DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Kecamatan Medan Marelan ada suatu Usaha Mikro Kecil dan

BAB V PENUTUP. Karya Tugas Akhir ini berjudul Anatomi manusia sebagai objek. melewati proses yang panjang, pengolahan ide, pengolahan bahan hingga

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurysta Tresna Sundi, 2014 Kajian Visual Desain Pada Kaos Pariwisata Pantai Pangandaran

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

UKDW BAB I PENDAHULUAN

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

I. PENDAHULUAN. menjadi cerminan budaya suatu masyarakat. Tjetjep Rohendi. makanan tradisonal, tertulis dalam paparan Kemasan Tradisional Makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

Salah satu dari 6M yang dapat dipahami sebagai pasar sasaran dari produk yang dihasilkan oleh suatu usaha adalah... a. Mooney b.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam perancangan sebuah karya seni, apapun bentuknya


48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Keindahan dan keunikan menurut penulis merupakan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

PARIWISATA KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN GAYA DESAIN NEW SIMPLICITY

JUDUL KARYA: NAGA SESA Di pamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud tanggal 7-25 Oktober 2010

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni)

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

II. METODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Perancangan 2. Manfaat Perancangan

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

VISUALISASI SARANG LEBAH DENGAN TEKNIK BORDIR DAN BATIK PADA BUSANA PENGANTIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berbagai busana tari Bali dalam hal ini dapat di kembangkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

SESELET BALI. Oleh: I Ketut Sida Arsa, S.Sn., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai jual. Karya kerajinan biasanya terbuat dari berbagai bahan dan hasil

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Transkripsi:

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013

ABSTRAK Keanekaragaman seni budaya di Indonesia, kearipan lokal budaya Bali sangatlah menjadi ciri khas, yang mana penduduknya bermasyarakat dan memegang teguh tradisi dalam berbagai sendi-sendi kehidupannya, yang meliputi: agama, adat istiadat, serta kesenian. Sebagai insan yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang demikian, ikut menjaga dan melestarikan budaya Bali dengan kreatifitas dan ragam perubahan melalui seni kerajinan (kriya produk), baskom kayu merupakan salah satu hasil budaya dan kreatifitas insan di Bali yang menyangkut sarana upakara dalam ritual keagamaan umat hindu, biasa perlengkapan sesaji didaerah Bali yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya, dengan warna perada tampak keemasan yang semarak dilengkapi dengan ornamen Balinya, dengan proses kerja yang rumit, tekstur kayu yang padat dan lurus menentukan produk tersebut berkualitas. Hal tersebut dipadukan dengan pengaruh lingkungan yang dirasakan dari institusi tempat bekerja serta pengaruh fenomena global yang sedang dirasakan sebagian masyarakat. Secara tradisional, hiasan maupun ornamen merupakan ungkapan kecakapan dan ketrampilan penciptanya, dalam mengolah material yang bernilai dan rumit serta suatu indikasi ekonomi dan nilai estetis. Tekstur dan ketelitian disain dapat menandakan kualitas dan eklusifitas suatu produk, sehingga dapat diterima secara meluas dengan nilai dan harga yang pantas. Researt Pasar, dimana pencipta mengetahui potensi pasar yang lebih banyak menjanjikan produk tersebut laku. Kompotisi, persaingan model, harga dan juga merebut konsumen. Dinamika Konsumen, agar dapat melihat kerakter konsumen dari kalangan menengah keatas maupun kebawah. Kebutuhan Konsumen secara makro maupun secara mikro. Memproduksi produk bahan menjadi tolok ukur produk tersebut berkualitas, maka jenis kayu tersebut dapat diterapkan berbagai jenis ornamen, baik ornamen tradisi sampai ornamen inovatif, dalam hal ini desainer menerapkan jenis ornamen yaitu moti anyaman, tahap akhir dari proses produksi, dalam proses dalam produk ini dengan proses air brush, yaitu dengan warna copi brown Key note: Kayu Asem, Ornamen anyaman.

