Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth: Bapak/Ibu / Saudara(i) Responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak menyebarkan kotoran dan tidak menularkan penyakit,langkahlangkah

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Bersih Sehat (PHBS), saat ini telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PONDOK PESANTREN AS AD DAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

Transkripsi:

PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DALAM UPAYA MENCEGAH PENYAKIT KULIT PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA Ade Mira Guna*, Gustop Amatiria** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa Memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Rahmawati, 2012). Penelitian ini untuk mengetahui gambaran PHBS dalam upaya mencegah penyakit kulit pada santri di yayasan pondok pesantren putra-putri Nurul Huda Pringsewu Tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, populasi pada penelitian ini sebanyak 225 santri, teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non random sampling dan dengan pendekatan menggunakan teknik purposive sampling yang didaptkan sebanyak 70 santri. Alat pengumpulan data dengan lembar angket/kuesioner, penelitian dilakukan pada tanggal 14-15 juni 2014.Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analisa univariat. Hasil penelitian tentang Gambaran PHBS dalam upaya mencegah penyakit kulit pada santri di yayasan pondok pesantren putra-putri Nurul Huda Pringswu Tahun 2014, didapatkan hasil yaitu sebanyak 54 santri (77,1%) dalam kategori baik, dan sebanyak 16 santri (22,9%) dalam kategori sangat baik. Kata Kunci: PHBS, Penyakit Kulit LATAR BELAKANG Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat terwujud apabila ada keinginan, kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sektor terkait agar PHBS menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di Kabupaten/Kota, serta didukung oleh masyarakat (Proverawati & Rahmawati, 2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk mendekatkan pimpinan (advocacy), bina suasana (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri. Dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Dinkes provinsi lampung, Indonesia sehat, 2010). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatankegiatan kesehatan di masyarakat.mencegah lebih baik dari pada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar dari pelaksanaan PHBS.Kegiatan Perilaku hidup bersih dan sehat tidak dapat terlaksana apabila tidak ada kesadaran dari seluruh anggota keluarga itu sendiri.pola hidup bersih sehat harus diterapkan sedini mungkin agar menjadi kebiasaan positif dalam memelihara kesehatan.bebrapa indikator yang digunakan sebagai dasar dalam [7]

pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat diantaranya adalah penggunaan air bersih, rutin mencuci tangan dengan air yang mengalir menggunakan sabun, membersihkan lingkungan agar selalu bersih, bebas dari sampah dan sarang nyamuk (Rahmawati, 2012). Secara nasional, menurut data yang terdapat di Departemen Kesehatan RI, 2012 penduduk yang telah memenuhi kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat baik terdapat di provinsi Jawa Tengah, dengan persentase sebesar 76,42%, Kalimantan Timur dengan persentase sebesar 75,62%. Terdapat Sembilan (9) provinsi di Indonesia yang berada diatas target restar 2012 persentase ber-phbs, yakni Jawa tengah, Kalimantan timur, DKI Jakarta, Sulawesi utara, Sumatera barat, Sumatera utara, Sumatera selatan, dan Bali. Sedangkan provinsi ber-phbs terendah terdapat di Papua barat dengan persentase sebesar 25,50%, Papua dengan persentase 25,80% dan Sulawesi barat dengan persentase 30,85%.. (Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2012). Penyakit yang sering muncul akibat rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah cacingan, diare, penyakit kulit, sakit gigi, gizi buruk dan sebagainya, yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2006 di Indonesia penderita penyakit kulit mengalami kejadian cukup tinggi, penyakit ini terjadi akibat rendah nya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada tahun 2006 ditemukan penderita penyakit kulit sebanyak 403.270 kasus dengan persentase sebesar 3,91%. Distribusi pasien rawat jalan dirumah sakit umum Indonesia yang diperoleh Ditjen Yanmed, diperoleh golongan sebab sakit penyakit kulit, yakni pasien laki-laki sebanyak 141.268 kasus, sedangakn pasien perempuan sebanyak 180.004 kasus, dengan jumlah keseluruhan yaitu sebanyak 321.272 kasus. Dengan jumlah kunjungan sebanyak 567.233orang, dan prevalensi sebesar 1,77%. Sedangkan distribusi pasien rawat inap di rumah sakit umum Negara Indonesia tahun 2006, dengan golongan sebab sakit penyakit kulit dengan pasien laki-laki, yakni sebanyak 7.593 kasus, sedangan pada pasien perempuan, yakni sebanyak 6.631 kasus. Dengan jumlah keseluruhan sebesar 14.224 kasus, pasien meninggal sebanyak 189 orang, dan dengan prevalensi sebesar 1,33% (Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007). Pondok Pesanteren masih menjadi salah satu tempat yang rentan terjadinya berbagai penyakit menular, salah satunya adalah penyakit kulit. Faktor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memegang peranan penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara host dengan agent dalam proses terjadinya penyakit, lingkungan yang tidak sehat erat kaitannya dengan peningkatan terjadinya penyakit kulit. Penyakit kulit jenis scabies paling sering ditemukan pada pondok pesanteren, karena pada umumnya, para santri pondok pesanteren memiliki kebiasaan memakai pakaian secara bergantian, menggunakan alat mandi secara bersamaan, dan kebiasaan tidur yang saling berhimpit-himpitan terhadap santri lainnya, dan kurangnya ventilasi dalam kamar yang menyebabkan lembab. Kebersihan kamar mandi pun dapat berpengaruh pada kesehatan santri, tidak dikurasnya bak mandi secara rutin, banyaknya sampah yg bececeran dilantai kamar mandi, kondisi inilah salah satu faktor penyebab munculnya penyakit kulit seperti scabies, karena kurang terjaganya kebersihan air kamar mandi dan lingkungannya. (Handri, 2008 http://kakakecilcecep.blogspot.com/2013/1 1/program-pengabdian-masyarakatkesehatan.html). Beberapa tindakan yang dapat diterapkan untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit dalam upaya mencegah penyakit kulit yakni dengan cara: mencuci tangan secara rutin setelah beraktivitas dengan air mengalir dan sabun antiseptik, menjaga kebersihan diri yang melibatkan kontak fisik dengan orang lain, menghindari pemakaian alat mandi secara bersamaan dengan santri lain, menggunakan pakaian yang bersih dan menyerap keringat, menghindari kebiasaan [8]

