DNA barcode dan haplotype network ikan lokal dari Telaga Banyu Biru Kabupaten Pasuruan

dokumen-dokumen yang mirip
STATUS TAKSONOMI IKAN NOMEI DARI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA BERDASARKAN GEN 16S rrna SEBAGAI UPAYA KONSERVASI IKAN LAUT LOKAL INDONESIA

Pendekatan Fenetik Taksonomi dalam Identifikasi Kekerabatan dan Pengelompokkan Ikan Genus Tor di Indonesia

Seminar Nasional Ikan Ke-9, Masyarakat Iktiologi Indonesia,

Kolokium Liliani Isna Devi G

Kolokium Liliani Isna Devi G

PENDEKATAN FENETIK TAKSONOMI DALAM IDENTIFIKASI KEKERABATAN DAN PENGELOMPOKKAN IKAN GENUS TOR DI INDONESIA

AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

Depik, eas, dan relo; yang manakah Rasbora tawarensis?

STUDI FILOGENETIK ELANG LAUT PERUT PUTIH (Haliaeetus leucogaster) BERDASARKAN DNA BARCODING CYTOCHROME-C OXCIDACE SUB UNIT I (COI)

Kode batang DNA ikan lais genus Kryptopterus asal Sungai Mahakam. Kalimantan Timur]

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa DNA Barcode dapat memberikan kontribusi yang kuat. untuk penelitian taksonomi dan keanekaragaman hayati.

DNA BARCODE DAN ANALISIS FILOGENETIK MOLEKULER BEBERAPA JENIS BIVALVIA ASAL PERAIRAN SULAWESI UTARA BERDASARKAN GEN COI

Analisis Filogenetik Nannophya pygmaea (Odonata: Libellulidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2016a) dan produksi dua jenis udang yaitu Litopenaeus vannamei dan Penaeus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya

Runutan gen cytochrome C oxydase 1 ikan lais janggut, Kryptopterus limpok (Bleeker, 1852) dari Sungai Kampar dan Sungai Indragiri, Provinsi Riau

4 Hasil dan Pembahasan

Gambar 1. Visualisasi elektroforesis hasil PCR (kiri) dan Sekuen Gen Hf1-exon 1 Petunia x hybrida cv. Picotee Rose yang berhasil diisolasi.

BARCODING ELANG JAWA (Nisaetus bartelsi) BERDASARKAN GEN CYTOCHROME-B SEBAGAI UPAYA KONSERVASI GENETIK

BARCODING DNA RANGKONG BADAK SEBAGAI UPAYA KONSERVASI GENETIK SATWA INDONESIA

(terbatas di Asia) (Travers, 1984a, b). Famili Mastacembelidae mencakup tiga genus yaitu Mastacembelus (61 spesies), Macrognathus (16 spesies), dan

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kryptopterus spp. dan Ompok spp.

PENDAHULUAN. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus: 4B (27 32), 2011

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DNA MITOKONDRIA SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA ULFI FAIZAH

The Origin of Madura Cattle

BAB I PENDAHULUAN. Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. polifiletik (Pethiyagoda, Meegaskumbura dan Maduwage, 2012). Spesies Puntius

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

VARIAN GENETIK Sardinella lemuru DI PERAIRAN SELAT BALI

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

GENETIKA POPULASI Manta alfredi (Krefft, 1868) ANTARA RAJA AMPAT, PULAU KOMODO DAN NUSA PENIDA BERDASARKAN DNA MITOKONDRIA

Jumlah Koloni Lombok AcLb11 Kampus lama Univ Mataram, Kec. Selaparang, Mataram. AcLb12 Kelayu, Lombok Timur

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan


HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

Keanekaragaman Genetika Ikan Lais Cryptopterus spp. dari Propinsi Riau Berdasarkan Sitokrom-b DNA Mitokondria

