No II. PASAL PER PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Penunjukan Bank ACCD dilakukan berdasarkan kerja sama antara Bank Indonesia dengan bank sen

dokumen-dokumen yang mirip
Ketentuan Umum. Bank ACCD

Ketentuan Umum. Bank ACCD

No dan moneter guna mendukung pengambilan kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan perbankan. Guna keperluan tersebut dibutuhkan d

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

CONTOH SURAT PERMOHONAN MENJADI BANK ACCD INDONESIA. A. Contoh surat Permohonan dari calon Bank ACCD Indonesia kepada Bank Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 15 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA LEMBAGA BUKAN BANK

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

2 statistik, terutama statistik Neraca Pembayaran, Posisi Investasi Internasional, statistik Utang Luar Negeri Indonesia, dan Indikator Keuangan Perus

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/4/PBI/2013 TENTANG LAPORAN STABILITAS MONETER DAN SISTEM KEUANGAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13 / 21 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan ketiga atas Pera

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 12 /PBI/2012 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/10/PBI/2016 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN NASABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 37 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/21/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/7/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI BANK KEPADA BANK INDONESIA DALAM RANGKA BILATERAL CURRENCY SWAP ARRANGEMENT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 40 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran N

No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No.13/33/DSM Jakarta, 30 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/31/PBI/2005 TENTANG TRANSAKSI DERIVATIF GUBERNUR BANK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan SLIK diperlukan pengaturan mengenai pelaporan dan permintaan informasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/24/PBI/2015 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 21 /PBI/2012 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pokok-Pokok Materi Pengaturan PBI NO.15/8/PBI/2013 tentang TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK BANK INDONESIA OKTOBER 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 26 /PBI/2003 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia.

No Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah antara Bank dengan Pihak Asing. II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 2 Yang dimaksud dengan ko

No 18/35/DPPK Jakarta, 13 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/51/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO. 15/17/PBI/2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/17/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:7/9/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 9 /PBI/2014 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/30/PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NO. 4/9/PBI/2002 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

Huruf b. Contoh perhitungan GWM Sekunder dalam Rupiah:

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/2/PBI/2007 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Laporan Keuangan Tahunan yang telah dipertanggungjawabkan dalam rapat umum pem

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran N

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

No.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

FREQUENTLY ASKED QUESTION

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/17/PBI/2015 TENTANG SURAT BERHARGA BANK INDONESIA DALAM VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014

-2- Dengan cara tersebut, diharapkan stabilitas nilai tukar Rupiah dapat terjaga dan tercipta pendalaman pasar valuta asing domestik. Transaksi Lindun

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/ 10 /PBI/2005 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

No.17/21/DPM Jakarta, 28 Agustus Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

Transkripsi:

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6127 PERBANKAN. BI. Mata Uang Lokal. Transaksi Perdagangan Bilateral. Penyelesaian. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 213) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/11/PBI/2017 TENTANG PENYELESAIAN TRANSAKSI PERDAGANGAN BILATERAL MENGGUNAKAN MATA UANG LOKAL (LOCAL CURRENCY SETTLEMENT) MELALUI BANK I. UMUM Stabilitas nilai tukar rupiah merupakan salah satu syarat utama untuk tercapainya stabilitas sistem keuangan. Untuk mencapai stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia melakukan berbagai kebijakan di bidang moneter dan pasar keuangan, antara lain melalui pelaksanaan penerapan prinsip kehati-hatian bagi korporasi non-bank yang memiliki utang luar negeri, serta penerapan kewajiban Underlying Transaksi untuk transaksi valas terhadap rupiah di atas threshold tertentu. Di sisi lain, kerjasama internasional juga terus ditingkatkan sebagai upaya untuk mendorong perdagangan bilateral dan pengembangan pasar keuangan baik di kawasan regional maupun internasional, yang didukung dengan penyelesaian transaksi menggunakan mata uang lokal di masingmasing negara. Selain meningkatkan efisiensi perdagangan internasional, upaya ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat. Atas dasar hal tersebut, Bank Indonesia melakukan kerja sama dengan bank sentral atau otoritas moneter negara lain untuk mendorong penggunaan mata uang lokal (local currency settlement) melalui penunjukan bank sebagai appointed cross currency dealer untuk penyelesaian transaksi perdagangan bilateral.

