BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan berfikir. Perilaku konsumen memiliki berbagai macam pengertian. Salah

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha menghindari diri dengan cara menyembuhkan suatu jenis penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. Karo, Sumatera Utara, Indonesia.Etnis Karo memiliki bahasa sendiri yaitu cakap

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran menjadikan

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi

1. Pengantar A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda dari setiap suku.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB 1 PENDAHULUAN. adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. makan dengan teratur, istirahat yang cukup, dan rajin berolahraga. Namun, pola

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang masalah. Suku Karo adalah salah satu suku yang ada di Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

TINJAUAN PUSTAKA. rendah, hutan gambut pada ketinggian mdpl, hutan batu kapur, hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman herbal merupakan jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, media juga mengambil peran dalam publikasi kegiatan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman obat keluarga (disingkat TOGA) adalah tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. beragam ketentuan adat yang dimiliki. Kehidupan setiap etnis berbeda-beda. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan. yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Studi etnobotani tidak hanya pada

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. suku. Suku-suku di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dan budaya tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA PADA SUKU MELAYU DI KELURAHAN PEKAN LABUHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suku Batak adalah suatu suku terbesar yang mendiami pulau Sumatera Utara. Suku Batak memiliki 6 sub suku-suku bangsa yaitu, Batak karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di dalam masing masing etnis Batak mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang lainnya, begitu juga dengan pemanfaatan pengobatan tradisional. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180) Dalam kebudayaan masyarakat Karo pengobatan tradisional yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari menjadi kepercayaan masyarakat (kearifan lokal) yang mampu menyembuhkan penyakit, seperti Kuning, minyak Pengalun dan Sembur. Masyarakat karo tidak terlepas dari pengobatan tradisional yang telah mendarah daging di dalam kehidupannya sebagai hasil budaya masyarakat. Meskipun dunia pengobatan semakin berkembang bukan berarti pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan ramuan menjadi surut. Dalam hal ini masyarakat Karo telah mampu mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dikenal dan dimanfaatkan untuk ramuan obat. Seperti masyarakat Karo. masyarakat Batak Karo yang mendiami

suatu daerah induk yang meliputi dataran tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu dan sebagian dari Dairi memiliki pengetahuan terhadap pemanfaatan pengobatan tradisional yang telah turun temurun dan sejak dahulu telah dilakukan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo. Masalah kesehatan adalah masalah yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberlangsungan hidup masyarakat sehingga setiap manusia akan berusaha terhindar dari penyakit agar dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik. Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan dan kebutuhan setiap individu, termasuk orang yang sakit dan orang yang sehat sekalipun. Orang sakit membutuhkan penyembuhan sedangkan orang sehat membutuhkan adanya peningkatan peningkatan kesehatan, pencegahan, perbaikan atau rehabilitasi dan pemeliharaan kesehatan (Sudarma, 2008:16). Manusia akan melakukan apa saja agar mendapatkan tubuh yang sehat baik secara tradisional maupun modern seoerti pengobatan tradisional dalam masyarakat karo yang disebut sebagai tambar (obat). Tambar atau obat adalah suatu jenis obat-obatan Karo yang menjadi suatu keharusan dalam sejarah sejak zaman Karo pra sejarah, tentu saja obatobatan terus berkembang, ada obat-obatan yang berasal dari hal-hal yang dapat dipelajari. Tambar-tambar ini di tuliskan di dalam kulit atau laklak kayu di sebut pustaka. Pustaka laklak kayu tersebut banyak ragamnya pustaka Karo yang terkenal adalah pustaka najati (Ginting E P, 1999:52).

Tanaman berkhasiat telah lama digunakan oleh nenek moyang dan memberikan hasil yang baik dalam pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Selama berabad abad banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat berbagai penyakit. Pada zaman dahulu, masyarakat mengetahui tanaman yang berkhasiat untuk obat dan cara penggunaannya sebagai obat, bersumber dari nenek moyang ataupun orang tua yang diwariskan secara turun temurun yang sampai pada saat ini masih banyak ataupn bisa di katakakn hampir seluruh masyarakat karo masih menggunakan pengobatan tradisonal dengan tanaman obat yang di jadikan sebagai obat. Bagian tanaman obat yang dapat dijadikan dan dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional adalah akar, batang, daun, bunga, dan buah. Obat-obatan tradisional Karo masih dipercayai oleh masyarakat Karo pada saat ini antara lain :Sembur, Kuning, Minak Pengalun (minyak urut), dan Oukup (mandi uap). Dari beberapa pengobatan tradisional tersebut adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah mengenai pengobatan tradisional Sembur yang ada pada masyarakat karo yang tinggal di desa Sei Musam Kendit. Sembur adalah suatu obat tradisional dalam masyarakat Karo yang terdiri dari beras, daun-daunan hutan, jahe, lada, pala, dan akar-akaran dan lainnya dari tanaman obat yang semuanya kemudian dicincang tidak terlalu halus. Cara memakainya yaitu disemburkan ke bagian tubuh yang dianggap perlu. sangat dipercayai dalam penyembuhan penyakit yang diderita seseorang yang berkaitan dengan penyakit dalam seperti, sakit perut,masuk angin, sakit maag, panas dalam,

