BAB I PENDAHULUAN. 1 V. Amelia, Hak-Hak Anak Dalam UU Perlindungan Anak dan UN Convensions on The

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

Perlindungan Anak Menurut KHA Dan UU No.23 Th.2002

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK. OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN

Institute for Criminal Justice Reform

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

1. Mengelola penyampaian bantuan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

Pengantar Prinsip Kemanusiaan

PERLINDUNGAN ANAK. Sebuah buku panduan bagi anggota dewan perwakilan rakyat

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Anak jalanan merupakan salah satu fenomena sosial di perkotaan yang

Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB V PENUTUP. Meningkatnya pendapatan negara dari sektor pariwisata di Thailand merupakan. menyumbang sebagian besar dari pendapatan nasional negara.

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015):

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia

MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

LEMBAR FAKTA TENTANG EKSPLOITASI SEKS KOMERSIL DAN PERDAGANGAN ANAK

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

BAB II KONVENSI HAK ANAK SEBAGAI HUKUM INTERNASIONAL

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan

International IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

Heru Susetyo, SH. LL.M.M.Si. Anak & Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak. Konvensi Hak Anak. FHUI, Juni 2011

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB III PENUTUP. Dalam Perlindungan Anak Korban Lumpur Lapindo dapat disimpulkan

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENGADUAN (KELUHAN) INDIVIDU BERDASARKAN PERSETUJUAN INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN. human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan 3 kajian pustaka. Penelitian yang telah

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Kekerasan terhadap anak bukan merupakan kasus yang baru di berbagai negara. Ketidakberdayaan anak-anak menjadi salah satu pemicu mereka sering mendapat perlakuan kasar dari mulai orang tua, tetangga, keluarga, hingga teman sebaya. Fakta ini yang antara lain menjadi penyebab disepakatinya Konvensi Hak Anak oleh negara-negara di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. 1 Kekerasan terhadap anak yang begitu tinggi di Indonesia telah menarik pemerintah untuk berkomitmen mengurangi angka kekerasan tersebut. Berbagai organisasi internasional hadir untuk melindungi dan menjamin kehidupan anak-anak; mereka bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memberantas kekerasan terhadap anak. United Nations Children s Fund (UNICEF) adalah salah satu organisasi tersebut, yang bertujuan menjamin hak asasi dan kesejahteraan anak-anak. Dalam menjalankan program-programnya UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, dengan harapan program-program tersebut bisa diimplementasikan dengan baik sesuai dengan peraturan pemerintah sehingga nantinya dapat mencapai hasil yang maksimal dalam rangka memberantas kekerasan terhadap anak-anak. Namun demikian, berbagai program, kerja sama, dan aturan hukum yang dibuat oleh UNICEF dengan Indonesia ternyata belum membuahkan hasil yang memuaskan. Angka kekerasan terhadap anak di Indonesia tetap terus meningkat tiap tahunnya. Pada awal tahun 2011 angka kekerasan terhadap 1 V. Amelia, Hak-Hak Anak Dalam UU Perlindungan Anak dan UN Convensions on The Rights of The Child, Scribd.com (daring), 2013, <https://www.scribd.com/doc/141174986/hak- Hak-Anak-dalam-UU-Perlindungan-Anak-dan-UN-Conventions-on-the-Rights-of-the-Child>, diakses pada 12 Maret 2016. 1

