BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khitan adalah proses pemotongan kulit yang menutupi kemaluan, untuk mengurangi kotoran-kotoran yang mengedap didalamnya, mempermudah proses buang air kecil dan proses bersuci. Khitan adalah tradisi yang diajarkan sejak dahulu. Perintah khitan sebetulnya adalah ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim a.s. atas perintah Allah s.w.t. Islam memerintahkan melakukannya dengan tujuan mengikuti millah Ibrahim as dan sebagai syarat kesucian dalam ibadah, karena ibadah (shalat) mensyaratkan kesucian badan, pakaian dan tempat. Dalam firman Allah s.w.t: Artinya: Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan(QS.An-Nahl/16: 123). Diantara keutamaan beliau yang luar biasa, bahwa Allah mewahyukan kepada penghulu para makluk dan insan yang paling sempurna Muhammad untuk mengikuti ajaran Ibrahim dan agar beliau dan umat Islam meneladaninya.dalam ayat tersebut Allah memerintahkan Nabi Muhammad 1
2 s.a.w dan umatnya mengikuti millahnabi Ibrahim as., karena ia merupakan orang yang sempurna ketauhidannya. Namun selain itu banyak pendapat ulama yang berbeda pemahanman tentang hukum khitan, sebagian ulama ada yang mengatakan wajib dan ada yang mengatakan sunah, namun hal yang sebenarnya menyatakan bahwasanya khitan itu adalah syiar Islam yang menjadi kewajiban kita untuk melaksanaknnya. Salah satu alasannya adalah bahwasanya khitan itu sunnah bagi laki-laki dan kemuliaan bagi perempuan, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadist Nabi s.a.w. di bawah ini: عن ابن عباس (رواه البيهقي) للنس مكرمة للرجال سنة الختان قال: وسلم عليه اهلل النبي صلى عن Artinya: Dari Ibnu Abbas darinabi s.a.w., bersabda : Khitan itu sunnah untuk laki-laki dan kemuliaan bagi kaum perempuan (HR. Al Baihaqi). Para ulama hadis menilai bahwa hadis tersebut dhaif dilihat dari segi sanadnya. Sedangkan hadis dhaif, sebagaimana telah diketahui oleh para ulama fikih, tidak dapat dijadikan dalil untuk menentukan hukum-hukum syara. Dan seandainya saja hadis itu sahih, maka Rasulullah s.a.w menyunahkan dalam arti mengajarkan atau memusyawarahkan dan memerintahkan khitan sehingga pengertiannya menjadi wajib. As-Sunnah artinya ath-thariqah (jala/cara). Makna sabda Rasulullah s.a.w., al-khitanu sunatun lirrijali.., adalah khitan itu disyariatkan bagi laki-laki. Ungkapan bahwa khitan merupakan sunah maksudnya adalah sunah Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w menyunahkan dan memerintahkan berkhitan
3 sehingga kedudukannya adalah wajib. Istilah sunnah berarti jalan. Dengan demikian, ungkapan khitan merupakan sunah bagi laki-laki berarti disyariatkan untuk mereka, bukan sekedar dianjurkan. Sunnah adalah jalan yang diikuti sebagai sesuatu yang wajib atau sebagai anjuran. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi s.a.w: siapa yang benci terhadap sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku. Menurut Ibn Abbas, siapa yang tidak mengikuti sunnah, ia kafir. Sementara, terminologi sunah sebagai sesuatu yang boleh ditinggalkan merupakan istilah baru. Jadi, sunnah adalah semua yang disyariatkan Rasulullah s.a.w bagi umatnya, baik bersifat wajib ataupun anjuran. Sunnah merupakan jalan, ia adalah syariat yang benar. Jadi dari uraian di atas dapat kita pahami bahwa khitan merupakan dasar fitrah syiar Islam dan ciri syariat, dan itu wajib atas laki-laki dan jika orang non Islam masuk Islam, apabila dia tidak bersegera dikhitan, dan sebelum balignya tidak melaksanakan khitan, maka ia berdosa, melakukan maksiat, dan terjerumus kedalam perbuatan haram karena khitan merupakan salah satu syiar Islam, dengan khitan ini berbedalah antara mukmin dan kafir. Khitan adalah termasuk salah satu keindahan syariat Islam yang Allah perintahkan kepada hamba-hambanya. Allah menyempurnakan keindahan-keindahan ini pada mereka secara lahir dan batin. Dengan berkhitan, mereka betul-betul menjadi baik dan terpuji secara lahir dan batin.
