ELYSA YUTIK HIDAYATI J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN SERTIFIKAT LAIK SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURNAMA KECAMATAN PONTIANAK SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS DIARE DI PUSKESMAS ULEE KARENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada periode adalah program Indonesia

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

Suryaman 1 Sri Maywati, SKM, MKes 2

Yulisetyaningrum ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN SAUNG NAGA KECAMATAN BATURAJA BARAT TAHUN 2014.

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DENGAN KEJADIAN DIARE SISWA SD NEGERI BONAGUNG I KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun Oleh: ELYSA YUTIK HIDAYATI J 310 060 056 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ii

ABSTRAK ELYSA YUTIK HIDAYATI J 310 060 056 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DENGAN KEJADIAN DIARE SISWA SD NEGERI BONAGUNG I KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN Pendahuluan : Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama setelah flu rotavirus. Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Masalah utama penyebab diare adalah pengetahuan dan perilaku yang kurang tentang higienis dan sanitasi makanan. Tujuan : Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan peilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare pada siswa kelas SD Negeri Bonagung I Sragen. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah sebagian dari siswa kelas III, IV, dan V SD Negeri Bonagung I Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen sebanyak 43 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, observasi, dan wawancara. Adapun uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil : Siswa yang tidak diare mempunyai pengetahuan higiene dan sanitasi baik sebanyak 22 siswa (91,7%) dan siswa yang mengalami diare cenderung mempunyai pengetahuan higiene dan sanitasi yang tidak baik sebanyak 15 siswa (78,9%) sedangkan kecenderungan siswa yang tidak diare mempunyai perilaku higiene dan sanitasi yang baik sebanyak 20 siswa (90,9%), dan siswa yang diare mempunyai perilaku higiene dan sanitasi tidak baik sebanyak 15 siswa (71,4%). Kesimpulan : Hasil uji Chi-Square test menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare di SD Negeri Bonagun (pvalue= 0.000) dan juga terdapat hubungan antara perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare di SD Negeri Bonagung (pvalue= 0.000). Keywords : pengetahuan, perilaku, diare, higiene dan sanitasi makanan iii

THE RELATION OF KNOWLEDGE LEVEL AND BEHAVIOR ON FOOD HYGIENE AND SANITATION IN SCHOOL WITH DIARRHEA OCCURRENCE ON ELEMENTARY STUDENTS OF BONAGUNG I, SUBDISTRICT OF TANON, REGENCY OF SRAGEN Abstract Elysa Yutik Hidayati Program S1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Telp. 0271-717417 Ext. 453 (office) Introduction: Diarrhea is frequently occurred on school-age and infants where the occurrence level is among the highest level after rotavirus influenza. This disease up to presently still become a problem in Indonesia. The main problem causing diarrhea is the lowered knowledge and behavior about food hygiene and sanitation. Objectives: To know the relation of knowledge and behavior on food hygiene and sanitation with diarrhea occurrence in elementary students of Bonagung I Sragen. Method of Research: This research is observational research using cross sectional design. Sample is some part of students from Grade III, IV and V State Elementary School of Bonagung I Subdistrict of Tanon, Regency of Sragen, which were of 43 students. Instrument used in this research is questionnaire, observation and interview. While for hypothetic test, there used chi-square test. Results: Students who were not diarrhea have better knowledge of hygiene and sanitation of 22 students (91.7%) and those who were diarrhea tended to have lower knowledge of hygiene and sanitation of 15 students (78.9%), while the probability for those who were not diarrhea to have better hygiene and sanitation behavior was of 20 students (90.9%), and those who were diarrhea to have lowered level of hygiene and sanitation was of 15 students (71.4%). Conclusion: Results of Chi-square test showed the relation between knowledge on food hygiene and sanitation with diarrhea occurrence level in State Elementary School of Bonagung I (pvalue = 0.000), and there also relation between behavior on food hygiene and sanitation with diarrhea occurrence in State Elementary School of Bonagung I (pvalue = 0.000). Keywords : knowledge, behavior, diarrhea, food hygiene and sanitation iv