anak secara fisik meliputi 94 anak, sementara pada tahun 2014 mencapi 273 anak. Begitu juga kekerasan seksual: pada tahun 2011 berada di angka 216 anak, dan pada tahun 2014 mencapai angka 656 anak. 2 Angka kekerasan yang meningkat tiap tahunnya telah mendorong penulis untuk melihat lebih jauh implementasi program perlindungan anak yang diusung UNICEF. Dalam tesis ini, penulis ingin mengetahui dinamika proses implementasi perlindungan anak untuk menunjukkan sejauh mana program tersebut menemui kendala atau hambatan ketika diimplementasikan di Indonesia. 2. Pertanyaan penelitian Bagaimana program perlindungan anak UNICEF diimplementasikan di Indonesia dalam rangka mengurangi angka kekerasan terhadap anak? 3. Reviu literatur Kajian soal kekerasan terhadap anak pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Misalnya, penelitian oleh Irwanto yang berjudul Peran UNICEF Dalam Mengatasi Perdagangan Anak (Children Trafficking) di Indonesia. Irwanto menulis bahwa kasus perdagangan anak semakin meningkat di Indonesia. Terdapat beberapa faktor penyebab perdagangan anak yang dibahas pada penelitian ini, yaitu kemiskinan, pendidikan yang minimal, dan terbatasnya keterampilan. UNICEF sebagai lembaga perlindungan anak merasa perlu untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia guna meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya perdagangan anak. Penilitian Irwanto lebih menekankan pada peran UNICEF dalam menangani perdagangan anak di Indonesia. Ia menggunakan kerangka pemikiran fungsi (role) untuk menjelaskan peran UNICEF sebagai organisasi internasional. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa dalam melakukan penanggulangan kejahatan perdagangan manusia di Indonesia, UNICEF 2 P. Rahayu, <puji.kpai@yahoo.co.id>, No Subject, email pribadi kepada V. Dasadwiastaning, <nad28.valentia@gmail.com>, 1 Desember 2015. 2

menjalankan fungsi dan perannya seperti halnya sebuah organisasi internasional, yaitu secara normatif, pengawasan dan pelaksanaan peraturan, serta operasional dan informasi. 3 Kemudian, terdapat pula penelitian Putra Yusuf Barus tentang Peran UNICEF Dalam Implementasi Konvensi Hak Anak PBB di Indonesia. Skripsi Putra Barus ini menjelaskan tentang sejarah dan definisi Konvensi Hak Anak menurut PBB serta penerapan konvensi tersebut di Indonesia. Melihat banyak anak mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya, UNICEF sebagai salah satu organisasi internasional yang bergerak di bidang penegakan hak anak menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam penelitian ini Putra Barus melihat UNICEF sebagai fasilitator penerapan Konvensi Hak Anak di Indonesia. Putra Barus menyimpulkan bahwa UNICEF memiliki peran dalam ratifikasi Konvensi Hak Anak di Indonesia. Penelitian ini juga memuat tentang kerja sama UNICEF dan pemerintah Indonesia dalam implementasi Konvensi Hak Anak; struktur, tujuan dan sasasan UNICEF; serta sedikit tentang pandangan UNICEF terhadap anak-anak korban bencana alam. 4 Terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Komisi Perencanaan di Nigeria yang dibiayai oleh UNICEF dan berkaitan dengan perlindungan terhadap anak dengan judul Promoting Synergies between Child Protection and Social Protection in Nigeria. Dalam penelitian ini, membangun sebuah perlindungan sosial untuk mengurangi resiko kerentanan merupakan sesuatu yang penting, terutama dalam konteks negara berkembang. Walaupun perlindungan terhadap anak merupakan salah satu pilar sektor penting dalam pembangunan Nigeria, namun sangat sulit untuk dijalankan atau diimplementasikan. Kesulitan implementasi program perlindungan terhadap anak ini juga disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia dan 3 Irwanto, Peran UNICEF Dalam Mengatasi Perdagangan Anak (Children Trafficking) di Indonesia, Digital Repository @ Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (daring), 2011, <http://thesis.umy.ac.id/datapublik/ t19726.pdf>, diakses pada 17 Februari 2016. 4 P.Y. Barus, Peran UNICEF Dalam Implementasi Konvensi Hak Anak PBB di Indonesia, Universitas Sumatra Utara (daring), 2009, <http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17244/6/cover.pdf>, diakses pada 17 Februari 2016. 3

