BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan. 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2008) di RS

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Ed. Rev., cet.14. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

RSUD Umbu Rara Meha Waingapu.

BAB I PENDAHULUAN. abdomen darurat. Pria lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih. berusia 10 sampai 30 tahun (Brunner & Suddarth, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. April 2006 oleh Gubernur Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dengan prioritas utama pada upaya peningkatan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. pada saat persalinan. Di Indonesia angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan Sectio Caesaria (SC) adalah sekitar 10 % sampai 15 %, dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2014). WHO (World Health Organization) menyebutkan insiden apendiksitis di Asia dan Afrika pada tahun 2015 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2014), di RS Kharian Islamabad di negara Pakistan pada 220 penderita gejala abdomen akut, proporsi apendiksitis akut memiliki jumlah terbanyak yaitu 21,4%. Insiden apendiksitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainnya yaitu sekitar 32% dari jumlah populasi penduduk Indonesia (Depkes RI. 2014). 1

2 Sutriyani (2010), di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu, diperoleh data penderita apendiksitis pada tahun 2008 adalah sebanyak 128 kasus, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 153 kasus. Penelitian Martalena (2008) di RSU Kabanjahe Kabupaten Karo, jumlah penderita apendiksitis sebanyak 126 orang. Kusmarjathi (2009), di RSUD Sanjiwani Gianyar pada tahun 2006, terdapat sebanyak 94 kasus apendiksitis dan tahun 2007 meningkat menjadi 103 kasus. Diantara jumlah kejadian appendiksitis tersebut banyak pasien mengeluhkan lamanya hari rawat inap dan lamanya proses penyembuhan luka post op appendiksitis, karena hampir 60% penderitanya berumur 49 tahun keatas, akan tetapi ada juga kejadian appendiksitis ditemukan pada usia 18 tahun keatas sebesar 9%. Di NTT pada tahun 2009 jumlah kunjungan penderita apendiksitis rawat jalan di rumah sakit adalah 2.904. Data Dinas Kesehatan Sumba Timur menunjukkan bahwa jumlah penderita apendiksitis pada tahun 2009 sebanyak 408 orang dan tahun 2010 meningkat menjadi 864 orang (Dinkes Provinsi NTT, 2011). Pada tahun 2013 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, apendiksitis menempati urutan ke 4 dengan jumlah pasien sebanyak 186 orang. Pada tahun 2014 apendiksitis menempati urutan ke 5, jumlah pasien

3 apendiktomi tetap meningkat yakni sebanyak 203 orang. Tahun 2015, pasien apendiksitis mengalami peningkatan yang lebih signifikan dengan menempati urutan ke-3 dengan kasus terbanyak yakni 283 orang (Medical Record RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2015). Data Medical Record RSUD Umbu Rara Meha Makasar, jumlah penderita apendiksitis pada tahun 2009 sebanyak 89 orang, tahun 2010 meningkat menjadi 95 orang, dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 100 orang. Salah satu penanganan yang dilakukan untuk penderita apendiksitis adalah operasi pengangkatan apendiks yang disebut apendiktomi. Dalam penanganan post apendiktomi harus mendapatkan tindakan yang serba steril. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka. Perawatan luka post appendictomy merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka apendiktomi adalah pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi termasuk apendiktomi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan (Potter & Perry, 1995).

4 Apendisitis merupakan penyebab terbanyak dari suatu penyakit abdomen. Penyakit ini dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak ditemukan pada usia 20-30 tahun, walaupun jarang ditemui diatas 65 tahun tetapi sering berakibat pada apendisitis perforasi. Resiko seseorang terkena apendisitis sepanjang hidupnya sekitar 6-9% (Andersson, 2012), dimana di negara barat 7% dari penduduknya menderita apendisitis akut dan memerlukan intervensi bedah (Craiq, 2005; Soybel, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan terhadap tindakan perawatan luka di ruang bedah RSUD Bangkinang ditemukan kesenjangan antara teori dan pelaksanaan di lapangan, seperti : perawat kurang memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan perawatan luka pada pasien apendiktomi, perawat juga harus memperhatikan usia atau umur dari pasien karena proses penyembuhan luka berkaitan dengan umur pasien. Apabila pasien masuk pada masa post op appendiksitis maka pada hari yang ditentukan oleh dokter, pasien harus melakukan mobilisasi dini, hal ini banyak yang dilupakan oleh perawat, seperti halnya prosedur perawatan luka apendiktomi yang tidak memenuhi standar menjadi penyebab terjadinya infeksi pada pasien post operasi. Selain itu, dalam melakukan perawatan luka apendiktomi alat-alat yang digunakan hanya satu set perawatan luka dan digunakan untuk beberapa

