantar Jaya, Desa Pasir Gaok, Desa Rancabungur dan Desa Mekar Sari. Analisis Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan (PST) Analisis PST disajikan dalam bentuk tabulasi dengan penjelasan deskriptif untuk menjelaskan pengetahuan petani responden mengenai cara budidaya tanaman pepaya yang mereka lakukan. Sedangkan untuk melihat hubungan antara karakteristik petani responden dengan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap OPT dilakukan uji Chi-square (uji kebebasan) dengan menggunakan program Microsoft Exel 7. Uji kebebasan dihitung berdasarkan frekuensi yang teramati dengan frekuensi harapan, dengan menggunakan rumus X (Walpole, 99); Ket. o i : Frekuensi teramati. e i : Frekuensi harapan. frekuensi harapan dihitung dengan cara; Frekuensi harapan = X i ( oi ei) = ei (total kolom) x (total baris) total pengamatan

dengan asumsi bila P-value yang diperoleh mempunyai nilai >,5 pada α = 5%, maka tidak berbeda nyata antara variabel-variabel yang dibandingkan, dan sebaliknya bila P-value yang diperoleh <,5 pada α = 5%, variabel-variabel yang dibandingkan berbeda nyata. Variable pengetahuan, sikap dan tindakan yang dibandingkan, ditentukan berdasarkan proporsi jumlah jawaban atas pertanyaan yang dapat dijadikan indikator untuk menilai pengetahuan, sikap, dan tindakan dari masing-masing petani responden terhadap karakteristik petani yang teramati, sebagai berikut;. Pengetahuan petani terhadap pengendalian OPT (terdapat 6 pertanyaan yang dapat diamati): Pengetahuan lebih baik, jika jumlah jawaban ya >, Pengetahuan kurang, jika jumlah jawaban ya <, dan Jika jumlah jawaban ya = tidak =, memiliki nilai masing-masing / dari dua nilai tersebut.. Sikap dan tindakan petani terhadap OPT (terdapat 6 pertanyaan yang dapat diamati): Searah prinsip PHT, jika jumlah jawaban sesuai PHT >, Tidak searah prinsip PHT, jika jumlah jawaban sesuai PHT <, dan Jika jumlah jawaban sesuai = tidak =, memiliki nilai / dari dua kriteria tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o - 6.47 o Lintang Selatan dan 6. o - 7. o Bujur Timur. Jenis tanah di daerah ini termasuk dalam jenis tanah Latosol yang memiliki tekstur tanah liat dan struktur remah, ph tanah antara 4.5-6.5, daya menahan air cukup baik serta relatif tahan terhadap erosi. Berdasarkan data Stasiun Klimatologi dan Geofisika Darmaga Kabupaten Bogor, ketinggian daerah ini antara - 5 m dpl, dengan suhu udara antara o - o C, curah hujan per tahun dapat mencapai ±.5 mm (Anonim, ). Penduduk Kecamatan Rancabungur pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, sedangkan masyarakat di Kecamatan Kemang (khususnya desa Bojong) selain sebagai petani, banyak juga yang bekerja sebagai buruh pabrik atau mata pencaharian lain. Jumlah penduduk tani menurut status Rumah Tangga Pertanian (RTP) dan Rumah Tangga Petani Gurem (RTPG) di Kecamatan Rancabungur, sekitar 6.5 orang dari jumlah penduduk 48.44 orang, dan di Kecamatan Kemang sekitar 8.67 orang dari jumlah penduduk 79.6 orang merupakan RTP/RTPG (Anonim, ). Berbagai komoditas tanaman yang diusahakan diantaranya umbi-umbian, jagung, padi, dan jenis tanaman hortikultur lain termasuk juga tanaman pepaya. Pada kondisi geografi seperti di atas, budidaya tanaman pepaya sangat sesuai karena memiliki ketersediaan air yang cukup, dengan kisaran suhu dan curah hujan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman pepaya. Masih banyak petani dari daerah tersebut yang membudidayakan pepaya sebagai tanaman utama atau sebagai tanaman selingan dari sekian banyak komoditas tanaman lainnya, karena dari hasil panen buah pepaya setiap periode panennya dapat memberikan tambahan pendapatan bagi petani.

