HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK N 2 DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN RESILIENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA DI SEKOLAH

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP JENJANG KARIR DENGAN KEPUASAN KERJA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

BAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN MOTIF AFILIASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

KOMPETENSI INTERPERSONAL REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DAN YANG TINGGAL DENGAN KELUARGA SKRIPSI ZULFADILAH NASUTION

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN IDENTITAS DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLA ASUH OTORITER IBU DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD. Naskah Publikasi

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional

KEHARMONISAN KELUARGA DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : RICKY HARCAHYA ANGGARA F 100 080 168 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA OLEH : RICKY HARCAHYA ANGGARA F 100 080 168 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Rabu, 24 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji : 1. Rini Lestari, M.Si (.... ) (Ketua Dewan Penguji) 2. Drs. Soleh Amini, M.Si ( ) (Anggota I Dewan Penguji) 3. Dr. Sri Lestari, M.Si ( ) (Anggota II Dewan Penguji) Dekan, Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D. NIK/NIDN. 799/0629037401 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. Surakarta, 3 Agustus 2016 Penulis RICKY HARCAHYA ANGGARA F 100 108 168 iii

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Mengetahui hubungan antara kesepian dengan kecenderungan agresivitas pada remaja. 2). Mengetahui sumbangan efektif kesepian dengan kecenderungan agresivitas. 3). Mengetahui tingkat kesepian pada remaja. 4). Mengetahui kecenderungan agresivitas pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara kesepian dengan kecenderungan agresivitas pada remaja. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 104 subjek. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a). Skala kesepian dan b). skala kecenderungan agresivitas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment. Kesimpulan hipotesis ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kesepian dengan kecenderungan agresivitas pada remaja di Surakarta. Semakin tinggi kesepian maka semakin tinggi kecenderungan agresivitas, sebaliknya semakin rendah kesepian maka semakin rendah kecenderungan agresivitas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r = 420 dengan sig. 0, 000; (p<0,01). Tingkat kesepian subjek tergolong rendah. Kecenderungan agresivitas pada subjek tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik 43,91 sedangkan rerata hipotetik sebesar 55. Sumbangan efektif (SE) kesepian sebesar 17,64 %. Hal ini menunjukkan masih terdapat 82,36 % variabel lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan agresivitas diluar variabel kesepian. Kata kunci : Agresivitas, Kesepian, Kecenderungan ABSTRACT The purpose of this study is : 1). To know a correlation between loneliness with aggressiveness tendency among adolescents. 2). To know the lonely effective contribution of aggressiveness tendency. 3). To know the level of loneliness in adolescents. 4). To know level of aggressiveness tendency among adolescents. The hypothesis is that there is a positive correlation between loneliness and aggressiveness tendency. The subjects were 104 subjects. The instrument were 15-18 years old who live in District Banjarsari Surakarta. These studies use quantitative methods, which the loneliness variable is an independent variable and the dependent variable is aggressiveness tendency. As for the measuring instrument that used in this research are: a). Scale of loneliness and b). The scale of the aggressiveness tendency. The data analysis techniques that used in this research is product moment correlation. The result were positive correlation between loneliness and aggressiveness tendency among adolescents in Surakarta. The higher the loneliness then the higher aggressiveness tendency, conversely the lower loneliness the lower aggressiveness tendency. This is indicated by the value of r = 0.420 with sig. 0, 000; (P <0.01). level relatively low of loneliness for subject. Aggressiveness tendency on the subject is low. This is demonstrated by the empirical mean of 43.91, while the average hypothetical 55. effective 1

