BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

Sugiyarti Pendidikan Matematika-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Oktavia et al., Analisis Penyajian Pembelajaran...

2015 DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT UNTUK MENCAPAI LEVEL BERPIKIR GEOMETRI PENGELOMPOKKAN PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS LEVEL PERTANYAAN GEOMETRI BERDASARKAN TINGKATAN VAN HIELE PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMP KELAS VII

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

TEORI BELAJAR VAN HIELE

BAB II KAJIAN TEORI A.

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Deslyn Everina Simatupang, 2014

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE. Abdul Jabar dan Fahriza Noor. Kata Kunci: berpikir geometri, van hiele.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini sudah sangat pesat, hal

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI DENGAN TEORI VAN HIELE

2015 DESAIN DIDAKTIS KONSEP ASAS BLACK DAN PERPINDAHAN KALOR BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR SISWA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awinda, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI BANGUN RUANG SISI DATAR BERDASARKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

ANALISIS PROSES BERPIKIR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI VAN HIELE SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 PAREPARE

BAB I PENDAHULUAN. dalam matematika itu sendiri maupun dalam bidang-bidang yang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. sesuatu melalui akal dari hasil olahan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan. Pendidikan dapat diperoleh secara formal melalui sekolah atau

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Desain Didaktis Luas Daerah Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika SMP

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU no. 20 tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nia Kania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. matematika dikehidupan nyata. Selain itu, prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan mampu

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN. prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

BAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang wajib dipelajari di sekolah. Hal ini dikarenakan matematika memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam bidang pendidikan. NRC (National Research Council, 1989, hlm.1) menyebutkan bahwa Mathematics is the key to opportunity. No longer just the language of science, mathematics now contributes in direct and fundamental ways to business, finance, health and defense. (Matematika adalah kunci dari setiap kesempatan yang ada. Bukan hanya bahasa sains, matematika juga berkontribusi sebagai landasan dari bisnis, keuangan, kesehatan, dan pertahanan). Sejalan dengan hal tersebut, Tim MKPBM (2001, hlm.253) menyatakan bahwa: Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berpikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pada matematika diletakkan dasar bagaimana mengembangkan cara berpikir dan bertindak melalui aturan yang disebut dalil (dapat dibuktikan) dan aksioma (tanpa pembuktian). Selanjutnya dasar tersebut dianut dan digunakan oleh bidang studi atau ilmu lain. Hal ini menunjukkan bahwa matematika berperan luas terhadap segala bidang yang ada. Matematika berperan penting di segala aspek, karena matematika bukan hanya mengajarkan konsep-konsep yang dapat diterapkan di berbagai bidang, melainkan juga membangun pola pikir manusia itu sendiri. Salah satu cabang matematika yang sangat penting untuk dipelajari adalah geometri. Burger & Shaughnessy (Abdussakir, 2010) mendefinisikan geometri dari dua sudut pandang, yaitu: (1) Berdasarkan sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran, dan pemetaan; (2) Berdasarkan sudut pandang matematika,