tidur dengan menggunakan kasur seprei dan bantal secara bersamaan, menjaga kebersihan lingkungan sekitar serta memperhatikan keseimbangan udara yang masuk agar kamar tidak lembab, dan menghindari kontak dengan cairan yang berasal dari lepuhan kulit (Zulkoni, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi diri yang dilakukan peneliti dipondok pesantren Nurul Huda didapatkan data; 65%mengalami penyakit kulit, 20% memakai alat mandi secara begantian serta lebih dari 50% tidak memahami konsep PHBS. Berdasarkan fenomena diatas, penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam upaua mencegah penyakit kulit pada santri dipondok pesantren Nurul Huda Pringsewu. pertanyaan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dalam Upaya Mencegah Penyakit Kulit. Pengolahan dana analisa data dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau tujuan penelitian yang sudah ditentukan. Analisis data dilakukan dengan mencari jumlah frekwensi dan persentase dari masing-masing sub variabel yang diteliti. Hasil persentase dan pemberian skor pada penelitian diinterpretasikan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan presentase sebagai berikut: - Sangat tidak baik : bila didapatkan hasil 0-25%, Tidak baik : bila didapatkan hasil 26-50%, Baik : bila didapatkan hasil 51-75% dan Sangat baik : bila didapatkan hasil 76-100%. HASIL METODE Penelitian ini berbentuk penelian kuantitatif dengan rancangan atau desain penelitian deksriftif analitik, dimana penelitian ini bermaksud untuk mengambarkan dan menjelaskan fenomena dari variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud mengambarkan dan menjelaskan perilaku Hidup Bersih Dansehat pada Santri di Pondok Pesantren. Populasi dalam penelitian ini adalah santri yang jumlah total populasinya 225 santri di Yayasan Pondok Pesantren Putra- Putri Nurul Huda Prinsewu Tahun 2014. Sedangkan sampel penelitian yang digunakan sejumlah 70 responden dengan beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Penelitian dilaksanakan padapondok Pesantren Putra-Putri Nurul Huda Pringsewu. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2014, dengan waktu pengambilan data responden dilaksanakan pada bulan Juni 2014. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner yang dirancang sendiri oleh peneliti. Lembar kuesioner berisi Dari hasil pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Santri Umur f % 6-10 tahun 1 1,4 10-14 tahun 49 70,0 14-18 tahun 20 28,5 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 10-14 tahun dengan jumlah 49 santri (70,0%). Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Santri Jenis Kelamin f % Laki-laki 35 50 Perempuan 35 50 Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa responden adalah laki-laki dan perempuan yang masing-masing sebanyak 35 santri (50,0%). [9]

Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Santri Pendidikan f % Madrasah Aliyah 2 2,9 Madrasah Sanawiyah 68 97,1 Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian responden adalah Madrasah sanawiyah sebanyak 68 santri (97,1%). Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PHBS PHBS f % Baik 54 77,1 Sangat baik 16 22,9 Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa sebanyak 49 santri (70,0%) memiliki PHBS memotong kuku baik,dalam upaya mencegah penyakit kulit. Tabel 7: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Pemakaian Alat Mandi Pemakaian Alat Mandi f % Tidak baik 21 30,0 Baik 36 51,4 Sangat baik 13 18,6 Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa sebanyak 36 santri (51,4%), memiliki PHBS kebiasaan pemakaian alat mandi baik, dalam upaya mencegah penyakit kulit. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa PHBS dalam upaya mencegah penyakit kulit sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 54 santri (77,1%). Tabel 5: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Cuci Tangan Cuci Tangan f % Tidak baik 3 4,3 Baik 42 60,0 Sangat baik 25 35,7 Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa sebanyak 42 santri memiliki PHBS cuci tangan baik, dalam upaya mencegah penyakit kulit. Tabel 6: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Memotong Kuku Memotong Kuku f % Tidak baik 7 10,0 Baik 49 70,0 Sangat baik 14 20,0 Tabel 8: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Pemakaian Alat Tidur Pemakaian Alat Tidur f % Sangat tidak baik 1 1,4 Tidak baik 32 45,7 Baik 36 51,4 Sangat baik 1 1,4 Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa sebanyak 36 santri (51,4%) memiliki PHBS kebiasaan pemakaian alat tidur baik, dalam upaya mencegah penyakit kulit. Tabel 9: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Penggunaan Pakaian Penggunaan Pakaian f % Tidak baik 15 21,4 Baik 38 54,3 Sangat baik 17 24,3 Berdasarkan tabel 9, dapat diketahui bahwa sebanyak 38 santri (54,3%) memiliki PHBS penggunaan pakaian baik, dalam upaya mencegah penyakit kulit. [10]

Tabel 10: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Cuci Rambut Cuci Rambut f % Baik 2 28,6 Sangat baik 68 71,4 Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa sebanyak 50 santri (71,4%) memiliki PHBS kebiasaan cuci rambut sangat baik, dalam upaya mencegah penyakit kulit. Tabel 11: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Menjaga Kebersihan Lingkungan Menjaga Kebersihan Lingkungan f % Tidak baik 4 57,7 Baik 27 38,6 Sangat baik 39 55,7 Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa sebanyak 39 santri (55,7%) memiliki PHBS kebiasaan menjaga lingkungan sekitar sangat baik, dalam upaya mencegah penyakit kulit. PEMBAHASAN PHBS Upaya Mencegah Penyakit Kulit Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa PHBS Dalam Upaya Mencegah Penyakit Kulit Pada Santri Di Yayasan Pondok Pesantren Putra-Putri Nurul Huda Pringsewu Tahun 2014, sebagian responden adalah dalam kategori baik sebanyak 54 santri (77,1%). Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud melalui sikap.perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya peningkatan pengetahuan kesadaran, kemampuan, dan kemauan untuk berperilaku hdup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan masyarakat umum yang minimal dapat memberikan dampak bermakna terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dalam peningkatan derajat kesehatan, status gizi, pola hidup, dan pemanfaatan sarana kesetahan lingkungan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal (Mubarak, 2012). Penatalaksanaan PHBS dapat dilakukan pada setiap kegiatan seperti rumah tangga, sekolah/pesantren, tempattempat kerja, (institusi/sarana kesehatan), tempat-tempat umum, organisasi/lembaga kemasyarakatan, dan lain-lain (Mubarak, 2012). Menurut peneliti, baiknya PHBS Dalam Upaya Mencegah Penyakit Kulit pada responden kemungkinan dikarenakan banyaknya responden yang tingkat pendidikannya adalah Madrasah sanawiyah, semakin tinggi tingkat pendidikan santri maka akan semakin baik pengetahuannya. Semakin baik pengetahuan santri maka akan semakin baik perilaku kesehatannya. Selain itu juga, sebagian besar responden dalam kategori usia yang beranjak produktif, sehingga lebih memudahkan responden dalam menerima informasi kesehatan. Selain itu juga responden mungkin terpapar dengan informasi kesehatan yang didapatkan dari menonton TV, membaca koran serta mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan. PHBS Kebiasaan Cuci Tangan Berdasarkan hasil penelitian memiliki kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik setelah [11]

