Penciptaan Wibawa Polri Berorientasi Zero Case. Oleh : Danny Siagian Rabu, 23 Oktober :22

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

Memilih Calon Anggota DPR RI yang Cermat (Cerdas dan Bermanfaat) (16/U)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

Memahami Kebingungan Jokowi. Written by Mudjia Rahardjo Tuesday, 10 February :50 -

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan. Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak berpisahnya Polri dari tubuh organisasi Angkatan Bersenjata Republik

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu lembaga penegak hukum serta merupakan

ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

PENGARAHAN UMUM GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA RAPAT PEMBINAAN APARAT POLISI PAMONG PRAJA SE- KALIMANTAN BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dengan Polri, merupakan salah satu pelaku penegak hukum disamping

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

MEWUJUDKAN VISI PERADILAN MILITER YANG AGUNG

AMANAT PADAUPACARA BENDERA BULANAN SENIN, TANGGAL 19JANUARI2015

Jokowi dan Skenario Kapolri Selasa, 20 Januari 2015

Pimpinan, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB I PENDAHULUAAN. publiknya baik internal maupun publik eksternal. Dengan pengayatan unit Public

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

MOTIVASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PERSONEL POLRI DI POLRES TANGGAMUS

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial, diatur dalam Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang

1) Nasionalis. 2) Pemberani

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

UPAYA MEWUJUDKAN PERADILAN MILITER YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekuasaan atau adat yang berlaku untuk semua orang dengan tujuan untuk

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

KORUPSI DAN KECERDASAN. Oleh Yoseph Andreas Gual

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

RANCANGAN. Tahun Sidang : Masa Persidangan : II Rapat ke :

7. PENUTUP Kesimpulan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencatat banyak pemimpin yang dipilih oleh rakyat karena mengangkat isu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia di sisi lain dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah dan

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Krisis Kepemimpinan Polri di Tahun 1978, Tak Terjadi Lagi di Tahun Oleh Otto Ismail Rabu, 10 April :43

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SEKOLAH POLISI NEGARA(SPN) PADANG BESI

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negar

BAB 1 PENDAHULUAN. Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

KINERJA ORGANISASI PEMERINTAH Oleh : AGUS RONALDI

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

2017, No Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Kepemilikan Barang yang Tergolong Mewah oleh Pegawai Negeri pada Kepoli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penegak hukum, tetapi lebih memberikan rasa aman kepada masyarakat.

Transkripsi:

KOPI - Ada beberapa pertanyaan sederhana yang bisa menimbulkan berbagai tafsir, jika kita bicara soal wibawa Polri (Kepolisian Republik Indonesia). Terutama pasca reformasi, yang justru banyak terlibat dan malah jadi sumber masalah. Pertanyaannya adalah: Mengapa zaman dulu masyarakat lebih segan, bahkan lebih takut terhadap polisi? Mengapa belakangan ini justru polisi diejek, dikeroyok, bahkan ditembaki? Tapi kenapa juga masyarakat selalu mencari, mengadu, bahkan membutuhkan polisi jika ada masalah? Apa yang salah di kepolisian? Dimana letak kesalahannya? Sungguh ironis, jika kepolisian mengalami dilematis dalam posisinya, sebagai penegak hukum, sementara disisi lain sekaligus jadi pelindung dan pengayom masyarakat. Mungkin, disinilah letak permasalahannya. Ada peran ganda yang bertolak belakang. Jika zaman dulu, katakanlah misalnya dari tahun 70-an hingga tahun 90-an, polisi demikian disegani antara lain karena figur-figur yang menjadi pemimpinnya di berbagai jenjang kepangkatan maupun wilayahnya, mampu menyelesaikan berbagai masalah pelik. Selain itu, kemampuan polisi sering menjadi tumpuan masyarakat, untuk penyelesaian berbagai ketidak-adilan maupun kesewenang-wenangan misalnya, para bandit maupun preman, atau para penguasa yang bukan penegak hukum. Bahkan dulu, kalau dikatakan urusannya ke polisi, banyak masyarakat yang tidak mau. Karena bayangannya akan serba sulit, tegas, dan bahkan dianggap kejam. Karena unsur ketegasan maupun kewibawaannya masih kental. Banyak urusan yang kalau ke polisi, dirasakan menjadi berat dan sulit. Unsur penegakan hukumnya, masih sangat kental. Bahkan zaman dulu, rata-rata polisi pegang pistol. Jangankan polisi di bagian reserse maupun intel. Polisi lalu-lintas yang urusannya dominan mengatur lalulintas-pun, dipersenjatai pistol. Sehingga makin menjadikannya sebagai orang yang pantas menggunakan pistol sewaktu-waktu, jika situasi mendesak. 1 / 5