DANAU YAMUR. Gambar 1. Peta lokasi Danau Yamur. Foto atas kanan: Citra satelit. Gambar bawah: Peta Danau Yamur dari Boeseman (1963)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia terletak di khatulistiwa dengan posisi geografis antara 6 0 LU 11 0 LS dan

KAJIAN VARIASI SEKUNES INTRASPESIES DAN FILOGENETIK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DENGAN MENGGUNAKAN GEN COI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

APLIKASI DNA BARCODE UNTUK IDENTIFIKASI JENIS MERANTI DAN ROTAN AHMAD BAIQUNI RANGKUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

IDENTIFIKASI MOLEKULER ROTIFER Brachionus sp. ASAL PERAIRAN TUMPAAN, MINAHASA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

menggunakan program MEGA versi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

APPLICATION OF DNA BARCODE IN DETERMINATION OF SHRIMP SPECIES OF FRESH WATER FROM THE PROVINCE OF JAMBI

STUDI FILOGENETIK ELANG LAUT PERUT PUTIH (Haliaeetus leucogaster) YANG HIDUP DI PULAU JAWA BERDASARKAN GEN Cytochrome-b (Cyt-b)

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2015 ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN PARSIAL MELANOCORTIN - 1 RECEPTOR (MC1R) PADA IKAN GURAME

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

IDENTIFIKASI MOLEKULER SIRIP IKAN HIU YANG DIDAPAT DARI PENGUMPUL SIRIP DI MINAHASA

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

PAYUNG PENELITIAN LABORATORIUM REGULASI GENETIK TAHUN

ANALISIS DNA MITOKONDRIA BADAK SUMATERA DALAM KONSERVASI GENETIK HANDAYANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai negara megadiversity (Auhara, 2013). Diperkirakan sebanyak jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN: PERAN ILMU DASAR BIOSISTEMATIKA PADA ERA BIOTEKNOLOGI

Current Biochemistry Volume 3 (2): 54-65, 2016

Bioinformatika. Aplikasi Bioinformatika dalam Virologi

ANALISA KEKERABATAN 14 SPESIES PRIMATA DENGAN PROGRAM MEGA 4. Abdul Rahman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB

EKSPLORASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI KERANG MUTIARA (Pinctada fucata) YANG BERASAL DARI LOKASI GEOGRAFIS YANG BERBEDA YUYUN QONITA

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

IDENTIFIKASI MOLEKULER GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) LOBSTER GENUS Panulirus DI YOGYAKARTA: SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBERDAYA

PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali

ssssssss 753 Ulin Nuha 1, Mohamad Amin 2, Umie Lestari Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5, Malang

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

BAB IV Hasil dan Pembahasan

PENYAJIAN SECARA GEOMETRI HIMPUNAN PEMBENTUK DNA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no.5, Malang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARKA GENETIK DAERAH CYTOCHROME 8 SEBAGAI ACUAN KONSERVASI GENETIK HARIMAU SUMATERA

Transkripsi:

