Tabel I.1 Luas Panen dan Jumlah Produksi Singkong Provinsi Jawa Barat Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

Kata Kunci: singkong, tepung tapioka, analisis kelayakan, NPV, IRR, Payback Periode

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 841

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

Katalog BPS

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016

I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Perkembangan Ekonomi Makro

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi ton beras dari petani nasional khususnya petani di wilayah Jawa

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BERITA RESMI STATISTIK

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

BAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Seuntai Kata. Bandung, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Gema Purwana

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan

I. PENDAHULUAN. pembuatan makanan dapat menghemat devisa negara (Herlina, 2002).

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. COOPERATIVE FAIR KE-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB IV GAMBARAN UMUM

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

... Hubungi Kami : Demikian penawaran kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan adalah kebutuhan primer yang harus terpenuhi. Salah satu kebutuhan pangan yang paling banyak di konsumsi adalah kebutuhan pokok beruapa karbohidrat. Karbohidrat yang paling banyak dikosumsi selain beras dan jagung adalah singkong (Jumlah konsumsi beras: 34.067.264 ton, Jagung: 20.918.000 ton dan Singkong: 24.044.000 ton pada tahun 2012 (SUSENAS 2012). Di bawah ini adalah data jumlah luas panen dan jumlah produksi tanaman singkong (ubi kayu) tahun 2010-2011 untuk provinsi Jawa Barat. Kabupaten/Kota Tabel I.1 Luas Panen dan Jumlah Produksi Singkong Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 Luas Panen (ha) 2.010 2.011 Produksi(ton) Luas Panen (ha) produksi(ton) Bogor 8.357 169.112 7.718 167.295 Sukabumi 7.919 135.137 10.268 167.636 Cianjur 8.024 138.576 7.592 141.101 Bandung 6.875 128.439 7.566 152.215 Garut 21.209 470.001 23.006 534.217 Tasikmalaya 16.743 335.298 14.673 309.514 Ciamis 4.786 81.822 4.841 90.141 Kuningan 3.200 51.204 2.338 40.468 Cirebon 208 3.045 141 2.229 Majalengka 1.538 24.796 1.169 20.930 Sumedang 10.021 152.525 10.516 179.753 Indramayu 284 3.424 142 1.834 Subang 2.776 44.699 1.493 27.341 Purwakarta 7.226 175.364 5.404 112.687 Karawang 416 8.562 278 5.024 (Sumber: BPS Jawa Barat, 2012) 1

Kabupaten/Kota Tabel I.1 Luas Panen dan Jumlah Produksi Singkong Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 (lanjutan) Luas Panen (ha) 2.010 2.011 produksi(ton) Luas Panen (ha) produksi(ton) Bekasi 177 2.542 200 2.968 Bandung Barat 4.021 75.525 4.169 78.097 Kota Bogor 105 1.505 377 5.690 Kota Sukabumi 29 397 45 672 Kota Bandung 8 88 52 564 Kota Cirebon 28 367 22 313 Kota Bekasi 62 769 66 815 Kota Depok 336 4.861 305 4.277 Kota Tasikmalaya 55 867 51 768 Kota Cimahi 385 5.133 488 6.905 Kota Banjar 235 3.342 324 5.330 jumlah 105.023 2.017.400 103.244 2.058.784 (Sumber: BPS Jawa Barat, 2012) Jika dilihat pada Tabel I.1 luas panen dan produksi singkong di daerah Sukabumi lebih banyak dibanding dengan daerah Kota Bandung. Hal ini akan mempengaruhi jumlah tepung tapioka yang dihasilkan, semakin banyak produksi singkong semakin banyak pula produksi tepung tapioka yang akan dihasilkan. Tanaman Singkong banyak di jual dalam bentuk olahan. Salah satu bentuk olahan dari singkong yang paling banyak dikonsumsi adalah tepung tapioka. Di Indonesia tepung tapioka banyak di pakai sebagai bahan makanan dan bukan makanan. Berikut adalah uraian mengenai pemanfaatan tepung tapioka untuk berbagai produk pangan, diantaranya: a. Tepung tapioka digunakan sebagai bahan dari produk makanan tradisional, seperti biji salak, kue lapis dan kerupuk. b. Tepung tapioka digunakan sebagai bahan dari produk makanan modern, seperti bubur susu instan, tepung bumbu, biskuit dan meat product. c. Tepung tapioka dapat diolah menjadi pati ter-modifikasi yaitu bahan dasar dari pembuatan roti, es krim dan permen. 2