PENDAHULUAN Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu rotavirus. Penyakit ini mempunyai gambaran penting yaitu diare dan muntah, akibatnya klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak diatasi akan menyebabkan syok hipovolemik, terlebih kasus kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi pada anak-anak dimana 80% bagi tubuh terdiri dari cairan. Angka kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, dengan korban meninggal sekitar 4 juta jiwa. Statistik di Amerika mencatat tiap tahun terdapat 15 25 juta kasus diare. Angka kematian anak di negara berkembang akibat diare ini sekitar 2,8 juta setiap tahun (DepKes RI, 2011). Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang optimal. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas, khususnya di daerah daerah miskin. Data nasional Depkes tahun 2007 menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2007). Proporsi penyebab kematian diare pada umur 39 hari hingga 11 bulan sebesar 31,4% dan pada umur 1-5 tahun sebesar 25,2% dan merupakan penyebab kematian nomor satu (Riskesdas 2007). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa pada tahun 2012 angka kejadian Diare masih tinggi, dimana tercatat 45.434 penderita. Selanjutnya data untuk Kabupaten Sragen pada tahun 2012 penyakit diare masih tinggi yaitu dari 10 besar penyakit terbanyak, penyakit diare termasuk urutan ke 2 setelah ISPA yaitu sebanyak 3.903 penderita (Dinkes Kabupaten Sragen, 2012). Data dari Puskesmas Tanon II Kabupaten Sragen, penyakit diare termasuk urutan ke 4 dari 7 penyakit terbesar dengan jumlah kasus diare sebanyak 358 penderita dan diantaranya 135 penderita adalah anak balita (Puskesmas Tanon II, 2012). Hal ini berarti penyakit diare masih menjadi pola kesakitan di daerah Tanon, sehingga mengindikasikan bahwa masih rendahnya cakupan sanitasi dasar dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat masih rendah. Diare disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah sanitasi, perilaku manusia yang memanfaatkan sarana sanitasi, keadaan gizi, sosial ekonomi, dan budaya. Selain itu, diare juga disebabkan oleh infeksi dari berbagai bakteri, infeksi berbagai macam virus, alergi makanan dan parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang kotor (Depkes RI, 2005). Makanan jajanan yang dijual di sekolah rentan terhadap mikroorganisme berbahaya penyebab diare seperti Shigella, Salmonella, E.coli dan Staphylococcus aureus. Hasil uji yang dilakukan oleh Badan POM pada jajanan di sekolah pada 195 SD di 18 propinsi menunjukkan bahwa 39,95% dari 344 contoh makanan jajanan tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Es sirup atau buah (48,19%) dan minuman ringan (62,50%) juga mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri patogen. Jenis lain yang tidak memenuhi syarat adalah saus dan sambal (61,54%). Hasil analisis dengan parameter uji cemaran mikroba menunjukkan bahwa sebagian sampel tercemar mikroba melebihi persyaratan. Sejumlah sampel tercemar bakteri E.coli, Salmonella, Staphylococcus dan Vibrio cholerae. Bakteri patogen tersebut dapat menyebabkan keracunan, diare, mencret dan panas (Sampurno, 2005). 1

Salah satu yang mempengaruhi terjadinya diare adalah rendahnya pengetahuan dan kurang baiknya perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pada studi pendahuluan bulan Desember 2012 yang telah dilakukan dari kelas I sampai VI pada siswa SD Negeri Bonagung I Sragen, didapat bahwa 85% siswa terbiasa makan jajanan yang dijual di luar lingkungan sekolah meskipun di dalam sekolah terdapat kantin, hal itu disebabkan banyaknya variasi makanan yang dijual di luar lingkungan sekolah seperti mie, bakso ojek, permen, coklat, dodol, es krim, roti, dan lain-lain dengan tempat jajanan yang terlihat kurang bersih dan dibungkus kertas koran sehingga diragukan tingkat higienisnya. Selain itu, sekolah SD Negeri Bonagung I termasuk sekolah yang fasilitasnya kurang, seperti kamar mandi dan WC yang hanya satu, tidak ada wastafel atau kran untuk cuci tangan, sumber air dari sumur terbuka, dan lokasi sekolah dekat dengan saluran irigasi yang airnya keruh dan kotor tercampur limbah. Berdasarkan data sepanjang tahun 2012 diperoleh sebesar 16,66% SD Negeri Bonagung I Sragen mengalami kejadian diare. Salah satu sebab kejadian diare yang dialami disebabkan kebiasaan pola hidup yaitu higiene dan sanitasi makanan di lingkungan sekolah. Diantaranya pola penyajian makan jajanan biasanya tidak menutup makanan yang disimpan sehingga mudah didatangi oleh lalat. Ketika mempersiapkan makanan, para penjual makanan jajanan juga kurang memperhatikan kebersihan bahan makanan dan perlengkapan memasak. Berdasarkan latar belakang yang terjadi pada siswa SD Negeri Bonagung I Sragen tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku tentang Higiene dan Sanitasi Makanan di Sekolah dengan Kejadian Diare Pada Siswa SD Negeri Bonagung I Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif yang dilaksanakan di SD Negeri Bonagung I Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari bulan April sampai dengan Juni 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa kelas III, IV, dan V SD Negeri Bonagung I Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen yang berjumlah 43 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan dan perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dan kejadian diare. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner meliputi umur, jenis kelamin, kemudian data pengetahuan dan perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan serta kejadian diare. Analisis data berupa deskriptif dan analitik secara univariat dan bivariat. Analisis univariat berupa distribusi frekuensi disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Analisis bivariat yaitu menguji hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan chi square (X 2 ) dengan tingkat probabilitas atau kesalahan 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Karakteristik Subjek Karakteristik subjek dalam penelitian ini terbagi atas kelompok usia dan jenis kelamin. Frekuensi masingmasing kelompok tersebut adalah sebagai berikut : 2