DNA barcode dan haplotype network ikan lokal dari Telaga Banyu Biru Kabupaten Pasuruan Dwi Anggorowati Rahayu 1), Endik Deni Nugroho 2), Haryono 3), Nia Kurniawan 4), Rodiyati Azrianingzih 4) 1 Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang 65145, Surel: doewira_89@yahoo.com 2 Jurusan Biologi Universitas Borneo Tarakan, Jl. Amal Lama 1, Tarakan 3 Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong 16911 4 Jurusan Biologi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang 65145 Abstrak Sengkaring dan tambra merupakan ikan air tawar lokal dari Telaga Banyu Biru, Kabupaten Pasuruan. Kedua ikan tersebut merupakan ikan yang dikeramatkan masyarakat dan keberadaanya mengalami penurunan. DNA barcode dengan menggunakan gen Cytochrome-C Oxidase Sub Unit I (COI) memberikan alternatif penentuan jenis secara tepat. Spesies acuan yang digunakan didapatkan dari (BPPBAT), Cijeruk, Bogor yaitu Tor douronensis, Tor tambroides, dan Tor soro. Amplifikasi gen COI dengan menggunakan primer universal. Berdasarkan sekuen gen COI, ikan sengkaring dan tambra diidentifikasi sebagai Tor douronensis. Topologi filogenetik menunjukkan sampel dengan spesies acuan menghasilkan dua cluster besar dengan nilai boostrap 100/99. Sengkaring (SKRG-1 dan SKRG-2) dan tambra (TABR-1 dan TABR-2) berada satu cluster dengan Tor douronensis (TORD-1 dan TORD-2) dengan nilai bootstrap 100%. Tor tambroides (TORT-1 dan TORT-2) dan Tor soro (TORS-1 dan TORS-2) membentuk cluster yang terpisah. Sengkaring dan tambra adalah varian dari Tor douronensis yang ditunjukkan dengan perbedaan jarak genetik sebesar 0,1 % dan 0,7%. Ditemukan 5 basa automorfi penentu spesies. Median joining network membuat deskripsi variasi ikan sengkaring, tambra dengan spesies acuan menjadi 8 haplotype dengan 3 haplogroup. Novel barcode ikan sengkaring, tambra, dan spesies acuan akan membantu upaya pemantauan, konservasi, dan pangkalan data ikan lokal Indonesia yang akan terekam dalam Barcoding of Life Data System. Kata kunci: sengkaring, tambra, Telaga biru Pendahuluan Telaga Banyu Biru merupakan perairan alami yang berasal dari sumber air bewarna putih jernih agak kebiru-biruan. Di telaga tersebut terdapat ikan lokal yaitu ikan sengkaring dan tambra, keduanya merupakan ikan anggota famili Cyprinidae, genus Tor. Mayoritas masyarakat di sekitar Telaga Banyu Biru dan Pasuruan memer-cayai bahwa keduanya merupakan ikan keramat dan bermitos. Sepintas secara morfo-logi kedua ikan tersebut memiliki kemiripan (Rahayu et al. 2012). Hal inilah yang me-narik untuk segera dilakukan penelitian terkait status taksonomi kedua ikan tersebut. Berdasarkan Daftar Merah Jenis Terancam Punah yang diterbitkan IUCN tahun 1990 tercantum 29 jenis ikan dari Indonesia, diantaranya semua genus Tor (Kottelat et al. 1993). Terbitan IUCN tahun 2012 tercantum 12 jenis dari ikan genus Tor yang terancam punah, diantaranya Tor tambroides dan Tor tambra dari Indonesia. Kottelat et al. (1993) menyatakan bahwa di Indonesia terdapat empat jenis ikan genus Tor yaitu Tor tambroides Blkr, Tor douronensis (C.V.), Tor Tambra (C.V.) dan Tor soro (C.V.). Bleeker sebelumnya memberi nama Labeobarbus, dan membedakan jenisnya berdasarkan ukuran cuping pada bibir bawah. Selanjutnya Kottelat et al. (1993) menyatakan bahwa secara taksonomi dan sistematik jenis ikan Genus Tor belum jelas. 67

