PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN JUMLAH PAKAN TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EKONOMI USAHATANI SAPI POTONG DI KELURAHAN PLALANGAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

INCOME ANALYSIS, OF SMALL SCALE DAIRY FARMING ACTIVITY AT BOTO PUTIH VILLAGE BENDUNGAN SUB DISTRICT TRENGGALEK REGENCY

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

IV. METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Energi (KKPE) dari Bank Rakyat Indonesia Cabang Sumedang.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI ALPUKAT PADA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Identitas Responden dan Kepemilikan Ternak Milik Sendiri

Kontribusi Usaha Ternak Sapi Perah Terhadap Pendapatan Keluarga Peternak di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

commit to user METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

VI. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah tangga petani di Kecamatan Bandungan sebagian besar bergantung

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

III METODE PENELITIAN. usahaternak domba bagi hasil. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB III METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI KEDELAI DI KECAMATAN PALIYAN GUNUNGKIDUL

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif/statistik (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, data yang

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Responden dari penelitian ini adalah seluruh pengusaha konveksi di

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

EFISIENSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG EFFORT EFFICIENCY DAIRY CATTLE FARMING SEMARANG REGENCY

PERANAN KUANTITAS PRODUKSI DAN SISTEM AGRIBISNIS TERHADAP PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN SEMARANG PENDAHULUAN

BAB IV METODE PENELITIAN

STRUKTUR PASAR DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI TEMPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.) (Studi kasus di Desa Sidodadi, Kec. Patean Kab. Kendal)

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH KECAMATAN BANYUMANIK, KECAMATAN GETASAN, DAN KECAMATAN CEPOGO. D. Anindyasari, A. Setiadi, dan T.

III. METODE PENELITIAN. merupakan metode yang digunakan dalam penelitian dengan cara pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

III. METODE PENELITIAN

FAKTOR PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP DAGING AYAM BROILER DI KABUPATEN BIREUEN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

JURNAL. Oleh : YULISA NPM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Transkripsi:

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN JUMLAH PAKAN TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT Dewi Hastuti, Renan Subantoro, Muammar Ismail Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim, Semarang Email : dewiunwahas@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi peternak sapi perah, biaya, pendapatan dan tingkat pendapatan serta pengaruh karakteristik sosial ekonomi dan jumlah pakan terhadap pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Gunungpati Kota Seamarang. Metode penelitian menggunakan metodologi survey dengan kuisioner untuk mengumpulkan data dasar. Penentuan lokasi dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang dengan sengaja mengambil lokasi populasi sapi perah terbesar dan responden yang memiliki sapi perah laktasi. Total sampel adalah 80 peternak dari Kelurahan Sumurrejo, Plalangan dan Nongkosawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata - rata biaya sebesar Rp. 22.907.363 per tahun dan penerimaan rata-rata Rp. 32.106.188 per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan Rp. 9,198,825 per tahun atau Rp. 766.569 per bulan dengan rata-rata kepemilikan sapi perah sebanyak 3 ekor. Analisis regresi linier berganda menunjukkan uji F signifikan (P <0,01) yang berarti bahwa variabel populasi ternak laktasi, umur responden, pendidikan, pengalaman peternak, jumlah pakan ternak dan jumlah pakan tambahan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pendapatan. Secara parsial (uji t) efek jumlah ternak laktasi, pengalaman peternak, pakan ternak dan pakan tambahan berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap pendapatan usahatani sapi perah. Kata Kunci: Sapi perah, Pendapatan, Karakteristik sosial ekonomi, Regresi linier berganda 132 PENDAHULUAN Usaha peternakan sapi perah di Indonesia sebagian besar merupakan peternak rakyat. Peternakan sapi perah rakyat dicirikan dengan besarnya dominasi unit produksi berupa unit-unit usaha keluarga yang berskala kecil dan pemeliharaan yang masih bersifat tradisional. Usaha sapi perah bagi petani yang utama adalah mendapatkan uang tunai harian dari penjualan susu (Taslim, 2011). Usaha yang dijalankan peternakan rakyat merupakan usaha sambilan, yang pengerjaannya belum dikelola secara maksimal. Pengelolaan usahataninya secara tradisional dan sangat terikat dengan kehidupan sosial di masyarakat. Pendapatan yang diterima saat ini masih sangat memungkinkan untuk ditingkatkan dengan manajemen yang baik. Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari keterpaduan langkah terutama dibidang pembibitan (Breeding), pakan (Feeding), dan tata laksana (Management) (Prasetya, 2012). Usaha peternakan sapi perah diperlukan manajemen dalam merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses produksi. Proses produksi ini melibatkan sejumlah orang (tenaga kerja), bagaimana cara mengelola orangorang tersebut dalam tingkatan atau tahapan proses produksi. Faktor manajemen ini banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, dan jenis komoditas. Populasi sapi perah yang terbanyak di Kota Semarang berada di Kecamatan Gunungpati yaitu berjumlah 227 usaha rumah tangga sapi perah atau 65,79% dari seluruh populasi sapi perah di Kota Semarang. Tersebar di 11 kelurahan dari 16 kelurahan Kecamatan Gunungpati. Sedangkan kelurahan yang memiliki jumlah populasi sapi perah terbanyak ada di Kelurahan Sumurrejo, Kelurahan Plalangan dan Kelurahan Nongkosawit (Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi peternak sapi perah, mengetahui usaha peternakan sapi perah rakyat ditinjau dari biaya, penerimaan dan tingkat pendapatan serta mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi dan jumlah pakan