beraktivitas sebanyak 42 santri (60,0%). Menurut Mubarak (2012), air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.pada saat makan, kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit.tangan yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung. Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.dengan memiliki kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik, maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta terhindar dari berbagai penyakit, salah satunya penyakit kulit. Menurut peneliti sebagian besar responden memiliki kebiasaan cuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptik, setelah beraktivitas. Mereka sadar akan pentingnya kesehatan pada diri mereka. Hal ini ditunjaang oleh makin tingginya pengetahuan dan adanya program cuci tangan yang baik yang disosialisasikan oleh pemerintah. PHBS Kebiasaan Memotong Kuku Berdasarkan hasil penelitian memiliki kebiasaan memotong kuku secara teratur sebanyak 49 santri (70,0%). Menurut Laily (2012), kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh pada ujung jari. Pertumbuhan kuku rata-rata 1mm/minggu.Kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, cedera pada jaringan serta terhindar dari bakteri yang menempel dikotoran kuku.menjaga kebersihan kuku sangatlah penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk kedalam kuku.karena kuku yang kotor dapat membahayakan kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu, salah satunya penyakit kulit.oleh sebab itu kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih dengan memiliki perilaku kebiasaan memotong kuku secara teratur minimal 1kali/ minggu. Dalam memelihara kebersihan kuku dapat dilakukan dengan cara memotong kuku secara teratur dengan baik, yakni: potong kuku jari tangan dan kaki dengan terlebih dahulu merendamnya dibaskom dengan air hangat, sehingga mudah dipotong., lalu kuku dipotong sedemikian rupa mengikuti alur pada jari (Laily, 2012). Peneliti mengasumsikan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaaan rutin memotong kuku, meskipun beberapa responden tidak memiliki kebiasaan rutin memotong kuku, namun mereka saat ini sadar akanpentingnya rutin memotong kuku untuk kesehatan. PHBS Kebiasaan Pemakaian Alat Mandi Berdasarkan hasil penelitian memiliki kebiasaan pemakaian alat mandi dalam ketegori baik sebanyak 36 santri (51,4%). Menurut Laily (2012), kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam hygiene perorangan. Menjaga kebersihan kulit bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang masuk melewati kulit.untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasan yang sehat untuk terhindar dari ancaman penyakit kulit harus memperhatikan salah satunya dengan perilaku hidup sehat dengan memiliki kebiasaan pemakaian alat mandi.hal tersebut dapat dilakukan dengan membiasakan menggunakan alat mandi milik sendiri, dan tidak menggunakan nya bersamaan atau bergantian dengan santri lainnya. Menurut peneliti, masih banyak responden yang memiliki kebiasaan pemakaian alat mandi dalam ketegori tidak baik, sebagian respon masih menggunaakan alat mandi secara bersamaan dan bergantian. Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan responden tentang penyebab [12]

