BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dan merupakan ibukota dari provinsi Jawa Barat. Bandung juga merupakan kota yang sedang berkembang di Indonesia, khususnya di bidang pariwisata. Sejak dibukanya tol Cipularang, kota Bandung menjadi ramai dikunjungi oleh para wisatawan pada akhir pekan dikarenakan wisata belanja dan kulinernya ditambah dengan cuaca kota Bandung yang sejuk. Usaha wisata belanja dan kuliner yang tersebar di berbagai titik di kota Bandung berkembang dengan pesat. Contohnya saja di sepanjang jalan Riau, Dago, Jalan Setiabudi, dan Jalan Cihampeulas sesuai dengan kutipan dari artikel infofaizz. Hal ini tentu saja mendorong para pengusaha untuk mengembangkan usaha mereka di Kota Bandung. Pada akhirnya pembangunan di kota Bandung menjadi semakin pesat. Dimulai dengan pusat perbelanjaan, factory outlet, distro, restaurant, sampai hotel. Dalam artikel Babakan Siliwangi dulu dan sekarang milik Walhi Jawa Barat dijelaskan bahwa kota yang baik merupakan kota yang dapat memfasilitasi kebutuhan masyarakatnya baik dari sisi jasmani maupun rohani. Pembangunan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari perkembangan sebuah kota. Perkembangan sebuah kota jelas terlihat dari pembangunan fisiknya, namun selain pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik, kebutuhan untuk hidup nyaman dan tenang mutlak diperlukan. Ruang terbuka publik dan Ruang terbuka hijau merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi kriteria sebuah kota yang baikm salah satu bentuknya adalah hutan kota. Dalam buku materi Meru Betiri Service Camp dijelaskan bahwa hutan sendiri adalah komponen penting dalam kehidupan manusia. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya yang tidak dapat dipisahkan. Dari hutanlah kita mendapatkan oksigen untuk bernafas. Hutan juga melakukan penyerapan air hujan sehingga seimbang 1
dan mencegah terjadinya banjir dan bencana alam lainnya. Tidak hanya hutan yang berada di dataran rendah seperti pantai dan dataran tinggi seperti pegunungan, tetapi juga hutan yang berada di tengah kota yang disebut sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang berfungsi sebagai hutan kota atau paru-paru kota. Penyelenggaraan hutan kota ini bertujuan untuk menjaga kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002. Selain itu pada pasal 3 juga dijelaskan bahwa fungsi dari hutan kota itu sendiri adalah untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Sebagai contoh adalah hutan kota yang terletak di Babakan Siliwangi. Hutan kota Babakan Siliwangi merupakan ruang terbuka hijau di kota Bandung yang memiliki fungsi ekologis, sosial, dan budaya yang besar di kota Bandung. Hutan Babakan Siliwangi sendiri telah diakui menjadi salah satu hutan dunia oleh internasional sesuai dengan deklarasi yang dilakukan oleh Pemerintah kota Bandung, peserta Tunza, publik, dan UNEP yang merupakan salah satu badan PBB dalam konferensi Tunza pada tanggal 11 September 2011 seperti yang disebutkan di walhijabar.wordpress.com. Menurut Walhi Jawa Barat, seharusnya kota Bandung memiliki minimal 30% RTH atau Ruang Terbuka Hijau sedangkan RTH Kota Bandung hanya sekitar 6%. Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan mengenai hutan kota yang harus disediakan di Kota Bandung sesuai dengan mandat undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Walhi Jawa Barat sebagai organisasi lingkungan hidup langsung melakukan aksi setelah adanya isu tentang Hutan Babakan Siliwangi yang diubah menjadi tempat komersial. Walhi sendiri merupakan singkatan dari Wahana Lingkungan Hidup dan merupakan sebuah organisasi lingkungan hidup yang independen, non profit, serta terbesar yang berdiri sejak 15 Oktober 1980. Walhi didirikan sebagai bentuk reaksi keprihatinan dalam pemberdayaan lingkungan yang tidak sesuai dikarenakan paradigma pembangunan yang semakin cepat dan tidak memihak 2
pada lingkungan hidup. Dalam gerakan yang dilakukannya, Walhi mengajak masyarakat kota Bandung untuk ikut bergerak dalam menyelamatkan hutan Babakan Siliwangi. Banyak gerakan yang dilakukan sebagai bentuk kepedulian akan Hutan Babakan Siliwangi seperti teaterikal, melukis dinding, diskusi bersama, dan lain sebagainya yang ditujukan untuk masyarakat Kota Bandung. Namun dibutuhkan media kampanye untuk jangka panjang, terlebih lagi untuk pelajar SMA dan mahasiswa Kota Bandung sebagai generasi muda yang aktif yang diharapkan dapat memberikan perubahan untuk Hutan Babakan Siliwangi. Masih kurangnya media kampanye di kalangan pelajar mengenai Hutan Babakan Siliwangi membuat informasi mengenai Hutan Babakan Siliwangi kurang tersampaikan sehingga tingkat kesadaran pelajar SMA dan mahasiswa akan Hutan Babakan Siliwangi ini masih dirasa kurang. Adanya gerakan kampanye adalah diharapkan agar adanya dukungan dari warga masyarakat Kota Bandung, khususnya pelajar SMA dan mahasiswa untuk turut peduli dalam menjaga keberlangsungan Hutan Babakan Siliwangi. 3