contribution (SE) loneliness amounted to 17.64%. It shows there are still 82.36% of other variables that can aggressiveness tendency variables outside loneliness variable. Keyword : Aggressiveness, Loneliness, Tendency 1. PENDAHULUAN Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Aksi tersebut dapat berupa kekerasan verbal (mencaci maki) maupun kekerasan fisik (memukul, meninju, dll). Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/massal merupakan hal yang sudah sering terjadi, bahkan cenderung dianggap biasa. Demikian buruk akibat dari perilau agresif, sehingga diharapkan perilaku agresi dapat ditekan sekecil mungkin sehingga remaja dapat terhindar dari perilaku yang dapat mengganggu dan merugikan orang lain. Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/massal merupakan hal yang sudah sering terjadi, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan aksi ini bahkan sudah mulai dilakukan oleh siswa-siswa di tingkat SLTP/SMP. Seperti yang dialami oleh siswa kelas 1, SMA Adi Luhur, Condet, Kramatjati, Jakarta Timur yang tewas akibat tawuran pada tanggal 13 April 2014 (tribunnews.com/metropolitan/2014). Dilaporkan telah terjadi tawuran pelajar yang pecah di Lapangan Blok S Kebayoran Baru, Jaksel dan melukai seorang pelajar SMK N 29 Jakarta. Usai tawuran, polisi mengamankan tiga orang yang terlibat dalam bentrokan tersebut. Dilaporkan juga dari kota Depok bahwa telah terjadi tawuran pada Jumat, 9 Oktober 2015 di luar area Stadion Merpati, Pancoranmas, Depok, Jabar (metro.sindonews.com). Peristiwa tersebut banyak mendapat sorotan dan perhatian baik dari orang tua, pemerintah, pendidik serta psikolog karena adanya gejala peningkatan tingkah laku agresif, sehingga akhirnya pemerintah akan memberikan sanksi yang tegas kepada sekolah yang muridnya suka tawuran (Dimyati, 2009). 2

Demikian buruk akibat dari perilau agresif, sehingga diharapkan kecenderungan perilaku agresi dapat ditekan sekecil mungkin sehingga remaja dapat terhindar dari perilaku yang dapat mengganggu dan merugikan orang lain. Namun pada kenyataannya hal itu tidak mudah. Seperti hasil observasi selama dua hari yang dilakukan oleh peneliti pada siswa-siswa SMA Negeri 8 Surakarta, bahwa pada hari pertama saat pulang sekolah dua pelajar laki-laki sekolah tersebut terlibat adu mulut, saling berkata kotor dan saling mengumpat walau tidak sempat berkelahi. Hal tersebut sudah menggambarkan adanya kecenderunganperilaku agresi verbal dan apabila diteruskan bisa mengarah pada perkelahian atau agresi non verbal. Kemudian observasi di hari kedua saat pulang sekolah, ada dua pelajar yang setelah adu mulut sempat terlibat adu jotos, tapi tidak sempat berkepanjangan karena bisa dilerai oleh teman-teman yang lainnya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kedua pelajar tersebut sudah memperlihatkan kecenderungan agresi verbal dengan saling menyerang. Kecenderungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesudian; keinginan (kesukaan) akan, kecondongan. Agresi itu sendiri menurut Murray (2003) didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Bentuk nyata agresivitas yang dilakukan anak-anak/remaja adalah maraknya perkelahian/tawuran antar pelajar, yang sering membawa korban jiwa. Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok (Aisyah, 2010). Seperti dikatakan Kartono (2003) bahwa penyebab agresivitas pada remaja adalah kondisi pribadi. Dalam hal ini kondisi pribadi bisa berupa rasa kesepian yang dapat memunculkan perilaku agresif. Dilanjutkan oleh Solomon (dalam Blossom, 2013) bahwa individu yang di awal kehidupannya sebagai anakanak kurang mendapat dukungan dari teman sebaya, tidak tergabung dalam kelompok apapun, terkucil, dan kurang mendapat bantuan dari guru maupun dari orangtua ketika mendapat kesulitan yang menimbulkan rasa kesepian pada 3