timbulnya penyakit, terutama penyakit kulit. PHBS Kebiasaan Pemakaian Alat Tidur Berdasarkan hasi penelitian memiliki kebiasaan pemakaian alat tidur dalam kategori baik sebanyak 38 santri (54,3%). Menurut Laily (2012), menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Salah satu upaya mencegah penyakit kulit yakni dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan memiliki kebiasaan pemakaian alat tidur, dapat dilakukan dengan cara: membiasakan pemakaian alat tidur sendiri dan tidak menggunakan nya bersamaan dengan teman lainnya. Serta cuci seprai, sarung bantal, sarung guling, dan selimut secara teratur minimal 1kali/minggu, dengan menjemurnya dibawah sinar matahari. Peneliti mengasumsi bahwa masih banyak responden yang memiliki kebiasaan pemakaian alat tidur dalam kategori tidak baik yakni sebanyak 32 santri (45,7%). Responden masih menggunakan alat tidur seperti kasur, seprei, bantal, guling dan selimut secara bersamaan dan berhimpit-himpitan dalam 1 kamar. Hal ini disebabkan oleh karena para santri kurang mengerti akan pencegahan penyakit kulit. PHBS Kebiasaan Penggunaan Pakaian Dari hasil penelitiam terdapat 38 santri (54,3%) dari 70 responden yang memiliki kebiasaan penggunaan pakaian dalam kategori baik. Menurut Mubarak (2012), yang masuk dalam kriteria kebiasaan penggunaan pakaian dalam kategori baik yakni, dengan memakai pakaian sehari-hari dengan mengganti nya setiap hari, dan tidak memakai secara bergantian pakaian yang belum dicuci dengan santri lainnya, serta tidak menumpuk pakaian kotor atau dibiarkan lama bergantungan bersamaan dengan pakaian kotor santri lainnya. Dengan memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kebiasaan penggunaan pakaian baik tersebut, sama artinya dengan berupaya mencegah timbulnya berbagai penyakit, salah satunya berupaya mencegah penyakit kulit. Menurut peneliti, sebagian besar responden yang memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kebiasaan penggunaan pakaian dalam kategori baik, dikarenakan adanya kesadaran mereka akan kesehatan pada diri mereka. PHBS Kebiasaan Mencuci Rambut Berdasarkan hasil penelitian memiliki perilaku kebiasaan mencuci rambut secara rutin yakni lebih dari 2 kali / minggu sebanyak 68 santri (71,4%) dari 70 responden. Mencuci rambut merupakan tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam merawat rambut.keadaan kehidupan kita didalam tropis dengan udara panas, mengakibatkan banyak keringat dan banyaknya debu. Teknik untuk mencapai kesehatan rambut perlu memperhatikan kulit kepala dan rambut, pemakaian air bersih untuk mencuci rambut yang akan sangat mempengaruhi kesehatan rambut. Dengan mencuci rambut secara teratur lebih dari 2kali/minggu maka akan membersihkan kulit kepala dan memberikan rasa nyaman serta terhindar dari kutu dan bakteri, sehingga terhindar dari berbagai penyakit serta berupaya mencegah penyakit kulit, dengan salah satu pencegahan penyakit kulit yakni dengan berprilaku hidup bersih dan sehat dengan memiliki kebiasaan mencuci rambut secara rutin menggunakan shampoo. Menurut peneliti, hampir keseluruhan responden memiliki kebiasaan mencuci rambut secara rutin dalam upaya mencegah berbagai penyakit, terutama penyakit kulit. Mereka sadar akan kebutuhan dalam merawat rambut dan kulit kepala untuk kesehatan mereka. [13]

PHBS Kebiasaan Menjaga Kebersihan Lingkungan Terdapat 39 santri (55,7%) memiliki kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Namun belum keseluruhan dari responden yang memiliki kebiasaan tersebut. Menurut Mubarak (2012), lingkungan yang kotor mempengaruhi terjadinya penyakit kulit. Karena lingkungan yang kotor merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab penyakit kulit.lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dalam keadaan bersih dan tidak lembab.karena lingkungan yang kotor dan lembab merupakan salah satu faktor penyebab penyakit kulit. Menurut peneliti, sebagian besar responden yang memiliki Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan sekitar dalam kategori sangat baik, dikarenakan adanya kesadaran mereka akan kesehatan pada diri mereka. Hal ini tercermin dari bersihnya lingkungan disekitar pesantren. Anak-anak pesantren mempunyai waktu tertentu untuk melaksanakan kegiatan kebersihan bersama. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut; 1). Distribusi frekuensi responden berdasarkan PHBS kebiasaan cuci tangan dalam kategori baik sebanyak 60,0%, 2). distribusi frekuensi responden berdasarkan PHBS kebiasaan memotong kuku dalam kategori baik sebanyak 70,0%, 3) distribusi frekuensi responden berdasarkan PHBS kebiasaan pemakaian alat mandi dalam kategori baik sebanyak 51,4%, 4) distribusi frekuensi responden berdasarkan PHBS kebiasaan pemakaian alat tidur dalam kategori baik sebanyak 54,3%, 5) distribusi frekuensi responden PHBS kebiasaan penggunaan pakaian dalam kategori baik sebanyak 54,3%, 6) distribusi frekuensi responden berdasarkan PHBS kebiasaan cuci rambut dalam kategori sangat baik sebanyak 71,4%, 7) distribusi frekuensi responden berdasarkan PHBS kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan sekitar dalam kategori sangat baik sebanyak 55,7%, dan 8) PHBS Dalam Upaya Mencegah Penyakit Kulit secara umum, didapatkan hasil sebanyak 77,1% dalam kategori baik. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2010. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Indonesia Sehat. Ditjen Bina Yanmedik. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Handri, 2008. http://kakakecilcecep. blogspot.com/2013/11/programpengabdian-masyarakatkesehatan.html. Laily, 2012. Pemakaian Alat Mandi. https://ww.google.co.id/?gws rd=sl#q=teori Mubarak, Wahid Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Alemba Medika. Kemenkes. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Proverawati, Atikah dan Rahmawati, Eni. 2012. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika. Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. [14]