INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUT CROP DRILLING DI DAERAH KEBON TINGGI, KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN METODA OUT CROP DRILLING DI DAERAH PETAI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU.

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

MAKALAH PEMETAAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DI DAERAH TIGABINANGA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KARO, PROPINSI SUMATRA UTARA

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH LINTAS PROVINSI DAERAH KAMANG DAN SEKITARNYA, DI PERBATASAN KAB. SAWAHLUNTO SIJUNJUNG PROV. SUMATERA BARAT DAN KAB

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

By : Kohyar de Sonearth 2009

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

STRATIGRAFI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN LANJUTAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGASILAT DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Soleh Basuki Rahmat 1

EKSPLORASI BATUBARA DI DAERAH BABAT KAB. MUSI BANYUASIN DALAM RANGKA PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA SUMATERA SELATAN

S A R I. Oleh : Asep Suryana dkk Sub Direktorat Batubara, DIM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab II Geologi Regional II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL DAERAH OBI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

SURVAI TINJAU BATUBARA DAERAH KOTANEGARA KABUPATEN OKU, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGA DANGKAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Interpretasi Stratigrafi daerah Seram. Tabel 4.1. Korelasi sumur daerah Seram

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BATUBARA DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lapangan YTS adalah lapangn minyak yang terletak di Cekungan Sumatra

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

Struktur Geologi dan Sebaran Batubara daerah Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

EKSPLORASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DI DAERAH TALAWI, KOTAMADYA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATRA BARAT Oleh : Syufra Ilyas dan Dahlan Ibrahim.

Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

PENYELIDIKAN GEOFISIKA BATUBARA DENGAN METODA WELL LOGGING DI DAERAH MUSI BANYUASIN, MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN ( LEMBAR PETA

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

BAB III GEOLOGI UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH PAINAN, KABUPATEN PAINAN PROPINSI SUMATERA BARAT

EKPLORASI CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH HARUWAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TABALONG, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR

Bab II Geologi Regional

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II STRATIGRAFI REGIONAL

Robert L. Tobing, David P. Simatupang, M. A. Ibrahim, Dede I. Suhada Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DI DAERAH SUNGAIDAREH, KABUPATEN SAWAHLUNTO - SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATRA BARAT

Transkripsi:

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU Oleh : Deddy Amarullah dan Dede Ibnu Suhada Kelompok Program Penelitian Energi Fosil ABSTRAK Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggara 2006 Kelompok Kerja Energi Fosil telah melakukan inventarisasi bitumen padat dengan outcrop drilling didaerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara geografis daerah Muara Selaya terletak pada koordinat antara 0 0 00 00,00-0 0 07 00 Lintang Selatan dan 100 0 55 00 101 0 00 00 Bujur Timur. Secara geologi daerah Inventarisasi merupakan cekungan kecil tipe intra montane yang termasuk kedalam Peta Geologi lembar Solok (Silitonga P.H. dan Kastowo, 1995), dan merupakan salah satu bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Formasi yang dianggap sebagai pembawa bitumen padat adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang berumur Miosen Bawah, perlapisannya membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan batuan pada sayap sinklin bagian berkisar antara 4 o -85 o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian berkisar antara 15 o -75 o. Di beberapa tempat perlapisan tersebut mengalami pensesaran yang berarah -. Didaerah Inventarisasi terdapat 5 (lima) blok bitumen padat, di blok I pada sayap sinklin bagian terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m. Pada sayap bagian terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar antara 1,40 m 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m. Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin bagian sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian terdiri dari 2 (dua) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat untuk sayap sinklin bagian sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m 9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m. Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian hanya 1 (satu) lapisan, tebal total lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m. Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian, tebal total lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m. 1. PENDAHULUAN Dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kegiatan pendataan dan informasi sumberdaya energi, Pusat Sumberdaya Geologi Tahun Anggaran 2006 telah melakukan inventarisasi endapan bitumen padat dengan outcrop drilling di daerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Didaerah tersebut terdapat potensi sumberdaya bitumen padat yang mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi sumberdaya energi alternatif. Maksud dari inventarisasi ini adalah untuk mendapatkan data bitumen padat dengan melakukan beberapa outcrop drilling. Tujuan outcrop drilling adalah untuk mengetahui jumlah lapisan bitumen padat, ketebalan serta penyebarannya, yang pada akhirnya dapat membantu korelasi lapisan bitumen padat.

