Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

2

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BERITA RESMI STATISTIK

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

menyebabkan kekeringan di musim kemarau,

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

2012, No

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN I-2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2016

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup. Pelestarian sumberdaya air secara kualitatif dan kuantitatif kurang mendapat perhatian. Secara kualitatif pencemaran sumberdaya air oleh manusia semakin tinggi, dan secara kuantitatif kebutuhan air semakin besar sedangkan jumlah sumberdaya air relatif tetap sehingga tidak mencukupi. Permasalahan air yang melanda dunia dan juga di Indonesia seharusnya menggugah kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk bersama-sama melestarikan sumberdaya air secara berkelanjutan, salah satunya dengan menampung air hujan sebanyakbanyaknya. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS), persentase rumah tangga dengan sumber air minum bukan leding menurut provinsi untuk wilayah pedesaan dan perkotaan Tahun 1999, 2001, 2003 dan tahun 2006 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa persentase jumlah rumah tangga di daerah perdesaan yang menggunakan sumber air minum bukan dari leding masih sangat besar yakni antara 90 93 %, sedangkan untuk wilayah perkotaan berkisar antara 60-68 %. Sebagian besar masyarakat yang belum terlayani oleh air minum perpipaan umumnya menggunakan air tanah. Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan No. Provinsi / Province 1999 2001 2003 2006 Persentase (%) 1. Nanggroe Aceh Darussalam 96.1-98.3 92.5 2. Sumatera Utara 91.6 92.4 93.5 90.4 3. Sumatera Barat 88 88 87.1 85.8 4. R i a u 99.2 97.5 98.9 97.1 5. J a m b i 92 91.2 90.6 89.3 6. Sumatera Selatan 95 97.3 97.6 93.8 7. Bengkulu 93.4 92.2 93.7 91.6 1

8. Lampung 98.1 97.2 97.9 96.8 9. Kep. Bangka Belitung - 99.4-96.3 10. Kep. Riau - - - 96.8 11. DKI Jakarta - - - - 12. Jawa Barat 94.9 95 94.8 91.2 13. Jawa Tengah 94.4 94.6 94 91.0 14. DI Yogyakarta *) 95.2 97.3 90.5 83.9 15. Jawa Timur 93.8 93.9 94.5 89.7 16. Banten - 98.1 97.2 94.0 17. B a l i 59.1 66.3 63 61.0 18. Nusa Tenggara Barat 90.1 94.5 93.5 84.8 19. Nusa Tenggara Timur 89.8 88.2 91 86.4 20. Kalimantan Barat 95 96 94 92.4 21. Kalimantan Tengah 93.5 95.6 91.7 92.1 22. Kalimantan Selatan 84.1 86.8 87.3 84.2 23. Kalimantan Timur 80.4 88.6 83.2 78.8 24. Sulawesi Utara 98 81.8 85.2 76.0 25. Sulawesi Tengah 85.9 87.3 88.9 87.1 26. Sulawesi Selatan 91.8 95.2 93.3 89.8 27. Sulawesi Tenggara 89.8 86.9 84.6 80.2 28. Gorontalo - 92.7 97.4 89.9 29. Sulawesi Barat - - - 91.3 30. Maluku 90.9 76 94.9 85.5 31. Maluku Utara - 90.9 95.6 90.6 32. Irian Jaya Barat - - - 88.6 33. Papua 98.1 96 96.8 93.0 Indonesia 93 93.5 93.6 90.0 *) DI Yogyakarta tidak mencakup Kabupaten Bantul. Sumber : http://www.bps.go.id/sector/socwel/housing/table6.shtml Tabel 1.2 : Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi Untuk Wilayah Perkotaan. Perkotaan No. Provinsi / Province 1999 2001 2003 2006 Persentase (%) 1. Nanggroe Aceh Darussalam 69.1-69.3 56.1 2. Sumatera Utara 56.7 53.3 51.3 48.0 2

3. Sumatera Barat 54.9 51.6 53.7 51.6 4. R i a u 81.7 79.1 76.1 82.9 5. J a m b i 47.1 61.6 61.3 59.5 6. Sumatera Selatan 54.7 55.7 54.9 47.1 7. Bengkulu 69.2 73.2 69.8 69.6 8. Lampung 75.3 78 80.2 81.5 9. Kep. Bangka Belitung - 78.8 88.1 85.2 10. Kep. Riau - - - 44.6 11. DKI Jakarta 52.4 49 54.3 39.5 12. Jawa Barat 77.5 79.7 81.8 74.8 13. Jawa Tengah 67.7 72 73.5 68.0 14. DI Yogyakarta *) 98.7 90.9 87.3 72.4 15. Jawa Timur 58.3 65.3 67.9 58.8 16. Banten - 78.4 77.4 67.9 17. B a l i 47.1 53 53.5 33.9 18. Nusa Tenggara Barat 69.8 63.8 78.6 70.3 19. Nusa Tenggara Timur 35 39.5 38.7 39.1 20. Kalimantan Barat 66.7 74.6 77 76.8 21. Kalimantan Tengah 57.8 64.4 62.4 57.4 22. Kalimantan Selatan 22.7 29.7 27.8 27.0 23. Kalimantan Timur 28.9 34.6 27 22.2 24. Sulawesi Utara 50.9 48.8 51.5 54.6 25. Sulawesi Tengah 63.6 61.5 61.6 47.5 26. Sulawesi Selatan 45.7 41.1 41.4 36.6 27. Sulawesi Tenggara 45.6 40.3 42.5 38.6 28. Gorontalo - 63.2 67.6 64.8 29. Sulawesi Barat - - - 57.9 30. Maluku 49.5 62 45.4 51.1 31. Maluku Utara - 34.1 37.8 35.5 32. Irian Jaya Barat - - - 40.9 33. Papua 47.9 49.3 45.1 48.9 Indonesia 63.6 66.4 68 60.3 *) DI Yogyakarta tidak mencakup Kabupaten Bantul. Sumber : http://www.bps.go.id/sector/socwel/housing/table7.shtml 3

