BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI BANYAKNYATINDAK PIDANA PENADAHAN SEPEDA MOTOR YANG TERJADI DI WILAYAH HUKUM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencurian kendaraan bermotor semakin marak terjadi di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENAHULUHAN. norma dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Setiap perbutan

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

III. METODE PENELITIAN

I. METODE PENELITIAN. perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan

III. METODE PENELITIAN. pendekatan yang dilakukan secara yuridis empiris dan yuridis normatif guna

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan terhadap harta kekayaan manusia yang diatur di dalam Kitab

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan berkembang di masyarakat, sedangkan pelaku kejahatan dan

STUDI TENTANG TANGGUNG JAWAB KASIR TERHADAP KERUGIAN AKIBAT KELALAIAN DI SUPERMARKET WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kendaraan bermotor, kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu kegagalan dalam memperjuangkan kepentingannya sendiri,

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang di dasarkan pada

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

METODE PENELITIAN. yang dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris guna memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 sebagai negara hukum, maka untuk menjalankan suatu negara dan perlindungan hak asasi harus berdasarkan hukum. 1 Pada masa sekarang ini pemerintah sedang melakukan pembangunan di segala bidang, tak terkecuali pembangunan dalam bidang hukum sebagai wujud reformasi dari hukum itu sendiri. Hal ini dimaksudkan salah satunya untuk lebih menciptakan ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Kejahatan terhadap benda atau harta kekayaan berkembang setelah manusia memberikan penilaian ekonomis terhadap harta benda. Pencurian,perampokan,penipuan,penggelapan ataupun penadahan merupakan obyek. Kendaraan bermotor berdasarkan pengertian yang diatur di dalam Pasal 1 ayat (8) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan angkutan jalan merupakan setiap kendaraan yang digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel 2. Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi vital yang merupakan 1 Prof.Dr.Teguh Prasetyo,SH. M.Si,2011,Kriminalisasi dalam Hukum Pidana,Bandung :Nusa Media,hlm.1. 2 Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 22 Tahung 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 1

2 barang berharga yang semakin banyak pemiliknya maupun yang ingin memilikinnya. Semakin banyak jumlah kendraan bermotor tentu menimbulkan konsekuensi semakin banyaknya tantangan pencurian kendaraan bermotor itu sendiri. Seorang melakukan kejahatan pencurian kendaraan bermotor didorong oleh keinginan memiliki kendaraan bermotor tetapi keadaan ekonominya tidak memungkinkan untuk membeli kendaraan bermotor tersebut secara resmi, jadi seseorang tersebut bisa memperoleh kendaraan bermotor melalui penadahan atau pencurinya langsung atau melalui perantara,dimana harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga resmi. Hal ini mempengaruhi penadah untuk melakukan tindak pidana penadahan kendaraan bermotor, disebabkan banyaknya permintaan dan juga kemudahan mendapatkan kendaraan bermotor hasil kejahatan, hal tersebut juga dapat mempengaruhi penadah untuk melakukan tindak pidana penadahn kendaraan bermotor secara berulang-ulang atau dijadikan suatu kebiasaan bahkan dijadikan suatu mata pencaharian. Seorang penadah melakukan tindak pidana penadahan kendaraan bermotor karena banyaknya pasar-pasar yang melakukan transaksi jual beli barang bekas dimana barang tersebut merupakan barang hasil kejahatan, sekilas transaksi tersebut hanya berupa barang-barang bekas dan jual beli rongsokan dengan sistem penjualan perkilogram dengan harga murah, namun ada orang-orang yang bergerak sebagai penadah.