Dwi Anggorowati Rahayu et al. Identifikasi spesies dapat diatasi secara cepat, tepat dan akurat dengan menggunakan marka molekular yang telah terstandarisasi yaitu DNA Barcoding yang dapat dihubungkan secara komprehensif dengan analisis morfologi (Ward et al. 2005, Meyer & Paulay 2005, Hebert & Gregory 2005, Hajibabei et al. 2007, dan Hubert et al. 2008). Teknologi Barcoding dengan menggunakan penanda gen mitokondria dapat digunakan untuk mengidentifikasi hampir semua spesies hewan (Ward et al. 2005), baik interspesifik maupun intraspesifik (Hebert et al. 2003). Gen yang banyak digunakan sebagai penanda barcoding yaitu gen pengkode protein cytochrome-c oxidase I (COI) dengan panjang sekitar 648 bp (Folmer et al. 1994 dan Zhang & Hewitt 1997). Gen COI memberikan peluang yang sangat cepat dan akurat sebagai marker untuk identifikasi berbagai variasi taksa dan mengungkapkan beberapa kelompok hewan yang belum diketahui tingkat taksonominya (Popa et al. 2007, Rock et al. 2008, dan Arief et al. 2009). Hebert et al. (2003) menyatakan bahwa dengan menggunakan gen COI suatu spesies menunjukkan intraspesies jika memiliki variasi sekuen intraspesies < 3% dan masuk dalam satu genus jika memiliki sekuen divergence antara 3-6% (Freitas et al. 2011). Novel DNA Barcode ikan sengkaring dan tambra, bahkan ikan genus Tor yang ditemukan di perairan Indonesia belum ada rekaman pangkalan datanya baik di Gene Bank maupun Barcoding of Life Data System. Pada penelitian ini penentuan posisi takson ikan sengkaring dan tambra diperkuat dengan adanya spesies acuan (Tor soro dari Danau Toba, Sumatra Utara; Tor douronensis dari Padang, Sumatra Barat dan Tor tambroides dari Kalimantan Barat) yang berhasil didomestikasi di Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BPPBAT), Cijeruk, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan status taksonomi ikan sengkaring dan tambra berdasarkan DNA Barcode COI, menyediakan novel sekuen DNA Barcode COI serta haplotype network ikan Genus Tor yang ditemukan di perairan Indonesia. Novel Barcode ikan sengkaring, tambra, dan spesies acuan akan membantu upaya pemantauan, konservasi, dan pangkalan data ikan lokal Indonesia yang akan terekam dalam Barcoding of Life Data System. Bahan dan metode Ikan sengkaring dan tambra diambil dari Telaga Banyu Biru Kabupaten Pasuruan, sedangkan sampel spesies acuan didapatkan dari BPPBAT, Cijeruk, Bogor. Sampel untuk analisis genetik diambil dari bagian sirip pektoral masing-masing dua individu untuk tiap jenis ikan dan dipreservasi dalam etanol 96%. Isolasi DNA total dilakukan dengan menggunakan KIT Roche dengan modifikasi. Amplifikasi PCR dengan menggunakan rancangan primer yang didesain oleh Palumbi et al. (1991) yaitu COIf (5 -CCTGC AGGAGGAGGA GAYCC-3 ) dan COIe (5 -CCAGAATTAGAGGGAATCAGTG-3 ). Selanjutnya dilakukan elektroforesis menggunakan agarosa 1% dan dilanjutkan dengan sekuensing di Macrogen, Korea dan analisis genetik. Tahapan analisis genetik yang dilakukan adalah pengecekan kromatogram dengan software sequencer selanjutnya dianalisis dengan menggunakan DNASTAR untuk melihat kromatogram sekuen dan membuat consensus (menggabungkan primer foward dan reverse). Setelah membuat consensus, hasil consensus dicocokkan di BLAST secara on line. Sebelum tahap alignment, setiap sampel harus ditranslasi menjadi protein (tanpa adanya stop kodon di bagian tengah) dengan menggunakan SeqMan (DNASTAR). 68