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Frekuensi Persentase Kelamin Laki-laki 22 51,2% Perempuan 21 48,8% Jumlah 43 100,0% Berdasarkan Tabel 1 bahwa sampel penelitian sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 siswa (51,2%). Hal ini dikarenakan SD Negeri Bonagung 1 Tanon Sragen memiliki jumlah siswa laki-laki lebih banyak daripada jumlah siswi perempuan. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase 7 tahun 3 7,0% 8 tahun 12 27,9% 9 tahun 10 23,3% 10 tahun 16 37,2% 11 tahun 1 2,3% 12 tahun 1 2,3% Jumlah 43 100,0% Berdasarkan Tabel 2 bahwa usia subjek dalam penelitian ini sebagian besar berusia 10 tahun sebanyak 16 siswa (37,2%). Sedangkan usia termuda yaitu 7 tahun dan usia yang tertua yaitu 12 tahun, terdapatnya usia yang berumur 12 tahun dikarenakan siswa tersebut pernah tidak mengalami naik kelas. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan Siswa Tentang Higiene dan Sanitasi Makanan Pengetahuan siswa tentang higiene dan sanitasi makanan merupakan pengetahuan siswa mengenai upaya mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin menimbulkan gangguan kesehatan dan keracunan makanan. Pengetahuan tentang higiene dan sanitasi makanan ditentukan oleh beberapa prinsip antara lain : pengadaan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan dan penyajian makanan. Adapun distribusi frekuensi pengetahuan siswa tentang higiene dan sanitasi makanan seperti pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa tentang Higiene dan Sanitasi Makanan Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik 24 55,8% Kurang Baik 19 44,2% Jumlah 43 100,0% Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berpengetahuan baik sebanyak 24 siswa (55,8%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan siswa yang baik mengenai higiene dan sanitasi makanan meliputi pengertian dari higiene, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mencegah timbulnya penyakit, membuang sampah pada tempatnya, agar bermanfaat bagi tubuh makanan harus diolah dengan baik dan benar, makanan dapat berperan sebagai media penularan penyakit, makanan yang dimakan harus bergizi dan bersih dari kuman, ruangan kantin berwarna terang, pencahayaan yang cukup diperlukan pada tempat penyimpanan makanan. Sedangkan pengetahuan yang kurang baik dimiliki siswa yaitu tempat, peralatan, orang dan makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan keracunan makanan, makanan yang terkontaminasi kuman tidak dapat menyebabkan penyakit berbahaya, penjual kantin tidak merokok dan menggaruk-garuk anggota badan, 3