3 Kejahatan pencurian kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda yang tidak lazim terjadi di negara-negara berkembang. Selanjutnya dikatakan bahwa kejahatan pencurian kendaraan bermotor beserta isi-isinya merupakan sifat kejahatan yang menyertai pembangunan. 3 Kejahatan dapat diartikan secara kriminologis dan yuridis. Kejahatan dalam arti kriminologis yaitu perbuatan manusia yang menodai normanorma dasar dari masyarakat. Hal ini dimaksudkan sebagai perbuatan unsur yang menyalahi aturan-aturan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Yang membawa akibat dari perbuatan kejahatan tersebut dibutuhkan pendekatan dari beberapa ilmu antara lain,ilmu sosiologi atau psikologi dengan maksud mengetahui sebab terjadinya suatu tindakan kejahatan. Jadi kejahatan disini lahir sebagai suatu gejala sosial. Kejahatan dalam arti yuridis merupakan perilaku jahat atau perbuatan jahat dalam hukum pidana atau dirumuskan dalam peraturan-peraturan pidana. 4 Menurut Muhammad Ali pengertian penadahan adalah tindak pidana atau straafbaarfeit asal kata tadah berarti menampung,menadah,penadah,orang yang menerima barang gelap atau barang curian. 5 Perbuatan pidana penadahan diatur didalam Pasal 480 ayat (1) K.U.H.P. yang berbunyi barang siapa membeli, menawarkan, menukar, menerima gadai, menerima hadiah,atau untuk menarik keuntungan, 3 Soerjono Soekanto,Hartono Widodo dan Chalimah Sutanto,1988,Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor Suatu Tinjauan Kriminologi,Jakarta : Aksara,hlm.20. 4 Soedjono D,1976,Hukum dan Hukum Pidana,Bandung : PT Sinar Baru,hlm.35. 5 Muhammad Ali,2000,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika

4 menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan atau menyembunyikan suatu benda, yang diketahui atau sepatutnya diduga,bahwa diperoleh dari kejahatan. Sedangkan Pasal 481 ayat (1) K.U.H.P. selanjutnya pada pokoknya berisi menjadikan kebiasaan untuk sengaja membeli, menukar, menerima gadai, menyimpan atau menyembunyikan barang,yang diperoleh dari kejahatan,sehingga memiliki unsur pembeda dengan Pasal 480 ayat (1) K.U.H.P. yaitu mengenai adanya kesengajaan atau kebiasaan. Tindak pidana penadahan (heling) merupakan perbuatan yang dilakukan setelah selesainya tindak pidana terhadap kekayaan melalui barang yang diperoleh melalui jalan kejahatan,dapat dikatakan menolong atau memudahkan kejahatan tersebut sekedar si pelaku kejahatan dapat mengharapkan bahwa barang yang di curi,di rampas,atau di gelapkan akan di tampung oleh penadah hal mana akan mempersukar pengusutan kejahatan yang bersangkutan. 6 Ada beberapa kasus penadahan kendaraan bermotor yang lolos dari penyidikan dan tidak sampai di pengadilan karena adanya kendala-kendala seperti obyek penadahan telah berubah dari bentuk aslinya dan diganti dengan warna baru serta kurangnya peran serta masyarakat karena masyarakat tidak mau menanggung resikonya, maka pelaku tindak pidana penadahan kendaraan bermotor seolah-olah kebal dan bebas dari hukuman sehingga semakin merajalela. Indonesia,hlm. 6. 6 Wirjono Prodjodikoro,1986,Asas-asas HukumPidana di Indonesia,Jakarta : Ghalia

5 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam masalah tersebut kedalam bentuk penulisan hukum yang berjudul UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI BANYAKNYA TINDAK PIDANA PENADAHAN YANG TERJADI DI WILAYAH HUKUM SURAKARTA B. Rumusan Masalah Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan permasalahan yang akan diteliti serta untuk mencapai tujuan penelitian yang lebih mendalam dan terarah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Upaya Polisi dalam menanggulangi Tindak Pidana penadahan sepeda motor? 2. Bagaimanakah hasil dari upaya yang dilakukan oleh kepolisian polresta surakarta dalam menanggulangi tindak pidana penadahan sepeda motor di wilayah kota surakarta? 3. Apakah kendala yang dihadapi polisi dalam menanggulangi Tindak Pidana penadahan sepeda motor? C. Tujuan Penelitian Suatu kegiatan penelitian harus memiliki tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Tujuan dalam suatu penelitian menunjukkan kualitas dan nilai penelitian tersebut. Adapun tujuan dibuatnya penelitian tentang upaya