Perhitungan jarak genetik menggunakan model filogenetik Kimura 2 Parameter dan Maximum Likelihood dengan nilai repetisi boostrap 1000 kali ulangan. Analisis variasi sekuen basa nukleotida dan haplotype antara ikan sengkaring dan tambra dilakukan dengan menggunakan program komputer DnaSP V.5.0, serta membuat haplogroup berdasarkan analisis median joining network ikan sengkaring dan tambra dengan spesies acuan dan gen referensi berdasarkan sekuen gen COI menggunakan program komputer Network 4.1.0.8 (Bandelts et al. 1999). Hasil dan pembahasan Komposisi basa nukleotida dari sengkaring, tambra dengan spesies acuan adalah A=26,79%, C=23,16%, G=19,17% serta T=30,93%. Total basa nukleotida A+T sebesar 57,73%, sedangkan G+C sebesar 42,33%, nilai GC < AT relatif seimbang dan umumnya kandungan GC pada vertebrata sebesar 40-45%. Translasi protein yang dihasilkan dari 408 bp adalah 136 asam amino. Hasil translasi tersebut mengindikasikan tidak ditemukan pseudogen pada sekuen asam amino, sehingga sekuen gen COI ini sangat kuat digunakan sebagai standar barcode identifikasi sengkaring dan tambra serta spesies acuan. Hasil alignment 10 sekuen gen COI dari sengkaring dan tambra dengan spesies acuan menunjukkan 29 subtitusi basa nukleotida yang terdiri atas 24 transisi, 5 transversi, dan tidak ditemukan adanya indel (insersi dan delesi). Salah satu contoh basa nukleotida yang menunjukkan transisi adalah basa nomer 27, di mana Tambra 1 memiliki basa A (Adenin) yang dimiliki juga oleh Tambra 2; Sengkaring 1 dan 2; Tor tambroides 1 dan 2; serta Tor douronensis 1 dan 2, sedangkan Tor soro menunjukkan basa nukleotida G (Guanin). Contoh basa nukleotida yang mengalami transversi adalah basa nukleotida nomer 108, di mana Tambra menunjukkan basa T (Timin), sedangkan Tor tambroides menunjukkan basa nukleotida A (Adenin) (Tabel 1). Lima dari 22 basa nukleotida yang mengalami subtitusi diduga dapat digunakan sebagai penanda untuk membedakan spesies. Tor soro memiliki automorfi pada basa nukleotida nomer 39 (Guanin); 102 (Timin) yang tidak dimiliki oleh jenis lainnya. Tor tambroides menunjukkan automorfi pada basa nukleotida nomer 51 (Sitosin); 108 (Adenin); 334 (Sitosin); 378 (Guanin) serta nomer 400 (Timin). Tambra memiliki automorfi pada basa nomer 164 dan 187 yaitu Tambra 1 (Guanin), sedangkan Tambra 2 (Sitosin). Karakter automorfi merupakan karakter unik yang hanya dimiliki oleh satu spesies saja, yang dapat membedakan dengan spesies lainnya. Perubahan asam amino ditunjukkan pada posisi basa nomer 55, 63, 111, dan 134. Tabel 1. Subtitusi basa nukleotida sekuen gen COI sengkaring dan tambra 69