No.6127-2- II. PASAL PER PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Penunjukan Bank ACCD dilakukan berdasarkan kerja sama antara Bank Indonesia dengan bank sentral atau otoritas moneter negara mitra. Yang dimaksud dengan Bank ACCD adalah Bank ACCD Indonesia dan Bank ACCD Negara Mitra. Kemampuan bank dalam memfasilitasi perdagangan antara lain kemampuan di bidang teknologi informasi dan sumber daya manusia. Huruf c Huruf d Huruf e Pengakhiran penunjukan bank sebagai Bank ACCD dilakukan berdasarkan antara lain hasil evaluasi dan/atau pertimbangan lainnya. Ayat (5) Pasal 3

-3- No.6127 Pasal 4 Pembukaan SNA Mitra dilakukan mengacu pada ketentuan yang berlaku di negara mitra. Besarnya suku bunga yang diberikan pada SNA Rupiah merupakan kebijakan masing-masing Bank ACCD Indonesia. Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Untuk kepentingan pembukaan Sub-SNA Mitra, Importir dan/atau Eksportir Indonesia harus menunjukkan bukti bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan ekspor dan/atau impor. Pembukaan Sub-SNA Mitra hanya bersifat pembukuan (bookkeeping arrangement). Besarnya suku bunga yang diberikan pada Sub-SNA Mitra merupakan kebijakan masing-masing Bank ACCD Indonesia.

No.6127-4- Pasal 9 Yang dimaksud dengan squaring position adalah transaksi yang dilakukan Bank ACCD Indonesia untuk menihilkan posisi terbuka yang timbul dari transaksi sebelumnya. Ayat (5) Transaksi spot termasuk today dan tomorrow. Huruf c Huruf d Ayat (6) Ayat (7) Pasal 10 Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah Bank di Indonesia yang bukan merupakan Bank ACCD. Yang dimaksud dengan squaring position adalah transaksi yang dilakukan Bank ACCD Indonesia untuk menihilkan posisi terbuka yang timbul dari transaksi sebelumnya.

-5- No.6127 Transaksi spot termasuk today dan tomorrow. Huruf c Huruf d Ayat (5) Ayat (6) Underlying Transaksi didukung dengan dokumen Underlying Transaksi. Ayat (7) Pasal 11 Pasal 12 Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah Bank di Indonesia yang bukan merupakan Bank ACCD. Yang dimaksud dengan netting adalah penyelesaian transaksi yang dilakukan tanpa pemindahan dana pokok, sehingga yang bergerak hanya sejumlah dana yang merupakan hasil perhitungan nominal transaksi (notional) dengan selisih kurs. Yang dimaksud dengan netting adalah penyelesaian transaksi yang dilakukan tanpa pemindahan dana pokok, sehingga yang bergerak hanya sejumlah dana yang merupakan hasil perhitungan nominal transaksi (notional) dengan selisih kurs. Yang dimaksud dengan dokumen pendukung adalah dokumen di luar Underlying Transaksi yang membuktikan terjadinya perpanjangan transaksi (rollover), percepatan penyelesaian

No.6127-6- transaksi (early termination), dan pengakhiran transaksi (unwind/cancel up). Ayat (5) Pasal 13 Yang dimaksud dengan netting adalah penyelesaian transaksi yang dilakukan tanpa pemindahan dana pokok, sehingga yang bergerak hanya sejumlah dana yang merupakan hasil perhitungan nominal transaksi (notional) dengan selisih kurs. Yang dimaksud dengan netting adalah penyelesaian transaksi yang dilakukan tanpa pemindahan dana pokok, sehingga yang bergerak hanya sejumlah dana yang merupakan hasil perhitungan nominal transaksi (notional) dengan selisih kurs. Pasal 14 Pembiayaan Perdagangan dapat dilakukan dengan menggunakan dana dalam mata uang negara mitra yang telah dimiliki oleh Bank ACCD Indonesia. Transaksi spot termasuk valuta today dan tomorrow Yang dimaksud dengan pinjaman langsung (direct borrowing) adalah pinjaman Bank ACCD Indonesia dari Bank ACCD Indonesia atau Bank ACCD Negara Mitra dalam bentuk interbank call money.

-7- No.6127 Ayat (5) Pasal 15 Pasal 16 Transaksi spot termasuk valuta today dan tomorrow Yang dimaksud dengan penempatan rupiah adalah penanaman dana rupiah dari Bank ACCD Indonesia kepada Bank ACCD Negara Mitra dalam bentuk interbank call money. Pasal 17 Transaksi spot termasuk valuta today dan tomorrow. Transaksi spot termasuk valuta today dan tomorrow.

No.6127-8- Pasal 18 Nominal investasi, transaksi swap, dan konversi ke berbagai mata uang bukan merupakan bagian dari saldo SNA Mitra karena sudah keluar dari SNA Mitra. Pasal 19 Ayat (5) Yang dimaksud dengan dokumen pendukung adalah dokumen di luar Underlying Transaksi yang membuktikan bahwa eksportir telah melakukan investasi pada aset keuangan dalam mata uang negara mitra di negara mitra. Ayat (6) Ayat (7) Pasal 20 Yang dimaksud dengan posisi gross adalah posisi yang dihasilkan dari pembelian dan penjualan mata uang negara mitra melalui transaksi swap yang dihitung secara gross.