Selain itu juga untuk mengetahui kuantitas dan kualitas sumberdaya bitumen padat di daerah tersebut di atas. Daerah inventarisasi termasuk dalam wilayah Desa Muara Selaya, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara geografis daerah ini terletak diantara koordinat 0 0 00 00,00-0 0 07 00 Lintang Selatan dan 100 0 55 00 101 0 00 00 Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak sekitar 60 km. sebelah Pekanbaru. 2. GEOLOGI UMUM Daerah Inventarisasi termasuk dalam Peta Geologi Lembar Solok yang disusun oleh Silitonga P.H. dan Kastowo (1995). Berdasarkan kerangka tektonik Cekungan Sedimen Tersier Indonesia bagian Barat (Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975) Peta Geologi Lembar Solok merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa sub cekungan. Daerah Inventarisasi merupakan sub cekungan kecil yang termasuk dalam kelompok Cekungan Intra Montane (Sub Cekungan Sumatera Tengah) yang dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar. Menurut Mertosono dan Nayoan (1974) sedimentasi Cekungan Sumatera Tengah dimulai pada Paleogen, yang dicirikan oleh batulempung, serpih karbonan, batupasir halus dan batulanau yang diendapkan pada lingkungan fluvio - lacustrine - paludal, disebut sebagai Formasi Pematang. Selanjutnya pada Awal Miosen terjadi fase transgresi yang dicirikan oleh batupasir, serpih, batulanau, batubara dan gamping yang diendapkan dalam lingkungan fluvial channel hingga laut terbuka, disebut sebagai Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa. Fase regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio Plistosen, dicirikan oleh serpih berwarna abuabu kehijau-hijauan dan batupasir yang disebut Formasi Petani, diendapkan dalam lingkungan payau ( brackish ). Pola tektonik Sumatera Tengah dicirikan oleh struktur-struktur horst & graben atau sesar bongkah dan sesar geser (Mertosono & Nayoan, 1974). Sistim Sesar Bongkah yang berarah Baratlaut-Tenggara membentuk deretan horst & graben yang mengendalikan pola pengendapan sedimen Tersier Awal. 3. GEOLOGI DAERAH INVENTARISASI Berdasarkan aspek morfologi daerah inventarisasi dapat dipisahkan menjadi satuan morfologi perbukitan berlereng landai dan satuan morfologi perbukitan berlereng sedang. Satuan morfologi berlereng landai menempati bagian tengah daerah inventarisasi, ketinggian satuan ini berkisar antara 100 m - 200 m diatas permukaan laut, pola pengalirannya adalah sub trellis. Litologi yang menyusun morfologi satuan ini umumnya adalah batuan sedimen berumur Tersier. Satuan morfologi berlereng sedang mengelilingi perbukitan berlereng landai, ketinggian satuan ini berkisar antara 100 m - 350 m, pola pengalirannya adalah trellis. Litologi yang menyusun morfologi satuan ini umumnya adalah batuan berumur Pra Tersier. Daerah Muara Selaya merupakan suatu cekungan kecil yang disusun oleh batuan berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai batuan dasar dan batuan berumur Tersier, urutan stratigrafi dari bawah ke atas adalah sebagai berikut. Batuan Pra Tersier Anggota Bawah Formasi Kuantan terdiri dari kuarsit dan batupasir sisipan filit, batusabak, serpih, batuan gunungapi, tuf klorit, konglomerat dan rijang. tersebar di bagian daerah inventarisasi, yaitu disekitar daerah Ludai. Anggota Batugamping Formasi Kuantan terdiri dari batugamping, batusabak, filit, serpih terkersikan dan kuarsit, tersingkap di S. Batukuda. Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan terdiri dari serpih, filit sisipan batusabak, kuarsit, batulanau, rijang dan aliran lava, tersingkap di bagian hulu S. Lengkuas. Umur Formasi Kuantan adalah Perm sampai Karbon (Silitonga PH dan Kastowo, 1995). Batuan Tersier Anggota Bawah Formasi Telisa yang dianggap mengandung endapan bitumen padat terdiri dari batulempung, batulanau, batubara, serpih dan batupasir, berumur Miosen Bawah. Anggota Atas Formasi Telisa terletak selaras diatas Anggota Bawah Formasi Telisa, terdiri dari serpih dan batugamping napalan sisipan tuf andesit, berumur Miosen tengah. Anggota Bawah Formasi Palembang terletak selaras diatas Anggota Atas Formasi Telisa, terdiri