terhadap pendapatan peternak sapi perah rakyat di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. METODE Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Umar, 2000). Kecamatan Gunungpati dipilih secara sengaja, karena merupakan salah satu potensi pengembangan sapi perah dengan jumlah populasi terbanyak di Kota Semarang. Penentuan kelurahan dan responden penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Sumurrejo, Kelurahan Plalangan dan Kelurahan Nongkosawit memiliki jumlah populasi sapi perah tertinggi di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Sampel responden adalah peternak yang memiliki sapi perah sedang laktasi dan diperoleh responden sebanyak 80 peternak, dengan rincian Kelurahan Sumurrejo 25 orang, Kelurahan Plalangan 30 orang dan Kelurahan Nongkosawit 25 orang. Metode pengumpulan data adalah dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan responden yaitu peternak sapi perah. Data data yang diperoleh berupa data primer dari responden dan data sekunder dari BPS Jawa Tengah, Kantor Kecamatan Gunungpati dan lembaga instansi terkait lainnya. Metode Analisis Data Data karakteristik sosial ekonomi peternak meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, pekerjaan utama, tanggungan keluarga dan jumlah ternak total dan ternak laktasi. Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan diolah serta dianalisis secara statistik deskriptif. Analisis Biaya Total biaya merupakan biaya yang berasal dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel, secara umum dirumuskan sebagai berikut : TC = FC + VC Keterangan : TC = Biaya total (Total Cost) FC = Biaya tetap (Fixed Cost) VC = Biaya variabel (Variabel Cost) Analisis Penerimaan Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian jumlah produk dengan harga jual produk yang dihasilkan, secara umum dirumuskan sebagai berikut: TR = Y.Py Keterangan : TR = Total penerimaan (Total Revenue) Y = Produksi yang diperoleh dalam usaha Py = Harga Analisis Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Secara umum dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR-TC Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 2002) Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi dan jumlah pakan terhadap pendapatan peternak digunakan regresi linier berganda. Pendapatan peternak sapi perah (Y) sebagai variabel tidak bebas, variabel bebasnya adalah Jumlah ternak laktasi (X1), Umur peternak (X2), Tingkat pendidikan (X3), Pengalaman beternak (X4), Jumlah pakan hijauan (X5) dan Jumlah pakan tambahan (X6). Hubungan fungsional secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 +e Keterangan : Y = Tingkat pendapatan peternak sapi perah α = Konstanta X1 = Jumlah ternak laktasi (ekor) X2 = Umur peternak (tahun) X3` = Tingkat pendidikan (tahun) X4 = Pengalaman beternak (tahun) X5 = Jumlah pakan hijauan (Kg) X6 = Jumlah pakan tambahan (Kg) e = residual error β 1 β 7 = Koefisien regresi 133