Dwi Anggorowati Rahayu et al. Konstruksi pohon filogenetik dibuat berdasarkan hasil alignment gen COI antara sampel dengan spesies acuan serta antara sampel, spesies acuan dengan referensi (Esa et al. 2008). Topologi pohon filogenetik antara sampel dengan spesies acuan menunjukkan dua cluster besar yang didukung dengan nilai boostrap 100/99. Sengkaring (SKRG- 1 dan SKRG-2) dan Tambra (TABR-1 dan TABR-2) berada satu cluster dengan Tor douronensis (TORD-1 dan TORD-2) yang didukung dengan nilai bootstrap 100%. Tor tambroides (TORT-1 dan TORT-2) dan Tor soro membentuk cluster yang terpisah (TORS-1 dan TORS-2) (Gambar 1). Menurut Hrbek et al. (2003), persentase bootstrap 1000 kali ulangan dengan nilai diatas 80% pada percabangan menunjukkan hasil yang sangat baik karena nilai tersebut mendukung secara kuat bahwa sampel yang berada dalam satu cabang adalah benar atau berada dalam satu spesies. Konstruksi topologi pohon filogenetik tersebut dibuat berdasarkan metode ML dengan (model perhitungan Kimura-2 Parameter), MP dan NJ dengan (model perhitungan Kimura-2 Parameter). Model perhitungan kimura-2 parameter tersebut digunakan karena efektif untuk analisis DNA Barcoding (mempertimbangkan titik substitusi transisi dan transversi) (Hebert et al. 2003). Perbandingan konstruksi topologi filogenetik dilakukan antara sengkaring, tambra, spesies acuan dengan Esa et al. (2008), diketahui bahwa sengkaring dan tambra berada satu cluster dengan kelompok Tor tambroides, sedangkan Tor soro dan Tor tambroides dari BPPBAT, Cijeruk, Bogor satu cluster dengan kelompok Tor douronensis (Gambar 1). Topologi tersebut ditunjang dengan nilai bootstrap yang tinggi yaitu 100/90 dengan menggunakan model perhitungan algoritmik Kimura-2 Parameter. Pengelompokan ini menjadi tanda tanya besar karena terdapat perbedaan pendapat dalam membedakan karakter morfologi ikan sengkaring dan tambra dengan Tor douronensis dan Tor tambroides dari penelitian Esa et al. (2008) tersebut. Esa et al. (2008) berhasil mendeterminasi ikan Tor douronensis dan Tor tambroides yang berada di Sarawak, Malaysia. Sampel yang dideterminasi adalah sampel jaringan sirip yang tidak diketahui karakter morfologi penentu spesies ikan genus Tor tersebut. Tor tambroides memiliki ukuran cuping yang pendek atau sedang yang memiliki karakter pola warna silver dan kemerahan (komunikasi pribadi). Hal ini yang menjadi kehatihatian dalam menentukan status taksonomi ikan sengkaring dan tambra. Weber & de Beaufort (1916) menyebutkan bahwa Tor tambroides memiliki ukuran cuping yang panjang dan mencapai sudut mulut, sedangkan Tor douronensis memiliki cuping yang pendek dan tidak mencapai sudut mulut. Topologi filogenetik yang dihasilkan dari perbandingan data sekuender dengan Esa et al. (2008) menunjukkan hasil yang serupa dengan topologi yang dihasilkan dan mendukung bahwa Tor douronensis dan Tor tambroides merupakan dua spesies yang berbeda. Namun, kesalahan dalam determinasi karakter morfologi berdampak besar pada kesalahan dalam penentuan status taksonomi ikan sengkaring dan tambra. Topologi sampel dengan spesies acuan dan gen referensi menghasilkan pohon filogeni yang konsisten dan identik, hanya berbeda pada nilai bootstrap, sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan sengkaring dan tambra adalah Tor douronensis. 70

A B Tor tambroides C D Tor douronensis Gambar 1. Topologi filogenetik sengkaring dan tambra dengan spesies acuan dan referensi gen berdasarkan sekuen gen COI. A. Tor douronensis di Sarawak, Malaysia; B. Tor tambroides di LIPI, Cibinong, Bogor; C. Tor tambroides dari Sarawak, Malaysia; D. Sengkaring di Banyu Biru, Kabupaten Pasuruan. SKRG-1 = Sengkaring 1; SKRG-2 = Sengkaring-2; TABR-1 = Tambra-1; TABR-2 = Tambra-2; TORS-1=Tor soro-1; TORS-2 =Tor soro-2; TORT-1=Tor tambroides 1; dan TORT-2 =Tor tambroides-2; TDUL1, TDSK1, BWN10, SB1, TTBKS1 = Tor douronensis; YE8TT, PK13, Tthap18 = Tor tambroides dari Sarawak, Malaysia Median joining network membuat deskripsi variasi ikan sengkaring, tambra dengan spesies acuan menjadi 8 haplotype dengan 3 haplogroup. Haplotype network tersebut menunjukkan bahwa ikan sengkaring dan tambra berada satu kelompok dengan Tor douronensis dari Padang, Sumatra Barat. Masing-masing ikan tersebut memiliki haplotype yang berbeda, tidak homolog. Ikan sengkaring memiliki haplotype homolog sendiri (haplotype 1), Tambra 1 (haplotype 2), Tambra 2 (haplotype 3), dan Tor douronensis memiliki haplotype yang berbeda (haplotype 4 dan 5). Hal ini mengindikasikan bahwa sengkaring dan tambra di Telaga Banyu Biru berkerabat dekat dengan Tor douronensis dari Padang (Gambar 2). Belum ada pengelompokan ikan genus Tor di Indonesia, sehingga penelitian awal ini dapat digunakan sebagai kajian referensi untuk memetakan ikan Tor khususnya di Jawa, dan Indonesia pada umumnya. 71