2 geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem kordinat, vektor, dan transformasi. Geometri menempati posisi penting dalam kurikulum matematika karena memang sangat perlu untuk dipelajari. Usiskin (Abdusakir, 2010) mengungkapkan alasan mengapa geometri perlu untuk dipelajari, yaitu: 1. Geometri membantu manusia memiliki apresiasi yang utuh tentang dunianya 2. Eksplorasi geometrik dapat membantu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. 3. Geometri memainkan peranan utama dalam bidang matematika lainnya. 4. Geometri digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari. 5. Geometri penuh dengan tantangan dan menarik untuk diselesaikan. Sejalan dengan hal tersebut, The Royal Society/JMC (Jonas, 2002, hlm.124) menyatakan bahwa pembelajaran geometri bertujuan untuk: Mengembangkan kesadaran spasial, intuisi geometris dan kemampuan untuk memvisualisasikan; memberikan luasnya pengalaman geometris dalam 2 dan 3 dimensi; mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan dalam menggunakan sifat-sifat geometris dan teoremanya; mendorong pengembangan dan penggunaan hipotesis, penalaran deduktif dan bukti; mengembangkan keterampilan untuk menerapkan geometri melalui pemodelan dan pemecahan dalam konteks masalah dunia nyata; mengembangkan keterampilan TIK khususnya dalam konteks geometris; dan menimbulkan sikap positif terhadap matematika Berdasarkan apa yang telah dikemukakan, terlihat bahwa peran geometri sangat penting di jajaran studi matematika. Geometri bukan hanya bermanfaat bagi proses berpikir siswa, melainkan juga sangat mendukung banyak topik lain dalam matematika. Menurut Nopiana (2013, hlm.2), secara logis, geometri sekolah mempunyai peluang besar untuk dapat dipahami siswa dibandingkan cabang ilmu matematika lainnya. Hal ini dikarenakan pengenalan konsep dasar geometri sudah dikenal oleh siswa sejak usia dini, seperti bangun-bangun geometri. Namun, pada kenyataannya data menunjukkan bahwa hasil belajar geometri siswa masih rendah dan perlu

3 ditingkatkan. Pada TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) 2011 (TIMSS 2011 Mathematics Framework, 2011) yang diikuti oleh siswa SMP kelas VIII dari 42 negara, Indonesia menempati urutan 38 dengan perolehan skor 377 pada bidang geometri dimana skor tersebut termasuk ke dalam kelompok skor rendah (low bechmark). Skor Indonesia ini turun 18 poin dari penilaian tahun 2007. Hal ini menunjukan bahwa penguasaan konsep geometri siswa di Indonesia masih rendah sehingga masih kesulitan saat menyelesaikan masalah geometri. Yazdani (Nopiana, 2013:2) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat antara tingkat berpikir geometri dan prestasi belajar geometri siswa. Artinya, semakin tinggi tingkat berpikir geometri siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar geometri siswa tersebut. Oleh karena itu, apabila prestasi belajar geometri siswa masih rendah maka salah satu faktor yang paling mempengaruhi adalah level berpikir geometri siswa yang masih rendah pula. Teori yang menjelaskan tentang tingkat berpikir geometri siswa adalah teori van Hiele. Van Hiele mengurutkan kemampuan berpikir geometri ke dalam 5 level berpikir geometri. Kelima level tersebut adalah level 0 (visualisasi/pengenalan) yaitu level dimana siswa hanya dapat mengenal bentuk-bentuk geometri berdasarkan karakteristik visual dan penampakannya secara keseluruhan namun secara eksplisit tidak terfokus pada sifat-sifat objek yang diamati; level 1 (analisis) yaitu level dimana siswa sudah dapat menentukkan konsep dan sifat-sifat dari objek yang diamati; level 2 (pengurutan/deduksi informal) yaitu level dimana siswa siswa sudah dapat memahami definisi abstrak serta dapat menjelaskan hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun geometri, sehingga siswa dapat mengklasifikasikan bangun-bangun geometri sesuai dengan kesamaan definisi maupun sifat-sifatnya; Level 3 (deduksi) yaitu level dimana siswa mampu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus, serta sudah mulai memahami dalil dan menggunakan aksioma maupun postulat dalam membuktikan suatu konsep geometri; Level 4 (akurasi/rigor) yaitu level dimana siswa dapat menjelaskan nalar secara formal dalam sistem matematika, dapat menganalisis