Demikian banyak simbol-simbol yang dapat dijadikan sebagai ukuran, sehingga polisi zaman dulu dipandang jauh lebih disegani. Belum lagi kalau masuk menjadi perwira polisi, yang demikian ketat dan selektif. Seolah-olah hanya orang pilihan yang bisa masuk. Namun, perlahan tapi pasti, sejak adanya Undang-undang No. 2/2002 tentang Polri, yang terutama berkaitan dengan tugas dan fungsi Polri, nampaknya ada perubahan signifikan. Kendati belum ada penelitian yang benar-benar sahih, untuk mendeteksi perubahan tersebut. Kebanyakan masyarakat lebih menganggap, polisi sekarang tidak berwibawa. Polisi tidak profesional. Polisi biang kerok banyak masalah, dan sederet tudingan jelek. Jika kita coba identifikasi, persoalan yang bersumber dari Polri sendiri seperti: Adanya bawahan yang berani menembak atasannya; Adanya Rekening gendut para perwira tinggi; Polisi yang menjadi dalang pembunuhan isterinya; Polisi yang dituding menembaki para demonstran secara membabi-buta; Polisi yang menjadi backing cukong judi gelap; Polisi yang pacaran dengan isteri orang lain; Kasus korupsi simulator yang merugikan Negara hingga ratusan miliar; dan sejumlah masalah yang buruk lainnya. Dan yang lebih parah lagi, beberapa peristiwa belakangan ini, polisi secara beruntun ditembak oleh orang-orang tak dikenal. Pertanyaannya, mengapa polisi jadi sasaran tembak? Padahal, harusnya polisi berada di posisi mencari sasaran tembak, khususnya bagi para bandit dan preman? Semakin parah lagi, ketika ada himbauan dari pimpinan Polri, untuk tidak menggunakan seragam, diluar dinas? Cilaka! Apakah karena takut jadi sasaran tembak? Bukankah itu malah berkontribusi menurunkan citra dan wibawa polisi, yang terkesan takut terhadap sekelompok orang yang dianggap sebagai teroris, misalnya? Idealnya, situasinya harus dibalik. Bukan menunjukkan rasa gentar. Bila perlu, polisi justru harus menunjukkan keberingasannya memberantas manusia-manusia tak bertanggungjawab itu. Kejar, buru dan tangkap. Justru polisi seharusnya menunjukkan kepiawaiannya menaklukkan mereka-mereka yang menembaki polisi itu. 2 / 5

Alangkah miris, jika kita dengan masyarakat berkata-kata, misalnya: Polisi saja jadi sasaran tembak. Apalagi masyarakat? ; Polisi saja terancam. Bagaimana dengan masyarakat yang terancam? ; atau bahkan dikatakan Polisi sudah tidak aman, bagaimana mereka bisa mengamankan? ; Polisi saja sudah tak ditakuti teroris, apalagi masyarakat?. Dan masih banyak perbincangan yang menjadi keseharian, yang biasanya berangkat dari kemurnian berpikir masyarakat. Oleh sebab itu, jelas ada banyak masalah di internal kepolisian itu sendiri. Bahkan sebuah hasil survei lembaga berkompeten tahun 2012 membuktikan, lembaga Kepolisian adalah lembaga yang paling korup. Sementara, kewibawaan itu bersumber dari kepercayaan masyarakat terhadap polisi. Yang jadi persoalan, bagaimana bisa kewibawaan tercipta, sementara polisi itu sendiri sekarang ini jadi sumber masalah? Dengan Zero Case Kembalikan Wibawa Ada beberapa hal penting yang menjadi tugas korps kepolisian diseluruh jajarannya, jika ingin masyarakat kembali percaya. Selain meningkatkan profesionalisme, masalah rekrutmen yang harus diperketat kembali, bahwa seharusnya, polisi tidak bisa menjadi sumber masalah. Polisi tidak menjadi biang masalah. Polisi harus mengacu kepada zero case atau tidak ada masalah. Atau boleh dikatakan nol masalah. Hal ini juga tentu berlaku bagi penegak hukum lainnya seperti: Hakim; Jaksa dan penegak hukum lainnya. Sebab, jika polisi sebagai penegak hukum, atau pihak yang harus menyelesaikan masalah, ternyata penuh permasalahan, bagaimana masyarakat bisa percaya? Cap bermasalah ini, justru menjadi masalah utama yang sangat berpengaruh terhadap kewibawaan polisi. Akhirnya, kredibilitasnyapun diragukan. 3 / 5