4 Karakteristik Petani Responden Seluruh petani responden yang diwawancarai merupakan laki-laki (%), hal tersebut dapat dilihat pada Tabel. Tabel Karakteristik petani pepaya responden Karakteristik Jenis Kelamin Jumlah Petani Kec. Kemang Kec. Rancabungur Persentase (%) Laki-laki Perempuan - - - Kisaran Umur (tahun) 4-4 4-5 4 4,5 > 5 7 47,5 Pendidikan SD 9 4 8,5 SMP - 5,5 SMA 5 Pengalaman bertani (tahun) 5 > 5 9 47,5 5,5 Pernah mengikuti penyuluhan pertanian Ya Tidak - 7 7,5 8,5 Petani pepaya yang menjadi responden di dua kecamatan sebagian besar berumur diatas 4 tahun, dengan tingkat pendidikan yang kebanyakan masih di bawah Sekolah Dasar (SD) yaitu sekitar 8.5% (Tabel ). Hal ini sangat menentukan sistem budidaya yang diterapkan oleh mereka dengan lebih banyak mengandalkan pengetahuan dan pengalaman langsung cara budidaya yang mereka lakukan sendiri. Pengetahuan bertani pepaya umumnya diperoleh dari orang tua secara turun temurun dan dari petani pepaya lainnya.

5 Pada Tabel, sebagian besar petani di Desa Bojong, Kecamatan Kemang merupakan petani yang masih relatif baru mencoba budidaya tanaman pepaya dengan pengalaman di bawah 5 tahun, sedangkan sebagian besar petani yang berada di Kecamatan Rancabungur merupakan petani yang mempunyai pengalaman lebih dari 5 tahun. Masing-masing petani di Kecamatan Rancabungur memiliki cara yang mereka anggap merupakan cara budidaya paling baik untuk mendapatkan hasil yang optimal, bila dibandingkan petani dari Desa Bojong yang umumnya mempunyai cara budidaya pepaya yang sama antara petani satu dengan yang lainnya, karena diantara mereka pengetahuan dan pengalamannya sangat kurang, dan sebagian petaninya pun belajar dari pengalaman petani Kecamatan Racabungur. Beberapa petani responden dari Kecamatan Rancabungur pernah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang cara budidaya tanaman (Tabel ). Karakteristik Budidaya Pepaya Sebagian besar petani responden menanam pepaya pada lahan milik sendiri atau milik orang tua, sehingga tidak ada biaya untuk sewa lahan. Selebihnya, sebagai petani penggarap pada lahan orang lain atau pada lahan kontrakan (Tabel ). Menurut Untung (7) kondisi petani Indonesia pada umumnya sangat marginal dan lemah dalam hal kepemilikan lahan (rata-rata di bawah ha per keluarga), kepemilikan modal, akses pasar, kualitas pendidikan sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan keterbatasan-keterbatasan lainnya. Hal ini berdampak pada pola atau cara tanam yang diterapkan oleh masing-masing petani yang cenderung sederhana, sehingga pencapaian perolehan margin keuntungan dari sebuah usaha pertaniannya tidak maksimal. Luasan lahan petani responden yang ditanami pepaya paling luas hanya sekitar m. Di Desa Bojong ada enam petani responden yang luas lahan pepayanya lebih dari m, empat petani sisanya hanya menanam pepaya pada lahan yang kurang dari m. Sedangkan petani responden yang berada di Kecamatan Rancabungur sebagian besar menanam pepaya pada lahan lebih dari m, sepuluh petani lainnya menanam pepaya pada luas lahan yang kurang dari m (Tabel ).