4 aksioma dan definisi, serta dapat menjelaskan keterkaitan antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi, teorema. Hasil uji level berpikir geometri yang dilakukan oleh Nopriana (2013) pada siswa 49 siswa SMP kelas VII di kota Cirebon menunjukan bahwa level berpikir siswa SMP masih rendah. Sebanyak 83,7 % siswa belum mencapai level 1 (analisis). 69,4 % masih berada pada level 0 (pengenalan). Selain itu, hasil penelitian Sunardi (Kania dalam Nopiana, 2013, hlm.3) menyatakan bahwa dari 443 siswa SMP kelas IX yang diteliti terdapat 86,91% menyatakan bahwa persegi bukan merupakan persegi panjang dan 64,33% menyatakan bahwa belah ketupat bukan jajargenjang. Apabila disesuaikan dengan level berpikir geometri, siswa SMP kelas IX tersebut belum sampai pada level 2 (pengurutan). Hasil level berpikir geometri pada kedua penelitian tersebut tergolong rendah karena seharusnya siswa tingkat SMP berada pada level 2 (pengurutan). Hoffer (Abidin dan Abu, 2010) menyatakan bahwa level berpikir geometri siswa SMP sampai pada level 2 karena sebagian besar siswa SMP berada pada level tersebut. Berdasarkan paparan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk memudahkan siswa mempelajari geometri maka sangat penting untuk memperhatikan level berpikir geometri pada proses pembelajaran geometri. Yazdani (Nopiana, 2013, hlm.2) dalam penelitiannya merekomendasikan sekolah untuk mengembangkan kemampuan berpikir geometri siswa dalam mencapai keberhasilan prestasi geometri. Bobango (Abdussakir, 2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang menekankan pada tahap belajar van Hiele dapat membantu perencanaan pembelajaran dan memberikan hasil yang memuaskan. Namun sepertinya proses pembelajaran geometri pada umumnya belum memperhatikan level berpikir geometri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaid Zainal Abidin dan M. Salleh Abu dalam jurnalnya yang berjudul Allieviating Geometry Levels of Thinking among Indonesian Students Using van Hiele-Based Interactive Visual Tools, pada 52 guru menunjukan bahwa 98,1% menyatakan tidak mengetahui teori van Hiele. Selanjutnya 100% menyatakan tidak pernah

5 memperhatikan level berpikir siswa dalam belajar geometri berdasarkan teori van Hiele. Menurut Suryadi (2010, hlm.6), penyiapan bahan ajar pada umumnya hanya didasarkan pada model sajian yang tersedia dalam buku-buku acuan tanpa melalui proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Rekontekstualisasi dan repersonalisasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menggali dan mengkaji segala informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Hal inilah yang mengakibatkan penyiapan bahan ajar hanya mengikuti penjabaran materi yang ada pada buku teks sehingga proses pembelajaran menjadi kurang bermakna. Suryadi (2010, hlm.6) menyatakan bahwa jika pembelajaran hanya didasarkan atas pemahaman tekstual akan menghasilkan proses belajar matematika bersifat miskin makna dan konteks. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap 3 BSE (Buku Sekolah Elektronik) matematika kelas VIII yang diterbitkan oleh Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional) yang pada umumnya dipakai di sekolah, pada materi sifat-sifat bangun ruang sisi datar tidak ditemukan adanya kesimpulan yang menyatakan keterkaitan dari anggota bangun ruang sisi datar, yaitu keterkaitan antara prisma, prisma tegak, balok, kubus, limas, dan limas beraturan. Kesimpulan tersebut didapatkan setelah mengetahui kesamaan dan keterkaitan antara definisi dan sifatsifat bangun ruang yang satu dengan yang lainnya. Pada teori van Hiele, pembahasan mengenai keterkaitan beberapa bangun ruang sisi dasar tersebut berada pada level 2 (pengurutan). Hal tersebut menimbulkan dugaan bahwa penyampaian materi geometri pada buku teks matematika tidak mempertimbangkan level berpikir geometri siswa. Penyampaian materi hanya berfokus pada point-point penting dari suatu bahasan tanpa adanya kesimpulan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir geometri siswa pada level tertentu. Apabila penyiapan bahan ajar hanya didasarkan pada sajian yang ada pada buku-buku ajar saja tanpa dilakukan rekontekstualisasi dan repersonalisasi, maka guru tidak menyadari hakikat materi ajar serta alasan mengapa materi tersebut penting untuk disajikan yang diantaranya yaitu untuk

