BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Ekonomi Unggulan, Jawa Timur Wilayah Timur.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

P E N U T U P P E N U T U P

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

BERITA RESMI STATISTIK

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

ANALISIS PERBANDINGAN PEREKONOMIAN PADA EMPAT KORIDOR DI PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

ANALISIS POTENSI DAN DAYA SAING SUB SEKTOR PERIKANAN KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017


BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

TESIS ANALISIS LOCATION QUOTIENT DALAM PENENTUAN KOMODITAS IKAN UNGGULAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI JAWA TIMUR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5.1 Trend Ketimpangan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

ECONOMIC GROWTH MODEL LOCATION QUOTIENT (LQ) IN EAST JAVA PROVINCE

STIKOM SURABAYA BAB II. PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR. 2.1 Sejarah dan perkembangan Sejarah PLN

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

Gambar 3.16 Layer Jalan Kali Jatim Gambar 3.17 Atribut Tabel Jalan Kali Gambar 3.18 Layer layanan TV Gambar 3.

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

Analisis Kebutuhan Singkong di Jawa Timur, Tahun 2010

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang berlangsung di Indonesia berjalan terus menerus dan tiap daerah tersebut berusaha untuk memajukan daerahnya. Hal ini berkaitan dengan adanya kewenangan yang diberikan kepada daerah semenjak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk mengembangkan wilayahnya. Dengan adanya kewenangan tersebut, maka daerah diharapkan akan terus memiliki kemampuan untuk melakukan pembangunan ekonomi di daerahnya tanpa menunggu bantuan dari pusat. Pembangunan Ekonomi adalah satu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada, dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108). Pembanguanan ekonomi suatu daerah dapat diukur melalui peertumbuhan ekonomi yang sekaligus indicator tersebut memberikan gambaran tentang sejauh mana aktifitas ekonomi daerah pada periode tertentu telah menghasilkan pendapatan bagi masyarakat yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per kapita. Pertymbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengruhi oleh keunggulan kooperatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimili daerah tersebut. 1

2 Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah seacara berkelanjutan, (Nur Hidayati,2012). Strategi pengembangan wilayah yang tepat merupakan urgensi dan kebutuhan mendasar yang sangat diperlukan baik oleh daerah yang masuk dalam kategori maju maupun daerah yang masih relative tertinggal karena mampu mengurangi kesenjangan antar wilayah pembangunan. Dalam realitasnya setiap daerah tentu memiliki beberapa persamaan dan perbedaan kondisi daerah. Perbedaan kondisi ini akan membawa implikasi pada corak pembangunan yang diterapkan. Menurut Aryad (1999) peniruan mentahmentah pola kebijakan yang pernah diterapkan dab berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Dalam pembangunan suatu daerah, maka kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Pengembangan wilayah suatu wilayah berbasis sektor/sub sektor unggulan merupakan strategi pengembangan kapasitas dan kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah untuk meningkatkan drajat kemajuan ekonomi masyarakat lokal. Pada gilirannya, hal ini diharapkan mampu menjadi kontribusi penting bagi peningkatan pendapatan daerah tersebut, oleh karenanya, perlu strategi pengembangan yang tepat, guna mampu menemukan dan menggali potensi ekonomi di suatu daerah serta mampu menumbuhkembangkan kegiatan usaha ekonomi produktif yang berdaya

3 saing (Knowledge Based Economy) sekaligus berbasis sumberdaya lokal (Resoure Based Economy). Pemilihan sektor/sub sektor unggulan sebagai basis pengembangan wilayah dan kerjasama antar pusat pertumbuhan adalah salah satu usaha. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan sektor/sub sektor yang mempunyai keunggulan baik ditinjau dari sisi penawaran dicirikan oleh superiotas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi social ekonomi produsek di wilayah tersebut. Kondisi social ekonomi dimaksut mencakup penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manuasia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaan produsen setempat, sedangkan dari sisi permintaan, dicirikan oleh kuatnya permintaan pasar domestic maupun internasional. Tabel 1.1 Jumlah Rata-rata PDRB 4 Koridor Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010-2014 KATAGORI URAIAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 RERATA A Pertanian,kehutanan,dan perikanan 1151.4 1215.5 1261.9 1281.8 1326.3 1247.38 B Pertambangan dan Penggalian 13.5 14.3 14.7 15.2 15.6 14.66 c Industri pengolahan 293.5 310.5 331.2 355.8 380.5 334.3 D pengadaan Liatrik dan Gas 3.3 3.7 4.1 4.4 4.6 4.02 E Pengadaan air, pengolaan sampah 13.3 14.3 15.4 16.4 17.2 15.32 F Konstruksi 593.4 641.4 713.8 793.8 883.6 725.2 G Perdagangan besar dan eceran 1192.5 1297.5 1415.7 1544.8 1643.8 1418.86 H Transoptasi dan pergudangan 83.8 89.7 97.2 105.7 115.3 98.34 I Penyediaan akomodasi dan makan minum 633.2 681.9 730.3 786 864.8 739.24 J Informasi dan komunikasi 463.7 498.4 546.8 601.7 648.1 551.74 k Jasa keuangan dan asuransi 231.2 251 273.8 302.4 323.2 276.32 L Real estate 182.8 199.5 218.3 239.4 258 219.6 M,N Jasa perusahaan 33 34.8 36.6 39.2 42.6 37.24 O Administrasi pemerintah, pertahanan 194.2 207.5 214 219.3 221.6 211.32 P Jasa pendidikan 249.7 266.6 289.9 317 339.5 292.54 Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 49.1 55.8 60.8 66 70.9 60.52 R,S,T,U Jasa lainnya 1122.7 1185.5 1249.1 1329.1 1418 1260.88 Sumber ; BPS.Prov Jatim 2015,Data Sunder, Data diolah.