6 Tabel Kepemilikan dan Pengusahaan Lahan Pepaya Lahan Status Kepemilikan Jumlah Petani Kec. Kemang Kec. Rancabungur Persentase (%) Milik sendiri 5 45 Mengontrak 7 Menggarap 4 5 Luas Penguasahaan Lahan. m >. m 4 6 5 65 Rata-rata biaya pengeluaran petani responden untuk setiap pohon pepaya sangat bervariasi, tergantung dari jenis atau varietas pepaya yang ditanam, pupuk yang digunakan, pemanfaatan tenaga kerja dan cara pengelolaan atau perawatan tanaman terhadap OPT. Kisaran biaya pengeluaran bagi petani responden di Desa Bojong antara Rp. - Rp 4. per pohon, dan biaya yang dikeluarakan oleh kebanyakan petani responden dari Kecamatan Rancabungur untuk setiap pohon pepaya hampir sama yaitu antara Rp. - Rp 5.. Biaya tersebut mencakup pembelian bibit yang siap tanam, upah tenaga kerja pria/wanita, pembelian pupuk dan pembelian pestisida. Dengan demikian biaya produksi untuk luasan lahan m yang di tanami pepaya memerlukan biaya sekitar Rp 4.5. - Rp 8... Tidak berbeda dengan biaya pengeluaran, pendapatan dari setiap kilo gram buah pepaya hasil panennya pun bervariasi, tergantung pada varietas buah dan kualitas buah yang dihasilkan. Harga yang diterima oleh petani dari Desa Bojong maupun oleh petani responden dari Kecamatan Rancabungur sama yaitu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (biasanya ditetapkan oleh tengkulak). Kriteria Super (grade A) antara Rp. - Rp 4. per kg, Global (sama rata) antara Rp. - Rp.5, dan kriteria BS kurang dari Rp. per kg. Harga buah pepaya varietas Califonnia harganya relatif lebih mahal (sekitar Rp 8 - Rp. per kg) dibandingkan pepaya varietas Bangkok/Thailand (Gambar ). Biasanya petani responden yang menanam pepaya varietas Bangkok dengan jarak

7 tanam,5 x,5 m dalam satu kali panen dapat menghasilkan Rp 48./ m, dan petani responden yang menanam pepaya varietas California dengan jarak tanam yang sama dapat memperoleh penghasilan sekitar Rp 84./ m dalam satu kali panen. (a) Gambar Buah dan tanaman varietas Bangkok (a), dan varietas California (b) (b) Tindakan Budidaya. Varietas pepaya yang ditanam Varietas pepaya yang ditanam oleh petani responden, baik dari kecamatan Rancabungur maupun Desa Bojong hanya terdiri dari dua varietas, yaitu varietas California dan varietas Bangkok (Tabel ). Kebanyakan petani dari Desa Bojong lebih memilih varietas Bangkok dengan alasan perawatan yang lebih murah dan mudah, relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sedangkan petani pepaya responden yang berasal dari Kecamatan Rancabungur lebih banyak menanam varietas California karena harga buah per kilo gram lebih mahal dari harga buah varietas Bangkok dan permintaan pasar akan buah pepaya California yang relatif lebih tinggi. Sebagian besar petani responden dari Desa Bojong dan Kecamatan Kemang memperoleh bibit dengan cara melakukan pembibitan sendiri (benih dari tanaman tanaman pepaya sebelumnya), dan dari petani lain. Terdapat satu petani responden yang melakukan pembibitan selain untuk ditanam sendiri juga khusus untuk menjual bibit kepada petani. Hanya satu petani responden yang memperoleh bibit dari toko pertanian dalam bentuk benih (Tabel ).

8 Tabel Pemilihan Varietas Pepaya Tindakan Penanaman varietas Jumlah Petani Kec. Kemang Kec. Rancabungur Persentase (%) Varietas California 7 47,5 Varietas Bangkok 5 5 5 Kombinasi keduanya 8 7,5 Penggunaan bibit Tanaman sebelumnya 5 8,5 Petani lain 5 65 Toko/koperasi -,5 Perbedaan antara benih pepaya varietas California dan varietas Bangkok dapat terlihat pada warna dan ukuran biji, warna biji buah pepaya Bangkok lebih hitam dengan ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan dengan biji buah pepaya varietas California (Gambar ). (a) (b) Gambar Benih varietas Bangkok (a), benih varietas California (b), dan proses pembibitan tanaman pepaya (c) (c)

