DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013
ABSTRAK Keanekaragaman seni budaya di Indonesia, kearipan lokal budaya Bali sangatlah menjadi ciri khas, yang mana penduduknya bermasyarakat dan memegang teguh tradisi dalam berbagai sendi-sendi kehidupannya, yang meliputi: agama, adat istiadat, serta kesenian. Sebagai insan yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang demikian, ikut menjaga dan melestarikan budaya Bali dengan kreatifitas dan ragam perubahan melalui seni kerajinan (kriya produk), baskom kayu merupakan salah satu hasil budaya dan kreatifitas insan di Bali yang menyangkut sarana upakara dalam ritual keagamaan umat hindu, biasa perlengkapan sesaji didaerah Bali yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya, dengan warna perada tampak keemasan yang semarak dilengkapi dengan ornamen Balinya, dengan proses kerja yang rumit, tekstur kayu yang padat dan lurus menentukan produk tersebut berkualitas. Hal tersebut dipadukan dengan pengaruh lingkungan yang dirasakan dari institusi tempat bekerja serta pengaruh fenomena global yang sedang dirasakan sebagian masyarakat. Secara tradisional, hiasan maupun ornamen merupakan ungkapan kecakapan dan ketrampilan penciptanya, dalam mengolah material yang bernilai dan rumit serta suatu indikasi ekonomi dan nilai estetis. Tekstur dan ketelitian disain dapat menandakan kualitas dan eklusifitas suatu produk, sehingga dapat diterima secara meluas dengan nilai dan harga yang pantas. Researt Pasar, dimana pencipta mengetahui potensi pasar yang lebih banyak menjanjikan produk tersebut laku. Kompotisi, persaingan model, harga dan juga merebut konsumen. Dinamika Konsumen, agar dapat melihat kerakter konsumen dari kalangan menengah keatas maupun kebawah. Kebutuhan Konsumen secara makro maupun secara mikro. Memproduksi produk bahan menjadi tolok ukur produk tersebut berkualitas, maka jenis kayu tersebut dapat diterapkan berbagai jenis ornamen, baik ornamen tradisi sampai ornamen inovatif, dalam hal ini desainer menerapkan jenis ornamen yaitu moti anyaman, tahap akhir dari proses produksi, dalam proses dalam produk ini dengan proses air brush, yaitu dengan warna copi brown Key note: Kayu Asem, Ornamen anyaman.
A. Latar Belakang Ide Penciptaan Dalam penciptaan karya seni, pertama perupa menangkap fenomena di masyarakat, dari fenomena tersebut didapatkan pengendapan imajinasi ide. Proses tersebut diawali dengan timbulnya suatu ide, baik yang muncul dalam diri pencipta maupun gejala dari lingkungan dirinya, baik itu dari pengalaman bermain-main, mencoba-coba, bebertapa sket-sket kecil maupun dari hal-hal yang serius seperti gejala fenomena sosial, wisata budaya atau yang berhubungan dengan nilai-nilai kegunaan pada masyarakat. Hal ini juga diungkapkan oleh Soedarso Sp. sebagai berikut: suatu hasil seni selalu merefleksikan diri seniman penciptanya, juga merefleksikan lingkungan sekitarnya (bahkan diri seniman itu terkena pengaruh lingkungan pula). Lingkungan itu bisa berwujud alam sekitar maupun masyarakat sekitar. Kegelisahan dalam diri pencipta tidak muncul begitu saja tanpa adanya acuan dari lingkunganm masyarakat, baik pengalaman masa lalu maupun yang sedang terjadi. Menangkap fenomena sosial masyarakat, kemudian timbulah sebuah ide. Dalam mewujudkan ide kedalam sebuah karya produk, diperlukan keberanian, kebebasan berpikir dan berkreasi, di samping itu juga diperlukan ketegasan sikap dan tanggung jawab. Kepekaan dalam mengamati fenomena dalam masyarakat berpengaruh terhadap apresiasi ide. Kecenderungan dan ketertarikan terhadap kreatifitas pencipta, dipengaruh dalam proses pengolahan ide, dan mendisain karya produk. Bali merupakan salah satu pasar pariwisata nusantara dan memiliki beranekaragam seni dan budaya. Dari keanekaragaman seni budaya di Indonesia, kekhasan dan kekentalan budaya Bali sangatlah dikenal, yang mana penduduknya memiliki pola bermasyarakat dan memegang teguh tradisi dalam berbagai sendi-sendi kehidupannya, yang meliputi: agama, adat istiadat, serta kesenian. Komponen komponen tersebut sudah sedemikian menyatunya, saling mendukung satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan. Sebagai insan yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan yang demikian, ikut menjaga dan melestarikan budaya Bali dengan kreatifitas dan ragam perubahan melalui seni kerajinan (kriya produk), baskom kayu merupakan salah satu hasil kebudayaan di Bali yang menyangkut sarana upakara dalam ritual keagamaan umat hindu, biasa perlengkapan sesaji didaerah Bali yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya, dengan perada keemasan yang semarak dilengkapi dengan ornamen Balinya dengan proses kerja yang rumit, tekstur kayu yang padat dan lurus menentukan produk tersebut berkualitas. Hal tersebut dipadukan dengan pengaruh lingkungan yang dirasakan dari institusi tempat bekerja serta pengaruh fenomena global yang sedang dirasakan sebagian masyarakat. Menciptakan bentuk dengan menerapkan bentuk baskom yang lebih simpel merupakan keunikan tersendiri, ada keunikan visual dan karakteristik. Hingga memiliki kesadaran dan meyakini bahwa proses kreatif dengan menerapkan karakter kayu dan ornamen anyaman menjadi daya tarik tersendiri produk itu sendiri. B. Konsep Berkarya Munculnya sebuah karya produk tentu bukan muncul begitu saja, juga mengalami proses yang sistematis. Proses dalam pembuatan karya produk secara tersusun akan memudahkan berkarya dalam menciptakannya. Kematangan konsep merancang pasti dalam proses desain, pengolahan desain dan perwujudan suatu karya produk.