-9- No.6127 Pasal 21 Pasal 22 Pengertian transfer termasuk pemindahbukuan. Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah bank di Indonesia yang bukan merupakan bank ACCD. Huruf c Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Negara Mitra adalah bank di Negara Mitra yang bukan merupakan bank ACCD. Huruf d Huruf e Pasal 23 Pengertian transfer termasuk pemindahbukuan. Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Negara Mitra adalah bank di Negara Mitra yang bukan merupakan bank ACCD. Huruf c Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah bank di Indonesia yang bukan merupakan bank ACCD.

No.6127-10- Huruf d Huruf e Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah bank di Indonesia yang bukan merupakan bank ACCD. Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Yang dimaksud dengan dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final (firm commitment) adalah dokumen yang menunjukkan bukti perdagangan barang dan jasa antara Importir/Eksportir Indonesia dengan Importir/Eksportir negara mitra dengan jumlah nominal yang tidak berubah. Yang dimaksud dengan dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan (anticipatory basis) adalah dokumen yang menunjukkan perkiraan besarnya kebutuhan ekspor dan impor antara Indonesia dan negara mitra.

-11- No.6127 Pasal 29 Transaksi spot termasuk today dan tomorrow. Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah bank di Indonesia yang bukan merupakan bank ACCD. Penyampaian dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final (firm commitment) dan/atau dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan (anticipatory basis) dilakukan sesuai dengan kesepakatan Bank Indonesia bersama bank sentral atau otoritas moneter negara mitra. Pasal 30 Transaksi spot termasuk valuta today dan tomorrow. Penyampaian dokumen Underlying Transaksi yang bersifat final (firm commitment) dan/atau dokumen Underlying Transaksi yang bersifat perkiraan (anticipatory basis) dilakukan sesuai dengan kesepakatan Bank Indonesia bersama bank sentral atau otoritas moneter negara mitra. Pasal 31 Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah bank di Indonesia yang bukan merupakan bank ACCD.

No.6127-12- Pasal 32 Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Indonesia adalah bank di Indonesia yang bukan merupakan bank ACCD. Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Transaksi spot termasuk valuta today dan tomorrow. Huruf c Yang dimaksud dengan non-bank ACCD Negara Mitra adalah bank di Negara Mitra yang bukan merupakan bank ACCD. Huruf d Huruf e Pasal 36

-13- No.6127 Pasal 37 Yang dimaksud dengan laporan secara benar adalah laporan yang memuat data sesuai dengan fakta sebenarnya. Yang dimaksud dengan laporan secara lengkap adalah laporan yang memenuhi rincian cakupan laporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan laporan secara tepat waktu adalah laporan yang disampaikan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Contoh jangka waktu penyampaian laporan dan/atau koreksi laporan: Laporan dan/atau koreksi laporan untuk kepentingan LCS bulan November 2017 wajib disampaikan paling lambat Kamis, 14 Desember 2017. Contoh penyampaian laporan dan/atau koreksi laporan dalam hal tanggal 14 (empat belas) jatuh pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur nasional: Laporan untuk kepentingan pelaksanaan LCS bulan September 2017 wajib disampaikan paling lambat Senin tanggal 16 Oktober 2017 karena tanggal 14 Oktober 2017 jatuh pada hari Sabtu. Pasal 38 Yang dimaksud dengan gangguan teknis di Bank ACCD Indonesia adalah gangguan yang menyebabkan Bank ACCD Indonesia tidak dapat menyampaikan laporan dan/atau koreksi laporan kepada Bank Indonesia antara lain karena gangguan pada sistem di intern Bank ACCD Indonesia, gangguan jaringan telekomunikasi.

No.6127-14- Contoh laporan dalam hal Bank ACCD Indonesia mengalami gangguan teknis: Laporan mengenai LCS untuk bulan Oktober 2017 wajib disampaikan paling lambat Selasa, 14 November 2017. Namun, terjadi gangguan teknis di Bank ACCD pada Selasa, 14 November 2017 dan baru dapat diatasi pada Rabu, 15 November 2017. Oleh karena itu, Bank ACCD menyampaikan laporan bulan Oktober 2017 pada Kamis, 16 November 2017 dengan menyertakan bukti pendukung terjadinya gangguan teknis. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah keadaan yang secara nyata menyebabkan Bank ACCD Indonesia tidak dapat menyusun dan menyampaikan laporan dan/atau koreksi laporan, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, terorisme, bom, perang, sabotase, serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh penguasa atau pejabat dari instansi terkait di daerah setempat. Ayat (5) Pasal 39 Pasal 40 Pasal 41 Pasal 42