akhirnya akan menghasilkan perilaku agresif ketika beranjak remaja. Dapat dijelaskan bahwa remaja yang kesepian akan menarik diri dari lingkungannya selanjutnya akan merasa kurang punya kepuasan hidup, kurang mempunyai kasih sayang sehingga pada akhirnya menjurus pada perilaku maladaptive, dan salah satunya yakni perilaku agresif. Definisi agresivitas dipahami secara seksama oleh Krahe (2005) bahwa perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang tidak menginginkan perilaku tersebut. Kemudian menurut Buss dan Perry (1992) mengelompokkan agresivitas kedalam 4 bentuk agresi, yaitu: (a) Agresi fisik, Merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakiti orang secara fisik. Contohnya terjadinya perkelahian antar pelajar yang mengakibatkan beberapa orang terluka parah, (b) Agresi verbal, merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain dengan menggunakan verbal atau perkataan. Misalnya seperti mencaci maki, berkata kasar, berdebat, menunjukkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan, menyebarkan gosip, dan lain-lain. Contohnya, beberapa siswa yang saling mengejek satu sama lainnya dengan ejekan yang menyakitkan, (c) Agresi marah, merupakan emosi atau afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis untuk bertindak agresif. Misalnya kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah. Contohnya, seseorang akan kesal kalau dituduh melakukan kejahatan yang tidak pernah dilakukannya, (d) Sikap permusuhan, meliputi komponen kognitif, seperti benci dan curiga pada orang lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan. Contohnya, seseorang sering merasa curiga terhadap orang lain, yang dikiranya menaruh dendam pada dirinya, padahal orang lain tersebut tidak dendam terhadapnya. Menurut Hadjam (2003) yang menjadi penyebab individu melakukan perilaku perusakan atau anarkis dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : (1) Faktor kepribadian individu seperti cara berpikir, emosi dan sifat, (2) Faktor fisiologis, otak individu tidak dapat lagi memproduksi sejumlah endorgin yang memberikan perasaan nyaman. Faktor eksternal meliputi: (1). Faktor lingkungan individu sering berada 4

dalam kelompok yang sering melakukan perilaku anarkis; (2). Faktor keluarga, keluarga yang tidak harmonis atau orang tua bercerai diduga dapat menjadi penyebab terjadi perilaku anarkis. Menurut Kartono (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresi pada remaja meliputi: a). Kondisi pribadi remaja, yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun psikis, lemahnya kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan, kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan. b). Lingkungan rumah dan keluarga yang kurang memberikan kasih sayang dan perhatian orang tua sehingga remaja mencarinya dalam kelompok sebayanya, kurangnya komunikasi sesama anggota keluarga, status ekonomi keluarga yang rendah, ada penolakan dari ayah maupun ibu, serta keluarga yang kurang harmonis. c). Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, keterbelakangan pendidikan pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap remaja serta pengaruh norma-norma baru yang ada diluar.. d). Lingkungan sekolah, seperti kurangnya fasilitas pendidikan sebagai tempat penyaluran bakat dan minat remaja, kurangnya perhatian guru, tata cara disiplin yang terlalu kaku atau norma-norma pendidikan yang kurang diterapkan. Kesepian merupakan hal yang bersifat pribadi dan akan ditanggapi berbeda oleh setiap orang, bagi sebagian orang kesepian merupakan yang bisa diterima secara normal namun bagi sebagian orang kesepian bisa menjadi sebuah kesedihan yang mendalam. Peplau & Perlman (dalam Tiikkainen dan Heikkinen, 2010) memandang kesepian adalah perasaan yang tidak menyenangkan dengan merangsang kecemasan subjektif, sehingga pengalaman yang dirasakan adalah hasil dari hubungan sosial yang tidak memadai. Adapun, Russell (1996) juga menyebutkan bahwa kesepian didasari tiga aspek yang terdiri atas: (a) Kepribadian(Personality) Karakteristik pada individu yang muncul dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan perilaku dan berpikir pada lingkungan sekitar, (b) Kepatutan sosial (Socialdesirability) Adanya keinginan sosial yang diharapkan individu pada kehidupan di lingkungan sekitarnya, (c) Depresi(Depression) Suatu bentuk tekanan dalam diri yang mengakibatkan adanya perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan yang 5

disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas. Remaja tidak hanya mengalami perkembangan fisik saja melainkan juga perkembangan intelektual, sikap, hubungan dengan orang lain, emosi dan minat. Periode remaja yang merupakan periode transisi mempunyai konsekuensi perubahan fisik maupun psikis. Santrock (2003) menyatakan remaja berarti tumbuh menjadi masak dalam hal fisik, psikis dan sosial. Masa remaja merupakan masa krisis identitas dan mereka mengalami posisi yang ambigu. Hal yang demikian menyebabkan remaja menjadi tidak stabil, agresif, konflik antara sikap dan perilaku, kegoyahan emosional dan sensitif, terlalu cepat dan gegabah untuk mengambil tindakan yang ekstrim. Pada masa remaja yang penting ialah bagaimana mereka dapat belajar peran dan mempunyai ketrampilan berkomunikasi agar mereka tetap dapat eksis dalam lingkungan masyarakat. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun) Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Morrow (2006) bahwa remaja yang ditolak oleh sebayanya akan merasa kesepian dan pada akhirnya menghasilkan reaksi agresi. Penelitian lain dilakukan oleh Buelga, dkk (2008) yang dilakukan pada 1319 remaja yang berumur 11 hingga 16 tahun di Spanyol, ditemukan bahwa remaja yang kesepian akan mempengaruhi sangat besar terhadap kepuasan hidupnya, yang pada akhirnya apabila remaja merasa kesepian yang menghasilkan kurang puas terhadap hidupnya maka hal itu menimbulkan 6

masalah seperti kecenderungan agresivitas yang tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masroor, dkk (2013) juga menunjukkan ada hubungan positif antara kesepian dengan kecenderungan agresivitas. Ditambahkan oleh Senormanci, dkk (2014) bahwa agresi dan permusuhan secara dekat disebabkan oleh depresi, kesepian dan gaya hubungan interpersonal. Kemudian menurut Stucke (dalam Luhmann, 2014) bahwa kesepian dan penolakan sosial mempunyai hubungan dengan perilaku maladaptive seperti meningkatnya kecenderungan agresivitas, perilaku yang mengganggu pihak lain. Dapat dijelaskan bahwa individu yang mengalami kesepian yang indikasinya antara lain merasa sedih, cemas, tertekan, terluka, gelisah, terbuang, tidak pasti, tidak dimengerti, kehilangan kontak, tidak memiliki hubungan intim dan spesial, tidak mempunyai harapan, pada akhirnya akan cepat merasa tersinggung, sehingga ingin berkelahi dan menikmati perselisihan sebagai indikator dari perilaku agresif. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan positif antara kesepian dengan kecenderungan agresivitas pada remaja, yang berarti bahwa semakin tinggi rasa kesepian maka semakin tinggi pula tingkat kecenderungan agresivitas pada remaja, dan sebaliknya bahwa semakin rendah rasa kesepian maka semakin rendah pula tingkat kecenderungan agresivitas pada remaja. 2. METODE PENELITIAN Variable bebas dalam penelitian ini adalah kesepian dan variable tergantung adalah kecenderungan agresivitas. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta. Ciri-ciri yang ditentukan adalah remaja yang berusia 15-18 tahun dan tinggal di Kecamatan Banjarsari Surakarta.Subjek penelitian ini adalah remaja berusia 15-18 tahun yang berada Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta yang berjumlah 104 remaja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Incidental sampling (Sugiyono, 2010) adalah mengambil responden berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara 7