4 Oleh karena itu, fitrah ini termasuk penyempurna ajaran yang hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as. tatkala Allah berjanji kepada Nabi Ibrahim as. Untuk menjadikannya seorang pemimpin bagi seluruh manusia. Allah berjanji akan menjadikan beliau sebagai ayah bagi semua bangsa, semua nabi dan raja berasal dari keturunan Nabi Ibrahim as. Allah juga member tahu beliau bahwa Dia akan membuat suatu simbol perjajian antara beliau dan keturunananya dengan cara mere kamengkhitan setiap anak mereka. Simbol tersebut tampak pada anggota tubuh mereka.dengan demikian khitan dapat dijadikan sebagai pembeda kaum muslim dengan pengikut agama lain, seperti Yahudi, dan Nasrani. Anak adalah amanat dari Allah. Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak adalah amanat dari Allah. Maka hendaklah amanat itu itu dipelihara dan dirawat sesuai pesan dari Allah. Mendidik anak itu dimulai sejak dini, karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak dia kecil, sesuai dengan fitrahnya. Dengan demikian maka fitrah manusia perlu dibimbing dan dididik sesuai dengan ajaran agama. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut : عن أبى هريرة رضى اهلل عنه قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم كل مولد يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أوينصرانه أويمجسانه (رواه البخارى المسلم) Artinya: Dari Abu Hurairah berkata : bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: Tiap-taiap anak yang dilahirkan adalah dalam keadaan fitrah (suci dari kesalahan dan dosa), maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi. (HR. Bukhari Muslim).
5 Kata fitrah dalam hadis tersebut menurut para ulama adalah fitrah Islamiah. Semua anak yang terlahir kedunia ini telah memiliki potensi akidah Islamiah, siap menjadi manusia yang mempedomani Islam dalam hidup dan kehidupannya. Mencermati Hadist diatas berarti kedua orang tua memiliki peran yang cukup strategis bagi masa depan anak. Hal ini disebabkan karena perkembangan fitrah manusia banyak bergantung pada usaha pendidikan dan bimbingan orang tua. Dengan demikian orang tua diharapkan menyadari akan kewajibannya dan tanggung jawabnya yang besar dan mulia terhadap anaknya. Khitan adalah salah satu sunnah fitrah. Sunnah-sunnah fitrah adalah salah satu aturan-aturan yang telah Allah s.w.t pilihkan untuk para nabi-nya, dan menjadikannya sebagai syi ar yang banyak terjadi sehingga dapat menjadi tanda pengenal pengikut mereka yang membedakan mereka dengan yang lain. Sebagian dari perkara-perkara ini telah disebutkan dalam Hadits Abu Hurairah, dia berkata Rasulullah s.a.w bersabda; عن أبى هريرة رضى اهلل عنه رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال :الفطرة خمسالختان واإلستحداد وتقليم ال أظفار ونتفاإلبط وقصالشارب(رواه البخار المسلم) Artinya: Dari abu hurairah ra. dari Rasulullah s.a.w, beliau bersabda lima hal termasuk fitrah, yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur kumis (HR. Bukhari Muslim). Dari hadis diatas menjelaskan bahwasanya khitan adalah salah satu sunnah fitrah. Rasulullah s.a.w menjadikan khitan sebagai puncak fitrah.
6 Semua yang disebut diatas merupakan jenis-jenis fitrah. Sebab, fitrah adalah perbuatan-perbuatan baik dan lurus yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s. Semua perbuatan tersebut diperintahkan oleh Nabi Ibrahim a.s. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan Anak sudah dimulai ketika anak baru lahir. Nabi Muhammad s.a.w sangat menganjurkan pada orang tua untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan kelahiran bayi, karena mengandung nilai pendidikan yang luhur dan mulia. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:anjuran adzan dan iqamah, menggosok tenggorokan dan mencukur rambut anak, memberi nama yang baik, mengkhitan dan aqiqah. Khitan menjadi hal yang penting bagi anak ketika ia sudah memasuki masa baligh. Sebagaimana diketahui bahwa khitan bukan hal asing di kalangan umat Islam. Ia menjadi penting karena di samping menjadi perintah Allah, ia juga menjadi persyaratan kesempurnaan seseorang dalam melaksanakan ibadah seperti, shalat lima waktu, membaca Al-Quran, haji dan ibadah lain yang mensyaratakan kesucian dari hadas dan najis. Oleh karena itu, seorang anak yang telah berstatus Mukallaf bertanggung jawab atas semua kewajiban melaksanakan shalat, puasa dan lain-lain. Karena ia sendiri yang terkena kewajiban shalat, makanya dirinya pula yang harus menunaikan shalat tersebut dan bukan kedua orang tua. Tugas orang tua hanya memberi pengertian dan pendidikan kepada anak.