keuangan. Dikatakan juga bahwa perlindungan terhadap anak hanya mencakup kebutuhan akan perlindungan yang spesifik, yang menyebabkan sering tumpang tindihnya antara perlindungan sosial dengan perlindungan terhadap anak. Diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif untuk mensinergikan kedua hal tersebut agar bisa diimplementasikan dengan baik. Di dalam penelitian ini juga ditulis bahwa salah satu penyebab kekerasan adalah keadaan sosial dan ekonomi yang memang harus diselesaikan dengan tuntas. 5 Penelitian ini membantu penulis untuk mengidentifikasi bahwa agar perlindungan terhadap anak bisa berjalan dengan baik, perlu juga melihat perlindungan sosial yang berjalan di suatu negara, terutama negara berkembang. Lingkup sosial juga bisa mempengaruhi tindak kekerasan terhadap anak. UNICEF menerbitkan sebuah buku yang berkaitan dengan perlindungan terhadap anak dengan judul Standar Minimum Perlindungan Anak Dalam Aksi Kemanusiaan. Walaupun buku ini lebih banyak menekankan pada perlindungan anak di lingkup yang berkaitan dengan bencana maupun pengungsi, tetapi ia juga memaparkan secara garis besar standar minimum perlindungan terhadap anak. Buku ini menegaskan bahwa perlindungan terhadap anak dari kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran adalah prioritas utama bagi semua orang. Para pelaksana program perlindungan anak harus melakukan berbagai usaha dengan cepat, terencana, dan efektif, serta perlu mengukur apakah usaha tersebut berhasil menjangkau anak dan melindungi mereka dengan baik. Mengacu pada Minimum Standards for Child Protection in Humanitarian Action yang diterbitkan secara global pada tahun 2012, standar dalam buku ini menjadi acuan dalam melakukan perlindungan terhadap anak dari berbagai tindak kekerasan. Buku ini juga membantu pemerintah untuk memberi respon secara efektif dalam menerapkan perlindungan terhadap anak. Terdapat juga indikator-indikator aksi dan hasil yang digunakan untuk 5 N. Jones, E. Presler-Marshall, N. Cooke & B. Akinrimisi, Promoting Synergies between Child Protection and Social Protection in Nigeria, Overseas Development Institute, London, 2012, pp. 5-8. 4

mengukur keberhasilan perlindungan anak. Setiap standar dilengkapi dengan aksi kunci, pengukuran (termasuk indikator dan target), dan catatan panduan. Standar dalam buku ini juga ditujukan untuk membantu para aktor yang terlibat dalam mengimplementasikan perlindungan anak. 6 Terdapat pula buku dengan judul Ethical Principles, Dilemmas and Risks in Collecting Data on Violence Againts Children. Di dalamnya terdapat beberapa kode etik penerapan perlindungan terhadap anak untuk melawan kekerasan terhadap anak. Panduan dalam buku inni juga bisa digunakan untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan saat pengumpulan data kekerasan. Fokus pada buku ini ialah pada kode etik terkait dengan pengumpulan data pada tindak kekerasan terhadap anak. Dijelaskan juga pada buku ini risiko yang mungkin terjadi apabila pengambilan data dengan menggunakan korban sebagai narasumber serta bagaimana memberikan informasi yang benar kepada anak maupun orangtua terkait kasus kekerasan terhadap anak. Penulis bisa menggunakan buku ini sebagai acuan dalam pengambilan data peenelitian agar sesuai dengan kode etik yang disarankan. Terakhir adalah penelitian yang ditulis oleh Suradi dengan judul Problema dan Solusi Strategis Kekerasan terhadap Anak dan diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini memaparkan tentang kekerasan anak di Indonesia yang meningkat tiap tahunnya. Kekerasan pada anak terjadi tidak hanya di perkotaan, namun juga di pedesaan. Menurut penelitian ini, terdapat dua hal yang menyebabkan meningkatnya angka kekerasan pada anak, yaitu faktor kemiskinan dan faktor sosial. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan sosial anak tidak mampu menjamin hak-hak anak. Untuk itu, diperlukan solusi strategis serta pengembangan kebijakan terkait perlakuan kekerasan terhadap anak. Dipaparkan pula oleh Suradi pengertian dari kekerasan terhadap anak dan kategorinya berdasarkan undang-undang yang berlaku serta data-data tabel mengenai pelaku dan jenis kekerasan. Dalam penelitian ini Suradi 6 Child Protection Working Group, Minimum Standards for Child Protection In Humanitarian Action, UNICEF, New York, 2012, pp. 14-20. 5

