BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jovi Nuriana Putra, 2015 Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari bantuan atau

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan. masyarakat, terlebihi masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

Penelitian atau research dapat didefinisikan sebagai usaha untuk. mana dilakukan dengan penggunaan metode ilmiah. 1

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu beserta dengan bagaimana cara

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN TERHADAP ANAK YANG TERLAMBAT MENDAPAT AKTA (Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agama seperti yang kita ketahui bahwa dalam perspektif umat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

Makalah Pendidikan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 SERI E.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

PELAKSANAAN PERKAWINAN BAGI ORANG YANG BERBEDA AGAMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis empiris. Metode pendekatan yuridis empiris ialah metode penelitian

KUASA KHUSUS NONMUSLIM DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Pengadilan Agama Blora ) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB III METODE PENELITIAN. dapat memilih dan menentukan metode yang tepat guna mencapai tujuannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 75 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian pasangan..., Rita M M Simanungkalit, FH UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

Bab V KESIMPULAN Kesimpulan. Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama. Pasal 28E

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah. 1 Dan tujuan perkawinan

2 alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiw

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

III. METODE PENELITIAN. sekali dalam mencari, menemukan dan menganalisa suatu masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dengan ragam masyarakat yang sangat majemuk, beragam suku, ras, bahasa, kebudayaan, adat istiadat dan agama. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat majemuk, sehingga Indonesia merupakan salah satu contoh konkrit Negara yang multikultural di dunia. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat yang heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme di dalamnya. Adanya perbedaan tersebut justru berfungsi untuk mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat. Pluralisme masyarakat, dalam tatanan sosial, agama dan suku bangsa telah ada sejak nenek moyang. 1 Indonesia memiliki dasar negara yaitu Pancasila, dari Pancasila tersebutlah hukum nasional di Indonesia tercipta. Sila ke-1 dari Pancasila menyebutkan bahwa Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai dasar hukum negara, menyatakan Negara menjamin kemerdekaan penduduk 1 Endang Poerwanti, Pemahaman Psikologi Masyarakat Indonesia Sebagai Upaya Menjembatani Permasalahan Silang Budaya, Lembaga Kebudayaan-Universitas Muhammadiyah Malang. http://www.ialf.edu/kipbipa/abstracts/endangpoerwanti.htm. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2017 10:52 1

untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. 2 Ragam suku dan ras di Indonesia yang masing-masing memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda membuat ragam adat dan tradisi setiap masyarakat Indonesia menjadi sangat banyak dan setiap wilayah memiliki ciri khas atau karakter yang menjadi identitas bagi masyarakatnya. Keberagaman di Indonesia juga menjadi faktor yang melatarbelakangi ragam agama yang dianut oleh masyarakatnya, termasuk aliran kepercayaan yang berlandaskan pada keyakinan terhadap ajaran nenek moyang atau roh halus, namun hanya ada 6 (enam) agama formal yang sah secara hukum atau telah diakui secara konstitusional, yaitu adalah Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dengan masuknya agama-agama baru yang kemudian diresmikan oleh pemerintah tidak membuat seluruh masyarakat Indonesia memilih salah satu dari agama resmi tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Penghayat Kepercayaan melalui catatan yang terdaftar dalam Kementerian Budaya dan Pariwisata. Penghayat Kepercayaan ialah setiap orang yang mengakui dan meyakini nilai-nilai penghayatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 3 Data Kemerian Budaya dan Pariwisata tahun 2010 mencatat bahwa terdapat 238 (dua ratus tiga puluh delapan) 2 Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 29 ayat 2. 3 Indonesia, Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 43/41 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan Kepada Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 1 ayat 3 2

