2016 PEMBELAJARAN STEM PAD A MATERI SUHU D AN PERUBAHANNYA D ENGAN MOD EL 6E LEARNING BY D ESIGNTM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI Ismail, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan mengakibatkan situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

2015 PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY (LOI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (Fa turrahman dkk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 KONTRUKSI ALAT UKUR LITERASI SAINS SISWA SMP PADA KONTEN SIFAT MATERI MENGGUNAKAN KONTEKS KLASIFIKASI MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA SD KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS PERMAINAN TRAD ISIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Fisika memegang peranan penting. Indonesia sebagai negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

2015 DESAIN DIDAKTIS KONSEP ASAS BLACK DAN PERPINDAHAN KALOR BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR SISWA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Literasi sains merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh siswa (Gucluer & Kesercioglu, 2012; Rustaman, 2004). Konsep literasi sains memegang peranan utama dalam upaya pembaruan pendidikan sains (Tobin, 2015, hlm 81), hal ini dikarenakan pencapaian individu dalam pengetahuan dan keterampilan sains berimplikasi pada kesiapan mereka dalam era pemanfaatan teknologi canggih dimasa yang akan datang (OECD, 2013, hlm 98). Istilah literasi sains pertama digunakan pada tahun 1958 oleh Hurd, McCurdy dan Rocklefeller Fund (DeBoer, 2000, hlm. 582). Literasi sains berarti tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat (Hurd, 1997; Tobin, 2015). Siswa yang literat dalam sains akan dapat memahami lingkungan alam, lingkungan sosial, gaya hidup, kesehatan, ekonomi, teknologi dan masalahmasalah lain yang dihadapi oleh masyarakat dewasa ini. Menurut Poedjiadi (2011, hlm. 123), seseorang yang memiliki kemampuan literasi sains dan teknologi adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga para siswa mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat setempat. Pembelajaran sains di Indonesia yang mengarah pada pembentukan literasi sains siswa masih jarang dilakukan. Sebagian besar pembelajaran masih bersifat konvensional dan bertumpu pada penguasaan konseptual siswa. Hal ini salah satunya ditunjukkan oleh data pengukuran mutu hasil pembelajaran sains siswa yang dilakukan secara Internasional. Kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada konsep IPA termasuk dalam kategori rendah yakni pada PISA 2009 urutan

2 ke-57 dari 65 negara dan pada PISA 2012 pada urutan ke-64 dari 65 negara (OECD, dalam Odja & Payu, 2014). Rendahnya mutu hasil pembelajaran sains siswa mengindikasikan bahwa proses pembelajaran sains di sekolah-sekolah Indonesia masih mengabaikan perolehan kepemilikan literasi sains siswa. Oleh karenanya perlu ada pembenahan proses pembelajaran sains yang mengarah pada ketercapaian literasi sains siswa, sehingga mutu hasil belajar sains siswa dapat meningkat. Salah satu praktek pembelajaran di Indonesia yang dapat dikembangkan adalah pembelajaran dengan mengintegrasikan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) yang secara harfiah berarti ilmu pengetahuan, teknologi, rancang bangun, dan matematika. Pembelajaran STEM bertujuan untuk meningkatkan daya saing global dalam ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi, membentuk sumber daya manusia (SDM) bernalar, berpikir kritis, logis, dan sistematis, serta meningkatkan literasi STEM (Asmuniv, 2015, hlm.2). Pembelajaran melalui integrasi STEM dapat memotivasi siswa dalam berkarir di bidang STEM dan meningkatkan minat serta prestasi dalam matematika dan IPA (Stohlmann, 2012, hlm. 32). Pemahaman terhadap sains dan teknologi adalah hal utama yang perlu dikuasai siswa dalam kehidupan modern saat ini. Dengan menguasai teknologi, dimungkinkan seorang siswa akan dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Penguasaan sains dan teknologi juga akan menjadikan siswa dapat ikut berperan dalam penentuan peraturan publik pada saat sains dan teknologi mempengaruhi kehidupan masyarakat. OECD (2013, hlm.3) mengemukakan bahwa an understanding of science and technology contributes significantly to the personal, social, professional and cultural lives of everyone. Pembelajaran STEM sesuai dengan karakteristik materi IPA di SMP yang beberapa diantaranya erat kaitannya dengan teknologi, rancang bangun dan matematika. Salah satu materi IPA yang dapat dibelajarkan dengan pendekatan STEM adalah suhu dan perubahannya yang diajarkan di kelas VII SMP. Pembelajaran materi suhu dan perubahannya yang selama ini ada belum