menggunakan intervensi sosial, yaitu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana oleh pekerja sosial. Simpulan penelitiannya adalah bahwa kekerasan terhadap anak terus meningkat dan perlu tindakan bersama, baik itu dari pemerintah maupun semua unsur masyarakat. Selain itu, perlu juga memasukkan unsur perlindungan anak ke dalam pengajaran dan pendidikan agar mampu dipahami dan dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. 7 Keenam literatur di atas membahas perlindungan terhadap anak serta tindak kekerasan atas mereka dari sudut pandang yang berbeda. Tulisan Irwanto dan Putra Barus akan dijadikan acuan penulis untuk melihat peran UNICEF serta implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia. Penelitian Suradi akan digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data kekerasan terhadap anak di Indonesia serta memahami aspek-aspek yang dapat meningkatkan kekerasan terhadap anak dan apa saja yang termasuk dalam kategori kekerasan terhadap anak. Hasil penelitian di Nigeria dapat memberikan masukan tentang kendala implementasi perlindungan terhadap anak di negara berkembang. Sedangkan buku yang dikeluarkan oleh UNICEF akan digunakan untuk melihat mengapa perlindungan terhadap anak harus mempunyai standar; ia dapat membantu penulis untuk memahami standar perlindungan anak dalam lingkup aksi kemanusiaan. Terakhir, buku mengenai kode etik penelitian data akan penting maknanya bagi pengambilan data terkait dengan kekerasan terhadap anak. 4. Kerangka teoritik/konseptual Perlindungan terhadap anak Terdapat beberapa definisi konsep perlindungan terhadap anak. Menurut Save The Children, salah satu organisasi internasional yang berfokus pada perlindungan dan kesejahteraan anak, The goal of child protection is to promote, protect and fulfil children s rights to protection from abuse, neglect, 7 Suradi, Problema dan Solusi Strategis Kekerasan terhadap Anak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial (daring), 12 Desember 2013, <http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/ 4587c3716586f62cc5a351afd2a3dfb3.pdf>, diakses pada 8 April 2016. 6

exploitation and violence as expressed in the UN Convention on the Rights of the Child and other human rights, humanitarian and refugee treaties and conventions, as well as national laws. Disebutkan pula bahwa Child protection work aims to prevent, respond to, and resolve the abuse, neglect, exploitation and violence experienced by children in all settings. It is a specialist sector in its own right but of necessity works very closely with other sectors. 8 Sementara itu, menurut standar minimum aksi humaniter, Child Protection is the prevention of and response to abuse, neglect, exploitation and violent againts children. 9 Kemudian, disebutkan dalam buku manual UNICEF, bahwa perlindungan anak adalah A broad term to describe philosophies, policies, standards, guidelines and procedures to protect children from both intentional and unintentional harm. In the current context, it applies particularly to the duty of organisations and individuals associated with those organisations towards children in their care. 10 Dari definisi-defininsi di atas penulis menyimpulkan bahwa perlindungan terhadap anak merupakan suatu kebijakan atau program yang bertujuan untuk melindungi anak dari segala bentuk tindak kekerasan yang bertentangan dengan standar internasional maupun Konvensi Hak Anak. Konvensi hak anak terbentuk pada tahun 1989 diadopsi oleh Sidang Majelis Umum dan wajib dipatuhi oleh Negara-negara yang meratifikasi Konvensi tersebut. 11 Perlindungan anak berlaku bagi anak-anak dan sudah ditentukan juga kategori anak yang mendapat perlindungan. Pasal 1 Konvensi Hak Anak menyatakan bahwa seorang anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali di bawah undanguandang yang berlaku bagi anak usia dewasa dicapai lebih awal. Instrumen 8 Save The Children and Child Protection, Save the Children (daring), <http://resourcecentre.savethechildren.se/sites/default/files/documents/sc_child_protection_definiti on_20071.pdf>, diakses pada 5 Januari 2016. 9 Child Protection Working Group, p. 13. 10 E. Jackson, Child Protection Policies and Procedures Toolkit, UNICEF (daring), 2005, <http://www.unicef.org/violencestudy/pdf/cp%20manual%20-%20introduction.pdf>, diakses pada 17 Februari 2016. 11 Inter-Parliamentary Union & UNICEF, Hak Anak Atas Perlindungan, Inter-Parliamentary Union, Swiss, 2004, p. 5. 7