6 polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan sepeda motor adalah 1. Untuk menjelaskan dan menganalisis tentang upaya polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan kendaraan bermotor yang terjadi di wilayah hukum surakarta 2. Untuk mengetahui kendala polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan kendaraan bermotor yang terjadi di wilayah hukum surakarta 3. Untuk mengetahui hasil dari upaya yang dilakukan oleh kepolisian dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan kendaraan bermotor yang terjadi di wilayah hukum surakarta D. Manfaat Hasil penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat atau berguna baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah wawasan berpikir serta ilmu pengertahuan dibidang ilmu hukum pidana khususnya dalam hal upaya polisi dala Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah wawasan berpikir serta ilmu pengertahuan dibidang ilmu hukum pidana khususnya dalam hal upaya polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan sepeda motor di wilayah hokum

7 surakarta serta kendala polisi dalam menanggulangi tindak pidana penadahan sepeda motor tersebut. 2. Manfaat Praktis a. Penulisan hukum ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan serta sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam masalah yang diteliti dan berguna dalam menyelesaikannya. b. Untuk melatih mengembangkan pola pikir yang sistematis sekaligus untuk mengukur kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang sudah diperoleh. c. Sebagai pewacanaan keadaan hukum khususnya dibidang tindak pidana penadahan. E. Kerangka Pemikiran Penadahan (heling) itu adalah tindakan mengambil keuntungan dari suatu barang yang berasal dari kejahatan atau yang sepatutnya diduga berasal dari kejahatan. Pengertian tindak pidana penadahan diatur di dalam Pasal 480 K.U.H.P. yang berbunyi: Dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya enam puluh rupiah : Ke-1 : karena melakukan penadahan (heling) barang siapa membeli, menyewa, menukari, menerima gadai, menerima sebagai hadiah,atau,dengan maksud mendapat untung, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan,atau menyembunyikan suatu

8 barang,yang diketahuinya atau pantas harus disangkannya,bahwa barang itu diperoleh dengan jalan kejahatan, Ke-2 : barang siapa mengambil untung dari hasil suatu barang yang diketahuinya atau pantas harus disangkanya bahwa barang itu diperoleh jalan kejahatan. Jadi yang dinamakan,, penadahan atau heling itu hanya tindak pidana yang tersebut nomor satu. 7 Hasil barang diperoleh dengan kejahatan termuat dalam Pasal 480 ayat (2) yang mengenai hal bahwa suatu barang,yang secara langsung diperoleh dengan pencurian atau penggelapan dan sebagainya, sudah dijual atau sudah ditukarkan dengan lain barang, atau uang curian yang sudah dipergunakan untuk membeli barang. Maka barang siapa mengambil untung dari uang atau barang yang menggantikan barang-barang yang langsung diperoleh dengan kejahatan itu, melakukan tindak pidana dari Pasal 480 ke- 2 tersebut. Sebagai contoh seorang yang mendapat bagian dari uang hasil penjualan barang yang dicuri atau digelapkan dan sebagainya. 8 Di dalam Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002 menyebutkan bahwa kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan 7 Prof.Dr. Wirjono Prodjodikiro S.H., 1980, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta : PT Eresco, cet. 6 1980, hlm. 62 8 Bambang Poernomo, 1985, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, hlm.61

9 pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 9 Penanggulangan dalam kasus tindak pidana penadahan sepeda motor merupakan salah satu upaya pencegahan. Penanggulangan memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan terjadinya tindak pidana penadahan, yang termasuk didalamnya meminimalisir suatu kerugian dalam tindak penadahan pada saat terjadi tindak pidana. F. Metode Penelitian Suatu penelitian ilmiah dapat dipercaya kebenarannya apabila disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode adalah pedoman-pedoman,cara seorang ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi. 10 Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian data primer dilapangan. Pendekatan empiris merupakan pendekatan yang mengacu pada 9 Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 10 Soerdjono Soekanto,1986,Pengantar Penelitian Hukum,Jakarta : Universitas Indonesia Press,hlm. 6.

