BAB III ELABORASI TEMA. Tema yang diambil dalam proyek ini adalah Arsitektur Komunitas Religius.

dokumen-dokumen yang mirip
PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

BAB V KAJIAN PUSTAKA. Pekalongan ini adalah arsitektur humanis. Latar belakang penekanan/

BIARA KATOLIK ORDO TRAPPIST DI PURWOREJO

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

BAB I PENDAHULUAN. lebih khusus akan ditinjau adalah sejumlah bangunan peribadatan dari Gereja. maupun relokasi (pembangunan bangunan baru).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR DIAGRAM... x

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I. PENDAHULUAN. Dalam Gereja Katolik ada berbagai macam tarekat hidup bakti (yang

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122

TUGAS AKHIR 135. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. LEMBAR PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... ii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR... iii. KATA PENGANTAR...

International Fash on Institute di Jakarta

bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lainnya

- BAB III - TINJAUAN KHUSUS

BAB II DESKRIPSI PROYEK. Pengertian judul ini dimaksudkan memberikan gambaran umum terhadap

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM. Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR MINIMALIS ZEN TADAO ANDO PADA BANGUNAN CHURCH OF THE LIGHT

Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB VI LANDASAN TEORI

DESAIN INTERIOR I One Room Apartment

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

Deretan kolom yang menunjukkan ritme bersemangat. Gambar 5 Aplikasi ritme bersemangat pada sebuah bangunan. Sumber: Dokumentasi dari internet

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dibandingkan dengan perancangan bangunan tempat ibadah pada masa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai bagian dari warga negara. berguna untuk pekerjaan dalam jangka panjang.

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya.

Suster-suster Notre Dame

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

b e r n u a n s a h i jau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KAJIAN TEORI. Menurut Frick (1997), Ekologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu yang. mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

Rumah Retret Kaum Muda di Tuntang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

TEORI ARSITEKTUR 1 CIRI VISUAL BENTUK. dosen penanggung jawab: Hamdil Khaliesh, ST.

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

BAB Il TINJAUAN UMUM. : 6,5 dari tepi jalan alam sentosa di hadapan tapak. : Gereja dan Hunian terdiri dari Imam lanjut usia,

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

RUMAH RETRET KATHOLIK DI AMBARAWA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KARYA YB. MANGUNWIJAYA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

PENGEMBANGAN GOA MARIA KALIORI BANYUMAS SEBAGAI KAWASAN DOA UMAT KATOLIK DENGAN PENDEKATAN KONSEP TAMAN (Penekanan desain arsitektur organik)

BAB III TINJAUAN TEMA

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

KATA PENGANTAR. Penyusun

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

Hotel Resort Di Gunungkidul

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi sistem sosial dan. kepentingan bersama, karena terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III ELABORASI TEMA

Transkripsi:

BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Latar Belakang Tema yang diambil dalam proyek ini adalah Arsitektur Komunitas Religius. Alasan dari pemilihan tema ini adalah adanya bermacam-macam kebutuhan dari suatu komunitas religius. Menurut Prashkov, L., E. Bakalova dan S. Boyagjiey (1990), dari bukunya Monasteries, kegiatan yang terdapat di komunitas religius seminari dapat dibagi menjadi: kegiatan religius (ibadat, meditasi, upacara dan perayaan), dan kegiatan sekular (makan, berbicara, interaksi antar anggota). Dari kebutuhan tersebut, tampak dua jenis kegiatan yang ada dalam komunitas religius yaitu: kegiatan yang memerlukan suasana privat dan meditasi, dan kegiatan bersama dengan komunitas. Setiap kegiatan tersebut memerlukan pemisahan yang jelas, sehingga tidak menggangu satu sama lainnya, dan keharmonisan kehidupan religius tetap utuh. 3.2 Pengertian Tema Pengertian dari tema yang diambil yaitu Arsitektur Komunitas Religius, adalah arsitektur yang dapat mendukung kebutuhan suatu komunitas religius dengan memperhatikan karakteristik komunitas religius tersebut. Dalam proyek ini, komunitas religius yang dimaksudkan adalah Ordo Salib Suci, yang merupakan suatu kelompok komunitas religius dalam agama Katolik.Karakteristik dari komunitas religius dapat diperhatikan pada penjelasan berikut ini. 23