lainnya juga menggunakan batasan 18 tahun untuk menentukan kapan seseorang kehilangan haknya atas perlindungan khusus yang menjadi hak seorang anak. Dalam hal ini, UNICEF juga menggunakan batasan 18 tahun sebagai batas perlindungan bagi setiap anak. 12 Konvensi Hak Anak memiliki 41 pasal mengenai perlindungan akan hak anak. Ke-41 pasal tersebut dapat dirangkum secara singkat ke dalam empat kategori: 1. Survival rights: hak hidup tiap anak serta kebutuhan dasarnya seperti tempat tinggal, kesehatan, nutrisi. 2. Development rights: hak untuk bermain, mendapatkan pendidikan, akses informasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan beragama. 3. Protection rights: perlindungan anak terkait tindak kekerasan, eksploitasi, perlindungan dari sistem hukum, perlindungan tenaga kerja anak, serta rehabilitasi anak akibat tindakan kekerasan dan eksploitasi seksual. 4. Participation rights: kebebasan anak berpendapat dan bersekspresi, serta kebebasan untuk mendorong anak berpartisipasi dalam aktivitas sosial. 13 Pasal 27 konvensi mengakui hak setiap anak atas stadar kehidupan yang memadai bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosialnya. Ditambahkan oleh Komite Hak Anak dalam Prinsip Panduan no. 3 tentang kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan sekolah, segala bentuk hukuman fisik terhadap anak melanggar hak-hak yang diakui oleh konvensi. 14 Tujuan dari perlindungan anak adalah menjamin agar semua pihak ikut serta dalam memenuhi hak anak agar terbebas dari segala bentuk tindak kekerasan maupun eksploitasi. Untuk melindungi dan menjamin hak anak, maka pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 pada tanggal 25 Agustus 1990. Setelah meratifikasi, maka Indonesia 12 Inter-Parliamentary Union & UNICEF, p. 6. 13 The United Nations Convention on The Rights of the Child, The United Nations Conventions on the Rights of the Child (daring), <http://childrensrights.ie/childrens-rightsireland/un-convention-rights-child>, diakses pada 8 April 2016. 14 Inter-Parliamentary Union & UNICEF, p. 101. 8

terikat secara yuridis dan politis dengan ketentuan yang tercantum dalam setiap pasal konvensi tersebut. Sebagai perwujudan komitmen negara, Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 15 Program perlindungan terhadap anak diadopsi oleh UNICEF sebagai langkah untuk melakukan perlindungan terhadap hak anak di berbagai negara. UNICEF bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk menjamin hak anak di Indonesia agar terbebas dari segala bentuk tindak kekerasan. Berikut ini adalah sistem kerja perlindungan terhadap anak yang digunakan oleh UNICEF saat bekerja sama dengan pemerintah negara di mana ia beroperasi: Gambar 1. Sistem perlindungan terhadap anak UNICEF 16 Gambar di atas menjelaskan secara singkat bahwa aktor yang terlibat dalam perlindungan terhadap anak bergerak dalam situasi yang formal maupun non formal. Ia juga menunjukkan bahwa dalam implementasi program perlindungan terhadap anak perlu dilihat hubungan antara sistem dan aktor 15 Tyas, Penelitian Perlindungan Anak, Pusat Penelitian Gender, Anak, Dan Pelayanan Masyarakat (daring), 28 Januari, <http://puslitgenderanak.unsoed.ac.id/?p=298>, diakses pada 8 April 2016. 16 F. Wulczyn, et.al., Adapting A Systems Approach to Child Protection: Key Concepts and Considerations, UNICEF, New York, 2010, p. 22. 9