Air tanah merupakan sumber daya air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah dapat dijumpai atau terdapat dalam suatu lapisan yang disebut akuifer. Pembuatan sumur baik gali maupun bor harus mencapai lapisan akuifer ini jika tidak maka debit air akan kecil. Untuk keperluan mendapatkan air dalam jumlah banyak biasanya dapat dilakukan dengan mengambil air di beberapa lapisan sekaligus. Lapisan akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst. Lapisan ini merupakan lapisan yang porus terdiri dari pasir sampai gravel. Ketebalan lapisan ini umumnya bervariasi dalam suatu kondisi ketebalannya dapat lebih dari 10 m. Lapisan akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan dan akuifer tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah pemukiman yang padat (misal wilayah DKI Jakarta) hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini merupakan sumber air tanah yang sangat penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air tanah di daerah tersebut disamping dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kota juga digunakan untuk pertanian. Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah dapat menambah jumlah air tanah serta mengurangi jumlah limpasan. Peningkatan kapasitas Infiltrasi dengan penerapan sumur resapan diperlukan untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah. Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng disalurkan melalui talang air kemudian ditampung kedalam tangki penampung, limpasan air yang keluar dari tangki penampung kemudian dimasukkan kedalam sumur resapan. Untuk mendapatkan air hujan dalam jumlah banyak maka beberapa talang dari rumah digabung menjadi satu, kemudian disalurkan melalui pipa untuk dialirkan kedalam bak penampung air. Untuk rumahrumah yang dibangun dengan sistem kopel, saluran air dapat digabung menjadi satu atau secara komunal, air hujan dialirkan dengan pipa air dibawa ke bak penampung air hujan. Dengan menggunakan sistem komunal tersebut jumlah air hujan yang dapat ditampung akan menjadi 4

lebih banyak sehingga akan dapat memenuhi bak penampung air yang disediakan. Salah satu contoh lain adalah wilayah Depok yang merupakan daerah penyangga untuk wilayah DKI Jakarta sangat berpengaruh terhadap sumber daya air tanah untuk wilayah DKI Jakarta. Dengan semakin berkembangnya kota Depok maka daerah terbangun menjadi semakin luas yang mengakibatkan jumlah air limpasan air hujan yang mengalir ke saluran meningkat dengan pesat dan mengakibatkan banjir. Dengan semakin besarnya jumlah penduduk, telah mengakibatkan perubahan tata guna lahan yang pada akhirnya menyebabkan koefisien limpasan (run off) meningkat, di lain pihak kapasitas saluran atau sungai menurun akibat sedimentasi, sehingga mengakibatkan banjir terutama pada saat musim hujan Selain itu, salah satu permasalahan yang ada di Indonesia adalah prosentase pelayanan air bersih oleh PDAM masih rendah, sehingga masyarakat sebagian besar menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu konservasi air tanah di wilayah Depok perlu dilakukan agar kesimbangan air tanah tetap terjaga serta jumlah air limpasan hujan dapat dikurangi sehingga resiko banjir juga dapat diatasi. Dalam rangka menjaga keseimbangan pengambilan dan peresapan air hujan serta mengurangi jumlah limpasan air hujan perlu dikembangkan teknologi pemanenan dan pemanfaatan air hujan untuk menjaga ketersediaan air tanah terutama pada saat musim kemarau, sehingga berdampak dapat meningkatkan suplai air bersih di Kota Depok. Rain harvesting atau pemanenan air hujan adalah kegiatan menampung air hujan secara lokal dan menyimpannya melalui berbagai teknologi, untuk penggunaan masa depan untuk memenuhi tuntutan konsumsi manusia atau kegiatan manusia. Pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian air hujan dari atap dilakukan untuk penggunaan di dalam atau di luar rumah maupun untuk keperkuan bisnis. Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2009 pasal 1 ayat 1: Pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam tanah. Sedangkan pada pasal 3 disebutkan, kolam pengumpul air hujan adalah kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industry) yang disalurkan melalui talang. Salah satu alternatif untuk penyediaan air bersih masyarakat adalah dengan cara memanfaatkan air hujan baik secara langsung 5

maupun tidak langsung. Dalam rangka memasyakatkan teknologi pemanenan serta pemanfaatan air hujan perlu dilakukan kajian serta pengembangan teknologi pemanenan air hujan serta teknologi pengolahan air hujan agar dapat diaplikasikan oleh masyarakat. Dengan demikian dapat meningkatkan penyediaan air bersih yang murah bagi masyarakat. 6