sakit kepala, dan berguna bagi wanita yang sedang mengalami datang bulan agar mengurangi nyeri pada perut. Pengobatan sembur ini juga memiliki jenis, seperti sembur gongseng (sembur kering), sembur gara (sembur merah), sembur dukut dukut dan beberapa yang lainnya tergantung pada sakit yang di alami oleh si penderita. Biasanya sembur kerah (sembur kering ini digunakan pada sakit yang belum terlalu parah, lain halnya dengan sembur gara (sembur merah) yang cenderung digunakan untuk penyakit yang sudah parah atau yang tidak lagi bisa digunakan dengan pengobatan sembur kerah (sembur kering) tersebut. dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian tersebut yaitu jenis sembur gongseng, sembur gara,dan sembur dukut - dukut. Sembur memiliki fungsi yang berbeda dan peracikan ramuan tanaman obat yang di jadikan sembur juga berbeda dan di dalam pembuatan sembur tersebut ada juga sembur yang mengunakan ritual tertentu dalam membuat dan dalam pengobatannya tergantung kepada si pembuat sembur tersebut. Dalam hal ini sembur memiliki fungsi yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Karo, dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam bidang kesehatan masyarakat Karo. Selain tidak memiliki efek samping, sembur ini juga tidak memerlukan biaya yang besar dalam pengunaannya dari pada pengobatan modern yang memerlukan biaya yang lebih dari pengobatan tradisional. Pentingnya sembur bagi masyarakat Karo dapat terlihat dari penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari Masyarakat Karo. Pada umumnya setiap masyarakat Karo yang tinggal di desa selalu memiliki dan menyediakan

sembur sebagai pengobatan alternatif selain dari obat obatan modern yang dianggap masyarakat karo masih banyak mengandung zat kimia yang tidak baik bagi kesehatan. Bahan ramuan obat yang digunakan dalam pembuatan sembur pada umumnya diperoleh dari lingkungan sekitar dan juga ke hutan hutan pada saat si pembuat sembur tidak lagi menemukan bahan yang di perlukan dari lingkungan sekitar desa Sei Musam Kendit tersebut. Dalam UU NO. 32/2009 mengenai kearifan lokal tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup BAB 1 pasal 1 butir 30 adalah nilai nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.(http://www.tanahimpian.org/dasar/148-kearifan-lokal-localwisdom.html). Bahan-bahan yang di gunakan dalam pembuatan sembur juga bisa di temukan mudah ditemukan di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal dan di hutan, dan peracikan sembur biasanya dilakukan dengan beberapa orang, karena dalam pembuatan sembur ini dibuat oleh beberapa keluarga yang ingin membuatnya agar menghemat biaya dan tenanga karena masyarakat karo yang berada di daerah Desa Sei Musam Kendit mengambil bahan bahan yang di perlukan haruslah mengambilnya ke tempat tempat yang jauh bilamana bahan bahan yang diperlukan tidak ada di daerah lingkungan dan dalam pencincangan sembur juga harus memiliki jumlah anggota pembuat sembur yang cukup agar proses cepat dapat diselesaikan. Seorang ibu yang sedang mengalami masa pasca melahirkan sering mengunakan sembur agar terhindar dari masuk angin dan terhindar dari sakit

kepala yang diderita. Sembur juga bisa digunakan pada anak-anak yang baru lahir sesuai dengan jenis sembur yang khusus dibuat untuk anak-anak sesuai dengan yang di anjurkan oleh si pembuat sembur tersebut. Manfaat sembur ini telah dirasakan oleh penulis sendiri. karena sejak kecil penulis menggunakan sembur masuk angin untuk pengobatan masuk angin dan sembur gara untuk demam dikala penulis mengalami suatu penyakit yang diderita. Hal di atas yang menyebabkan penulis ingin melakukan suatu penelitian deskriptif mengenai fungsi sembur pada masyarakat Karo di desa Sei Musam Kendit, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Berdasarkan Latar belakang yang telah dikemukaan tersebut, sehingga penulis sendiri merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh lagi mengenai Fungsi Sembur Sebagai Alternatif Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Karo di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Fungsi sembur bagi kesehatan masyarakat di Desa Sei Musam Kendit kecamatan bahorok, Kabupaten Langkat. 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sembur sebagai pengobatan alternatif di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. 3. Cara yang digunakan dalam pelaksanaan pembuatan sembur

4. Nilai nilai yang terkandung dalam pelaksanaan sembur sebagai alternatif pengobatan tradisioanl pada masyarakat karo di Desa Sei Musam Kendit. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang di uraikan maka pertanyaan penelitian adalah 1. Apa fungsi sembur bagi kesehatan masyarakat di desa Kendit Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat? 1. Apa bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sembur? 2. Bagaimana cara yang digunakan dalam pembuatan sembur? 3. Bagaimana nilai nilai yang terkandung dalam pelaksanaan dan pemanfaatan sembur sebagai alternatif pengobatan tradisional pada masyarakat karo di Desa Sei Musam Kendit. 1.4 Tujuan penelitian Ada pun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui fungsi sembur bagi masyarakat di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. 2. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sembur di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. 3. Untuk mengetahui cara yang digunakan dalam pembuatan sembur di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat.

4. Untuk mengetahui nilai yang tergantung dalam pelaksaanan pembuatan sembur di Desa Sei Musam Kendit Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis sendiri hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan wawasan mengenai pengobatan tradisional sembur dalam kehidupan sehari-hari. 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengobatan tradisional sembur di masyarakat. 3. Penelitian ini dapat juga dijadikan sebagai masukan bagi seluruh masyarakat dan mahasiswa untuk melakukan penelitian serupa lebih lanjut lagi.