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Sapi Perah Karakteristik sosial ekonomi peternak adalah gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang sosial ekonomi peternak yang berkaitan dengan kegitan dalam menjalankan usahanya. Karakteristik sosial ekonomi peternak yang dianggap penting meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, pekerjaan utama, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah kepemilikan ternak. Adapun karakteristik peternak sebagai berikut: Tabel 1 Karakteristik peternak sapi perah di Kecamata Gunungpati Karakteristik Peternak Jumlah (Jiwa) Sumurrejo Plalangan Nongkosawit 30-40 4 3 2 Usia (Tahun) 41-50 5 4 14 51-60 11 16 9 >60 5 7 - Jenis Kelamin Laki-laki 25 24 24 Perempuan - 6 1 Tamat SD/Sederajat 9 14 9 Pendidikan Tamat SMP/Sederajat 9 10 10 Tamat SMA/Sederajat 7 6 6 1-5 3 3 2 Pengalaman 6-10 11 5 10 Beternak >10 11 22 13 Petani 11 12 11 Pekerjaan Utama Pegawai 3 1 - Peternak lainnya 9 11 10 Tanggungan Keluarga Jumlah Ternak (Ekor) Wiraswasta 2 6 4 2-4 19 20 23 5-6 6 10 2 1-2 5 6 5 3-4 13 17 12 5-6 6 6 6 >6 1 1 2 Jumlah Total 25 30 25 Sumber: Analisis Data Primer, 2016 Karakteristik seluruh peternak responden berdasarkan umur, menunjukkan bahwa sesungguhnya umur para peternak yang memiliki persentase umur tertinggi masih dalam usia produktif (15 60 tahun) sebanyak 68 orang, sedangkan sebanyak 12 orang berumur diatas 60 tahun. Kondisi ini sama dengan gambaran kondisi peternak sapi potong di daerah Kebumen menurut Hastuti, Nurtini & Widiati (2008) menunjukkan bahwa peternak berada pada umur produktif. Umur muda akan lebih bersikap terbuka dan berani untuk mencoba menerapkan suatu teknologi guna meningkatkan produktivitas usaha ternaknya. Pada umur lebih tua cenderung tertutup untuk menerima hal yang baru seperti penggunaan teknologi. Untuk keberhasilan usahaternak sapi perah sangat dibutuhkan ketrampilan mengelola sapi yang lebih besar dibandingkan dengan sapi potong sehingga umur dan kekuatan fisik sangat berpengaruh. Saragih (2000) dalam Hastuti, Nurtini & Widiati (2008) mengemukakan bahwa usia mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja pada jenis pekerjaan yang mengandalkan tenaga fisik. Jenis kelamin peternak didominasi kaum laki laki, terlihat peternak berjenis kelamin lakilaki di Kelurahan Sumurrejo 100%, Kelurahan Plalangan sebesar 80%, sedangkan Kelurahan Nongkosawit sebesar 96%. Dalam penelitian ini terdapat kaum perempuan yang menekuni usaha ternak sapi perah, hal ini didasari berbagai macam faktor, diantaranya meneruskan usaha yang ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal dunia, selain itu terdapat peternak perempuan 134

