BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik yang mengalamipeningkatan prevalensi setiap tahunnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. seumur hidup. Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

rumah sakit. Selain hal tersebut, pasien juga dapat mengalami resistensi terhadap obat tertentu (Hayers dkk., 2009). Seperti halnya diagnosa suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit masyarakat serta andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dibutuhkan atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang DM (Diabetes Melitus) atau kencing manis merupakan salah satu penyakit kronik yang mengalamipeningkatan prevalensi setiap tahunnya. International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012 menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20 79 tahun mengalami diabetes. Indonesia menduduki peringkat ke 7 di dunia dengan penderita mencapai 8.5 juta orang (World Health Organization [WHO], 2013). Data terbaru di tahun 2015 yang ditunjukan oleh Perkumpulan Endokrinologi (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia sudah mencapai 9,1 juta orang yang meningkat dari tahun 2014 yaitu sebanyak 8,5 juta orang. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan DM dari tahun ke tahun. Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi penderita DM dengan diagnosa dan gejala sebesar 1,2%, sedangkan pada tahun 2013 prevalensi diabetes melitus meningkat menjadi 1,8 %. Data ini menunjukkan penderita DM semakin meningkat di Sumatera Barat meskipun pada tahun 2013 prevalensi DM sudah berada dibawah prevalensi nasional. 1

2 Menurut IDF (2015) DM adalah penyakit kronik yang terjadi saat pankreas tidak bisa lagi memproduksi insulin, atau saat tubuh tidak dapat menggunakan dengan baik insulin yang diproduksi.terdapat empat macam klasifikasi DM yaitu DM tipe 1 (diabetes tergantung insulin), DMtipe 2 (diabetes tidak tergantung insulin),dm gestasional yaitu DM yang terjadi selama masa kehamilan, dan DM tipe lain yang diakibatkan infeksi virus, pembedahan dsb.kurang-lebih 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes tipe II (Smeltzer & Bare, 2002). DM tipe 2merupakan gangguan metabolik dimana insulin ada namun jumlah nya tidak dapat mencukupi atau reseptor insulin tidak dapat berespon terhadap insulin (Lewis, 2004). Pada klien dengan DM terdapat tiga gejala klasik yakni, polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum) dan polyphagia (banyak makan). Selain itu terdapat beberapa gejala lain seperti sering mengantuk, gatal gatal terutama di daerah kemaluan, pandangan mata kabur, mati rasa atau rasa sakit pada bagian tubuh bagian bawah, infeksi kulit, cepat naik darah, sangat lemah atau cepat lelah, dan mual muntah (Novitasari, 2012). Sifat alamiah dari penyakit dapat mencegah individu untuk mendapatkan istirahat yang cukup (Potter & Perry, 2005). Pasien dengan kondisi penyakit kronik seperti DM akan lebih sering mengalami insomnia. Beberapa penelitian menunjukan satu dari tiga pasien DM tipe 2 mengalami gangguan tidur (Surani S et al, 2014).Hasil penelitian Bing- Qian Zhu et al (2014) menemukan bahwa insidensi kejadian

3 gangguantidur pada penderita DM tipe 2adalah sebesar 47,1% yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.selain itu hasil penelitian Faith Set al(2008) tentang kualitas tidur dan kualitas hidup pada dewasa dengan DM tipe 2 juga menemukan 55% partisipan mengalami kualitas tidur yang buruk. Nokturia merupakan penyebab tersering gangguan tidur pada penderita DM. Penelitian yang dilakukan di Australia dengan 74 pasien DM tipe 2 menunjukan bahwa terdapat hubungan nokturia dengan gangguan tidur (Lamond N et al, 2000 dalam Surani S et al, 2014).Munculnya nokturia pada pasien DM berhubungan dengan gejala polyuria. Nokturia didefenisikan dengan terbangun di malam hari untuk buang air kecildanberpengaruh secara klinis apabila muncul dua kali atau lebih per malam (Surani S et al, 2014). Sekitar 61% penyebab penderita DM type 2 terbangun di malam hariuntuk buang air kecil (nokturia), sedangkan 28% mengeluh nyeri yang menyebabkan tidurnya terganggu (Faith et al, 2008). Gangguan gangguan tidur yang terjadi pada penderita DM akan menyebabkan penurunan pada kualitas tidurnya. Kualitas tidur adalah sebuah kepuasan dari pengalaman tidur, yang berintegrasi pada aspek tidur permulaan, pengaturan tidur, kuantitas tidur dan perasaan segar saat bangun tidur (National Sleep Foundation[NSF], 2016). Menurut DeLaune & Ladner (2002) dalam Arifin (2011), kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan motorik,

4 penurunan produktivitas, perubahan mood, penurunan daya ingat, disorientasi serta adanya keluhan fatigue sehingga dapat mempengaruhi kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari hari. Selain itu hasil penelitian Spiegel et al (1999) dalam Vanessa et al (2008) menemukan bahwa kurangnya tidur meningkatkan level cortisol di malam hari dengan mengaktivasi hypotalamus pituitary- adrenalaxis, sehingga merusak toleransi glukosa yang pada akhirnya menimbulkan resistensi insulin. Hal ini akan memperburuk onset penyakit dan memperlama proses penyembuhan DM sehinggaberdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan penderita baik fisik, psikologis maupun sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Peian lou et al(2014) menunjukkan bahwa 33,6% dari 944 partisipan DM tipe 2 mengalami gangguan tidur yang menyebabkan penurunan kualitas tidur dan hal inisecara signifikan berhubungan dengan rendahnya kualitas hidup(or: 3.67, 95% CI: 1.30 10.33, p< 0.001). Selain itu, penelitian Vanessa Vieira et al (2008) juga menemukan bahwa kualitas tidur memberikan dampak yang signifikan terhadap persepsi kualitas hidup penderita DM (p <0.005). Kualitas hidup menurut polonsky (2000) dalam Yusra (2010) didefenisikan sebagai perasaan individu tentang kesejahteraannya dalam area yang luas meliputi fungsi fisik, fungsi psikologis dan fungsi sosial.penelitian yang dilakukan oleh Ana Spasic et al (2014) menunjukan bahwa orang yang menderita DM tipe 2 memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dalam semua aspek dibandingkan orang yang tidak menderita