A. Latar Belakang Ide Penciptaan Dalam penciptaan karya seni, pertama perupa menangkap fenomena di masyarakat, dari fenomena tersebut didapatkan pengendapan imajinasi ide. Proses tersebut diawali dengan timbulnya suatu ide, baik yang muncul dalam diri pencipta maupun gejala dari lingkungan dirinya, baik itu dari pengalaman bermain-main, mencoba-coba, bebertapa sket-sket kecil maupun dari hal-hal yang serius seperti gejala fenomena sosial, wisata budaya atau yang berhubungan dengan nilai-nilai kegunaan pada masyarakat. Hal ini juga diungkapkan oleh Soedarso Sp. sebagai berikut: suatu hasil seni selalu merefleksikan diri seniman penciptanya, juga merefleksikan lingkungan sekitarnya (bahkan diri seniman itu terkena pengaruh lingkungan pula). Lingkungan itu bisa berwujud alam sekitar maupun masyarakat sekitar. Kegelisahan dalam diri pencipta tidak muncul begitu saja tanpa adanya acuan dari lingkunganm masyarakat, baik pengalaman masa lalu maupun yang sedang terjadi. Menangkap fenomena sosial masyarakat, kemudian timbulah sebuah ide. Dalam mewujudkan ide kedalam sebuah karya produk, diperlukan keberanian, kebebasan berpikir dan berkreasi, di samping itu juga diperlukan ketegasan sikap dan tanggung jawab. Kepekaan dalam mengamati fenomena dalam masyarakat berpengaruh terhadap apresiasi ide. Kecenderungan dan ketertarikan terhadap kreatifitas pencipta, dipengaruh dalam proses pengolahan ide, dan mendisain karya produk. Bali merupakan salah satu pasar pariwisata nusantara dan memiliki beranekaragam seni dan budaya. Dari keanekaragaman seni budaya di Indonesia, kekhasan dan kekentalan budaya Bali sangatlah dikenal, yang mana penduduknya memiliki pola bermasyarakat dan memegang teguh tradisi dalam berbagai sendi-sendi kehidupannya, yang meliputi: agama, adat istiadat, serta kesenian. Komponen komponen tersebut sudah sedemikian menyatunya, saling mendukung satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan. Sebagai insan yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang demikian, ikut menjaga dan melestarikan budaya Bali dengan kreatifitas dan ragam perubahan melalui seni kerajinan (kriya produk), baskom kayu merupakan salah satu hasil kebudayaan di Bali yang menyangkut sarana upakara dalam ritual keagamaan umat hindu, biasa perlengkapan sesaji didaerah Bali yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya, dengan perada keemasan yang semarak dilengkapi dengan ornamen Balinya dengan proses kerja yang rumit, tekstur kayu yang padat dan lurus menentukan produk tersebut berkualitas. Hal tersebut dipadukan dengan pengaruh lingkungan yang dirasakan dari institusi tempat bekerja serta pengaruh fenomena global yang sedang dirasakan sebagian masyarakat. Menciptakan bentuk dengan menerapkan bentuk baskom yang lebih simpel merupakan keunikan tersendiri, ada keunikan visual dan karakteristik. Hingga memiliki kesadaran dan meyakini bahwa proses kreatif dengan menerapkan karakter kayu dan ornamen anyaman menjadi daya tarik tersendiri produk itu sendiri. B. Konsep Berkarya Munculnya sebuah karya produk tentu bukan muncul begitu saja, juga mengalami proses yang sistematis. Proses dalam pembuatan karya produk secara tersusun akan memudahkan berkarya dalam menciptakannya. Kematangan konsep merancang pasti dalam proses desain, pengolahan desain dan perwujudan suatu karya produk.

Secara tradisional, hiasan maupun ornamen merupakan ungkapan kecakapan dan ketrampilan pada penciptanya, dalam mengolah material yang bernilai dan rumit serta suatu indikasi ekonomi dan nilai estetis yang dapat dilihat. Kekayaan tekstur dan ketelitian disain dapat menandakan kualitas dan eklusifitas, sehingga dapat diterima secara meluas dengan nilai dan harga yang pantas. Produk-produk yang memiliki nilai estetik merupakan pengejawantahan kekuatan elemen sosial dan ketegaran kekuatan intelektual yang telah dihasilkan konsep kreatif dan inovatif. Sementara lingkungan sebagai apresiasi untuk berkonsep dalam menciptakan suatu karya-karya produk. C. Proses Desain Skema: Tiga tahap-enam langkah proses penciptaan karya seni kriya (Sumber: Gustami Sp, 2007: 329) a. Researt Pasar, dimana pencipta mengetahui potensi pasar yang lebih banyak menjanjikan produk tersebut laku. Kompotisi, persaingan model, harga dan juga merebut konsumen. Dinamika Konsumen, agar dapat melihat kerakter konsumen dari kalangan menengah keatas maupun kebawah. Kebutuhan Konsumen secara makro maupun secara mikro. b. Program, Desainer juga memprogram dalam proses desain, mengidenfikasi kebutuhan konsumen, Membahas kebutuhan tersebut untuk menghasilkan data yang berkaitan dengan desain nantinya. Kendala juga dapat dipertimbangkan untuk mengetahui atau memperkecil kesalahan dalam proses desain. c. Gagasan desain, Desainer dapat menyampaikan filosopi desain yang dirancang. Kegunaan, sejauh mana kegunaan produk yang diproduksi. Syarat Desain, pengguna mengerti atau tahu apa yang dirancang. Alternatif desain, dengan data tersebut didapatkan beberapa alternatif desain (gambar sket yang dijadikan desain terpilih). d. Keputusan Desain, Ergonomi, sangatlah perlu untuk mengetahui kenyaman, kenyaman, kepraktisan dan lainnya oleh pengguna. Ekonomi tentunya produk tersebut terjangkau oleh pengguna sesuai dengan tipe produknya. Sosial Budaya, Desainer dapat mengetahui kearipan lokal yang dimiliki oleh masingmasing daerah. Penampilan perlu dioptimalkan untuk menarik pengguna. e. Presentasi, penampilan gambar/teknik penggambaran dan gambar kerja yang dapat di dimengerti oleh pengguna. Model awal dapat memberikan kesan/pesan kepada pengguna nantinya.

D. Bahan f. Prototype, prototype untuk memperlihatkan bentuk aslinya dalam bentuk perwujudan. Apakah nantinya diperlukan standar kalau diproduksi secarta masal. g. Test, Untuk mengetahui ketahanan material yang dipergunakan, ergonominya telah sesuai terhadap pengguna, kemampuan terhadap benturan, cuaca, dan yang lainnya. Kontrol kualitas. h. Promosi, promosi dilakukan kepasar, pameran, dan ke dunia maya. i. Konsumen, Terakhir dapat diketahui oleh desainer diantaranya, produk dapat diterima, banyak kritikan, penan, yang nantinya dapat diredain lagi. (agus sachari) Dalam memproduksi produk bahan menjadi tolok ukur produk tersebut berkualitas, seperti produk yang diwujudkan adalah kayu keras, yaitu kayu asem, kayu tersebut memiliki serat padat dan pori-pori rapat, dengan kerakter tersebut layak dijadikan sebagai produk dengan teknik finishing, ornamen, dan teknik bubut. E. Ornamen. Dengan kerakter kayu yang disebutkan diatas, maka jenis kayu tersebut dapat diterapkan berbagai jenis ornamen, baik ornamen tradisi sampai ornamen inovatif, dalam hal ini desainer menerapkan jenis ornamen yaitu moti anyaman, mengapa moti anyaman, pemahaman mayarakat lebih universal, pemeliharaan sangat sederhana, mudah perawatan. F. Finishing. Finishing merupakan tahap akhir dari proses produksi, dalam proses dalam produk ini dengan proses air brush, yaitu dengan warna copi brown, dengan pelapis akhir clear dof. (lihat pada foto karya)

G. Foto Karyadan Katalog Pameran PENUTUP Karya ini dipamerkan dalam di Gallery Monkey Forest Ubud dalam rangka menyambut hari pendidikan Nasional 2 mei 2013, dengan Tema Pameran Inovasi Produk Kriya dan Fahion Menuju Industri Kreatif, diselenggarakan pada tanggal 24 April sampai dengan 4 Mei 2013 Demikianlah deskripsi karya ini dibuat, dengan tujuan sebagai penjelasan yang mengantarkan karya ini, sehingga mudah untuk dimengerti.