yang pekerjaan utamanya sebagai peternak karena suaminya bekerja dalam bidang lain. Tingkat pendidikan peternak secara keseluruhan tidak mengenyam pendidikan tinggi. Rata rata baru mengenyam pendidikan dasar 9 tahun. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan masih rendah. Tingkat pendidikan peternak berpengaruh terhadap penyerapan informasi dan pengetahuan peternak. Tingkat pendidikan peternak yang rendah akan menyebabkan peternak mengalami kesulitan dalam menangkap informasi dan mengadopsi inovasi. Melalui pendidikan, peternak akan memiliki pengetahuan, keterampilan dan inovasi baru dalam menjalankan usahanya menjadi lebih baik (Haryanti, 2009). Profil responden untuk tingkat pendidikan sebanding dengan perbandingan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Gunungpati yang dapat dilihat dari grafik dalam gambar 1 berikut ini. Gambar 1 Grafik jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Gunungpati 2015 Pengalaman beternak memiliki nilai persentase terbesar berada pada kelompok yang memiliki pengalaman >10 tahun, yaitu mereka yang sudah menggeluti peternakan sejak masih kecil karena orang tuanya mempunyai usaha yang sama atu merupakan usaha turun temurun. Kelompok peternak yang memiliki nilai persentase terkecil berada pada pengalaman beternak kelompok 1-5 tahun, yaitu peternak yang masih muda yang umumnya baru mencoba untuk menekuni peternakan sapi perah. Tingkat pengalaman beternak yang dimiliki akan menjadikan peternak lebih mandiri dan terampil dalam pengelolaan usaha peternakan sapi perah yang dimiliki. Pekerjaan utama peternak sebagian besar adalah sebagai petani. Responden yang pekerjaan utamanya sebagai peternak 37,5%, tetapi bukan murni hanya beternak sapi perah melainnya beternak unggas, perikanan, dan ternak yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa beternak sapi perah hanya merupakan pekerjaan sampingan, tetapi responden yang memiliki pekerjaan utama sebagai peternak juga cukup tinggi ini disebabkan beternak merupakan salah satu usaha yang mampu menunjang kebutuhan ekonomi sehari-hari peternak. Peternak memiliki tanggungan keluarga rata rata sebanyak 2-4 orang. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga yang ditanggung responden akan berpengaruh terhadap banyaknya jumlah pengeluaran rumah tangga yang harus ditanggung oleh peternak, semakin banyak jumlah tanggungan anggota keluarga, maka semakin besar pengeluaran dalam keluarga. Jumlah kepemilikan ternak sapi perah pada penelitian ini berada pada 4 kelompok besar yaitu 1-2 ekor, 3-4 ekor, 5-6 ekor dan >6 ekor. Nilai persentase dengan nilai tertinggi berada pada kelompok kepemilikan ternak 3-4 ekor dengan jumlah ternak yang laktasi rata rata 2 ekor. Sapi laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu. Jumlah kepemilikan sapi laktasi sangat berpengaruh terhadap usaha peternak, kerena akan menentukan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Menurut Daryanto (2007) kepemilikan sapi laktasi dengan jumlah 1-3 ekor hanya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan harian 135

dan operasional saja. Untuk menuju skala ekonomis diperlukan sekitar 10-12 ekor sapi laktasi. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Analisis biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya sewa/pajak lahan, penyusutan peralatan, biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan bibit, dengan jumlah biaya rata-rata sebesar Rp 1.669.238 per tahun. Biaya variabel meliputi biaya pakan hijauan, pakan tambahan, biaya inseminasi buatan (IB), biaya obat-obat, dan biaya listrik, dengan jumlah biaya rata-rata sebesar Rp. 21.238.125 per tahun. Berdasarkan hal tersebut diperoleh rata-rata total biaya yang harus dikeluarkan peternak sebesar Rp. 22.907.363 per tahun. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Penerimaan pada usaha ternak sapi perah meliputi penerimaan dari penjualan susu dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp. 25.513.688 per tahun, dan penerimaan dari penjualan pedet/jantan/dewasa dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp. 6.592.500 per tahun, maka total penerimaan yang diperoleh peternak rata-rata sebesar Rp. 32.106.188 per tahun. Tabel 2 Analisis usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Gunungpati Jenis Data Rata-rata (Rp/tahun) A. Biaya Tetap Penyusutan Kandang 597.344 Penyusutan Peralatan 110.394 Penyusutan Bibit 913.125 Sewa/pajak Lahan 48.375 B. Biaya Variabel Pakan Hijauan 5.844.750 Pakan Tambahan 14.385.150 Obat-obatan 536.250 Inseminasi Buatan 308.250 Listrik 163.725 C. Penerimaan Penjualan Susu 25.513.688 Penjualan pedet/jantan/dewasa 6.592.500 Total Biaya (A+B) 22.907.363 Total Penerimaan (C) 32.106.188 Pendapatan C-(A+B) 9.198.825 Sumber: Analisis Data Primer (2016) Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan usaha ternak sapi perah per tahun dengan total biaya per tahun. Berdasarkan Tabel 2 bahwa rata-rata pendapatan pertahun yang diperoleh peternak sebanyak Rp. 9.198.825 per tahun atau Rp 766.569 per bulan, nilai pendapatan tersebut lebih rendah dari nilai UMK Kota Semarang tahun 2016 tertinggi Rp. 1,9 juta per bulan. Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian Haloho, Santoso, & Marzuki (2013) yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Semarang sebesar Rp. 767.271,-/bulan dengan efisiensi usaha sebesar 1,4 yang berarti peternak memperoleh penerimaan sebesar 1,4 setiap pengeluaran sebesar Rp 1,00. Jumlah pemilikan ternak sapi perah sebesar 4 ST, umur peternak sapi perah rata-rata 27-59 tahun, tingkat pendidikan peternak sebagian besar berpendidikan sekolah dasar 51,3, dan tingkat pengalaman beternak rata-rata 7-11 tahun. Pekerjaan peternak sebagian besar (75%) berstatus sebagai petani. Berbeda dengan pendapatan yang diperoleh peternak sapi perah di Kecamatan Kemusuk Kabupaten Boyolali (Santosa, Setiadi, & Wulandari, 2013) rata-rata sebesar Rp. 1.466.307 per bulan, lebih besar dari pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Gunungpati. Analisis regresi Linier Berganda Karakteristik sosial ekonomi dan jumlah pakan yang mempengaruhi pendapatan peternak 136