7 Pada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari, khitan biasanya dilakukan oleh pihak orang tua. Hal ini, semata-mata hanyalah tindakan bijaksana orang tua yang peduli dengan pendidikan anak. Jadi orang tua sifatnya hanyalah sebagai pendidik agar ia mengerti akan kewajibannya setelah mencapai usia baligh. Selain itu dalam upaya membentuk anak yang shaleh peranan khitan menjadi sangat penting. Pelaksanaan khitan tidak cukup hanya diketahui dan difahami saja, tetapi diwajibkan untuk dilaksanakan oleh setiap orang tua muslim. Karena orang tua memiliki kewajiban menjalankan amanah dalam menjaga anak. Sungguh disayangkan jika orang tua muslim melaksanakan suatu syariat tanpa mengetahui nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya. Hal demikian bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian dan pemahaman tentang ajaran khitan dalam perspektif Islam. Padahal pelaksanan khitan merupakan moment penting yang sarat dengan makna pendidikan kesalehan terhadap anak. Oleh karena itu setelah penulis menbaca berbagai hadis, buku, dan lain sebagainya, ternyata nilai-nilai khitan dalam perspektif Islam banyak sekali penulis temukan, diantaranya nilai keimanan, aqidah, akhlak, dan nilai-nilai kesehatan. Dengan demikian, setiap orang tua muslim yang baik semestinya merasa wajib untuk memenuhi hak pendidikan anak yang memang seharusnya mereka dapatkan dari orang tuanya. Dengan kata lain, ia pasti
8 merasa berkewajiban untuk menumbuhkan kesalehan anak pada usia dewasa kelak. Namun kita sebagai umat Islam juga harus mengetahui makna yang terdapat pada suatu ajaran Islam yang kita laksanakan, jangan hanya sekedar ikut-ikutan saja. Mengingat hal itu, maka menjadi penting untuk mengetahui apa saja nilai-nilai khitan dalam perspektif Islam serta bagaimana implementasinya dalam pendidikan anak. Sehingga diharapkan umat Islam akan lebih faham makna khitan yang sebenarnya dan bersedia mempraktikkannya demi pendidikan anak-anak mereka. Berdasarkanpermasalahan yang telahdikemukakan di atas, menurut penulis perlu adanya kajian mendalam tentang khitan yang di dalamnya terkandung nilai-nilai Pendidikan Islam bagi orang tua untuk anak, oleh sebab itu maka penulis tertarik untuk meneliti dan mewujudkan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul Nilai-Nilai Khitan Dalam Perspektif Pendidikan Islam. B. Rumusan Masalah Mengingat banyaknya dan luasnya masalah yang akan diteliti serta untuk dapat menghindari kesalahan-kesalahan maka penulis merumuskan permasalahan ini yaitu: Apa Saja Nilai-nilai Khitan dalam Perspektif Pendidikan Islam? C. Batasan Masalah
9 Berdasarkan batasan masalah di atas maka penulis dapat membatasi pokok pembahasan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: Nilai-nilai Khitan dalam Perspektif Pendidikan Islam, yang meliputi: 1. Nilai-nilai Pendidikan Keimanan 2. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak 3. Nilai-nilai Pendidikan Kesehatan 4. Nilai-nilai Pendidikan Seks D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja nilai-nilai khitan dalam perspektif pendidikan Islam. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik penulis maupun pembaca pada umumnya, atau yang membutuhkan pengetahuan tentang ini, serta yang sedang mendalami masalah ini. Secara sistematis, penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritik Dengan dilaksanakannya penelitian ini, manfaat yang didapat adalah: 1) Menambah wawasan penulis tentang penulisan karya ilmiah
10 2) Menambah atau memperkaya pengetahuan penulis tentang nilai-nilai khitan dalam perspektif pendidikan Islam. b. Manfaat Praktis Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah: 1) Penelitian ini bermanfaat memenuhi syarat bagi penulis untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan dalam bidang Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang 2) Menambah literatur bacaan di perpustakaan Institut Imam Bonjol Padang. E. Penjelasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul ini maka penulis perlu untuk menjelaskan pengertian yang ada di dalam judul ini yaitu: Nilai-Nilai : Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.jadi yang dimaksud nilai dalam penelitian ini adalah hal yang penting untuk
11 menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya dalam pandangan pelaksanaan khitan. Khitan Memotong kuluf (kulit) yang menutupi kepala penis Pendidikan Islam : Suatu sistem yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam, yang penulis maksud adalah sudut pandang nilai-nilai pendidikan Islam. Secara keseluruhan pengertian yang terkandung dalam skripsi ini adalah apa saja nilai-nilai atau hal-hal penting khitan yang terdapat dalam pandangan Pendidikan Islam. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan skripsi ini ada lima bab dan tiap bab terdiri dari beberapa sub yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,tujuan dan manfaat, penjelasan judul, dan sistematika penulisan BAB II : Landasan teoritis yang terdiri dari pendidikan Islam pada sub pembahasan pendidikan Islam di jelaskan pengertian pendidikan Islam, landasan pendidikan Islam, tujuan
12 pendidikan Islam dan nilai-nilai pendidikan Islam. Sedangkan pada sub buku terdapat pengertian khitan, hukum khitan, sejarah khitan, dan waktu pelaksanaan khitan. BAB III : Metodologi penelitian yang berisikan jenis penelitian, sumber data, metode penelitian, teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. BAB IV : Hasil penelitian yang berisikan nilai-nilai khitan dalam perspektif Pendidikan Islam BAB V : Kesimpulan yang terdiri dari kesimpulan dan saran penulis