BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tengah terjadi peningkatan jumlah remaja diberbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk remaja Indonesia sekitar 43,6 juta jiwa dengan rincian 22,3 juta jiwa kelompok umur 15-19 tahun dan 21,3 juta jiwa kelompok umur 20-24 tahun, maka sekarang ini telah mencapai lebih dari 44 juta jiwa yang mencakup sekitar 22% dari total penduduk, sayangnya, pengetahuan remaja mengenai masalah kesehatan reproduksi masih relatif rendah. Menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 hanya sekitar 46,1% remaja laki-laki yanng memiliki pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang perempuan hanya sekitar 43,1%. Sementara menurut Baseline Survey (1999) dapat diketahui bahwa hanya 55% dari total remaja kita yang mengetahui proses kehamilan dengan benar 42% mengetahui tentang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency syndrome (HIV/AIDS) dan hanya 24% mengetahui tentang Penyakit Menular Seksual (PMS). Minimnya pengetahuan remaja tentang KRR telah menimbulkan berbagai persoalan dikalangan remaja. Mulai dari soal narkoba, HIV/AIDS hingga hubungan seks pranikah (Sudarmi, 2008). Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang mendorong mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol dan diakui 1
eksistensinya. Disisi lain remaja mengalami ke tidak stabilan emosi sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia remaja, akibat pengaruh hormonal juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan mendadak, perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual menuju kesempurnaaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat rentan mengarah pada perilaku seksual pranikah (Muzayyanah, 2008). Di Indonesia hubungan seksual di luar nikah berdasarkan survey yang di lakukan oleh lembaga Demografi FEUI di 33 Provinsi pada tahun 2008 hasilnya 63% remaja di Indonesia usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Boyke Dian Nugraha Sp.OG dalam seminar sehari tentang kesehatan reproduksi remaja pada hari minggu 10 Februari 2008 dikota Semarang, bahwa prosentase remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah pada tahun 1980 sebanyak 8% pada tahun 2004 meningkat mencapai 38-40% (Darwisyah, 2008). Menurut data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah tahun 2010 remaja yang berhubungan seksual sebelum menikah sebanyak 863 orang, hamil sebelum menikah 452 orang, Infeksi menular seksual 283 orang, masturbasi 337 orang, aborsi 244 orang. Kasus ini meningkat dari tahun 2009 yang kasus remaja yang berhubungan seksual sebelum menikah 765 orang, hamil sebelum menikah 367 orang, infeksi 2
menular seksual 275 orang, Masturbasi 322 orang, aborsi 166 orang (Pilar, 2010). Perilaku seksual remaja juga tergambar dari survei yang dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah tahun 2010 dengan 99 responden siswa SMA disemarang. Didapatkan data berpegangan tangan 82,8%, berpelukan 68,7%, mencium pipi 64,6%, berciuman bibir 62,6%, saling meraba badan dan kelamin 32,3%, melakukan petting 20,2%, melakukan oral seks 8,1%, melakukan hubungan seks vagina 14,1%. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar (Soetjiningsih, 2007). Perilaku seksual remaja dapat disebabkan oleh rendahnya pengetahuan remaja tentang seks dan karena kurangnya informasi. Menurut hasil penelitian para dokter di Jakarta seperti yang dikutip oleh Dr. Boyke bahwa 10-12% remaja dijakarta pengetahuan seksnya sangat kurang (Yudana, 2009). Dampak dari perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) antara lain dampak psikologis yang sangat serius seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi. Semantara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja hamil di luar nikah, di samping itu tingkat putus sekolah remaja hamil yang sangat tinggi, hal ini disebabkan 3
rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid hamil di luar nikah, masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi rumit dan kompleks (Mu tadin, 2008). Bentuk bentuk berperilaku seksual umumnya bertahap di mulai dari tingkat yang kurang intim sampai berhubungan seksual, tahap-tahap perilaku seksual dapat dirinci sebagai berikut: berfantasi, masturbasi, meraba atau di raba daerah erogen (payudara, alat kelamin), mencium atau bersentuh pipi dan pipi, pipi dengan bibir, bibir dengan bibir, mencium leher, saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan berpakain, saling menempelkan alat kelamin dalam keadaan tanpa pakaian, hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004). Di SMA Islam Sultan Agung I Semarang di dapatkan data jumlah siswa dalam 3 tahun terakhir yang mengalami kehamilan diluar nikah sebanyak 4 (0,5%) siswi yang hamil diluar nikah dan semuanya dikeluarkan dari sekolah dan tidak menutup kemungkinan jumlah sebenarnya lebih dari itu, yang terjadi pada kelas XI. Saat ada razia ditiap kelas ditemukan juga situs porno yang berada di handphone siswa. Di SMA Islam Sultan Agung I Semarang terdapat kurikulum pendidikan seks tetapi tidak berdiri sendiri, diberikan melalui pelajaran biologi, beberapa materi yang diberikan yaitu reproduksi sehat, proses kehamilan, dan organ-organ reproduksi. Diberikan dikelas XI semester I. Dan pernah mendapatkan pendidikan tentang kesehatan reproduksi dari luar sekolah, namun hanya perwakilan dari tiap kelas. Sedangkan hasil wawancara 4
dengan beberapa siswa didapatkan bahwa sebagian besar siswa mengetahui tentang hubungan seks melalui Blue Film (BF), VCD porno, Internet, dan majalah - majalah porno. Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk meneliti di SMA tersebut dengan mengambil judul Gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik tentang seksual pranikah pada remaja kelas XI di SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik tentang seksual pranikah pada remaja kelas XI di SMA Islam Sultan Agung I Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktik tentang seksual pranikah pada remaja kelas XI di SMA Islam Sultan Agung I Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan karakteristik remaja meliputi umur dan jenis kelamin b. Mendiskripsikan pengetahuan remaja tentang seksual pranikah c. Mendiskripsikan sikap remaja tentang seksual pranikah d. Mendiskripsikan praktik seksual pranikah pada remaja 5
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Bidan Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan penyuluhan pada remaja disekolah khususnya mengenai kesehatan reproduksi. b. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk untuk melakukan penelitian lain tentang kesehatan reproduksi remaja. c. Bagi Program Studi DIII Kebidanan Sebagai masukan bagi Institusi pendidikan kebidanan untuk meningkatkan ilmu kesehatan reproduksi remaja khususnya pada pendidikan seksual bagi remaja. d. Bagi SMA Islam Sultan Agung I semarang Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan, sikap, dan praktik tentang seksual pranikah pada remaja di SMA Islam Sultan Agung I Semarang. Serta dapat digunakan acuan dalam melakukan upaya agar kejadian kehamilan diluar nikah pada siswi tidak terulang. e. Bagi Remaja Agar dapat memberikan informasi kepada remaja tentang perilaku seksual pranikah dan dampaknya sehingga menjadikan remaja dapat mencegah perilaku seksual pranikah. 6
2. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, terutama pentingnya remaja untuk menghindari perilaku seksual pranikah untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. 7