5 diabetes. Selain itu hasil studi yang dilakukan di Iran oleh Javanbakht et altahun 2012 juga mengindikasikan bahwa pasien yang menderita DM memiliki kualitas hidup yang buruk. Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pakis Kota Surabaya pada bulan Juni 2010 dengan 46 responden, yang bertujuan untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita DM dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa umur, olahraga, pengetahuan, kepatuhan berobat, dukungan keluarga dan waktu tidur merupakan faktor faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup penderita DM (Novfitri, 2015). Penelitian Faith, S et al (2008) juga menemukan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita DM tipe 2 yaitu durasi terkena diabetes, depresi, komplikasi dan penggunaan insulin.selain itu, Peian Lou et al (2014) juga menemukan faktor faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu lama durasi terkena diabetes, komplikasi, kontrol gula darah yang rendah, menderita depresi, ansietas serta kualitas tidur yang buruk. Setiap kenaikan satu poin dalam gangguan tidur, makaakan meningkatkan 3 kali lipat resiko kualitas hidup yang buruk(or:3.89, 95% CI:2.81 5.39, p< 0.001). Kota Padang merupakan ibukota provinsi Sumatera Barat, dimana memiliki jumlah penduduk yang cukup besar sehingga menyebabkan tingginya angka kejadian berbagai macam penyakit termasuk DM. Untuk itu dibutuhkan penanganan dan pelayanan kesehatan yang memadai.

6 Puskesmassebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehalibitatif di masyarakatmemiliki peran yang sangat besar. Hal ini juga dikarenakan semua tindakan pelayanan kesehatan tingkat pertama dilakukan di puskesmas. Selain itu puskesmas juga berperan dalammenganalisa dan mendata angka kesakitan pada suatu lingkup wilayah serta melakukan upaya perkesmas dan pembinaan kader kader kesehatan di masyarakat (Departemen Kesehatan [Depkes], 2013) Data Laporan Tahunan Dinas Kota Padang tahun 2014 menunjukan bahwa puskesmas Pauh merupakan puskesmas kedua terbesar dengan kasus DM tertinggi di kota Padang setelah puskesmas Andalas. Menurutdata laporan tahunan puskesmas Pauh, terdapat adanya kenaikan jumlah kasus DM dari tahun 2014 yaitu sebanyak 235 kasus, sedangkan tahun 2015 sebanyak 250 kasus. Data ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan angka kejadian DM di Pauh dari tahun ke tahun.namun, angka kematian penderita DM di puskesmas Pauh pada tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan puskesmas Andalas yakni sebanyak 17 orang, sedangkan puskesmas Andalas hanya sebanyak 7 orang. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 Maret 2016terhadap 10 penderita DM tipe 2di wilayah kerja Puskesmas Pauh di temukan rata-rata pasien DM tipe 2mengalami gangguan tidur akibat sering buang air kecil di tengah malam dengan frekuensi 3-4 kali dan merasa kebas pada ekstremitas serta nyeri sehingga kadang hanya dapat tidur 2-4 jam saja,hal

7 ini menyebabkan saat bangun tidur penderita merasa kurang bugar dan fit. 4 diantaranya mengatakan sulit untuk memulai tidur. 1 diantaranya pernah menggunakan obat tidur untuk mengatasi kesulitan tidur.5 diantaranya mengatakan sudah bosan untuk kontrol ke puskesmas karena hanya menghabiskan waktu, biaya dan membebani keluarga. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengankualitas hidup pasien DM tipe 2di wilayah kerja Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2016. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara kualitas tidur dengan kualitas hidup pasien dengan DM tipe 2di wilayah kerja Puskesmas Pauh kota Padang tahun 2016 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya distribusi frekuensi kualitas tidur pada penderita DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Pauh kota padang tahun 2016 b. Diketahuinya distribusi frekuensi kualitas hidup pada penderita DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Pauh kota padang tahun 2016

8 c. Diketahuinya hubungan kualitas tidur dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2di wilayah kerja puskesmas Pauh kota padang tahun 2016 3. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut. a. Bagi Puskesmas Pauh Padang Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau dasar dalam memberikan pelayanan keperawatan, khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada masyarakat yang terkena Diabetes Melitus dimana banyak sekali komplikasi dan akibat yang ditimbulkan sehingga mengganggu semua aspek kehidupan termasuk tidur yang seperti kita tahu adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang jika tidak terpenuhi akan berakibat buruk terhadap kehidupannya. b. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan informasi serta meningkat wawasan ilmu pengetahuan pembaca khususnya Profesi Keperawatan baik dalam dalam memajukan praktik profesi keperawatan di rumah sakit, di komunitas, dan dalam penelitian. Selanjutnya untuk membantu, mengelola, dan memajukan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif tentang pentingnya memerhatikan kualitas tidur yang biasanya bermasalah pada

9 penderita DM tipe 2 dengan hubungan nya pada kualitas hidup khususnya di bidang Profesi Keperawatan Jiwa. c. Bagi Peneliti Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan acuan dan menambah khasanah ilmu khususnya di bidang keperawatan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang berfokus pada aspek fisik seperti efektifitas tidur yang nantinya akan berpengaruh pada kualitas hidupnya.