24 3.2.1 Karakteristik Komunitas Religius (OSC) Institusi atau yang lebih dikenal dengan sebutan tarekat, ordo atau kongregasi, adalah kelompok komunitas sosial khusus dalam gereja Katolik. Anggota-anggotanya terdiri dari kaum religius yang mengikrarkan kaul: kemiskinan, selibat, dan ketaatan. Mereka hidup dalam komunitas sosial sesuai dengan tata cara dan konstitusi masing-masing kongregasi, yang telah disetujui oleh otoritas gereja Katolik. Dalam hal ini, komunitas religius OSC memiliki beberapa aturan-aturan yang mendasari cara hidup mereka. Hal-hal tersebut membuat komunitas OSC memilik karakteristik sebagai berikut: Religius Hal ini diekspresikan dalam kegiatan sehari-hari dengan doa, merayakan misa, spiritualitas batin dan perayaan liturgy lainnya. Meditatif dan Kontemplatif Dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritualitas tiap anggota untuk istirahat, hening, belajar, berdoa dan intropeksi diri. Kebersamaan Hal ini ditampilkan dengan kegiatan-kegiatan yang mendukung interaksi antar anggotanya. Generous Hospiltality Memberikan keramahan dan penerimaan terhadap semua orang atau tamu yang datang sebagai cara untuk memenuhi tugas social mereka.

25 3.2.2 Interperstasi Tema Berdasarkan karakteristik dari komunitas religius yang telah disebutkan, berikut ini adalah tinjauan teori beserta interpretasinya dalam arsitektur dari tiap karakteristik yang ada. 1. Religius Diambil dari buku Francis D.K.Ching (1979) yaitu Architecture; Form, Space and Order. Dalam kehidupan religius agama katolik,terdapat nilai-nilai yang ada dapat diterapkan dalam bentuk dan ruang arsitektur, lewat kandungankandungan simbolik dari arsitektur tersebut. Simbologi arsitektur dapat ditampilkan melalui aspek-aspek sebagai berikut: Hirarki Pada setiap kasus, bentuk atau ruang yang memiliki keutamaan hirarkis dibuat bermakna dan menonjol dengan mengecualikannya dari norma yang ada, suatu anomali di dalam pola yang teratur. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan: Ukuran yang luar biasa Wujud yang unik Lokasi yang startegi pada suatu bentuk

26 Gambar.7 Kuil Taihe Dian diletakkan di posisi tinggi untuk menunjukkan sesuatu yang suci (sumber: D.K.Ching, Francis (1996), Architecture; Form, Space and Order) Bentuk Bentuk dalam arsitektur dapat menampilkan suatu simbol tertentu. Dalam kehidupan religius, bentuk-bentuk yang simbolik antara lain bentuk melengkung atau setengah lingkaran yang disimbolkan sebagai langit (Tuhan). Selain itu, bentuk yang meruncing ke atas dapat berdiri sebagai lambing nilai atau tujuan kehidupan religius. Gambar.8 Koridor pada biara Rila

27 Skala Dari ketiga dimensi sebuah ruang, tinggi mempunyai pengaruh yang lebih kuat pada skala dari pada lebar atau panjangnya. Jika dinding-dinding sebuah ruangan memberikan pembatasan, tingginya langit-langit menentukan kualitas perlindungan dan keintiman. Semakin tinggi skala langit-langit, kesan monumental dan menekan semakin terasa. Gambar.9 Pengaruh skala pada ruang (sumber: White, Edward T, buku sumber konsep) Cahaya Dalam hal ini, cahaya yang dimaksudkan dapat berupa cahaya alami (matahari), maupun cahaya artificial. Melalui intensitasnya dan distribusi di dalam kamar, cahaya dapat menjelaskan bentuk suatu ruang atau mendistorsikannya. Cahaya dapat menciptakan suasana semarak di dalam ruangan tersebut, atau perlahan-lahan memasukkan suasana baru ke dalamnya. Dalam kehidupan religius agama Katolik, cahaya merupakan simbol sebagai Tuhan.