3 mengintegrasikan teknologi dan rancang bangun dalam proses pembelajaran. Materi suhu dan perubahannya erat kaitannya dengan sains, teknologi, rancang bangun dan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sains berupa konsep materi yakni konsep suhu dan pemuaian, teknologi berkaitan dengan produk-produk berbagai termometer untuk mempermudah pengukuran suhu dan produk teknologi yang mamanfaatkan prinsip pemuaian. Rancang bangun berkaitan dengan rancangan pemasangan kaca, sambungan rel kereta api, bimetal, dan lain sebagainya. Matematika dalam materi ini digunakan dalam proses konversi suhu dan perhitungan pemuaian benda akibat perubahan suhu. Penerapan STEM dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai model. Salah satunya yakni model 6E Learning by Design TM. Model pembelajaran ini memadukan pembelajaran inkuiri dan perancangan. Model pembelajaran 6E Learning by Design TM dikembangkan oleh International Technology and Engineering Educators Association (ITEEA) dengan memasukkan teknologi dan rancang bangun dalam pembelajaran sehingga menjadi pembelajaran terintegrasi STEM. Berdasarkan uraian latar belakang, sangat menarik untuk dikembangkan dan diteliti Pembelajaran STEM pada Materi Suhu dan Perubahannya dengan Model 6E Learning By Design TM untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pembelajaran STEM pada Materi Suhu dan Perubahannya dengan Model 6E Learning by Design TM dapat Meningkatkan Literasi Sains Siswa? Agar memperjelas lingkup permasalahan penelitian, rumusan masalah diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran STEM dengan Model 6E Learning by Design TM pada materi suhu dan perubahannya?

4 2. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa setelah pembelajaran STEM dengan Model 6E Learning by Design TM pada materi suhu dan perubahannya? 3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran STEM dengan Model 6E Learning by Design TM pada materi suhu dan perubahannya? C. Tujuan Penelitian Berikut adalah tujuan penelitian yang dilakukan : 1. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran STEM dengan Model 6E Learning by Design TM pada materi suhu dan perubahannya. 2. Mengetahui peningkatan literasi sains siswa setelah pembelajaran STEM dengan Model 6E Learning by Design TM pada materi suhu dan perubahannya. 3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran STEM dengan Model 6E Learning by Design TM pada materi suhu dan perubahannya. D. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini, diantaranya : 1. Manfaat Teoritis Melengkapi berbagai inovasi pembelajaran yang selama ini telah ada. Selanjutnya hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian kearah pengembangan model, metode dan strategi pembelajaran STEM, sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih sesuai untuk siswa dalam menghadapi era perkembangan jaman yakni tantangan dan tuntutan bidang karir pekerjaan / ketrampilan abad 21. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Siswa memperoleh pengetahuan secara lebih terpadu, yakni meliputi IPA, teknologi, rancang bangun dan matematika sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan bermakna. 2) Pembelajaran STEM dengan model 6E Learning by Design TM membantu siswa lebih siap dalam menghadapi tantangan dunia di masa depan.

5 b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan guru dalam mengajar IPA untuk meningkatkan literasi sains siswa, yakni dengan mengintegrasikan IPA, teknologi, teknik dan matematika. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya perbaikan dan peningkatan pembelajaran IPA dengan memperhatikan integrasi IPA, teknologi, teknik dan matematika. d. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi penelitian sejenis sebagai strategi pembelajaran alternatif pada materi yang berbeda. E. Struktur Organisasi Tesis Tesis ini disusun dalam lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab II Kajian Pustaka, meliputi teori teori yang berkaitan dengan literasi sains; Science, Technology, Engineering dan Mathematics (STEM); model 6E Learning by Design TM ; dan kajian materi suhu dan perubahannya. Selain itu, pada bab II juga dikaji tentang penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti serta posisi teoritis peneliti. Bab III Metode penelitian, meliputi desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian serta analisis data. Bab IV berisi penjabaran temuan dan pembahasan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data. Bab V berisi kesimpulan dan rekomendasi.