4 Pada tabel diatas dari tahun 2010-2014 keseluruan terjadi fluktuasi nilai rata-rata PDRB di tiap koridor pada setiap tahunnya, artinya terjadi peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Dilihat dari rata-rata tingkat pertumbuhan setiap koridor di provinsi jawa timur dalam kurun waktu 2010-2014, Sektor yang memiliki rata-rata PDRB tertinggi yaitu pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dengan rerata 1418.86, disusul dengan sektor Jasa Linnya dengan rerata 1260.88 berikutnya yaitu sektor Pertanian, kehutanan,dan perikanan dengan nilai rerata 1247.38, sedangkan komtribusi sektor-sektor seperti sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengolahan sampah, kontruksi, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintah, pertahanan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan social tidak begitu besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Timur. Dalam Propinsi Jawa Timur sendiri terbagi menjadi 38 Kabupaten/Kota, 29 Kabupaten dan 9 Kota. Propinsi Jawa Timur terbagi lagi menjadi 4 koridor yang meliputi kabupaten/kota yang ada di Propinsi Jawa Timur, yaitu : Koridor Utara Selatan terdiri dari Gresik -Surabaya - Sidoarjo Mojokerto Pasuruan Malang Blitar. Koridor Barat Daya terdiri dari Jombang -Kediri - Tulungagung - Trenggalek - Nganjuk- Madiun - Ponorogo - Pacitan - Magetan.Koridor Timur terdiri dari Probolinggo -Situbondo - Bondowoso - Lumajang - Jember- Banyuwangi.

5 Koridor Utara terdiri dari Lamongan - Tuban- Bojonegoro - Ngawi - Bangkalan - Sampang- Pamekasan - Sumenep. Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 4 Koridor Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014 Sumber ; BPS.Prov Jatim 2015,Data Sunder, Data diolah. Dari Grafik1.1 dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi 4 koridor di Provinsi Jawa Timur tahun 2010-2014. Dilihat dari rata-rata tingkat pertumbuhan setiap koridor di provinsi jawa timur dalam kurun waktu 2010-2014, Sektor yang memiliki rata-rata PDRB tertinggi yaitu pada Koridor Utara Selatan, dengan rerata 6.51, disusul dengan Koridor Timur dengan rerata 5.90 berikutnya yaitu Koridor Utara dengan rerata 5.76,dan yang paling rendah yaitu Koridor Barat Daya dengan nilai rerata 5.49. Percepatan pertumbuhan daerah bisa dicapai antara lain dengan memicu pusat-pusat pertumbuhan (growth poles) yang akan mendorong pertumbuhan daerah-daerah sekitarnya. Daerah-daerah biasanya sulit untuk berkembang cepat secara bersamaan. Pusat pertumbuhan diperlukan sebagai

6 perangsang bagi pertumbuhan daerah sekitarnya (Zainal Arifin 2008). Dari uraian di atas terlihat nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi koridor timur dengan nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi koridor utara selatan tidak terlalu jauh. Melihat penjelasan dari (Growth pole) yang mendorong pertumbuhan daerah daerah sekitarnya. Dimana koridor timur memiliki potensi untuk setara dengan koridor utara selatan yang sekaligus sebagai perangsang bagi pertumbuhan daerah sekitarnya. Salah satu tujuan utama dari penelitian Ini yaitu mengkasifikasikan sektor usaha berdasarkan nilai SLQ (static Location Quotient ) dan DLQ ( Dynamic Location Quotient ) dimana hasil analisis tersebut dapat diidentifikasikan sektor-sektor yang merupakan umggulan, sektor andalan, sektor prospektif dan sektor tertinggal. Berangkat dari situlah peneliti mengangkat judul Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Penetapan Sektor Unggulan Di Provinsi Jawa Timur Wilayah Timur Tahun 2010-2014 A. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka masalahmasalah yang ada pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Wilayah Timur tahun 2010-2014? 2. Sektor apa saja yang menjadi Unggulan, Andalan, Prospektif, dan Tertinggal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Wilayah Timur tahun 2009-2014?

7 B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Wilayah Timur 2009-2014. 2. Untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi Unggulan, Andalan, Prospektif, dan Tertinggal pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur Wilayah Timur tahun 2009-2014. C. Manfaat Penelitian 1. Sebagai tambahan informasi dan bahan kajian regional. 2. Sebagai bahan informasi dan acuan bagi para peneliti dan rekan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut terutama yang berkaiatan tentang pertumbuhan ekonomi dan sektor unggulan pada wilayah tertentu. D. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada wilayah tujuh Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur Wilayah Timur. Selain itu, juga hanya membatasi pada masalah pertumbuhan ekonomi dan sektor unggulan dan penelitian ini meggunakan data PDRB Harga Konstan masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 2014.