319 BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari rangkaian analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya kemudian disimpulkan dan dirangkum pada bab ini dengan tujuan agar pembaca dapat secara langsung mengetahui hasil perbandingan yang meliputi hasil analisis gaya gempa yang terjadi dan hasil penulangan. 7.1.1 Hasil Analisis Gaya Gempa a. Perhitungan gempa dengan menghasilkan gaya geser dasar (base shear): - Gaya geser dasar total akibat gempa Pada arah arah X V x = 777332,84 kg = 777,33 ton Pada arah Y V y = 1066500,65 kg = 1066,5 ton b. Perhitungan gempa dengan ASCE 7-05 menghasilkan gaya geser dasar (base shear): - Gaya geser dasar total akibat gempa Pada arah arah X V x = 642439,68 kg = 642,44 ton Pada arah Y V y = 642439,68 kg = 642,44 ton - Gaya geser dasar akibat gaya gempa pada diafragma (pelat) Pada arah arah X V x = 1396608 kg = 1396,61ton Pada arah Y V y = 1396608 kg = 1396,61ton Dari data di atas dapat disimpulkan, bahwa sejatinya SNI 03-1726- 2002 menghasilkan base shear yang lebih besar daripada base shear yang dihasilkan oleh ASCE 7-05 baik gempa pada arah X dan arah Y. Akan tetapi, pada ASCE 7-05 mensyaratkan pada
320 struktur yang mempunyai diafragma dalam hal ini pelat sebagai SPBL (sistem pemikul beban lateral) seperti pada sistem lantai flat plate harus pula didesain gaya gempa rencana yang akan diterima oleh diafragma. Gaya gempa yang diterima oleh diafragma ini kemudian dibandingkan dengan gaya geser dasar total yang telah dihitung dengan ASCE 7-05 sebelumnya dan dipilih yang terbesar diantara keduanya. Didapatkan gaya geser (V) yang terbesar adalah gaya geser diafragma sebesar 1396,61 ton untuk arah X dan Y. Sehingga untuk struktur dengan sistem lantai flat plate, gaya geser dasar (base shear) terbesar adalah berdasarkan perhitungan ASCE 7-05. c. Drift yang terjadi Dari analisis program ETABS 9.07, didapatkan nilai drift (lateral displacement) yang terbesar berdasarkan gaya gempa rencana yang dihitung berdasarkan ASCE 7-05 dibanding dengan SNI 03-1726-2002. Dimana drift yang dihasilkan oleh gaya gempa rencana ASCE 7-05 adalah sebesar 34,01 mm. 7.1.2 Hasil Analisis Penulangan Adapun rekapitulasi hasil penulangan dari analisis pada bab sebelumnya adalah sebagai berkut. a. Hasil perhitungan tulangan berdasarkan gaya gempa SNI 03-1726-2002. - Balok Tepi Balok tepi Memanjang - Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (A s = 2267,04 mm 2 ) Balok tepi Melintang Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (A s = 2267,04 mm 2 )
321 - Pelat Pelat Eksterior Tulangan atas : D 16-160 Tulangan bawah : D 16-320 Pelat Interior - Kolom Kolom Eksterior didapatkan tulangan 20 D16 Kolom Interior didapatkan tulangan 20 D16 - Shearwall Untuk penulangan pada badan dinding geser didapatkan: - Tulangan Vertikal : 2D12-300 mm - Tulangan Horizontal : 2D12-150 mm Untuk komponen batas pada dinding geser didapatkan tulangan 24D19
322 b. Hasil perhitungan tulangan berdasarkan gaya gempa ASCE 7-05. - Balok Tepi Balok tepi Memanjang - Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (A s = 2267,04 mm 2 ) Balok tepi Melintang Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (A s = 2267,04 mm 2 ) - Pelat Pelat Eksterior Tulangan atas : D 16-160 Tulangan bawah : D 16-320 Pelat Interior
323 - Kolom Kolom Eksterior didapatkan tulangan 20 D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai Kolom Interior didapatkan tulangan 20 D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai - Shearwall Untuk penulangan pada badan dinding geser didapatkan: - Tulangan Vertikal : 2D12-300 mm - Tulangan Horizontal : 2D12-100 mm Untuk Komponen batas pada dinding geser didapatkan tulangan 24D19 Dari hasil analisis penulangan di atas, untuk penulangan kolom dan balok pada SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05 hasil penulangan tidak berbeda jauh. Hal ini dikarenakan balok dan kolom menerima beban lateral yang kecil. Perbedaan penulangan terlihat jelas pada elemen penahan beban lateralnya yaitu pelat dan shearwall. Dimana didapatkan hasil penulangan yang jauh lebih banyak terutama pada tulangan pada jalur kolom pada pelat dan tulangan horizontal pada shearwall apabila gedung didesain berdasarkan ASCE 7-05. Hal ini dikarenakan gaya geser dasar yang dihasilkan untuk struktur flat plate pada Wilayah Gempa menengah berdasarkan ASCE 7-05 jauh lebih besar dari gaya geser dasar yang dihasilkan oleh SNI 03-1726-2002. 7.2 Saran 1. Untuk perancangan bangunan gedung tahan gempa di Indonesia, sudah seharusnya menggunakan Tata Cara Pembebanan Gempa yang terbaru yakni berdasarkan ASCE 7-05. Disamping karena teknologinya lebih maju dibanding SNI 03-1726-2002, perhitungan gaya gempa rencana yang dihasilkan juga lebih akurat karena persyaratan-persyaratan untuk bangunan tahan gempa lebih spesifik dan mendetail. Misalnya seperti pada bangunan dengan sistem lantai seperti flat plate, perancangan gaya gempa rencananya sebaiknya didesain dengan ASCE 7-05 karena pada ASCE 7-05 juga memperhitungkan gaya gempa rencana yang
324 diterima oleh diafragma (pelat) sementara pada SNI 03-1726-2002 tidak ada persyaratan demikian. 2. Dengan adanya peta Wilayah Gempa yang terbaru maka sudah selayaknya SNI 03-1726-2002 harus diupdate dan diperbaharui karena ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI 03-1726-2002 sudah tidak relevan dan tidak bisa digunakan untuk menentukan gaya gempa rencana berdasarkan peta Wilayah Gempa indonesia yang baru. 3. Untuk studi selanjutnya, perancangan bangunan dengan menggunakan pembeban gempa ASCE 7-05, pendetailan tulangannya sebaiknya dilakukan dengan menggunakan ACI-08 karena ketentuan-ketentuan pada ASCE 7-05 lebih relevan pada ACI-08 dibanding SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI-99. 4. Untuk selanjutnya studi bisa dilakukan pada struktur yang memiliki konfigurasi tidak simetris.