d. Tepung tapioka dapat diolah sebagai hidrolisat pati yaitu bahan dasar dari pembuatan susu formula, minuman ringan, saus dan jelly. e. Tepung tapioka dapat diolah menjadi bahan pengawet makanan atau MSG (Monosodium Glutamat). Dengan banyaknya olahan tepung tapioka dan jumlah produksi singkong di daerah Jawa Barat, menandakan banyaknya jumlah konsumsi tepung tapioka sebagai salah satu bentuk olahan singkong yang populer dikalangan masyarakat Indonesia. Konsumsi tepung tapioka di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini dikaitkan dengan kegunaannya yang banyak sebagai bahan pangan. Menurut Kementrian Perindustrian, konsumsi tepung tapioka nasional cenderung naik dengan rata rata kenaikan sebesar 9 persen pertahun. Gambar I.1 Konsumsi Tepung Tapioka Indonesia 2007 2011 (Sumber: KEMENTAN, 2012 dan KEMENPERIN, 2007(diolah)) Menurut Asosiasi Petani Singkong Indonesia (APSI), Pada tahun 2011 sebanyak 60% dari hasil produksi singkong Jawa Barat masuk ke industri tepung tapioka dan 40% sisanya digunakan sebagai bahan baku keripik dan makanan olahan lainnya. Di bawah ini adalah tabel jumlah produksi tepung tapioka untuk daerah Jawa Barat Pada tahun 2011. 3

Tabel I.2 Jumlah Produksi Tepung Tapioka Jawa Barat 2011 NO Kabupaten/Kota produksi Singkong(ton) Produksi Tepung Tapioka (ton) 1 Bogor 167.295 100.377 2 Sukabumi 167.636 100.582 3 Cianjur 141.101 84.661 4 Bandung 152.215 91.329 5 Garut 534.217 320.530 6 Tasikmalaya 309.514 185.708 7 Ciamis 90.141 54.085 8 Kuningan 40.468 24.281 9 Cirebon 2.229 1.337 10 Majalengka 20.930 12.558 11 Sumedang 179.753 107.852 12 Indramayu 1.834 1.100 13 Subang 27.341 16.405 14 Purwakarta 112.687 67.612 15 Karawang 5.024 3.014 16 Bekasi 2.968 1.781 17 Bandung Barat 78.097 46.858 18 Kota Bogor 5.690 3.414 19 Kota Sukabumi 672 403 20 Kota Bandung 564 338 21 Kota Cirebon 313 188 22 Kota Bekasi 815 489 23 Kota Depok 4.277 2.566 24 Kota Tasikmalaya 768 461 25 Kota Cimahi 6.905 4.143 26 Kota Banjar 5.330 3.198 jumlah 2.058.784 1.235.270 (Sumber: Asosiasi Petani Singkong Indonesia, 2011 (diolah)) Dengan mempertimbangkan konsumsi tepung tapioka dalam negeri yang terus meningkat, maka hal ini akan berbanding lurus juga dengan peningkatan jumlah produksi untuk daerah Jawa Barat. Jika dilihat pada Tabel I.2, produksi untuk tahun 2011 di daerah Jawa Barat adalah sebesar 1.235.270. Hal inilah, yang mendorong PT. Biofuel Bigcassava Hidayah (PT. BBH) untuk memproduksi tepung tapioka yang akan dipasarkan di Jawa Barat. Untuk pemasaran awal PT. BBH akan mencoba pasar di Kota Bandung yaitu pabrik kerupuk yang berada di Kota Bandung. Hal ini juga didasari jumlah produksi tepung tapioka di Kota 4