9. Penanaman Tabel 4 Cara penanaman Tindakan Pola tanam Jumlah Petani Kec. Kemang Kec. Rancabungur Persentase (%) Monokultur 7 7,5 Polikultur 8 7,5 Jarak tanam < (,5 x,5) m 8 5 (,5 x,5) m 7 45 > (,5 x,5) m 5 Pola tanam budidaya pepaya yang diterapkan oleh petani responden umumnya menerapkan pola tanam monokultur, yaitu sekitar 7,5% petani responden (Tabel 4), namun ada sebagian petani memilih menanam dengan cara tumpang sari (7,5%), dengan tujuan mengefisiensikan lahan sehingga ada penambahan pendapatan. Tanaman yang dipilih sebagai tanaman tumpang sari biasanya memiliki masa panen yang lebih cepat (umumnya kurang dari tiga bulan) seperti tanaman kangkung, dan jagung. Jarak tanam yang diterapkan oleh petani tergantung dari jenis varietas pepaya yang ditanam. Pada Tabel 4 terlihat bahwa petani responden dari Kecamatan Rancabungur yang banyak menanam varietas California, lebih banyak menggunakan jarak tanam kurang dari,5 m x,5 m (6%), sedangkan petani di Desa Bojong umunya menggunakan jarak tanam,5 m x,5 m (7%), karena lebih banyak menanam varietas Bangkok. Hal ini disebabkan dari bentuk tanaman varietas California yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman pepaya varietas Bangkok, sehingga tingkat kerapatan/jarak tanam tidak terlalu membutuhkan ruang yang lebih besar.. Tindakan budidaya lainnya Seluruhan petani responden, baik yang berasal dari Desa Bojong maupun petani Kecamatan Rancabungur selalu melakukan tindakan budidaya yang mencakup pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan, dan juga sebagian besar

petani melakukan pengendalian OPT secara terjadwal, sesuai dengan pengetahuan masing-masing dari petani tersebut. Dalam hal pembibitan, sebagian besar petani responden atau sekitar 65% tidak melakukan pembibitan sendiri, bibit diperoleh dari petani lainnya, hanya sebagian kecil petani yang melakukan pembibitan sendiri yaitu sekitar 5% (Tabel 5). Tabel 5 Tindakan budidaya pepaya Tindakan Pengolahan tanah Jumlah Petani Kec. Kemang Kec. Rancabungur Persentase (%) Ya Tidak - - - Pembibitan Ya 5 9 5 Tidak 5 65 Pemupukan Ya Tidak - - - Penyiangan Gulma Ya Tidak - - - Pengolahan tanah mencakup pembuatan lubang tanam dengan kedalaman rata-rata kurang lebih 5 cm, lebar 5 cm, pengapuran (bila diperlukan), penggemburan tanah dan pemupukan. Kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh keseluruhan petani responden pada dasarnya sama yaitu lebih banyak menggunakan pupuk kandang dibandingkan pupuk toko/kimia buatan, hal ini karena pupuk kandang mudah diperoleh dan murah. Jenis pupuk kandang yang digunakan kebanyakan dari kotoran kambing, dengan dosis yang umumnya hampir sama sekitar satu karung (ukuran 5 kg) untuk empat lubang tanam yang diberikan secara empat tahap, yaitu pada saat awal tanam (pembuatan lubang tanam), kemudian pemupukan selanjutnya pada saat tanaman berumur tiga bulan, enam bulan dan yang terakhir pada saat umur

tanaman sembilan bulan. Pupuk kimia buatan yang digunakan umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu NPK, TSP, dan KCL. Sebagian petani ada yang menambahkan Urea. Menurut Sujiprihati dan Suketi (), tanaman pepaya merupakan tanaman yang dapat menghasilkan buah sepanjang tahun oleh karena itu suplai hara yang dibutuhkan cukup tinggi dan harus teratur. Tanaman pepaya membutuhkan kg N,, kg P O 5, dan,5 kg K untuk setiap ton buah pepaya. Pemberian pupuk yang dilakukan oleh petani responden untuk masingmasing pupuk kimia buatan tersebut dilakukan pada saat tanaman berumur - MST (di sekitar lubang tanam), selanjutnya pada saat umur tanaman tiga bulan dan enam bulan (bersamaan dengan pemberian pupuk kandang). Perbandingan untuk tiga jenis pupuk kimia yang dipakai rata-rata sama yaitu : : dengan dosis antara - 5 gram atau sekitar genggaman tangan orang dewasa untuk setiap jenis pupuknya. Penyiangan gulma hanya dilakukan sampai tanaman berumur antara - 4 bulan dimana kondisi lahan masih terbuka (belum tertutupi oleh kerapatan tanaman yang masih muda). Pengetahuan dalam Pengelolaan OPT Tabel 6 Pengetahuan umum petani terhadap pengelolaan OPT Pengetahuan Mengenal PHT Ya Tidak Mengerti pestisida dengan baik Ya Tidak Kec. Kemang - - Jumlah Petani Kec. Rancabungur 9 7 Persentase (%),5 77,5,5 67,5 Dari segi pengetahuan umum terhadap cara pengendalian OPT/hama dan penyakit, hanya sebagian kecil atau sekitar,5% petani mengenal pengendalian hama terpadu (PHT), dan selebihnya (77,5%) tidak begitu tahu atau bahkan tidak

