1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2014). WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di Asia dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara Pakistan pada 220 penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis akut memiliki jumlah terbanyak yaitu 21,4%. Insiden apendiksitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya yaitu sekitar 32% dari jumlah populasi penduduk Indonesia (Depkes RI. 2014). 1
2 Sutriyani (2010), di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu, diperoleh data penderita apendiksitis pada tahun 2008 adalah sebanyak 128 kasus, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 153 kasus. Penelitian Martalena (2008) di RSU Kabanjahe Kabupaten Karo, jumlah penderita apendiksitis sebanyak 126 orang. Kusmarjathi (2009), di RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun 2006, terdapat sebanyak 94 kasus apendiksitis dan tahun 2007 meningkat menjadi 103 kasus. Diantara jumlah kejadian appendiksitis tersebut banyak pasien mengeluhkan lamanya hari rawat inap dan lamanya proses penyembuhan luka post op appendiksitis, karena hampir 60% penderitanya berumur 49 tahun keatas, akan tetapi ada juga kejadian appendiksitis ditemukan pada usia 18 tahun keatas sebesar 9%. Di NTT pada tahun 2009 jumlah kunjungan penderita apendiksitis rawat jalan di rumah sakit adalah 2.904. Data Dinas Kesehatan Sumba Timur menunjukkan bahwa jumlah penderita apendiksitis pada tahun 2009 sebanyak 408 orang dan tahun 2010 meningkat menjadi 864 orang (Dinkes Provinsi NTT, 2011). Pada tahun 2013 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, apendiksitis menempati urutan ke 4 dengan jumlah pasien sebanyak 186 orang. Pada tahun 2014 apendiksitis menempati urutan ke 5, jumlah pasien
3 apendiktomi tetap meningkat yakni sebanyak 203 orang. Tahun 2015, pasien apendiksitis mengalami peningkatan yang lebih signifikan dengan menempati urutan ke-3 dengan kasus terbanyak yakni 283 orang (Medical Record RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2015). Data Medical Record RSUD Umbu Rara Meha Makasar, jumlah penderita apendiksitis pada tahun 2009 sebanyak 89 orang, tahun 2010 meningkat menjadi 95 orang, dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 100 orang. Salah satu penanganan yang dilakukan untuk penderita apendiksitis adalah operasi pengangkatan apendiks yang disebut apendiktomi. Dalam penanganan post apendiktomi harus mendapatkan tindakan yang serba steril. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka. Perawatan luka post appendictomy merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka apendiktomi adalah pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi termasuk apendiktomi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan (Potter & Perry, 1995).
4 Apendisitis merupakan penyebab terbanyak dari suatu penyakit abdomen. Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak ditemukan pada usia 20-30 tahun, walaupun jarang ditemui diatas 65 tahun tetapi sering berakibat pada apendisitis perforasi. Resiko seseorang terkena apendisitis sepanjang hidupnya sekitar 6-9% (Andersson, 2012), dimana di negara barat 7% dari penduduknya menderita apendisitis akut dan memerlukan intervensi bedah (Craiq, 2005; Soybel, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan terhadap tindakan perawatan luka di ruang bedah RSUD Bangkinang ditemukan kesenjangan antara teori dan pelaksanaan di lapangan, seperti : perawat kurang memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan perawatan luka pada pasien apendiktomi, perawat juga harus memperhatikan usia atau umur dari pasien karena proses penyembuhan luka berkaitan dengan umur pasien. Apabila pasien masuk pada masa post op appendiksitis maka pada hari yang ditentukan oleh dokter, pasien harus melakukan mobilisasi dini, hal ini banyak yang dilupakan oleh perawat, seperti halnya prosedur perawatan luka apendiktomi yang tidak memenuhi standar menjadi penyebab terjadinya infeksi pada pasien post operasi. Selain itu, dalam melakukan perawatan luka apendiktomi alat-alat yang digunakan hanya satu set perawatan luka dan digunakan untuk beberapa
5 pasien pada hari tersebut tanpa dilakukan sterilisasi ulang. Perawat juga kurang memperhatikan teknik aseptik, misalnya dalam melakukan perawatan luka apendiktomi perawat hanya menggunakan sarung tangan bersih tanpa mengganti dengan sarung tangan yang steril. Kasus appendiksitis di RSUD Bangkinang pada tahun 2014 terdapat sebanyak 210 kasus dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 225 kasus appendiksitis, dari jumlah tersebut hampir 35 % mengalami gangguan proses penyembuhan post op appendiksitis seperti dengan kejadian infeksi pada luka, kekakuan elastisitas usus dan komplikasi penyakit lainnya. Untuk lebih jelasnya tentang 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit RSUD Bangkinang dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1 : 10 Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit Daerah Bangkinang Tahun 2015 No Nama Penyakit Jumlah % 1. ISPA 3705 26,2 2. Gastritis 2600 18,5 3. Bronkitis 2540 17,9 4. Asam Urat (Gout) 1309 9,3 5. Apendiksitis 720 5,1 6. Dispepsia 711 5,0 7. Febris 701 4,9 8. Rheumatoid Artritis 680 4,8 9. Katarak 630 4,5 10. Gangguan Kulit 529 3,8 Total 14.125 100 Sumber : Medical Record RSUD Bangkinang Tahun 2015
6 Berdasarkan tabel 1.1 diatas penyakit appendiksitis menempati urutan ke 5 terbesar dari 10 penyakit terbanyak di RSUD Bangkinang pada Tahun 2015. Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di ruang rawat inap medical bedah RSUD Bangkinang terhadap 8 orang pasien berumur 26-41 tahun yang sedang dirawat. Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan appendiksitis, dan mengevaluasi jawaban yang didapatkan dari pasien. Semua pasien yang berjumlah 8 orang mengatakan sudah 15 hari dirawat diruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang, seharusnya lamanya rawat inap 7-9 hari biasanya pasien sudah diperbolehkan pulang atau rawat jalan, tidak ada faktor penyakit lain yang menyebabkan pasien dirawat lama selain post op appendiksitis. Selama dirawat pasien tidak pernah dilakukan latihan mobilisasi dini atau Range Of Motion (ROM) pada hari ke-4 sampai pasien diperbolehkan pulang. Latihan ROM ini bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan pristaltik usus pada penderita appendiksitis dengan melakukan rangsangan pada otot, maka akan memberikan efek melancarkan pembuluh darah dan menguatkan dengan perlahan otot pada bagian perut yang nantinya ada stimulus bagi peristaltik usus.
7 Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka post op appendicitis di Ruangan Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor umur yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016.
8 b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor Mobilisasi Dini yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor perawatan luka yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden yang sembuh luka post op appediksitis di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. e. Untuk menganalisis hubungan faktor umur dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. f. Untuk menganalisis hubungan faktor mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. g. Untuk menganalisis hubungan faktor perawatan luka post op appendiksitis dengan proses penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016.
9 D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan untuk teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berkaitan sebagai bahan pendukung dalam meningkatkan proses penyembuhan luka pada pasien-pasien dengan post op appendiksitis di Rumah Sakit. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun hipotesis baru dalam merancang penelitian selanjutnya. 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan ilmu pengetahuan bagi semua pihak, khususnya bagi pihak Rumah Sakit beserta staf dilapangan dalam upaya peningkatan dan pembinaan pelayanan perawatan pada klien dengan post op appendikitis di Rumah Sakit, agar dapat mengurangi lamanya hari perawatan di Rumah Sakit.