Sebaliknya, jika polisi yang seharusnya sebagai pihak yang menyelesaikan masalah, secara umum bersih dari berbagai masalah, maka dengan sendirinya masyarakat akan makin percaya terhadap polisi. Tentu, untuk mengacu kepada zero case tidak mudah. Yang paling utama dibutuhkan adalah, komitmen dan kejujuran sebagai penegak hukum. Polisi harus membiasakan diri untuk mengatakan salah, jika salah, dan mengatakan benar, jika memang benar. Termasuk jika polisi sendiri melakukan kesalahan, harus berani mengatakan salah. Jangan malah terkesan dibuat berbelit-belit, atau melindungi sesama korps. Hal lain yang penting adalah, menegakkan kedisiplinan di kalangan internal. Akan tetapi, kedisiplinan yang benar-benar konsekwen dijalankan. Bukan sekedar disiplin yang terlihat keluar saja. Bukan sekedar disiplin yang dilihat publik serbagai pemantas atau bahkan hanya pencitraan semata. Yang tak kalah pentting memang, polisi itu harus siap untuk tidak serakah, atau tidak buru-buru kaya. Sebab, dalam banyak kasus, arogansi dan keserakahan ini menjadi biang kerok permasalahan di kalangan polisi. Banyaknya perwira menengah hingga perwira tinggi yang tersandung kasus suap-menyuap, sangat signifikan memperburuk citra dan wibawa polisi. Sementara di kalangan bawah, polisi dengan berbagai macam ulah dan tingkah laku, membuat masalah dengan gayanya sendiri. Toh sama-sama menciptakan masalah, dengan sikap arogansi. Dengan momentum pergantian Kapolri dari Jend. Pol Timur Pradopo kepada calon Kapolri, Komjen. Pol Sutarman, diharapkan dapat mengembalikan citra dan kewibawaan polisi ke depan. Polri ke depan diharapkan tidak lagi bergelimang masalah. Akan tetapi, jika polisi dituntut tidak banyak masalah, tidak arogan dan harus sabar dengan pendapatan yang ada, maka sebaiknya Pemerintah juga harus memperhatikan tingkat kesejahteraan polisi. Polisi harusnya diberi insentif atau semacam renumerasi tambahan, jika dalam kurun waktu tertentu, mampu menjalankan tugas dengan baik, dengan tanpa ada 4 / 5

masalah, atau zero case itu tadi. Hal ini dapat dipandang menjadi kebijakan khusus, yang diupayakan Kapolri terhadap Pemerintah, dalam rangka mendukung kebijakan penegakan disiplin internal, dengan segala konsekwensinya. Termasuk membuat para polisi yang baik, tidak tergoda korupsi. Sebab, jika soal kesejahteraan polisi juga layak dalam berbagai jenjang karir maupun prestasinya, maka niscaya polisi akan melakukan tugas dengan sesungguhnya, dan sebenar-benarnya. Ibaratnya, polisi tidak akan curang dengan kewenangannya, jika mereka juga aman dalam kehidupan keluarganya. Coba saja ditanya, apakah ada polisi yang mau cari-cari masalah? Sebab, sebagai penegak hukum, polisi sangat tahu persis risiko yang muncul, jika dirinya cari masalah. Semua atribut, pangkat dan harga diri, bisa berantakan jika tersandung masalah. Bagaimanapun, polisi juga manusia. Apalagi, ada berbagai disiplin yang selalu mengikat dalam kewenangannya. Sehingga, ada koridor yang selalu menjadi demarkasi perilakunya. Nah, jika demikian halnya, maka sebenarnya, arah zero case akan mampu mendongkrak profesionalisme, citra dan kewibawaan polisi, baik dari dukungan personil maupun secara institusi. Bagaimana Polri tercinta, mampukah? Penulis: Danny PH Siagian, SE, MBA, MM; Pemerhati Kepolisian RI/ Dosen 5 / 5