dari batulempung dengan sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan, berumur Miosen Atas. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran jurus kemiringan lapisan batuan di lapangan, daerah inventarisasi membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlauttenggara. Kemiringan lapisan batuan pada sayap sinklin bagian berkisar antara 4 o -85 o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian berkisar antara 15 o - 75 o. Besar sudut kemiringan yang sangat bervariasi pada beberapa singkapan yang jaraknya berdekatan mencirikan bahwa didaerah inventarisasi telah terjadi pensesaran. Dari hasil rekonstruksi singkapan-singkapan yang ditemukan diperkirakan terdapat tiga sesar yang berarah -. 4. BITUMEN PADAT Dari hasil pemetaan geologi ditemukan sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5 (lima) lubang bor. Didaerah inventarisasi terdapat 5 blok singkapan, yaitu Blok I terletak dibagian baratlaut atau sekitar S. Danau, Blok II terletak sebelah tenggara Blok I, Blok III terletak sebelah tenggara Blok II, Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III dan Blok V terletak dibagian tenggara daerah inventarisasi (lihat peta geologi dan sebaran bitumen padat). Berdasarkan data singkapan dan pemboran terdapat banyak lapisan batuan yang dianggap sebagai bitumen padat, yaitu coaly shale, coaly, shale, carbonaceous shale, carbonaceous dan. Walaupun (batubara kusam) dianggap sebagai bitumen padat tetapi tidak dijadikan target utama karena didaerah ini juga telah dilakukan inventarisasi batubara secara tersendiri, oleh karena itu khusus untuk batubara tidak diambil sampelnya. Bitumen padat didaerah Muara Selaya membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Bitumen padat di blok I pada sayap sinklin bagian sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300m. Pada sayap bagian terdiri dari 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar antara 1,40 m 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m. Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian sebanyak 1 (satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Pada sayap sinklin bagian sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian terdiri dari 2 (dua) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Pada sayap sinklin bagian terdiri dari 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m 9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m. Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus sekitar 200 m. Pada sayap sinklin bagian hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m. Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian, tebal lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m. Jumlah lapisan batuan yang dianggap sebagai bitumen padat didaerah Muara Selaya cukup melimpah, namun kandungan minyak dari lapisan-lapisan tersebut belum diketahui. Sebaran lapisan-lapisan tersebut tidak terlalu luas karena cekungan yang dianggap sebagai wadah formasi pembawa bitumen padat hanya merupakan cekungan kecil. Lokasi daerah inventarisasi masih agak sulit untuk dicapai karena jalan masuk dari Lipat Kain yang jaraknya sekitar 50 km masih merupakan jalan tanah yang sebagian sudah diperkeras, dan masih banyak jembatanjembatan yang kondisinya tidak sesuai untuk dilalui kendaraan roda empat, terutama antara Muara Selaya dengan Durian Tumbang. Lapisan bitumen padat yang ditemukan didaerah Muara Selaya cukup banyak, tetapi sebarannya tidak terlalu luas, sehingga sumberdayanya juga diperkirakan tidak akan besar, selain itu kandungan minyaknya belum diketahui. Hal ini akan berpengaruh terhadap nilai ekonomisnya, jadi untuk menjawab apakah bitumen padat daerah Muara Selaya bisa dimanfaatkan atau tidak tergantung pada kandungan minyak, sumberdaya dan akses jalan.

Berhubung kandungan minyak pada bitumen padat daerah Muara Selaya belum diketahui, maka prospek pemanfaatan dan pengembangannya belum bisa dibahas. 4. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut 1. Daerah Muara Selaya merupakan suatu cekungan kecil yang disusun oleh batuan berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai batuan dasar dan batuan berumur Tersier. 2. Anggota Bawah Formasi Telisa, dianggap sebagai formasi yang mengandung endapan bitumen padat terdiri dari batulempung, batulanau, batubara, serpih dan batupasir, berumur Miosen Bawah. 3. Didaerah Inventarisasi, Anggota Bawah Formasi Telisa membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. 4. Kemiringan lapisan batuan pada sayap sinklin bagian berkisar antara 4 o - 85 o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian berkisar antara 15 o -75 o. Besar sudut kemiringan yang sangat bervariasi pada beberapa singkapan yang jaraknya berdekatan mencirikan bahwa didaerah inventarisasi telah terjadi pensesaran. Dari hasil rekonstruksi singkapan-singkapan yang ditemukan diperkirakan terdapat tiga sesar yang berarah -. 5.Dari hasil pemetaan geologi ditemukan sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5 (lima) lubang bor. 6.Singkapan yang terdapat didaerah inventarisasi ditemukan secara berkelompok, oleh karena itu pembahasannya juga dikelompokan menjadi 5 kelompok atau blok. Blok I terletak dibagian baratlaut atau sekitar S. Danau, Blok II terletak sebelah tenggara Blok I, Blok III terletak sebelah tenggara Blok II, Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III dan Blok V terletak dibagian tenggara daerah inventarisasi. 7. Endapan yang dianggap sebagai bitumen padat didaerah Muara Selaya adalah sebagai berikut Di blok I pada sayap sinklin bagian terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya antara 0,20 m 8,55 m, sebaran kearah jurus ekitar 300 m. Pada sayap bagian terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya antara 1,40 m 2,85 m, sebaran kearah jurus sekitar 250 m. Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin bagian sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian sebanyak 2 (dua) lapisan, tebalnya antara 0,30 m 3,90 m, sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan antara 0,30 m 9,25 m, sebaran kearah jurus sekitar 400 m. Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 7,60 m, sebaran kearah jurus sekitar 400 m. Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian, tebal total lapisan sekitar 4,00 m, sebaran kearah jurus sekitar 300 m.