sapi perah dalam penelitian ini adalah jumlah ternak laktasi, umur peternak, pendidikan peternak, pengalaman beternak, jumlah pakan hijauan dan jumlah pakan tambahan. Untuk hasil tersebut digunakan analisis regresi berganda untuk memprediksi seberapa jauh pengaruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dari hasil analisis diperoleh persamaan sebagai berikut: Y= - 2,086E6 +7,539E6X 1-26358,483X 2 +84416,838X 3 +176036,328X 4-492876,665X 5 + 425270,000X 6 + e Koefisien Determinan (R 2 ) sebesar 0,726 ini menunjukkan bahwa proporsi pengaruh variabel bebas (jumlah ternak laktasi, umur, pendidikan, pengalaman, pakan hijauan, pakan tambahan terhadap variabel tidak bebas (pendapatan) sebesar 72,6% sedangkan sisanya 27,4 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasuakkan dalam model persamaan regresi linier dalam penelitian ini. a. Uji F-Statistik Tabel 3 Hasil uji F pada model regresi Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1.741E15 6 2.902E14 32,310,000 a Residual 6.557E14 73 8.982E12 Total 2.397E15 79 Berdasarkan Tabel 3 besarnya nilai F hitung adalah 32,310 (P<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diteliti yaitu jumlah ternak laktasi, umur peternak, pendidikan peternak, pengalaman beternak, jumlah pakan hijauan dan jumlah pakan tambahan secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan peternak sapi perah rakyat. b. Uji t-statistik Tabel 4 Hasil uji t pada model regresi No Variabel Koefisien Regresi T hitung Prob. sig 1 Konstanta -2.086E6-0,531 0,597 2 Ternak Laktasi 7.539E6 8,122 0,000* 3 Umur -26358,483-0,478 0,634 4 Pendidikan 84416,838 0,477 0,635 5 Pengalaman 176036,328 2,707 0,008* 6 Pakan Hijauan -492876,665-7,178 0,000* 7 Pakan Tambahan 425270,000 4,729 0,000* Keterangan : * signifikan Pada tingkat kepercayaan 99% (a=0,01) ns tidak signifikan Berdasarkan hasil analisis regresi ternak laktasi (X1), pengalaman beternak (X4), jumlah pakan hijauan (X5) dan jumlah pakan tambahan (X6) memiliki pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan usaha sapi perah (P< 0,01). Ternak laktasi (X1) memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap perolehan pendapatan usaha sapi perah (P<0,01). Semakin bertambah jumlah ternak laktasi maka pendapatan akan meningkat sebesar Rp. 7.539.000/tahun. Jumlah sapi laktasi yang dimiliki peternak akan menentukan banyaknya susu yang dihasilkan, susu merupakan penerimaan terbesar yang diperoleh peternak dari sapi perah, semakin banyak sapi laktasi yang dimiliki maka makin banyak jumlah penerimaan yang didapatkan peternak begitu juga sebaliknya. Menurut Hermanto (1996), menyatakan bahwa kepemilikan ternak berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha tani ternak. Semakin banyak memelihara ternak, semakin meningkat pendapatan usaha tani ternak. Pengalaman beternak (X4) memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usaha sapi perah (P<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman beternak memiliki peranan yang penting untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Berdasarkan data penelitian rata-rata pengalaman peternak dalam beternak sapi perah 137