Dwi Anggorowati Rahayu et al. A Tor soro Tor TambraidesTambroi Tor duoronensisdourone Tor duoronensisdourone B Gambar 2. Haplotype network dan distribusi geografis haplotype ikan Tor A. Haplotype network dari 8 haplotype berdasarkan sekuen gen COI. Haplotype ditunjukkan dengan bentuk lingkaran dan pola yang berbeda, jumlah individu ditunjukkan dengan bentuk lingkaran yang berbeda (besar=2 individu; kecil=1 individu). Percabangan antar haplotype ditunjukkan dengan subtitusi berdasarkan posisi alignment sekuen gen COI. B. Distribusi geografis haplotype ikan Tor di Indonesia. Kedekatan ikan sengkaring, tambra dari Telaga Banyu Biru, Pasuruan dengan Tor douronensis dari Padang (Sumatra Utara) dapat dihubungkan dengan adanya sungai purba sekitar 17.000 sampai 20.000 tahun lalu pada Era Pleistocene (Gambar 3). Aliran sungai purba ini menghubungkan antara Sumatra Barat dan Jawa Timur. Adanya aliran sungai purba ini memungkinkan ikan dapat berenang menuju aliran sungai yang terhubung dengan sungai purba menuju ke lokasi lain. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah Jawa, Sumatra, dan Kalimantan yang dahulu merupakan daerah Paparan Sunda Besar. 72

A B Gambar 3. Peta daerah Paparan Sunda. A. Paparan Sunda Era Pleistocene, B. Paparan Sunda Era Meiosin. Peta ini diilustrasikan berdasarkan kedalaman air laut (120 m dan 10 m) (Voris et al., 2000). Keterangan: panah kuning (percabangan garis) menunjukkan aliran sungai purba, bulatan hijau merupakan daerah Padang, Sumatra Barat dan bulatan merah merupakan Telaga Banyu Biru, Pasuruan Pemisahan Jawa dan Sumatra terjadi sekitar zaman pertengahan Miosen (Gambar 3) saat es di kutub mencair, sehingga menyebabkan sungai purba di daerah Paparan Sunda tertutupi dan kondisi air laut yang meningkat menyebabkan terbentuknya daratan (Voris 2000). Pemisahan ini diyakini adalah akibat gerakan lempeng bumi, letusan Gunung Krakatau serta fluktuasi air laut (Hall 1996). Faktor sejarah sungai purba di Jawa serta Sumatera memungkinkan sengkaring, tambra, dan Tor douronensis merupakan satu spesies dan berkerabat dekat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat variasi spesies Tor duoronenesis antara sengkaring, tambra dan Tor douronensis dari Padang (Sumatra Barat), dikarenakan terisolasi di dua tempat yang berbeda yang telah berlangsung bertahun-tahun. Simpulan Berdasarkan novel DNA Barcode, ikan sengkaring dan tambra diidentifikasi sebagai Tor douronensis, hal ini ditunjang pula dengan jarak genetik < 3%, sedangkan Tor tambroides dan Tor soro memiliki rentangan jarak genetik antara 4,43%-5,82%. Sengkaring dan tambra di Telaga Banyu Biru berkerabat dekat dengan Tor douronensis dari Padang, namun membentuk haplotype yang berbeda. Persantunan Kami ucapkan terimakasih atas bantuan, arahan dan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian ini kepada Kepala Dinas Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BPPBAT), Cijeruk, Bogor yang telah memberikan izin identifikasi sampel spesies acuan serta Bapak Sidi Asih dan Peneliti di BPPBAT, Bogor yang telah membantu selama penelitian di lapangan. 73