DAFTAR PUSTAKA - Amarullah D., 2001 : Penyelidikan Pendahuluan Bitumen Padat didaerah Tangko Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, DIM, Laporan. - Ari Dinarna T., 2004 : Inventarisasi dan Evaluasi Endapan Bitumen Padat Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Kampar, Prov. Riau, DIM, Laporan. - De Coster G.L., 1974 : The Geology of Central Sumatera Basins, Proceeding Indonesian Petroleum Assoc., 4 th Annual Convention. - Koesoemadinata R.P. & Hardjono, 1977 :Kerangka SedimenterEndapan Batubara Tersier Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke VI, IAGI. - Koesoemadinata R.P. & Pulunggono A., 1975 : Geology of The Shouthern Sunda in reference to the tectonic framework of Tertiary sedimentary basins of Western Indonesia, IAGI, Vol.2. - Mertosono S. & Nayoan G.A.S., 1974 : The Tertiary Basinal area of Central Sumatera, Proceeding Indenesian Petroleum Assoc., 3 rd Annual Convention. - Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera, Peta Geologi bersistem Sumatera, PPPG, Bandung. TERSIER MIOSEN UMUR AKHIR Tabel 1. Stratigrafi Daerah Muara Selaya (sumber : Silitonga & Kastowo,1995) FORMASI & ANGGOTA Anggota Bawah F.Palembang PEMERIAN Batulempung sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan TENGAH Anggota Atas F.Telisa Serpih,batugamping napalan sisipan tuf andesit AWAL OLIGOSEN EOSEN Anggota Bawah F.Telisa Batulempung, batulanau, batubara, serpih dan batupasir TRIAS PERM KARBON Anggota Filit & Serpih F. Kuantan Anggota Btgamping F.Kuantan Anggota Bawah F.Kuantan Angota Filit &serpih terdiri dari serpih,filit sisipan slate,kuarsit,batulanau,rijang &lava Anggota Btgamping terdiri dari btgamping,slate, kuarsit,serpih terkersikan Anggota Bawah terdiri dari kuarsit, batupasir,filit, slate,tuf klorit,serpih,rijang

Blok I Jumlah Lapisan 8 4 Nomor Lapisan Tabel 2. Endapan Bitumen Padat Daerah Muara Selaya Jenis Bitumen Padat Tebal lapisan (m) Panjang Sebaran (m) I-1TL Dull coal > 0,20 100 I-2TL Coaly shale sisipan dull 1,85 300 coal I-3TL Dull coal,coaly shale & coaly 8,55 300 I-4TL Coaly & 3,50 300 I-5TL Dull coal 0,60 100 I-6TL Carbonaceous >1,00 300 I-7TL Coaly shale 0,30 100 I-8TL coaly shale 1,10 300 I-1BD Coaly shale & 1,40 250 I-2BD Coaly shale & 2,85 250 I-3BD Coaly shale 2,20 250 I-4BD Coaly shale 2,10 250 II 1 II-1TL Coaly 2,55 150 1 II-1BD coaly >1,20 150 III-1TL Coaly shale 0,30 100 Carb.shale, III 2 III-2TL coaly shale, 3,50 150,carb III-1BD Coaly shale 1,49 400 III-2BD Dull coal 0,80 100 III-3BD Dull coal 0,40 100 III-4BD Coaly shale, 2,53 400 Coaly shale, III 8 III-5BD, carb 2,65 100 III-6BD Dull coal 0,35 100 III-7BD Dull coal 0,35 100 III-8BD Coaly shale & 9,25 400 IV 1 IV-1TL coaly shla 2,80 200 1 IV-1BD coaly shla 7,60 400 V 1 V-1TL coaly shla 4,10 300 Keterangan