Secara tradisional, hiasan maupun ornamen merupakan ungkapan kecakapan dan ketrampilan pada penciptanya, dalam mengolah material yang bernilai dan rumit serta suatu indikasi ekonomi dan nilai estetis yang dapat dilihat. Kekayaan tekstur dan ketelitian disain dapat menandakan kualitas dan eklusifitas, sehingga dapat diterima secara meluas dengan nilai dan harga yang pantas. Produk-produk yang memiliki nilai estetik merupakan pengejawantahan kekuatan elemen sosial dan ketegaran kekuatan intelektual yang telah dihasilkan konsep kreatif dan inovatif. Sementara lingkungan sebagai apresiasi untuk berkonsep dalam menciptakan suatu karya-karya produk. C. Proses Desain Skema: Tiga tahap-enam langkah proses penciptaan karya seni kriya (Sumber: Gustami Sp, 2007: 329) a. Researt Pasar, dimana pencipta mengetahui potensi pasar yang lebih banyak menjanjikan produk tersebut laku. Kompotisi, persaingan model, harga dan juga merebut konsumen. Dinamika Konsumen, agar dapat melihat kerakter konsumen dari kalangan menengah keatas maupun kebawah. Kebutuhan Konsumen secara makro maupun secara mikro. b. Program, Desainer juga memprogram dalam proses desain, mengidenfikasi kebutuhan konsumen, Membahas kebutuhan tersebut untuk menghasilkan data yang berkaitan dengan desain nantinya. Kendala juga dapat dipertimbangkan untuk mengetahui atau memperkecil kesalahan dalam proses desain. c. Gagasan desain, Desainer dapat menyampaikan filosopi desain yang dirancang. Kegunaan, sejauh mana kegunaan produk yang diproduksi. Syarat Desain, pengguna mengerti atau tahu apa yang dirancang. Alternatif desain, dengan data tersebut didapatkan beberapa alternatif desain (gambar sket yang dijadikan desain terpilih). d. Keputusan Desain, Ergonomi, sangatlah perlu untuk mengetahui kenyaman, kenyaman, kepraktisan dan lainnya oleh pengguna. Ekonomi tentunya produk tersebut terjangkau oleh pengguna sesuai dengan tipe produknya. Sosial Budaya, Desainer dapat mengetahui kearipan lokal yang dimiliki oleh masingmasing daerah. Penampilan perlu dioptimalkan untuk menarik pengguna. e. Presentasi, penampilan gambar/teknik penggambaran dan gambar kerja yang dapat di dimengerti oleh pengguna. Model awal dapat memberikan kesan/pesan kepada pengguna nantinya.
D. Bahan f. Prototype, prototype untuk memperlihatkan bentuk aslinya dalam bentuk perwujudan. Apakah nantinya diperlukan standar kalau diproduksi secarta masal. g. Test, Untuk mengetahui ketahanan material yang dipergunakan, ergonominya telah sesuai terhadap pengguna, kemampuan terhadap benturan, cuaca, dan yang lainnya. Kontrol kualitas. h. Promosi, promosi dilakukan kepasar, pameran, dan ke dunia maya. i. Konsumen, Terakhir dapat diketahui oleh desainer diantaranya, produk dapat diterima, banyak kritikan, penan, yang nantinya dapat diredain lagi. (agus sachari) Dalam memproduksi produk bahan menjadi tolok ukur produk tersebut berkualitas, seperti produk yang diwujudkan adalah kayu keras, yaitu kayu asem, kayu tersebut memiliki serat padat dan pori-pori rapat, dengan kerakter tersebut layak dijadikan sebagai produk dengan teknik finishing, ornamen, dan teknik bubut. E. Ornamen. Dengan kerakter kayu yang disebutkan diatas, maka jenis kayu tersebut dapat diterapkan berbagai jenis ornamen, baik ornamen tradisi sampai ornamen inovatif, dalam hal ini desainer menerapkan jenis ornamen yaitu moti anyaman, mengapa moti anyaman, pemahaman mayarakat lebih universal, pemeliharaan sangat sederhana, mudah perawatan. F. Finishing. Finishing merupakan tahap akhir dari proses produksi, dalam proses dalam produk ini dengan proses air brush, yaitu dengan warna copi brown, dengan pelapis akhir clear dof. (lihat pada foto karya)
G. Foto Karyadan Katalog Pameran PENUTUP Karya ini dipamerkan dalam di Gallery Monkey Forest Ubud dalam rangka menyambut hari pendidikan Nasional 2 mei 2013, dengan Tema Pameran Inovasi Produk Kriya dan Fahion Menuju Industri Kreatif, diselenggarakan pada tanggal 24 April sampai dengan 4 Mei 2013 Demikianlah deskripsi karya ini dibuat, dengan tujuan sebagai penjelasan yang mengantarkan karya ini, sehingga mudah untuk dimengerti.