5 pasien pada hari tersebut tanpa dilakukan sterilisasi ulang. Perawat juga kurang memperhatikan teknik aseptik, misalnya dalam melakukan perawatan luka apendiktomi perawat hanya menggunakan sarung tangan bersih tanpa mengganti dengan sarung tangan yang steril. Kasus appendiksitis di RSUD Bangkinang pada tahun 2014 terdapat sebanyak 210 kasus dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 225 kasus appendiksitis, dari jumlah tersebut hampir 35 % mengalami gangguan proses penyembuhan post op appendiksitis seperti dengan kejadian infeksi pada luka, kekakuan elastisitas usus dan komplikasi penyakit lainnya. Untuk lebih jelasnya tentang 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit RSUD Bangkinang dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini : Tabel 1.1 : 10 Penyakit Terbanyak di Rumah Sakit Daerah Bangkinang Tahun 2015 No Nama Penyakit Jumlah % 1. ISPA 3705 26,2 2. Gastritis 2600 18,5 3. Bronkitis 2540 17,9 4. Asam Urat (Gout) 1309 9,3 5. Apendiksitis 720 5,1 6. Dispepsia 711 5,0 7. Febris 701 4,9 8. Rheumatoid Artritis 680 4,8 9. Katarak 630 4,5 10. Gangguan Kulit 529 3,8 Total 14.125 100 Sumber : Medical Record RSUD Bangkinang Tahun 2015

6 Berdasarkan tabel 1.1 diatas penyakit appendiksitis menempati urutan ke 5 terbesar dari 10 penyakit terbanyak di RSUD Bangkinang pada Tahun 2015. Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di ruang rawat inap medical bedah RSUD Bangkinang terhadap 8 orang pasien berumur 26-41 tahun yang sedang dirawat. Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan appendiksitis, dan mengevaluasi jawaban yang didapatkan dari pasien. Semua pasien yang berjumlah 8 orang mengatakan sudah 15 hari dirawat diruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang, seharusnya lamanya rawat inap 7-9 hari biasanya pasien sudah diperbolehkan pulang atau rawat jalan, tidak ada faktor penyakit lain yang menyebabkan pasien dirawat lama selain post op appendiksitis. Selama dirawat pasien tidak pernah dilakukan latihan mobilisasi dini atau Range Of Motion (ROM) pada hari ke-4 sampai pasien diperbolehkan pulang. Latihan ROM ini bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan pristaltik usus pada penderita appendiksitis dengan melakukan rangsangan pada otot, maka akan memberikan efek melancarkan pembuluh darah dan menguatkan dengan perlahan otot pada bagian perut yang nantinya ada stimulus bagi peristaltik usus.

7 Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka post op appendicitis di Ruangan Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor umur yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016.

8 b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor Mobilisasi Dini yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor perawatan luka yang berhubungan dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden yang sembuh luka post op appediksitis di Ruang Rawat Inap Bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. e. Untuk menganalisis hubungan faktor umur dengan penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. f. Untuk menganalisis hubungan faktor mobilisasi dini dengan proses penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016. g. Untuk menganalisis hubungan faktor perawatan luka post op appendiksitis dengan proses penyembuhan luka post op appendiksitis di ruang rawat inap bedah RSUD Bangkinang Tahun 2016.

9 D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan untuk teori dan menambah hasil informasi ilmiah yang berkaitan sebagai bahan pendukung dalam meningkatkan proses penyembuhan luka pada pasien-pasien dengan post op appendiksitis di Rumah Sakit. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun hipotesis baru dalam merancang penelitian selanjutnya. 2. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan ilmu pengetahuan bagi semua pihak, khususnya bagi pihak Rumah Sakit beserta staf dilapangan dalam upaya peningkatan dan pembinaan pelayanan perawatan pada klien dengan post op appendikitis di Rumah Sakit, agar dapat mengurangi lamanya hari perawatan di Rumah Sakit.