yang terlibat, serta membutuhkan manajemen yang baik, sumberdaya dan infrastruktur yang memadai, laporan dan pengumpulan data. Semua hal itu apabila dijalankan sesuai standar bisa mencapai target yang diinginkan. Human Rights Based Approach and Child Rights Based Approach Human Rights Based Approach merupakan pendekatan yang berbentuk kerangka komponen yang menyatukan hukum hak asasi manusia (HAM) internasional dan nasional sebagai dasar penerapan suatu program yang berkaitan dengan perlindungan HAM. Prinsip HAM menjadi tonggak utama UN pada tahun 1997 tetapi Human Rights Based Approach digunakan pertama kali tahun 2003. Human Rights Based Approach lahir sebagai kritik terhadap Needs Based Approach. Dimana Needs Based Approach dianggap hanya memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh setiap orang dan biasanya acuan outcomes-nya adalah kepuasan/ketidakpuasan. Sedangkan Human Rights Based Approach menganggap perlunya memenuhi hak setiap orang karena ketika hak seseorang tidak dihormati akan mengacu pada kekerasan sehingga dalam penerapan Human Rights Based Approach memerlukan intervensi untuk memenuhi hak setiap orang. Intervensi yang dimaksud yaitu pemenuhan HAM menjadi tanggung jawab setiap negara 17. Pendekatan ini digunakan oleh berbagai organisasi untuk mengimplementasikan perlindungan hak asasi manusia. Ia juga merupakan acuan utama HAM sebelum diklasifikasikan lebih terinci, misalnya hak anak yang kemudian menjadi basis Child Rights-Based Approach. 18 Berikut ini adalah bagan navigasi Rights-Based Approach yang digunakan UNICEF sebagai acuan perumusan sistem perlindungan terhadap anak: 17 UNFPA,Human Rights Based Approach, Harvard School of Public Health, Cambridge, 2010, p. 90. 18 Child Rights Approach, UNICEF, <http://www.unicef.org/tdad/index_55678.html>, diakses pada 8 April 2016. 10

Gambar 2. Rights-Based Approach Navigator 19 International and National Human Right System Capability to Comply Recognition of duty to act Authority/Legitimacy to act Guardians of Rights: Human Rights Commisions, etc Process Rights: Non-discrimination Right to Participation Duty-bearers Government & Nongovernmental entities Right-holders All citizens Obligations: Respect Protect Fulfil Capability to Access and Claim Recognition of right Authority/Legitimacy to claim Resources to access and claim Human Right Defenders Human Rights NGOs etc. Penerapan Human Rights Based Approach navigator dalam perlindungan anak di Indonesia mengacu kepada hukum HAM internasional dan Konvensi Hak Anak internasional. Yang menjadi pengemban tugasnya adalah pemerintah pusat maupun daerah, KPPPA ( Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak), KPAI (komisi Perlindungan Anak Indonesia), dan NGO yang terkait dengan perlindungan anak, dalam melaksanakan tugasnya 19 P. Burnell, Evaluating Democracy Support Methods and Experiences, International Institute for Democracy and Electoral Assistance, Stockholm, 2007, p. 128. 11

di tingkat nasional, pemerintah maupun NGO dibawah pengawasan Komnasham serta Komnas perlindungan anak. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk memenuhi,menghormati, dan melindungi HAM setiap warganya dengan prinsip non diskriminasi hak untuk berpartisipasi dan akuntabilitas. Dalam melaksanakan tugasnya, pemerintah didukung oleh sumber daya dan hukum, sehingga nantinya diharapkan melalui proses tersebut setiap warganya dapat diakui haknya serta mendapatkan akses untuk melaporkan segala bentuk tindak pelanggaran HAM. Child Rights-Based Approach merupakan pendekatan yang digunakan berdasarkan standar hukum interasional yang bertujuan menjamin hak anak berdasar prinsip persamaan, martabat, keamanan, dan partisipasi. Mengadopsi Child Rights-Based Approach berarti menggunakan Konvensi sebagai kerangka kerja untuk melindungi hak setiap anak. Dalam konteks ini, UNICEF mengacu pada tujuh prinsip utama dalam memperjuangkan hak anak, yaitu dignity; best interest of the child; non-discrimination; life, survival and development; participation; interdependence and indivisibility; tranparency and accountability: 20 Dalam implementasi program perlindungan terhadap anak, UNICEF menggunakan Child Rights- Based Approach sebagai prinsip dalam menjamin hak anak. Prinsip ini kelak dapat digunakan untuk memberi batasan mengenai hak apa saja yang bisa dimiliki oleh anak-anak, sementara untuk program keseluruhannya menggunakan Human Rights-Based Approach. Bantuan luar negeri Bantuan asing merupakan salah satu kebijakan luar negeri yang biasa digunakan dalam hubungan internasional. Bantuan luar negeri merupakan transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain atau dari organisasi ke pemerintah yang bisa berupa jasa maupun dana. Bantuan luar negeri juga dapat diartikan sebagai transfer uang, teknologi ataupun nasehat teknis dari donor ke penerima. Bantuan bisa berupa bantuan teknis proyek, 20 Definition of A Child Rights-Based Approach, UNICEF UK (daring), <http://www.unicef.org.uk/child-rights-partners/child-rights-based-approach/definition/>, diakses pada 8 April 2016. 12