Bandung memiliki jumlah yang sedikit dibanding dengan jumlah produksi tepung tapioka di Sukabumi, sehingga memiliki kemungkinan besar di wilayah Kota memiliki kekurangan pasokan Tepung Tapioka. Tabel I.3 Jumlah Konsusmsi Produk Berbahan Dasar Tepung Tapioka Kota Bandung Nama Produk Kerupuk (kg) tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2.609.367 2.129.579 1.772.444 2.148.69 5 2.361.99 9 2.291.02 3 Mie basah (kg) 289.003 292.958 148.417 165.284 168.252 150.487 Bahan agaragar 1.325.45 1.517.50 1.457.47 1.739.578 1.467.607 1.190.192 (bungkus/7gr 2 3 8 ) Mie Kering (kg) 175.069 132.394 105.605 133.499 372.096 515.451 (Sumber: BPS SUSENAS, 2012 (diolah)) Dengan melihat jumlah konsumsi kerupuk pada Tabel I.3, yaitu sebesar 2.291.023 kg atau sekitar 2291 tong pertahun maka mendasari PT. BBH untuk memasarkan produk tepung tapioka ke pabrik kerupuk di Kota Bandung. Rencana Pengembangan Perkebunan Singkong PT. BBH Eksisting Pemasaran: Pedagang keripik singkong daerah Sukabumi Pabrik Tepung Tapioka daerah Sukabumi Produk: Singkong dengan Lahan 20 Hektar Pengembangan Pemasaran: Pabrik Kerupuk di Bandung Produk: Tepung Tapioka Gambar I.2 Rencana Pengembangan Singkong Menjadi Tepung Tapioka PT. BBH 5

PT. BBH memiliki pertanian singkong di wilayah Sukabumi, dengan luas tanah yang terpakai untuk menanam singkong sebesar 14 hektar dengan jenis singkong Darul Hidayah. Singkong Darul Hidayah adalah singkong dengan varietas unggul dengan satu pohon singkong jenis ini bisa menghasilkan bobot 15-20 kg lebih berat dibanding singkong biasa yang hanya menghasilkan 2-5 kg. Dengan jenis singkong ini PT. BBH berencana untuk memproduksi tepung tapioka yang dilandasi oleh banyaknya jumlah permintaan akan tepung tapioka dipasaran, selain itu, PT. BBH mempunyai tujuan untuk mengolah singkong menjadi tepung tapioka agar produk singkong tersebut memiliki nilai jual yang tinggi. Menurut kementrian pertanian, harga jual tepung tapioka untuk tahun 2013 dikisaran harga Rp.5000-Rp.7000 per kilogramnya jauh lebih mahal dibanding harga jual singkong yaitu dikisar harga Rp.800-Rp.1.000 per kilogramnya. PT. BBH berkeinginan untuk membuka pabrik yang digunakan untuk memproduksi tepung tapioka dengan dasar bahwa tepunng memiliki nilai jjual yang lebih tinggi dibanding dengan hanya menjual singkong yang belum diolah, maka dari itu, diperlukannya suatu analisis kelayakan untuk pengembangan bisnis tepung tapioka. Analisis kelayakan ini bertujuan untuk mengetahui apakah bisnis tepung tapioka akan dapat terus berkembang dengan melihat dari beberapa aspek yang nantinya akan sangat berpengaruh pada perkembangan bisnis ini. Aspekaspek yang akan diteliti pada analisis kelayakan ini diantaranya aspek pasar, aspek teknis dan aspek finansial,. Aspek finansial dimana aspek finasial akan membahas keuntungan yang didapat perusahan dan bagaimana analisis sensitivitas yang terjadi jika ada perubahan-perubahan biaya dan juga akan melihat pada biaya dan manfaat pengembangan bisnis ini dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat menyeluruh (sosial ekonomi). Untuk aspek teknis akan membahas bagaimana proses produksi yang terjadi pada pabrik dan aspek lingkungan akan menbahas dampaknya terhadap lingkungan sekitar pabrik tersebut. Kemudian, aspek pasar akan membahas pasar-pasar yang akan dituju oleh perusahaan dan bagaimana strategi pemasaran yang cocok untuk bisnis tepung tapioka ini. Maka sudah selayaknya PT. BBH melakukan analisis kelayakan untuk melihat apakah bisnis tepung tapioka ini layak atau tidak untuk dijalankan. 6