kepercayaan yang terdaftar dan 196 (seratus sembilan puluh enam) kepercayaan yang masih aktif. Kepercayaan ini tentunya juga memiliki ketentuan atau peraturannya sendiri, terutama ketentuan atau peraturan mengenai perkawinan diantara mereka. Sampai detik ini, tidak satupun dari kepercayaan yang terdaftar di Kementerian Budaya dan Pariwisata tersebut telah menjadi kepercayaan yang diakui oleh negara seperti agamaagama besar lainnya. Dan hal tersebut cukup mengecewakan dan membuat resah para pemeluknya. Dengan tidak diakuinya kepercayaan mereka, memungkinkan untuk tidak diakuinya pula hal-hal lain yang terkait dengan perbuatan hukum di mata negara, seperti misalnya perkawinan dan kembali lagi hal tersebut akan menyulitkan para Penghayat Kepercayaan tersebut. Terlepas dari agama yang diakui oleh negara secara konstitusional atau agama formal, terdapat beberapa kampung adat di pulau Jawa yang anggotanya menganut kepercayaan di luar agama yang telah diakui oleh Pemerintah. Keberadaan kampung adat tersebut dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat karena terdapat kebudayaan yang unik dan berbeda daripada yang lain. Berbicara tentang wilayah-wilayah yang memiliki keragaman budaya, salah satunya ialah di daerah Kabupaten Kuningan yang tepatnya berada di Kampung Wage Kecamatan Cigugur. Kabupaten Kuningan terletak di kaki Gunung Ciremai, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan dengan 3

Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis, serta sebelah barat dengan Kabupaten Majalengka. 4 Di Kabupaten Kuningan Kecamatan Cigugur, terdapat budaya dan unsur-unsur adat yang masih kental dengan nuansa religius dan berbagai kearifan lokal lainnya. Nilai dan norma yang dijunjung oleh masyarakatnya juga sangat baik dan memiliki kekhasan yang ditunjukkan dengan tingkat toleransi yang sangat tinggi diantara masyarakatnya. Terdapat beberapa masyarakat yang berbeda keyakinan di tempat yang sama, tentu saja hal tersebut merupakan sebuah keunikan atau menjadi ciri khas wilayah Kecamatan Cigugur, masyarakat dengan beda agama yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, dan Sunda Wiwitan yang masyarakatnya hidup rukun serta saling berdampingan ini dapat menjadi contoh dalam pola sikap multikulturalisme di masyarakat. Hal ini merupakan contoh yang sangat bagus untuk diterapkan oleh setiap masyarakat di Indonesia karena Negara Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki ragam agama, budaya, suku, ras, dan lain-lain yang jumlahnya sangat banyak. Terdapat bangunan kuno di Kabupaten Kuningan Kecamatan Cigugur tepatnya di Kampung Wage yang digunakan sebagai pusat berkumpulnya penganut kepercayaan Sunda Wiwitan Cigugur atau biasanya disebut Agama Djawa-Sunda (ADS), bangunan tersebut merupakan tempat dimana keberadaan aliran ini berada. ADS atau Sunda Wiwitan ini sudah sangat terkenal hampir di seluruh nusantara dan negara 4 https://www.kuningankab.go.id/tentang-kuningan/letak-keadaan-geografis diakses pada tanggal 13 Maret 2017 11:00 4

tetangga, hal tersebut diperkuat dengan adanya upacara adat Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahunnya semakin menambah daya tarik turis lokal maupun internasional untuk datang ke Cigugur. Agama Djawa Sunda atau ADS adalah nama yang diberikan oleh Antropolog Belanda terhadap kepercayaan sejumlah masyarakat yang tersebar di daerah Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Oleh para penganutnya Agama ini dikenal dengan sebutan Cara Karuhun Urang yang artinya tradisi nenek moyang, Agama Sunda Wiwitan, ajaran Madrais atau Agama Cigugur. 5 Para pemeluk Sunda Wiwitan seringkali merasa tidak terpenuhi hak-hak sipilnya. Selama ini perlakuan pemerintah terhadap kepercayaan lokal dianggap diskriminatif, terutama dalam pelayanan mengenai hak-hak sipil seperti pencantuman kepercayaan dalam kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP), pencatatan perkawinan dan pemberian akte kelahiran bagi anak penganut kepercayaan. 6 Seperti ketika terjadinya perkawinan diantara para Penghayat Kepercayaan, maka mereka akan menempuh suatu perjalanan panjang untuk mendapatkan pengakuan yang sah mengenai perkawinan mereka oleh negara karena kepercayaan yang mereka yakini, kepercayaan yang mereka anut, belum diakui oleh negara sebagai kepercayaan resmi. Walaupun demikian, keberadaan para Penghayat Kepercayaan jelas dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945 dan seharusnya negara dapat memberikan suatu kepastian hukum yang 5 http://repository.upi.edu/20851/3/s_1102332_sos_chapter1.pdf diunggah pada tanggal 13 Maret 12:00 6 http://www.bbc.com/indonesia/majalah-38154420 diakses pada tanggal 13 Maret 2017 14:00 5