10 peraturan-peraturan tertulis untuk kemudian dilihat bagaimana implementasi dilapangan, dalam hal ini terkait dengan upaya polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan sepeda motor yang terjadi dalam wilayah hukum surakarta. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian diskriptif, penelitian diskriptif adalah penelitian yang merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak. 11 Sehingga tujuannya untuk memberikan data seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh tentang gambaran proses upaya polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan sepeda motor. 3. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini penulis mengambil lokasi di POLRESTA SURAKARTA. Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa sumber data yang dimungkinkan dan memungkinkan untuk dilakukan penelitian. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 11 Soerjono dan Abdul Rahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 23.

11 a. Data primer, yaitu data yang diperoleh berupa sejumlah keterangan atau fakta di lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan anggota kepolisian polresta surakarta terkait dengan upaya polisi dalam menanggulangi tindak pidana penadahan sepeda motor di wilayah hukum surakarta. b. Data sekunder, yaitu sumber-sumber yang terkait secara langsung dengan permasalahan yang diteliti yang terdiri dari hasil wawancara dengan anggota kepolisian polresta surakarta terkait dengan upaya polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan sepeda motor yang terjadi di wilayah hukum surakarta,dan buku literatur. Jenis data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari : 1) Bahan hukum primer: a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) b) Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkatan Jalan c) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan d) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 2) Bahan hukum sekunder: Bahan-bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa literatur-literatur dan makalah-makalah

12 yang berkaitan dengan penanggulangan tindak pidana penadahan 3) Bahan hukum tersier Bahan hukum yang menunjang bahan-bahan sekunder seperti kamus hukum dan kamus bahasa. 5. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dimaksud di atas, digunakan teknik sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Studi pustaka ditujukan terhadap literatur dan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta peraturan-peraturan hukum yang ada hubungannya dengan obyek penelitian yang dikaji oleh penulis, mengenai upaya serta kendala polisi dalam menanggulangi tindak pidana penadahan b. Studi Lapangan Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang diteliti adalah wawancara, penulis dalam hal ini akan mengadakan wawancara 12 secara langsung kepada salah satu anggota kepolisian di polresta surakarta terkait upaya penanggulangan tindak pidana penadahan sepeda motor. 6. Metode Analisis Data 12 Wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan diantara dua orang atau lebih bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan keterangan, Lihat Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet. 8, 2007, hlm. 83

13 Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu data-data yang ada dibuat dalam kata-kata dan atau kalimat-kalimat. Data kualitatif tersebut dianalisis dengan metode berfikir deduktif, yaitu pola berfikir yang mendasar pada hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. G. Sistematika Penelitian Hukum Hasil penelitian akan disusun dalam format empat bab untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang akan penulis uraikan dalam penelitian ini. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut : BAB I terdiri dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II berisi tentang tinjauan pustaka, dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai tinjauan umum tentang upaya polisi dalam penanggulangan tindak pidana penadahan sepeda motor. BAB III adalah hasil penelitian dan pembahasan dimana penulis akan menguraikan mengenai kendela polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan di wilayah hukum surakarta, upaya polisi dalam menanggulangi banyaknya tindak pidana penadahan sepeda motor yang terjadi di wilyah hukum surakarta dan hasil dari upaya penanggulangan tersebut. BAB IV terdiri dari penutup yang berisi mengenai kesimpulan dan saran terkait dengan permasalahan yang diteliti.