Dwi Anggorowati Rahayu et al. Daftar pustaka Arief IA, Khan HA. 2009. Molecular markers for biodiversity analysis of wildlife animals: a brief review. Animal Biodiversity and Conservation, 32: 9-17. Esa BY, Siraj SS, Daud SK, Rahin KAA, Jeffrine RRJ, Soon GT. 2008. Mitochondrial DNA diversity of Tor tambroides Valenciennes (Cyprinidae) from five natural populations in Malaysia. Zoological Studies, 47(3): 360-367. Folmer O, Hoeh BW, Lutz R, Vrijenhoeicatk R. 1994. DNA Primers for amplification of mitochondrial Cytochrome-c Oxidase Subunit I from diverse metazoan invertebrates. Molecular Marine Biology and Biotechnology, 3(5): 294-299. Freitas PD, Machado CB, Ishizuka TK, Galetti JPM. 2011. Molecular identification of species from Genus Salminus (Characidae) through DNA Barcoding. Poster in Barcoding Fish in the Fourth International Barcode of Life Conference. Hajibabei M, Siregar G, Hebert P, Hickey DA. 2007. DNA Barcoding: Hoe it completets taxonomy, molecular phylogenetic, and population genetics. TRENDS in Genetics Vol.xxx No.x. Hebert PDN, Cywinska A, Ball SL, dewaard JR. 2003. Biological identifications though DNA Barcodes. The Royal Society. 270: 313-321. Hebert PDN. 2004. Identification of birds through DNA Barcodes. Plos Biology. 2: e312. Hebert PDN, Gregory TN. 2005. The promise of DNA barcoding for taxonomy. Systematic Biology, 54(5): 852 859. Hrbek T, Seckinger, Meyer A. 2006. A phylogenetic and biogeographic prespective on the evolution of poeciliid fishes. Molecular Phylogenetics and Evolution, 43: 986-998 Hubert N, Hanner R, Holm EM, Nicholas E. 2008. Identifying Canadian freshwater fishes though DNA Barcodes. PLos One. 3(6): e2490. IUCN 2012. IUCN Red List of threatened species. Version 2012.2. <www.iucnredlist. org>. Diunduh pada 15 Maret 2013. Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Ikan air tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition. Jakarta. Meyer CP, Paulay G. 2005. DNA barcoding: error rates based on comprehensive sampling. PLoS Bio. 3(12): e422. Popa LO, Popa OP, Gargarea P, Murariu D. 2007. Sequence analysis of the 5 COI gene region from Dama dama (Linnaeus, 1758) (Mammalia: Cervidae). Travaux du Museum National d Historie Naturelle, L: 537-542. Rahayu DA, Nugroho ED, Azriyaningsih R. 2012. Community perceptions around Banyu Biru Lake on sengkaring fish existence and its implications in conservation strategy. Proceedings of the 3 rd International Conference on Global Resource Conservation 2012 Meeting. Malang. Indonesia. Rock J, Costa FO, Walker JD, North WA, Hutchinson FW, Carvalho RG. 2008. DNA barcodes of fish of The Scotia Sea, Antarctica indicates priorty groups for taxonomic and systematics focus. Antartic Science, 20(3): 253-262. Voris HK. 2000. Maps of pleistocene sea levels in Southeast Asia: shorelines, river systems and time durations. Journal of Biogeography, 27: 1157-1167. 74

Ward RD, Zemlak TS, Innes BH, Last PR, Hebert PDN. 2005. DNA Barcoding Australia s fish species. Philosophical Transactions of The Royal Society. 360: 1847-1857. Weber M, de Beaufort LF. 1916. The fishes of the Indo-Australian Archipelago. III. Ostariophysi: II Cyprinoidea, Apodes, Synbranchi. E. J. Brill, Leiden. xv+455 pp. Zhang DX, Hewitt GM. 1997. Assesment of the universality and utility of a set of conserved mitochondrial primers in insect. Insect Molecular Biology, 6: 143-150. 75