pinjaman untuk kepentingan pembangunan (hibah), bantuan pembangunan untuk mengurangi kemiskinan, maupun bantuan kemanusiaan. 21 Menurut Van Dee Veen, bantuan luar negeri memiliki kerangka dan tujuan tertentu. Salah satunya adalah kerangka kemanusiaan, di mana bantuan luar negeri mempunyai tujuan promot[ing] the well-being of the poorest groups worldwide; provide humanitarian relief. 22 Bantuan luar negeri yang diberikan oleh suatu organisasi yang bertugas menjamin hak tiap individu berdasarkan konvensi internasional termasuk dalam bantuan luar negeri dalam lingkup humanitarianisme. Kategori inilah yang digunakan oleh organisasi internasional, termasuk UNICEF. Implementasi bantuan yang berupa program atau proyek seringkali kurang maksimal dalam mencapai hasil yang diharapkan. Ini terjadi karena tumpang tindihnya pemberian bantuan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya di suatu negara. Pemberian bantuan oleh banyak organisasi dalam sektor yang sejenis dapat menyebabkan tumpang tindihnya kebijakan yang ingin dijalankan pada sektor tersebut. Walaupun United Nations mempunyai suatu sistem yang bagus dalam memberikan bantuan di suatu negara, namun tetap saja masih sering tumpang tindih dengan organisasi lokal lainnya maupun dengan kebijakan pemerintah setempat. 23 UNICEF dalam konteks ini memberikan bantuan luar negeri berupa transfer sumber daya, dana dan program untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam menegakkan hak anak agar terlepas dari segala bentuk tindak kekerasan. 5. Argumentasi utama Perlindungan anak merupakan program yang digunakan UNICEF untuk membantu Indonesia memberantas tindak kekerasan terhadap anak berdasarkan standar Konvensi Anak Internasional. Selain bantuan program perlindungan 21 K.J. Holsti, International Politics: a Framework for Analysis, Prentice Hall, New Jersey, 1995, p. 180. 22 A.M. Van Der Veen, Ideas, Interest and Foreign Aid, Cambrigde University Press, Cambridge, 2011, p. 12. 23 R.C. Riddell, Does Foreign Aid Really Work? Oxford University Press, Oxford, 2007, p. 86. 13

anak, UNICEF juga memberikan bantuan dana dan sumber daya untuk membantu mencapai hasil yang maksimal dalam menurunkan tingkat kekerasan di Indonesia. Perlindungan anak dijalankan sesuai dengan sistem yang telah dirumuskan oleh UNICEF. Dalam menjalankan sistem tersebut diperlukan kesesuaian dengan sistem serupa yang terlibat dalam kegiatan yang sama agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan. UNICEF menggunakan pendekatan berbasis HAM dan hak anak agar dapat mensinergikan kebijakan yang berlaku dengan mengacu pada hukum HAM dan hak anak yang berlaku di tingkat nasional dan internasional. 6. Metode penelitian Untuk mendapatkan data, di samping melalui studi dokumen yang relevan, penulis juga akan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait, terutama bagian Program Perlindungan Anak UNICEF dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. 7. Sistematika penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab. Setelah Bab Pertama ini, Bab Kedua akan memberikan gambaran mengenai faktor pendorong tindak kekerasan, data maupun kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia. Bab ini juga akan menunjukkan kategori pelaku kekerasan, tindak kekerasan, serta hukum yang berlaku terkait kekerasan tersebut. Di dalam Bab Ketiga, penulis akan menjabarkan tentang program perlindungan kepada anak di Indonesia. Bagaimana program itu diterapkan, termasuk kerja sama antara UNICEF dengan instansi pemerintah atau LSM terkait, akan menjadi inti bahasan bab ini. Sementar itu, pada Bab Keempat penulis akan menganalisis dinamika penerapan perlindungan kepada anak di Indonesia oleh UNICEF, program apa saja yang berhasil diterapkan secara maksimal dan mana yang masih belum berhasil, berikut kendala dan hambatan yang muncul. Tesis akan ditutup dengan Bab Kelima yang berisikan kesimpulan dan inferens yang bisa ditarik dari temuan penelitian. 14