sudah lebih dari 10 tahun. Pengalaman beternak bagi para peternak di samping ikut menentukan kelangsungan dan keberhasilan usaha peternakan, juga turut menentukan baik tidaknya usaha peternakan yang dilakukan. Pengalaman peternak dalam menjalankan usahanya akan memudahkan dalam mengatasi masalah dan pengambilan keputusan, serta memiliki pengalaman juga menentukan berhasil tidaknya seorang peternak mengusahakan suatu jenis usaha tani ditentukan oleh lamanya beternak (Lestari, 2009 dalam Santoso et al., 2014). Jumlah pakan hijauan (X5) memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usaha sapi perah (P<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pakan hijauan merupakan kebutuhan yang penting untuk kelangsungan hidup ternak dan mempunyai pengaruh besar terhadap produksi susu yang dihasilkan ternak. Menurut Achroni (2013), pakan ternak perah adalah bahan yang dapat diberikan kepada ternak perah sebagian atau seluruhnya yang dapat dicerna tanpa menggangu kesehatan dengan tujuan selain kelangsungan hidupnya secara normal, juga diharapkan dapat mengoptimalkan produksinya. Jumlah pakan tambahan (X6) memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usaha sapi perah (P<0,01). Pakan tambahan secara statistik berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan peternak sapi perah, disebabkan pakan tambahan berperan peting untuk menyesuaikan jumlah protein yang diberikan kepada sapi perah dan juga untuk menutupi kekurangan zat makanan dari pakan hijauan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian karakteristik peternak sapi perah di Kecamatan Gunungpati meliputi usia peternak dengan rata-rata umur 51 60 tahun, dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), pengalaman beternak lebih dari 10 tahun, pekerjaan utama kebanyakan adalah petani, jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3-4 orang dan jumlah kepemilikan ternak rata-rata 3-4 ekor sapi perah. Rata-rata pendapatan peternak sapi perah rakyat di Kecamatan Gunungpati sebesar Rp 9.360.333 per tahun atau Rp 766.569 per bulan jadi lebih rendah dari nilai UMR Kota Semarang. Jumlah ternak laktasi, pengalaman beternak, jumlah pakan hijauan dan jumlah pakan tambahan memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Gunungpati. DAFTAR PUSTAKA Achroni, D. 2013. Kiat Khusus Usaha Ternak Sapi Perah Skala Kecil. Yogyakarta: Trans Idea Publishing. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. (2015). Banyaknya ternak di Kecamatan Gunungpati tahun 2014. Semarang: Autor. Daryanto, A. (2007). Peningkatan daya saing industri peternakan. Jakarta: PT. Permata Wacana Lestari. Haryanti, Y.Y. (2009). kinerja reproduksi induk silangan peranakan ongle di Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Peternakan UGM.. Hastuti, D., Nurtini, S., & Widiati, R. (2008). Kajian sosial ekonomi pelaksanaan inseminasi buatan sapi potong di Kabupaten Kebumen. Jurnal Mediagro 4(2). Hermanto, F. (1996). Ilmu usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Haloho, R.D., Santoso, S.I., & Marzuki, S. (2013). Efisiensi Usaha Peternakan Sapi Perah Di Kabupaten Semarang. Jurnal Agromedia 31(2). Prasetya, H. (2012). Prospek cerah beternak sapi perah. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Santosa, S.I., Setiadi, A., Wulandari, R. (2013). Analisis potensi pengembangan usaha peternakan sapi perah dengan menggunakan paradigma agribisnis di Kecamatan Kemusuk Kabupaten Boyolali. Jurnal Buletin Peternakan 37(2), 125-135. Lestari, H. (2009). Tingkat Adopsi Inovasi dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari. Dalam Santoso, M., Utami, A., Hari, D., & Nugroho, B.A. (2014). Analisis pendapatan usaha peternakan sapi perah rakyat berdasarkan skala usaha di Desa Boto Putih Kecamatan Bandungan Kabupaten Trenggalek. Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Saragih, B. (2000). Agribisnis Berbasis Peternakan. Dalam Hastuti, D., Nurtini, S., & Widiati, R. (2008). Kajian sosial ekonomi pelaksanaan inseminasi buatan sapi potong di Kabupaten Kebumen. Jurnal Mediagro 4(2). Soekartawi. (2002). Prinsip dasar ekonomi pertanian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 138

Taslim. (2011). Pengaruh faktor produksi susu usaha ternak sapi perah melalui pendekatan analisis jalur di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak 10(1). Umar, H. (2000). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 139