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sumber data dengan kriteria utama orang tersebut merupakan remaja yang berusia 15-18 tahun yang tinggal di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta. Alat pengumpul data menggunakan skala kesepian dan skala kecenderungan agresivitas. Aspek-aspek dari skala kesepian adalah kepribadian (Personality), keinginan sosial (Social Desirability) dan depresion (Depression). Tingkat kesepian dalam penelitian ini ditunjukkan dengan skor yang diperoleh subyek dalam menjawab skala. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, makin tinggi tingkat kesepian subyek, sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh subyek berarti makin rendah pula tingkat kesepian subyek. Kemudian aspek-aspek kecenderungan agresivitas dari Buss dan Perry (1992) yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi marah, dan sikap permusuhan. Tingkat agresivitas dalam penelitian ini ditunjukkan dengan skor yang diperoleh subyek dalam menjawab skala. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, makin tinggi tingkat agresivitas subyek, sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh subyek berarti makin rendah pula tingkat agresivitas subyek. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui validitas aitem digunakan kriteria pembanding yang disebut kriteria internal yaitu dengan mengkorelasi skor masing-masing aitem dengan skor total. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Prosedur analisis reliabilitasnya diarahkan pada analisis terhadap kelompok-kelompok aitem dalam tes tersebut menjadi beberapa kelompok aitem atau disebut belahan tes. Reliabilitas tes akan diperlihatkan oleh konsistensi diantara aitem-aitem atau diantara belahan-belahan tes tersebut. Belahan tes yang paralel akan menghasilkan estimasi reliabilitas yang tinggi, namun dalam penelitian ini karena belahan tes belum tentu memenuhi asumsi keparalelan belahan tes maka rumus yang digunakan penulis yakni rumus Alpha Cronbach. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian menggunakan teknik analisis product moment dari Carl Pearson dengan menggunakan bantuan program SPSS 17 for windowsdapat diketahui nilai koefisien korelasi (rxy)sebesar 0,420 dengan 8

sig.0,000; (p < 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antarakesepian dengan kecenderungan agresivitas. Hasilpenelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu adahubungan positif antara kesepian dengan kecenderungan agresivitas, artinya semakin tinggi kesepian maka akan semakin tinggi perilaku kecenderungan agresivitas demikian pula sebaliknyasemakin rendah kesepiann maka akan semakin rendah kecenderungan agresivitas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Morrow (2006) bahwa remaja yang ditolak sebayanya akan merasa kesepian dan pada akhirnya menghasilkan reaksi agresi. Penelitian lain dilakukan oleh Buelga, dkk ( 2008) yang dilakukan pada remaja 11-16 tahun di Spanyol, ditemukan bahwa remaja yang kesepian akan mempengaruhi sangat besar terhadap kepuasan hidupnya, yang pada akhirnya apabila remaja merasa kesepian menghasilkan ketidakpuasan pada hidupnya menimbulkan masalah kecenderungan agresivitas yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Masroor, dkk (2013) menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara kesepian dengan kecenderungan agresivitas. Berdasarkan analisis variabel kecenderungan agresivitasdapat diketahui rerata empirik (RE) sebesar 43,91 dan rerata hipotetik55 yang berarti variabel kecenderungan agresivitas termasuk dalam kategori rendah. Berdasarkan kategori skala kecenderungan agresivitasdiketahui bahwa 30,77 % (32 orang) memiliki perilakukecenderungan agresivitas yang tergolong sedang; 52,89 % (55 orang) memiliki perilaku kecenderungan agresivitasyang tergolong rendah; dan 14,42 % (15 orang) memiliki perilaku kecenderungan agresivitas yangtergolong sangat rendah. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa subjek penelitianmemiliki perilaku kecenderungan agresivitas yang tergolong rendah, artinya subjek penelitianmemiliki sikap kecenderungan agresivitas yang rendah. Hal tersebut tidak sesuai dengan aspek kecenderungan agresivitas yaitu agresi fisik, verbal, smarah dan sikap permusuhan. Hal ini menunjukkan bahwa remaja usia 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta memiliki tingkat kecenderungan agresivitasyang tergolong rendah. Hal tersebut sesuai dengan Sinomarci, dkk (2014) bahwa agresi dan permusuhan secara dekat disebabkan oleh depresi, kesepian, dan gaya hubungan interpersonal. Kemudian menurut 9