I.2 Perumusan Masalah Inti dari permasalahan analisis kelayakan bisnis produk tepung tapioka bagi perusahaan PT. Biofuel Bigcassava Hidayah dapat dilihat dari beberapa aspek berikut ini: 1. Bagaimana kelayakan pasar pada bisnis tepung tapioka yang akan dijalankan oleh PT. Biofuel Bigcassava Hidayah? 2. Bagaimana kelayakan teknis pada bisnis tepung tapioka yang akan dijalankan oleh PT. Biofuel Bigcassava Hidayah? 3. Bagaimana kelayakan lingkungan pada bisnis tepung tapioka yang akan dijalankan oleh PT. Biofuel Bigcassava Hidayah? 4. Bagaimana kelayakan finansial dari rencana investasi bisnis tepung tapioka yanng akan dijalankan oleh PT. Biofuel Bigcassava Hidayah? 5. Bagaimana tingkat sensitivitas dan risiko bisnis tepung tapioka terhadap perubahan yang akan terjadi pada variabel variabel tertentu? I.3 Tujuan Penelitian Dengan rumusan masalah diatas yang menjadi dasar atas pembuatas tugas akhir ini, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mengidentiifikasi kondisi kelayakan pada aspek pasar dalam bisnis tepung tepung tapioka 2. Mengidentifikasi kondisi kelayakan pada aspek teknis dalam bisnis tepung tapioka. 3. Mengidentifikasi kondisi kelayakan pada aspek lingkungan dalam bisnis tepung tapioka. 4. Mengidentifikasi kondisi kelayakan pada aspek finansial dalam bisnis tepung tapioka. 5. Mengidentifikasi tingkat sensistivitas dan mengetatahui risiko-risiko yang terjadi dalam investasi bisnis tepung tapioka. I.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian adalah: 7

1. Membantu perusahaan untuk mengambil keputusan investasi dalam mengembangkan bisnis tepung tapioka. 2. Membantu perusahaan untuk mengatahui kelayakan pengembangan bisnis produk tepung tapioka berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek finansial. 3. Mengidentifikasi tingkat sensitivitas dan tingkat risiko bisnis tepung tapioka dari berbagai variabel. 4. Mengidentifikasi seberapa besar keuntungan yang akan didapat PT. Biofuel Bigcassava Hidayah dalam bsnis tepung tapioka. I.5 Batasan Penelitian Perlunya pembatasan masalah agar penelitian tidak terlalu luas dan menyimpang dari tujuan penelitian semula. Di bawah ini beberapa batasan yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Penelitian ini hanya dilakukan untuk wilayah Kota Bandung. 2. Inflasi dianggap tetap setiap tahun. 3. Pajak dan kondisi ekonomi lainnya dianggap tetap dan diambil untuk yang tahun 2014. 4. Aspek lingkungan hanya membahas cara pengolahan limbah dan jenis-jenis limbah yang dikeluarkan dari produksi tepung tapioka. I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini terdapat dasar teori yang berhubungan dengan penelitian analisis kelayakan yang akan dibahas. Tujuan dari bab ini adalah membentuk kerangka berpikir dan landasan teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan perancangan hasil 8

BAB III BAB IV BAB V BAB VI akhir serta berisi literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian sesuai tujuan dari permasalahan yang dibahas dan berfungsi sebagai kerangka utama untuk menjaga penelitian mencapai tujuan yang ditetapkan Pengumpulan dan Pengolahan Data Merupakan bagian dari tugas akhir yang menjelaskan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dalam penelitian ini. Analisis Merupakan bagian dari tugas akhir yang menjelaskan analisis yang dilakukan terhadap data-data yang telah didapatkan serta usulan perbaikan yang diberikan Kesimpulan dan Saran Merupakan bagian dari tugas akhir yang menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini. 9