28 Gambar.10 Pencahayaan pada Kapel Ronchamp yang memberikan kesan meditatif (sumber: DK. Ching, Francis. (1996), Architecture; From, Space and Order) 2. Meditatif dan Kontemplatif Pengertian meditasi dan kontemplasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah suatu kegiatan merenung atau menghayati sesuatu secara dalam, biasanya dalam suasana hening, terutama untuk tujuan eagamaan/religius atau untuk tempat istirahat. Dalam mendukung kegiatan kontemplasi (berdoa), salah satu bantuan yang paling berharga ialah tempat yang memberikan suasana doa. Menurut Fr. Anthony de Mello SJ (1978), dari bukunya Sadhana, kedekatan dengan alam menolong banyak orang untuk berdoa dan menolong secara nyata. Selain itu, suasana yang privat juga dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dari kegiatan kontemplasi dan doa.

29 Gambar.11 Gereja yang dikelilingi suasana alam, menambah suasana kontemplatif (sumber: Church on the Water) 3. Keterbukaan dan Kebersamaan Dalam arsitektur, kebutuhan akan interaksi dan komunikasi antar individu untuk menjalin kebersamaan diwadahi dengan adanya ruang-ruang bersama. Menurut Francis D.K. Ching (1979) dari bukunya yang berjudul Architecture; Form,Space and Order, faktor-faktor yang berperan penting dalam membentuk ruang-ruang bersama sehingga dapat mendukung interaksi tersebut antara lain: Bukaan Bukaan pada suatu ruang mempengaruhi derajat ketertutupan ruang tersebut. Jika bukaan- bukaan pada suatu ruang ditingkatkan jumlah dan ukurannya, ruang akan kehilangan kesan tertutup, menjadi lebih samar-samar dan mulai melebur dengan ruang di sekitarnya.

30 Pandangan Ruang dapat memiliki fokus intern, misalnya perapian, dan dapat pula memiliki orientasi keluar. Pemandangan yang luas dapat meningkatkan sifat keterbukaan dari suatu ruang, sehingga menimbulkan interaksi antar individu baik di dalam maupun di luar ruang. Gambar.12 Rekreasi dengan jendela-jendela yang lebar ke taman memberi kesan keterbukaan pada ruang bersama 3.3 Studi Banding Tema Sejenis Saint Vincent Monastery, Latrobe, Pensylvania Dibangun pada tahun 1967 Ordo Benedictine. Dalam perancangannya, arsitek bangunan menciptakan suatu lingkungan yang dapat melayani kebutuhan dengan baik untuk meningkatkan pencarian mereka tentang nilai-nilai dalam hidup mereka. Setiap seminari mendapatkan sebuah kamar. Kamar tersebut didesain secara arsitektural dengan penghargaan terhadap kebutuhan privasi, dengan hanya menyediakan sebuah jendela yang secara tidak langsung tampak ke

31 luar, sehingga menciptakan rasa privasi yang kuat. Jenis desain arsitektural tersebut melayani segala kebutuhan manusia untuk istirahat, hening, belajar, dan intropeksi diri. Kebalikannya, komunikasi antar anggota dan keterbukaan didukung dengan fasilitas bersama yang memiliki bukaan yang lebar kea lam, seperti ruang rekreasi, serambi penghubung, taman dalam, dan taman atap. Dengan demikian, arsitek telah menciptakan lingkungan yang mengartikulasi kedua kebutuhan dasar di setiap komunitas religius: penghargaan terhadap individu sebagai pribadi dan penghargaan terhadap kebutuhan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Gambar.13 Saint Vincent Monastery, Latrobe, Pensylvania