6 mengembangkan level berpikir geometri siswa dan berdampak pada tidak terjadinya peningkatan level berpikir geometri pada siswa. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya tingkat kesulitan materi geometri yang dipelajari siswa, semakin sulit pula siswa mempelajari materi geometri tersebut. Sehingga prestasi geometri siswa sulit untuk meningkat. Berdasarkan permasalah tersebut, maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran geometri. Salah satu ciri dari teori van hiele adalah kemajuan (Crowley. 1987:4), yaitu keberhasilan dari peningkatan level berpikir geometri lebih banyak dipengaruhi oleh metode dan isi pembelajaran daripada oleh usia. Hal tersebut menunjukan bahwa level berpikir siswa dapat berkembang apabila pengalaman belajar yang tercipta sudah mempertimbangkan level berpikir geometri. Adapun alternatif penyelasaian yang penulis pilih adalah dengan membuat desain didaktis yang terdapat dalam DDR (Didactical Design Research). Pada desain didaktis, guru diharuskan memprediksi berbagai respon siswa dari setiap situasi didaktis yang diciptakan serta membuat pula antisipasinya. Sehingga saat proses pembelajaran berlangsung, segala respon siswa yang muncul dapat diantisipasi dengan baik oleh guru dan pembelajaran berjalan sesuai rencana. Selain itu, dilakukan kegiatan repersonalisasi dan rekontekstualisasi sebelum membuat disain didaktis sehingga dapat memperluas pengetahuan guru dalam merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan alur berpikir siswa. Khususnya pada pembelajaran geometri, kegiatan repersonalisasi dan rekontekstualisasi dapat memperluas pengetahuan guru dalam merancang proses pembelajaran yang sesuai dengan level berpikir geometri siswa. Dengan pembuatan desain didaktis yang mempertimbangkan level berpikir geometri dalam setiap kegiatannya diharapkan dapat meningkatkan level berpikir geometri pada siswa. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Desain Didaktis Sifat-Sifat Bangun Ruang Sisi Datar untuk Meningkatkan Level Berpikir Geometri Siswa SMP.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Permasalahan apa saja yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang sisi datar? 2. Bagaimana bentuk desain didaktis awal berdasarkan identifikasi permasalahan yang terdapat pada pembelajaran sifat-sifat bangun ruang sisi datar? 3. Bagaimana implementasi desain didaktis awal ditinjau dari respon siswa yang muncul? 4. Bagaimana pembahasan hasil implementasi desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang sisi datar? 5. Bagaimana bentuk desain didaktis revisi sifat-sifat bangun ruang sisi datar berdasarkan analisis masalah pada hasil implementasi? 6. Bagaimana hasil level berpikir geometri siswa setelah implementasi desain didaktis? C. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka batasan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Penyusunan desain didaktis awal dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang sisi datar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mempertimbangkan level berpikir geometri siswa SMP dan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik kelas VIII. 2. Penyusunan desain didaktis revisi dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang sisi datar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) didasarkan hasil implementasi desain didaktis awal. 3. Level berpikir geometri siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII sampai pada level 2 (deduksi informal).

8 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang sisi datar 2. Mengetahui bentuk desain didaktis awal sifat-sifat bangun ruang sisi datar berdasarkan identifikasi permasalahan 3. Mengetahui implementasi desain didaktis awal ditinjau dari respon siswa yang muncul 4. Mengetahui pembahasan hasil implementasi desain didaktis awal berdasarkan analisis masalah 5. Mengetahui bentuk desain didaktis revisi sifat-sifat bangun ruang sisi datar berdasarkan analisis masalah pada hasil implementasi 6. Mengetahui hasil level berpikir geometri siswa setelah implementasi desain didaktis E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat lebih memahami dan menguasai sifat-sifat bangun ruang sisi datar dalam pembelajaran matematika. 2. Bagi guru, diharapkan menjadi motivasi untuk melakukan proses pembelajaran matematika berdasarkan karakteristik dan proses berpikir peserta didik. 3. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengetahui desain didaktis alternatif sifat-sifat bangun ruang sisi datar pada pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP).