BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT DEPRESI REMAJA DI SMK 10 NOVEMBER SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Komasari,Dian & Helmi, 2000) perilaku merokok adalah perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Menurut World Health Organization (WHO (2010) remaja

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang menghadapi banyak. persoalan dan konflik, termasuk diantaranya kebingungan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa. perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja dimulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum (Hurlock, 2004). Menurut Monk (dalam Ali & Asrori, 2010) masa remaja sering dikenal sebagai fase mencari jati diri dimana remaja belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Era globalisasi ini berbagai permasalahan yang dialami remaja sangatlah kompleks dan beraneka ragam. Menurut Star (dalam Yudia, 2014) masa pertumbuhan atau masa remaja diwarnai dengan munculnya karakteristik remaja yang disebut krisis identitas yaitu masa dimana individu harus memutuskan siapa dia, apa yang dia lakukan dan apa yang dilakukan dalam hidupnya. Akibatnya, remaja sangat peka terhadap stres karena remaja sedang mengalami pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Rikerdas, 2013) prevalensi kejadian stres pada remaja meningkat dari tahun ketahun. Sebesar (6,0%) masyarakat Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional berupa stres, kecemasan, dan depresi. Provinsi Sumatra Barat sendiri remaja yan mengalami gangguan mental emosional sebanyak (4,5%). 1

2 Potter & Perry (2005) mengelompokkan stres menjadi 3 tingkatan, yaitu stres ringan, stres sedang, dan stres berat. Pada stres ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, biasanya terjadi perubahan perilaku seperti cemas, was-was, dan khawatir. Pada stres tingkat sedang ini dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang, Perubahan perilaku pada remaja pada tingkat stres ini bisanya seperti cemas berlebihan, gangguan tidur, mulai melakukan perilaku menyimpang, merokok, bolos sekolah. Pada tingkat stres berat biasanya anak merusak aspek fisiologis, perubahan perilaku remaja pada tingkat stres ini seperti, menarik diri atau menyendiri, menyakiti diri sendiri seperti merokok berlebihan, menggunakan obat-obatan bahkan sampai pada bunuh diri. (Sundeen, dalam Potter & Perry, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Asnita, dkk (2015) yang meneliti hubungan tingkat stres dengan harga diri pada remaja. Penelitian ini dilakukan kepada 46 remaja dan diketahui bahwa mayoritas responden mengalami tingkat stres sedang yaitu 25 orang (54,3%). Responden yang mengalami tingkat stres ringan yaitu sebanyak 13 orang (28,3%) dan responden yang mengalami tingkat stres berat yaitu 8 orang (17,4%). Hasil penelitian ini menemukan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 36 orang (78,3%), dan mayoritas berusia (18-20 tahun). Stres merupakan bagian yang tidak terhindari dari kehidupan, stres mempengaruhi kehidupan setiap orang bahkan anak-anak dan remaja. Kebanyakan stres diusia remaja berkaitan dengan masa pertumbuhan. Menurut Needlman, (2004) stres yang terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari

3 beberapa faktor diantaranya faktor biologis, faktor keluarga, faktor sekolah, faktor teman sebaya, dan faktor lingkungan sosial. Salah satu sumber utama stres pada remaja adalah Family Stress seperti hubungannya dengan orang tua, termasuk bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tua. Selain itu remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, akan tetapi di lain pihak mereka juga ingin diperhatikan (Needlman 2004). Stres pada remaja biasanya juga disebabkan karena tuntutan dari orang tua dan masyarakat. Orang tua biasanya menuntut agar anaknya mempunyai nilai yang bagus di sekolah, tanpa melihat kemampuan si anak. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti sakit kepala, kurangnya nafsu makan, susah tidur, kecemasan yang berlebihan, serta stres pada remaja (Nasution, 2007). Sebuah penelitiaan yang dilakukan oleh Wen (2012) yang melakukan penelitian kepada 201 pelajar di Taiwan menghasilkan bahwa penyebab utama stres pada remaja adalah faktor keluarga, faktor fisik/mental, faktor sekolah, faktor hubungan dengan teman sebaya serta faktor emosional remaja itu sendiri. Pada faktor keluarga menunjukkan bahwa penyebab stres pada faktor ini adalah kurangnya dukungan dari orang tua (mean 3.57) merupakan yang tertinggi. Diikuti oleh hubungan dengan keluarga atau saudara (mean 3.55) dan harapan orang tua yang terlalu tinggi (mean 3.33). Menurut Gerungan (dikutip oleh Cahyono, 2015) yang menyebutkan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, dimana individu belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk di dalam interaksi dengan kelompoknya, maka orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

4 perkembangan remaja, termasuk pola asuh mereka yang diterapkan pada anaknya. Menurut Santrock (dalam Faizah, 2010) hubungan antara orang tua dengan remaja terbangun melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Pola pengasuhan yang pada dasarnya mempunyai ujuan yang baik bagi perkembangan anak-anak, sehingga menjadi individu yang dewasa secara sosial. Peran orang tua dalam hal ini dapat berupa bentuk pola asuh yang diterapkan. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dengan anak dalam berinteraksi, serta berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam pengasuhannya, memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar (Monks, dkk, 2007). Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mendidik anak. Menurut (Edwards, 2006) menyatakan bahwa Pola asuh merupakan interaksi orang tua dan anak dalam mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Baumrind (dalam Respati, dkk, 2006) membagi tiga jenis pola asuh orang tua yaitu authoritarian, autoritatif dan permisif. Pola asuh otoriter (authoritarian) merupakan pola asuh dimana orang tua berusaha membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi anak berdasarkan standar mutlak. Orang tua cenderung membatasi dan bersifat menghukum serta menerapkan kontrol yang ketat (Widyarini, 2009). Menurut Barus (dikutip oleh

5 Maulida, 2005) menjelaskan bahwa pengasuhan authoritarian sangat berpotensi bagi munculnya pemberontakan atau perlawanan remaja dan ketergantungan remaja terhadap orang tua, sehingga mengakibatkan remaja menjadi cemas, gagal dalam aktivitas-aktivitas kreatif, remaja mengucilkan diri, frustasi, dan tidak bahagia. Pola asuh ini membuat remaja memiliki kemandirian yang tinggi. Pola asuh authoritatif dimana orang tua berusaha mengarahkan anak secara rasional, berorientasi pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, serta saling menghargai antara anak dan orang tua (Widyarini, 2009). Adanya pola asuh authoritarian yang diterapkan pada anak diharapkan anak akan memperoleh perasaan aman, terhindar dari kesepian, tidak ketakuan, dan tidak memendam tekanan batin yang berlarut-larut. Pola asuh authoritatif mendorong remaja untuk bebas tetapi tetap memberi batasan dan mengendalikan tindakan mereka. Pola asuh permisif adalah suatu pola asuh yang memberi kebebasan kepada anak tanpa memberikan kontrol. Pola asuh permisif terdiri dari dua jenis yaitu pola asuh permisif memanjakan dan pola asuh permisif acuh tak acuh.menurut Baumrind (Maulida, 2005) menemukan bahwa remaja yang menerima pengasuhan permisif sangat tidak matang dalam berbagai aspek psikososial. Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan moral anak ketika dewasa. Sayangnya, banyak sekali orang tua yang tidak sadar dengan tindakan yang mereka lakukan kepada anak. Banyak dari para orang tua yang menerapkan pola asuh yang salah karena berpatokan pada pengalaman masa lalu yang pernah dirasakan (Suhariyanti, dkk, 2013).

6 Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanmani (2013) yang meneliti tentang hubungan stres dengan pola asuh orang tua pada remaja. Didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dan pola asuh orang tua yang diterima oleh pelajar sekolah menengah atas. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif daitemukan bahwa berdampak positif terhadap prestasi remaja tersebut, sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan prmisif akan menyebabkan stres dan tidak dapat berpengaruh negatif prestasi remaja. Dapat disimpulkan bahwa orang tua dengan kasih sayang dan dengan kontrol terbatas akan membantu perkembangan remaja, sedangkan orang tua yang terlalu banyak mengontrol dan memberi kebebasan yang berlebihan akan berdapak negatif terhadap remaja tersebut. Melalui pola asuh orang tua dapat membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri pada remaja, sejak awal sebaiknya anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normative dalam proses perkembangannya (Sochib, 2008). Dengan demikian pola asuh orang tua memegang peranan pentingg pada seorang anak dalam bersikap dan berperilaku dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta menghadapi stressor yang dapat timbul akibat ketegangan-ketegangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya stres pada remaja (Edward, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Harr, dkk (2011) kepada 457 remaja di Texas menghasilkan bahwa ada keterkaitan timbal balik antara orang tua dengan perilaku remaja dan bahwa pola asuh orang memiliki dampak yang sifnifikan

7 terhadap remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Family stress mempunyai dampak yang signifikan terhadap stres ramaja yang berdampak pada perilaku remaja seperti penyalah gunaan zat atau obat-obatan, pelanggaran hukum, perilaku agresif, tawuran, menyakiti diri sendiri, dan percobaan bunuh diri. Permasalahan di atas menyatakan bahwa penerapan pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap kondisi perkembangan prilaku dan tingkat stres pada remaja. Remaja yang mengalami stres akan berdampak pada perilakunya, reaksi perilaku yang dapat muncul pada seorang yang mengalami stres adalah menyendiri, menyakiti orang lain baik secara lisan maupun fisik, menyakiti diri sendiri baik itu dengan minum obat-obatan, merokok berlebihan, dan akan berdampak pada prestasi belajar remaja tersebut (Gadzella, 2006). SMK N 1 Padang merupakan salah satu sekolah kejuruan negeriyang berada di kota Padang tepatnya di daerah Lubuk Lintah. Peneliti tertarik mengambil lokasi penelitian di SMK N 1 Padang ini, karena lokasinya ramai, berada diperkotaan, dimana akses transportasi lancar, sarana dan prasarana mudah dijangkau sehingga menyebabkan mudah dan cepatnya pertukaran informasi, dan menjadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi perilaku remaja. Selain itu berdasarkan hasil study pendahuluan yang peneliti lakukan di dapatkan data dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kota Padang bahwa siswa sekolah yang didapati melakukan pelanggaran tertinggi sepanjang 2015 adalah SMK N 1 Padang. Pelanggaran yang dilakukan seperti tawuran antar sekolah, siswa yang bolos sekolah, merokok dan minum-minuman keras.

8 Hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang siswa didapakan 5 orang mengatakan kurang mendapatkan perhatian dari orang tua dikarenakan orang tua yang sibuk, 3 orang mengatakan jika ketahuan melakukan pelanggaran mereka akan mendapatkan hukuman bahkan tidak jarang mendapat hukuman fisik dari orang tua, dan hal itu menyebabkan mereka tertekan dan stres. 2 orang mengaku jika ia berbuat salah orang tua akan marah tetapi tidak memberikan hukuman hanya saja orang tua memberikan peringatan untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada guru BK SMK N 1 Padang tentang keterlibatan orang tua terhadap anak mengatakan ada beberapa orang tua yang tidak pernah datang jika di panggil ke sekolah, selain itu ada juga beberapa orang tua yang langsung memarahi dan menghukum anak jika di panggil ke sekolah karena ketahuan melakukan kesalahan. Selain itu, hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada guru BK mengatakan bahwa ada beberapa orang siswa yang sering melakukan konseling ke BK dan mengeluhkan tentang permasalahannya, dan tidak sedikit yang mengatakan bahwa mereka tertekan dan mengalami stres. Berdasarkan dari fenomena yang telah dijelaskan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Stress Pada Remaja Di SMK N 1 Padang B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Stres Pada Remaja di SMK N 1 Padang?.

9 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Diketahui Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Stress Pada Remaja di SMK N 1 Padang. 2. Tujuan khusus a. Diketahui distribusi frekuensi pola asuh orang tua pada remaja di SMK N 1 Padang b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat stres pada di SMK N 1 Padang. c. Diketahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat stress pada remaja di SMK N 1 Padang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi remaja/siswa Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi remaja dalam menjalani tugas perkembangannya agar terhindar dari stres serta mengetahui tentang pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. 2. Bagi Institusi Keperawatan dan Profesi Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi perawat khususnya berkaitan dengan ilmu keperawatan keluarga. 3. Institusi Pendidikan Institusi pendidikan melalui guru BK diharapkan dapat memberikan konseling dan mengarahkan serta membimbing remaja agar remaja dapat terhindar dari stres.

10 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola asuh orang tua dan tingkat stres pada remaja. Serta dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam penelitian lebih lanjut.