pernah mendengar istilah PHT sama sekali (Tabel 6). Umumnya petani responden cenderung menggunakan pestisida dalam mengatasi permasalahan hama dan penyakit dengan tingkat pengetahuan terhadap jenis dan cara penggunaan pestida yang relatif masih kurang. Sebagian besar petani responden yaitu sekitar 67,5%, tidak begitu mengerti dengan baik jenis pestisida yang dipakai oleh mereka, hanya tiga belas orang (sekitar,5%) petani yang mengerti/mengetahui dengan jelas mengenai jenis dan cara penggunaan pestisida yang digunakan (dengan cara membaca label penggunaannya atau atas saran dari petugas penyuluh pertanian/toko), selebihnya petani hanya menggunakan pestisida atas saran petani lain dan bahkan hanya berdasarkan pengalaman sendiri terhadap penggunaan jenis pestida tertentu, beberapa petani responden pernah menggunakan dosis yang relatif lebih tinggi karena hasilnya lebih terlihat. Pengetahuan Mengenai OPT/Hama dan Penyakit Tabel 7 Pengetahuan petani terhadap OPT/hama dan penyakit pepaya Pengetahuan Dapat membedakan hama dan penyakit Ya Tidak Mengerti OPT/hama dan penyakit Ya Tidak Mengetahui jenis OPT pepaya Ya Tidak Mengetahui serangga yang Menguntungkan Ya Tidak Kec. Kemang 7 7 9 Jumlah Petani Kec. Rancabungur 9 8 4 6 8 Persentase (%) 7 7,5 6,5 9 77,5,5

Tabel 7 memperlihatkan sebagian besar petani responden tidak begitu mengerti istilah OPT/hama dan penyakit dengan benar (6,5%) pada tanaman pepaya, baik untuk membedakan atau mengenal jenis OPT penting yang dapat merugikan pada tanaman pepaya (9%). Sebagian besar petani responden mampu untuk membedakan perbedaan antara hama dan penyakit yang umum pada komoditas pertanian lainnya yang sering petani responden tanam. Umumnya petani responden hanya mengetahui semua kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh penyakit yang sama, dan harus dimusnahkan atau dikendalikan dengan pestisida. Dari segi pengetahuan terhadap serangga yang menguntungkan, kebanyakan petani responden mengenal bahwa terdapat beberapa serangga yang keberadaannya bisa menguntungkan terhadap hasil budidaya tanaman yang mereka usahakan. Contohnya beberapa lebah yang menurut petani responden keberadaannya dapat membantu tanaman (77,5%). Pengetahuan tersebut mereka dapat dari pengalaman sendiri dan pengetahuan orang tua secara turun-temurun. Hanya beberapa petani responden yang tidak begitu mengerti tentang keberadaaan serangga yang menguntungkan (,5%) (Tabel 7). Permasalahan dan Pengaruh OPT terhadap Hasil Tabel 8 Gangguan hama dan penyakit Permasalahan Jumlah Petani Kec. Kemang Kec.Rancabungur Persentase (%) Busuk buah 7 7 85 Busuk/mati pucuk 4 65 Kutu putih Daun keriting/tanaman kerdil 5 4,5 Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh petani responden pada tanaman pepaya yang diusahakan berdasarkan urutan tingkat kepentingannya (tingkat kerusakan dan kerugian yang paling tinggi/sering terjadi) antara lain, busuk buah sekitar 85%, busuk pucuk ada sektiar 65%, kutu putih telah diketahui pernah menyerang tanaman pepaya dari keseluruhan petani pepaya yang menjadi responden (%), serta sebagian kecil petani responden atau sekitar,5%