1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah 1. Masih kurangnya media kampanye yang beredar di kalangan pelajar sehingga informasi mengenai Hutan Babakan Siliwangi kurang tersampaikan. 2. Bentuk media kampanye yang digunakan masih terbatas karena berupa teatrerikal, melukis dinding, diskusi, dan lain sebagainya. 1.2.2 Rumusan Masalah Bagaimana merancang media kampanye sosial pelestarian Hutan Babakan Siliwangi sebagai sebuah kampanye untuk mengajak pelajar SMA dan mahasiswa di Kota Bandung agar peduli dan menjaga Hutan babakan Siliwangi? 1.3 Fokus Adapun yang menjadi fokus permasalahannya adalah media yang digunakan untuk kampanye sosial pelestarian Hutan Babakan Siliwangi sebagai hutan kota yang perlu dijaga. Media yang digunakan adalah media cetak dan media online yang berfungsi sebagai media kampanye yang mengajak target untuk ikut serta menjaga keberadaan Hutan Babakan Siliwangi. Kampanye ini secara umum ditujukan untuk seluruh warga Kota Bandung, namun penulis mempersempit target kampanye menjadi pelajar SMA dan mahasiswa sebagai generasi muda yang diharapkan dapat menjaga Hutan Babakan Siliwangi nantinya. Penelitian ini juga dibatasi hanya sampai membuat perancangan media kampanye sosial pelestarian Hutan Babakan Siliwangi. 1.4 Tujuan Perancangan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat media kampanye sosial sebagai media informasi dan media yang mengajak pelajar SMA dan mahasiswa di Kota Bandung untuk ikut serta dalam menjaga keberadaan Hutan Babakan Siliwangi. 4
1.5 Cara Pengumpulan Data Adapun cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan adalah melalui : 1. Observasi Observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap media yang digunakan pada kampanye sebelumnya yang ada di lingkungan pelajar SMA dan mahasiswa yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam perancangan media kampanye Hutan babakan Siliwangi yang baru. 2. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data melalui buku-buku atau literatul-literatul yang berkaitan dengan kampanye sosial, analisis data, analisis media dan mengenai hutan Babakan Siliwangi sendiri. 3. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mencari data dan informasi dari Walhi Jabar sehubungan dengan permasalahan yang ditemukan seperti data mengenai Babakan Siliwangi, bentuk kampanye yang sudah dilakukan, dan arah kampanye yang dilakukan. 4. Kuesioner Kuesioner diperlukan guna mendapatkan informasi mengenai pemahaman target kampanye sosial mengenai keberadaan Hutan Babakan Siliwangi.Kuesioner akan dilakukan dengan mengambil 100 koresponden yang didapat dari perhitungan jumlah penduduk kota Bandung. Adapun perhitungan untuk jumlah koresponden adalah sebagai berikut: Dengan n adalah jumlah koresponden yang dicari, N adalah jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2011 menurut data SIAK Provinsi Jawa Barat, dan d adalah nilai tingkat kesalahan yang diambil sebesar 10% atau 0,1. 5
1.6 Kerangka Perancangan Perancangan media kampanye sosial dirancang melalui beberapa tahap dimulai dari penentuan permasalah hingga mengidentifikasi permasalahan yang ada. Dari permasalahan yang telah ditemukan, kemudian dilakukan analisis data yang terkait dengan permasalahan yang ada, kemudian dihubungkan dengan teoriteori yang berhubungan dengan perancangan yang akan dilakukan. Hasilnya berupa pengembangan konsep dan perancangan media kampanye sosial Hutan Babakan Siliwangi. Adapun gambaran umum kerangka perancangan media kampanye sosial Hutan Babakan Siliwangi adalah sebagai berikut: 6
7
1.7 Pembabakan - BAB I Pendahuluan Berisi gambaran umum mengenai permasalahan yang diambil serta latarbelakang mengenai permasalahan yang diambil, yaitu pengalihan fungsi hutan Babakan Siliwangi menjadi tempat komersial. - BAB II Dasar Pemikiran Berisi teori-teori yang mendukung penelitian masalah dan perancangan yang akan dibuat seperti mengenai kampanye sosial, hutan kota, visualisasi, warna, ilustrasi, komunikasi, dan lain sebagainya. - BAB III Data Berisikan data yang dibutuhkan untuk penelitian dan perancangan meliputi data Walhi Jabar, data hutan Babakan Siliwangi, data masyarakat kota Bandung sebagai target kampanye, dan data mengenai kampanye sejenis yang pernah dilakukan. - BAB IV Konsep dan Perancangan Berisikan konsep dan perancangan yang akan dibuat dilihat dari data dan teori yang telah dikumpulkan. Bantuk perancangannya adalah seperti poster, infographic, mercandise, dan media pendukung lainnya sebagai bentuk kampanye sosial Hutan babakan Siliwangi. - BAB V Penutup Berisi kesimpulan dan perancangan media kampanye sosial hutan Babakan Siliwangi. 8