Stucke (dalam Luhmann, 2014) bahwa kesepian dan penolakan sosial memiliki hubungan dengan perilaku maladatif seperti meningkatnya kecenderungan agresivitas, perilaku yang mengganggu pihak lain. Berdasarkan analisis variabel kesepian dapat diketahui rerata empirik (RE) sebesar 31,22 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 40 yang berarti kesepian pada subjek tergolong rendah. Berdasarkan kategorisasi skala kesepian diketahui bahwa 2,89 % (3orang) memiliki kesepian yang tergolong tinggi; 12,5 % (13 orang) memiliki kesepian yang tergolong sedang; 72,11 % (75 orang) memiliki kesepian yang tergolong rendah dan 12,5 % (13 orang) memiliki kesepian yang tergolong sangat rendah. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kesepian yang rendah, artinya subjek penelitian memiliki sikap yang terbentuk dari aspek kesepian yaitu kepatuhan sosial dan depression.hal ini menunjukkan bahwa remaja usia 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan BanjarsariSurakarta memiliki kesepian yang rendah.menurut Sears (2009) orang kesepian cenderung lebih tertutup dan pemalu, lebih sadar diri dan kurang asertif. Orang yang kesepian sering memiliki ketrampilan sosial yang buruk. Kesepian juga berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Sumbangan efektif kesepian terhadap perilaku kecenderungan agresivitas 17,64 %. Masih terdapat 82,36 % faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan agresivitas diantaranya adalah faktor internal meliputi kondisi pribadi remaja, frustasi dan pikiran kemudian faktor eksternal meliputi lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan rumah atau keluarga. Hasil ini menunjukkan bahwa kesepian dengan segala aspek yang terkandung didalamnya cukup memberikan kontribusi terhadap kecenderungan agresivitas, meskipun perilaku kecenderungan agresivitas tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut. Berdasarkan uraian di atas diambil kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesepian memiliki pengaruh terhadap kecenderungan agresivitas pada remaja di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta. Hal ini diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil hipotesis yang diajukan telah terbukti atau diterima yaitu terdapat hubungan positif yang 10

signifikan antara kesepian dengan perilaku kecenderungan agresivitas pada remaja usia 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta. Penelitian mengenai hubungan antara kesepian dengan perilaku kecenderungan agresivitasini masih terdapat beberapa keterbatasan sehingga nantinya akan diperlukan beberapa perbaikan, kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini antara lain: Teknik pengumpulan sampel pada penelitian ini menggunakan incidental sampling, hal ini merupakan kelemahan yang dilakukan oleh peneliti karena populasi yang digunakan merupakan populasi dengan jumlah terhitung sehingga kurang tepat. Selain itu subyek yang diperoleh belum mewakili seluruh remaja berusia 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta sehingga data yang diperoleh kurang representatif. Waktu penyebaran skala adalah pada saat libur kenaikan kelas dan libur lebaran sehingga banyak remaja yang sudah tidak berada di lingkungan sekolah dan sudah memiliki aktivitas lain. Peneliti selanjutnya diharapkan mencari waktu yang lebih tepat, seperti waktu-waktu sekolah. Skala kesepian memiliki hasil reliabilitas menunjukkan angka 0,682, dan skala kecenderungan agresivitas menunjukkan angka 0,524. Kondisi ini menunjukkan bahwa reliabilitas kurang optimal dengan memperbaiki aitem diharapkan dapat meningkatkan hasil reliabilitasnya. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kesepian dengan agresivitas pada remaja yang artinya semakin tinggi kesepian maka semakin tinggi agresivitas pada remaja, dan sebaliknya semakin rendah kesepian maka semakin rendah perilaku agresivitas. 2. Tingkat kesepian pada remaja berumur 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta termasuk dalam kategori rendah. 11