4 pernah mengalami permasalahan daun keriting/tamaman kerdil pada tanaman pepaya yang mereka tanam namun tidak terlalu berdampak pada penurunan hasil (Tabel 8; Gambar ). Hampir keseluruhan petani responden baik yang berasal dari Desa Bojong maupun petani Kecamatan Rancabungur pernah mengalami permasalahan busuk buah. Gejala yang terlihat di lapangan, buah mengalami bercak konsentrik berwarna abu-abu atau kehitaman dengan titik-titik orange pada permukaannya. Penyakit busuk buah ini juga disebut penyakit antraknosa yang di sebabkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides. Di Desa Bojong empat petani mengalami serangan berat dengan penurunan hasil dapat mencapai % - 5% dan tiga petani lainnya dengan tingkat serangan ringan yang hanya mengalami penurunan hasil kurang dari %. Sementara itu dua puluh tujuh petani dari Kecamatan Rancabungur yang pernah mengalami permasalahan busuk (a) (b) (c) Gambar Gejala busuk buah (a), busuk/mati pucuk (b), serangan kutu putih (c), dan tanaman kerdil (d) (d)

5 buah, lima belas petani diantaranya mengalami tingkat serangan yang cukup berat dengan kehilangan hasil antara % - % dan dua belas petani lainnya hanya mengalami penurunan hasil kurang dari %. Dari tiga puluh petani responden di Kecamatan Rancabungur, dua puluh empat petani atau sebagian besar pernah mengalami kejadian busuk/mati pucuk, dua belas petani responden diantaranya mengalami serangan yang cukup berat hingga penurunan hasil mencapai % - % dan dua belas petani lainnya mengalami penurunan hasil kurang dari %. Hanya ada dua petani responden di Desa Bojong yang pernah mengalami kejadian busuk/mati pucuk dengan tingkat serangan yang cukup berat, diduga penurunan hasil mencapai % - 5%. Gejala mati pucuk terlihat pada bagian tanaman sebelah atas mati dan diikuti oleh matinya seluruh tanaman. Ada dua kemungkinan patogen penyebab penyakit ini, pertama merupakan gejala antraknosa oleh C. gloeosporioides yang menyerang bagian batang (pucuk tanaman), dan kemungkinan kedua adalah gejala dari patogen Erwinia papayae, yang dapat menyebabkan gejala yang sama. Permasalahan serangan kutu putih pada tanaman pepaya yang diduga merupakan hama Paracoccus marginatus pernah dialami oleh semua petani responden, dimana sebagian besar petani (75%) atau tiga puluh petani menyatakan serangannya tidak begitu berdampak pada penurunan hasil yang hanya kurang dari %. Namun sepuluh petani responden lainnya atau sekitar 5% petani responden menyatakan bahwa serangan kutu putih ini dapat mengakibatkan penurunan hasil antara % - 5%. Umumnya untuk permasalah busuk buah atau mati pucuk dan serangan hama kutu putih lebih besar kejadiannya terjadi pada petani responden yang menanam tanaman pepaya varietas California dibandingkan yang menanam pepaya varietas Bangkok. Seluruh petani responden (%) menyatakan bahwa faktor cuaca lebih berpengaruh pada perkembangan dan penyebaran dari hama/penyakit tersebut.

6 Sikap dan Tindakan Petani terhadap OPT Tabel 9 Sikap dan tindakan petani responden terhadap OPT Sikap dan Tindakan Pentingkah pengendalian OPT Ya Tidak Jika terjadi permaslahan OPT Dikendalikan Lainnya Pestisida berdampak buruk Setuju Tidak Pengendalian (sering dilakukan) Kimawi Non-kimia/lainnya Melakukan pemantauan OPT Ya Tidak Melakukan rotasi tanaman Ya Tidak Sanitasi terhadap buah yang jatuh ya tidak Kec. Kemang - 7 7-8 8 7 Jumlah Petani Kec. Rancabungur - 4 6 8 6 4 7 8 Persentase (%) - 77,5,5,5 67,5 95 5 85 5 87,5,5 6,5 7,5 Seluruh petani pepaya responden menyatakan bahwa penting (%) untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit yang terjadi pada lahan pepaya mereka, karena menurut mereka kerusakan akibat serangan OPT dapat berdampak pada hasil produksi buah pepaya yang akan dipanen. Tetapi tidak semua petani responden selalu melakukan tindakan pengendalian OPT di lahan pepayanya,