makanan tidak ditutup mudah terkontaminasi kuman. Perilaku higiene dan sanitasi makanan siswa Perilaku higiene dan sanitasi makanan merupakan sikap atau tindakan yang dilakukan oleh siswa terhadap higiene dan sanitasi makanan. Perilaku higiene dan sanitasi makanan ditentukan oleh beberapa sikap dari pengadaan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan dan penyajian makanan. Adapun distribusi frekuensi perilaku higiene dan sanitasi makanan seperti pada Tabel 8 berikut. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Tentang Higiene dan Sanitasi Makanan Perilaku Frekuensi Persentase Baik 22 51,2% Kurang Baik 21 48,8% Jumlah 43 100,0% Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berperilaku baik sebanyak 22 siswa (51,2%). Adapun perilaku yang kurang baik mengenai higiene dan sanitasi makanan yaitu tentang perhatian kebersihan kantin di sekolah, tidak mencuci tangan setelah makan, dan suka jajan makanan seperti ciki dan permen. Kejadian Diare tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh (WHO, 2008). Diare pada penelitian ini didasarkan dari jumlah diare anak Sekolah Dasar Bonagung yang dilakukan selama satu bulan didapatkan bahwa sebagain besar subjek tidak mengalami kejadian diare. Distribusi diare subjek dapat ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Diare Diare Frekuensi Persentase Tidak Diare 26 60,5 Diare 17 39,5 Jumlah 43 100,0% Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mengalami diare sebanyak 26 siswa (60,5%). Hal ini dimungkinkan bahwa diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare seperti infeksi bakteri, parasit, virus, keracunan makanan, efek obat dan lainlain artinya diare tidak hanya disebabkan oleh higiene dan sanitasi makanan yang buruk akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya. Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan tentang Higiene dan Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare Distribusi silang pengetahuan tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Diare Diare Pengetahuan Jumlah X 2 P- C Tidak diare Diare value Baik 22 (91,7%) 2 (8,3%) 24 (100%) 22.120 0.583 0.000 Tidak Baik 4 (21,1%) 15 (78,9%) 19 (100%) Jumlah 26 (60,5%) 17 (39,5%) 43 (100%) Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan Tabel 6 menunjukkan bahwa ada kecenderungan siswa yang tidak diare mempunyai pengetahuan higiene dan sanitasi baik sebanyak 22 siswa (91,7%) dan siswa yang mengalami diare 4

cenderung mempunyai pengetahuan higiene dan sanitasi yang tidak baik sebanyak 15 siswa (78,9%). Berdasarkan hasil uji chi-square untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare diperoleh nilai p-value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa p-value < 0,05, yang berarti Ho ditolak, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare di SD Negeri Bonagung. Masih banyaknya siswa yang kurang baik pengetahuannya mengenai higiene dan sanitasi makanan disebabkan karena siswa yang duduk di kelas III sampai dengan V memiliki pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang cenderung buruk. Hal ini dapat terjadi karena subjek belum banyak mendapatkan informasi dan belajar tentang personal higiene baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga. Hal ini sesuai dengan tanya jawab dengan salah seorang guru yang mengatakan bahwa memang tidak diajarkan mengenai personal higiene kepada murid-murid. Pada umumnya pengetahuan diperoleh melalui indra penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) serta pengalaman. Pengetahuan bisa didapatkan dari berbagai macam media komunikasi seperti koran, majalah, televisi dan akses internet. Sarana dan prasarana media komunikasi ini belum terjangkau di daerah SD Negeri Bonagung sehingga menyebabkan kurangnya informasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Selain itu tidak mendapat penerangan tentang hygiene makanan Tabel 7. Distribusi Perilaku Berdasarkan Diare dan cara menjaga hygiene makanan menyebabkan siswa tidak mengetahui bagaimana hygiene makanan yang baik, bagaimana cara menjaga hygiene makanan dan pentingnya hygiene makanan. Menurut Notoatmojo (2005: 125) sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang fikiran dan kemauan. Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang mengetahui informasi dengan mendengar dan melihat sesuatu secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil penelitian ini dapat di ketahui bahwa pengetahuan tentang hygiene makanan mempengaruhi kejadian Diare pada anak, hal ini di sebabkan karena setiap tindakan yang dilakukan sangat di pengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki. Sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2003: 121) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Astutik dkk (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare. Hubungan Perilaku tentang Higiene dan Sanitasi Makanan dengan Kejadian Diare Distribusi silang perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 7. Diare Perilaku Jumlah X 2 C P-value Tidak diare Diare Baik 20 (90,9%) 2 (9,1%) 22 (100%) 17.466 0.537 0.000 Tidak Baik 6 (28,6%) 15 (34,9%) 21 (100%) Jumlah 26 (60,5%) 17 (39,5%) 43 (100%) 5