3. Tingkat agresivitas pada remaja berumur 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta termasuk dalam kategori rendah. 4. Peranan atau sumbangan efektif kesepian terhadap agresivitas pada remaja berumur 15-18 tahun di Wilayah Kecamatan Banjarsari Surakarta sebesar 17,64 % sedangkan sisanya sebesar 82,36 % dipengaruhi oleh variabel lain. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, saran-saran yang diajukan dalm penelitian ini sebagai berikut: 1. Remaja Berdasarkan hasil penelitian diketahui kesepian pada subjek tergolong rendah dan agresivitas pada remaja 15-18 tahun tergolong rendah. Atas dasar tersebut, peneliti menyarankan kepada subjek untuk tetap mempertahankan bersosialisasi dengan lingkungan. 2. Orang tua Kepada orang tua yang memiliki anak usia remaja 15-18 tahun disarankan untuk terus memberikan support dan bimbingan kepada anak agar dapat bersosialisasi dengan lingkungan serta dapat menjadi teman anak untuk berkeluh kesah ketika merasa sedih atau sendiri agar tidak menimbulkan agresivitas pada anak. 3. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mengambil waktu penelitian pada saat kegiatan belajar mengajar aktif agar mempermudah dalam pencarian subjek ataupun data. Apabila populasinya dapat terhitung maka gunakan teknik sampling yang lain, apabila populasi tak terhingga dapat menggunakan incidental sampling memperbaiki skala kesepian dengan agresivitas pada remaja. 12

DAFTAR PUSTAKA Aisyah. (2010). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Agresivitas Anak. Jurnal MEDTEK, 2 (1), 26-32 Blossom, P & Apsche, J. (2013). Effects of Loneliness on Human Development. International Journal Of Behavioral Consultation And Therapy.7 (4), 28-29. Buzz, A.H & Perry, M. (1992). The Aggression Questionnaire. Jounal of personality dan social psychology, 63 (3), 452-459. The American Psychological Assosiation. Dimyati. (2009). radarsukabumi.com/?p=91989. Diunduh pada 13 Pebruari 2016. Hadjam, N.R. (2003). Peranan Kepribadian Terhadap Gangguan Somatisasi. Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Kartono, K. (2003). Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Krahe, B. (2005). Predictors of women's aggressive driving behavior. Aggressive Behavior.31(6), 537 546. Luhmann, M., Schonbrodt, F.D., Hawkley., & Cacioppo, J.T. (2014). Loneliness and social behavior in a virtual social environment. Cognition And Emotion. Vol. 9 (3), 1-10. Masroor, U., Qureshi, H.S., and Khan, M.J. (2013). Increased Aggression and Loneliness as Potential Effects Of Pathological Video Gaming Among Adolescence. Pakistan Journal Of Social And Clinical Psychology. 11 (1), 66-71. Murray, G., Rawlings, D., Allen, N.B. and Trinder, J. (2003). NEO Five-Factor Inventory scores: psychometric properties in a community sample. Measurement and Evaluation in Counselling and Development,36, 140 9 Sears, D. O., Jonathan, L. F, dan L. Anne, P. (2009). Psikologi Sosial Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Sears, D.0., Peplau, L.A., & Taylor, S.E. (2009). Psikologi Sosial (terjemahan Ardiyanto) (Edisi kedua belas). Jakarta: Pranada Media Group. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tiikkainen, P. dan R. L. Heikkinen. (2010). Associations between loneliness, depressive symptoms and perceived togetherness in older people. Journal of Aging & Mental Health. 9 (6), 526 534 http://metro.sindonews.com/topic/1122/tawuran-pelajar http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/08/14/tangis-sambut-jenazahpelajar-yang-tewas-tawuran-di-kramatjati 13