dapat menjamin keberadaan mereka dan segala tindakan yang mereka lakukan. Seperti yang telah disebukan di atas bahwa perkawinan merupakan suatu peristiwa dalam kehidupan seseorang yang sangat mempengaruhi status hukum dan kedudukan orang tersebut 7 karena melalui perkawinan timbul suatu hak dan kewajiban diantara suami dan isteri. Oleh karena itu, ketika terjadinya perkawinan hendaknya peristiwa itu dapat dibuktikan melalui suatu bukti otentik agar menjadi terang mengenai hubungan hukum diantara kedua orang yang melakukan perkawinan tersebut. Itulah pentingnya untuk dilakukan pencatatan perkawinan. Menurut pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut merupakan ketentuan yang bersifat memaksa yang merupakan suatu ketertiban umum bagi WNI yang tidak bisa dilanggar. 8 Dilatarbelakangi hal-hal tersebut diatas, maka dapat menjadi pendorong bagi penulis untuk membuat skripsi dengan judul: Perlindungan Hak- Hak Sipil Bagi Penghayat Sunda Wiwitan Dalam Mendapatkan 7 Wahyono Darmabrata. Hukum Perkawinan Perdata Syarat Sahnya Perkawinan Hak dan Kewajiban Suami Isteri Harta Benda Perkawinan, Jilid 1. (Jakarta: Rizkita, 2009), hlm. 54. 8 Zulfa Djoko Basuki, Hukum Perkawinan di Indonesia. (Jakarta: Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010), hlm. 90. 6

Identitas Kependudukan T erkait Pencatatan Perkawinan Oleh Negara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dan untuk memperjelas arah penelitian, maka penulis mendapatkan pokok permasalahan yaitu : 1. Bagaimanakah perlindungan hak-hak sipil bagi penghayat SundaWiwitan di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat? 2. Bagaimanakah identitas kependudukan pada masyarakat penghayat Sunda Wiwitan dalam hal perkawinan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang penulis lakukan pada hakekatnya untuk mengetahui jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian, sehingga tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tentang bagaimana perlindungan hak sipil bagi penghayat Sunda Wiwitan di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui kepastian hukum atas identitas kependudukan pada masyarakat penghayat Sunda Wiwitan dalam hal perkawinan di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. 7

D. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini membawa manfaat, baik secara teoritis maupun manfaat praktis. Manfaatnya ialah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis. Untuk memperoleh data-data (teori) yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dan untuk dapat memberikan pengetahuan dan gambaran tentang ilmu pengetahuan hukum yang pada umunya sebagai bahan kajian dalam merealisasikan teori hukum ke dalam bentuk yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat. 2. Manfaat Praktis. Untuk melatih penalaran penulis dalam menganalisa setiap permasalahan melalui proses penalaran yang sistematis, yang dituangkan dalam bentuk skripsi, serta diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apa dan bagaimana hukumnya mengenai peristiwa atau masalah seputar pelayanan hak-hak sipil terhadap para penghayat Sunda Wiwitan. E. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah secara sistematis dengan metode-metode dan teknik tertentu yaitu secara ilmiah. Kegiatan penelitian merupakan usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan 8

metode tertentu, sistematis adalah berdasarkan sistem tertentu, dan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. 9 Penelitian yang mengambil judul Perlindungan Hak-Hak Sipil Bagi Penghayat Sunda Wiwitan Dalam Mendapatkan Identitas Kependudukan Terkait Pencatatan Perkawinan Oleh Negara. ini agar dapat dicapai kesimpulan yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian, maka dari itu dibutuhkan data yang akurat. Data tersebut akan diperoleh melalui penelitian dengan menggunakan metode yang tepat pula. Adapun prosedur penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang diinginkan tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah perpaduan antara penelitian lapangan (field research) dengan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang objeknya langsung, berupa data yang didapat melalui wawancara dan informasi dari Penghayat Sunda Wiwitan dan Pemerintah Daerah. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian deskriptif analistis yaitu penelitian yang menggambarkan peraturan 9 Soerjono Soekanto. 1984.Pengantar Penelitian Hukum.. Jakarta. UI-Press.hlm. 42 9

perundangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan dalam penelitian. 10 Dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang perlindungan hokum terhadap pelayanan hak sipil para penghayat Sunda Wiwitan dan kepastian hukum tentang identitas perkawinan para penghayat. Pembahasan masalah tersebut selanjutnya dilakukan analisis sesuai dengan permasalahan dalam obyek penelitian. 11 3. Metode Pendekatan a. Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris, yaitu pendekatan yang berdasar pada norma hukum dari ketentuan peraturan perundangundangan, khususnya Undang-Undang No 24 tahun 2013 tentang Administasi Kependudukan serta data lapangan yang diteliti dilapangan untuk memperoleh faktor-faktor pendukung objek penelitian. Melalui pendekatan yuridis empiris ini diharapakan dapat mengetahui tentang peraturan yang berlaku. 10 Ronny Hanitijo Soemitro. 1988.Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.Jakarta. Ghalia Indonesia.hlm. 97-98 11 Soerjono Soekanto, pengantar Hukum, (jakarta : UI Press, 2010) hlm 6 10

b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari bahanbahan kepustakaan, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian yang meliputi : 1) Data Primer a) Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara memperoleh data atau informasi dan keterangan-keterangan melalui wawancara (interview) yang berlandaskan pada tujuan penelitian. 12 Dalam wawancara ini peneliti mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaanpertanyaan yang akan diajukan melalui pedoman wawancara, wawancara dilakukan kepada para penghayat Sunda Wiwitan dan Pemerintah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. b) Observasi Observasi yaitu suatu pengamatan yang khusus serta pencatatan yang sistematis yang ditunjukan pada satu atau beberapa permasalahan dalam rangka penelitian, 12 Sutrisno hadi, metedeologi research untuk penulisan paper, thesis dan desertas. Cet ke xxi (Yogyakarta: andi offset, 1992) hlm 136. 11

dengan tujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan guna memecahkan persoalan yang dihadapi. 13 2) Data sekunder Bahan hukum Primer yang merupakan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan objek penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Metode analisis data penelitian Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. 14 Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa metode kualitatif. Pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis dan lisan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah obyek penelitian yang utuh. Data yang telah diperoleh disusun secara sistimatis, dianalisis dan hasilnya dilaporkan secara deskriptif dalam bentuk skripsi. 13 Sapri Imam Asyari. metode penelitian social suatu petunjuk ringk, (Surabaya: usaha nasional, 1981 hlm 82) 14 Masri singarimbun dan sofyan effendi, metode penelitian survey, (Jakarta : LP3ES, 1989 ), hlm 263 12

F. Sistematika Penulisan Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri atas 5 (lima) bab, yang secara terinci sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan tentang (A) Latar Belakang Masalah, (B) Rumusan Permasalahan, (C) Tujuan Penelitian, (D) Manfaat Penelitian, (E) Metode Penelitian, dan (F) Sistematika Penelitian. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang (A) Teori tentang Hak dan Kewajiban, (B) Teori tentang Perkawinan, (C) Teori tentang Masyarakat Hukum Adat, (D) Teori tentang Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG MAYARAKAT PENGHAYAT SUNDA WIWITAN di CIGUGUR Pada bab ini menjelaskan tentang (A) Letak Geografis dan Kehidupan Masyarakat Kecamatan Cigugur, (B) Pengertian Penghayat Kepercayaan, (C) Perkawinan Penghayat Sunda Wiwitan 13

BAB IV PERLINDUNGAN HAK-HAK SIPIL BAGI PENGHAYAT SUNDA WIWITAN DALAM MENDAPATKAN IDENTITAS KEPENDUDUKAN TERKAIT PENCATATAN PERKAWINAN OLEH NEGARA. Pada bab ini membahas tentang (A) Perlindungan hak-hak sipil bagi penghayat SundaWiwitan di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat, (B) Kepastian hukum identitas kependudukan pada masyarakat penghayat Sunda Wiwitan dalam hal perkawinan BAB V PENUTUP Dalam bab ini terdiri dari beberapa sub bab : (A) Kesimpulan dan (B) Saran. 14