Tabel 7 menunjukkan bahwa ada kecenderungan siswa yang tidak diare mempunyai perilaku higiene dan sanitasi yang baik sebanyak 20 siswa (90,9%), dan siswa yang diare mempunyai perilaku higiene dan sanitasi tidak baik sebanyak 15 siswa (39,5%). Berdasarkan hasil uji chi-square untuk mengetahui hubungan perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare diperoleh nilai p- value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa p-value < 0,05, yang berarti Ho ditolak, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare di SD Negeri Bonagung. Perilaku sangat berkaitan dengan pengetahuan, pengetahuan juga berkaitan dengan pendidikan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sedionoto dan Ryaningsih (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare. Pada penelitian tersebut dikemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya diare adalah kualitas higiene dan sanitas makanan oleh pedagang sekitar sekolah yang kurang baik dan dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan diare. Berdasarkan observasi yang dilakukan sebagian siswa sering menggigit kuku dan padahal bisa menyebabkan kuku menjadi rusak dan bengkak. Kuku dan bagian bawah kuku serta kutikula bisa menjadi tempat bersarangnya kuman dan tempat kuman berkembang biak. Menggigigiti kuku dapat menyebabkan kuman tersebut berpindah ke dalam mulut, dan masuk ke saluran pencernaan yang akan menyebabkan berbagai masalah pencernaan seperti diare. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian memiliki keterbatasan yaitu kejadian diare ditentukan berdasarkan kuesioner yang ditanyakan kepada siswa kejadian diare selama satu bulan, dan tanpa melalui pemerikaan klinis yang dilakukan oleh dokter, sehingga dapat menimbulkan bias. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sebagian besar siswa SD Negeri Bonagung 1 Sragen memiliki tingkat pengetahuan tentang higiene dan sanitasi makanan kategori baik yaitu (55,8%) sedangkan tingkat pengetahuan kategori kurang baik yaitu (44,2%) 2. Sebagian besar siswa SD Negeri Bonagung 1 Sragen memberikan penilaian perilaku tentang higiene dan sanitasi makanan kategori baik yaitu (51,2%) sedangkan yang memiliki kategori kurang baik yaitu (48,8%) 3. Kejadian diare di SD Negeri Bonagung 1 tidak terjadi diare yaitu 60,5% sedangkan yang mengalami kejadian diare 39,5%. 4. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan siswa tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare di SD Negeri Bonagung 1 Sragen. 5. Ada hubungan antara tingkat perilaku siswa tentang higiene dan sanitasi makanan dengan kejadian diare di SD Negeri Bonagung 1 Sragen. 6

Saran 1. Bagi siswa SD Negeri Bonagung 1 Sragen Siswa hendaknya meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang higiene dan sanitasi makanan dengan cara sosialisasi dan penyuluhan dari dinas kesehatan setempat, karena dengan pengetahuan dan perilaku yang baik tentang higiene dan sanitasi makanan tersebut dapat mengurangi angka kejadian diare. 2. Bagi Puskesmas Tanon Bagi instansi kesehatan diharapkan memberikan penyuluhan dan sosialiasi mengenai higiene dan sanitasi makanan REFERENSI Astuti, MSA. 2002. Penanganan Kawasan Kumuh http://www.kimpraswil.go.id/ balitbang/puskin. Akses tanggal 14 Juni 2011 Depkes RI, 2005. Tatalaksana Penderita Diare, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.. 2007. Petunjuk teknis dan Modul Pelatihan Penyuluhan Kesehatan masyarakat dan Rumah Sakit, Depkes RI. Jakarta. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.Jakarta Roger IG, Umesh DP, Mary KE. Norovirus Gastroenteritis. The New England Journal of Medicine.2009 October 29;361(1776):1776-1785. Saifuddin, Azwar. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sampurno. 2005. Waspadai Jajanan Anak di Sekolah. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Sedionoto, B. dan Ryaningsih. 2005. Kualitas Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan (Kue) Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Pedagang Kaki Lima Di Wilayah Pasar Tradisional. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda. WHO. 2008. Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun: USAID dari Rakyat Amerika. Departemen Kesehatan RI. 2011. Buku Saku Diare Edisi 2011. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta., S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 7