PERBANDINGAN RISIKO KONTRAK LUMPSUM, UNIT PRICE DAN GABUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BIREUEN

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO BIAYA KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE DENGAN METODE AHP (STUDI KASUS KONTRAKTOR DI KOTA DENPASAR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

ANALISIS PERBANDINGAN RESIKO KONTRAK LUMPSUM DAN UNIT PRICE DENGAN METODE AHP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS OF COST RISK COMPARISSON BETWEEN LUMPSUM CONTRACT AND UNIT PRICE CONTRACT USING DECISION TREE METHOD


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus Kontraktor di Kota Samarinda Kalimantan Timur)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

ANALISIS PERBANDINGAN RESIKO BIAYA ANTARA KONTRAK LUMP SUM DENGAN KONTRAK UNIT PRICE MENGGUNAKAN METODE DECISION TREE

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENGKAKAN BIAYA KONSTRUKSI (COST OVERRUN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

Freza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI CALON MAHASISWA BARU DI STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA, SEBUAH MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

BAB III METODE KAJIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

Analytic Hierarchy Process

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR

PENILAIAN KINERJA KONSULTAN PERENCANA BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (Studi pada Perencana Bangunan di Manado)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

ANALISIS RISIKO FONDASI BORED PILE DAN TIANG PANCANG PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 SURABAYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) PADA COUNTER NASA CELL SKRIPSI

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Frekuensi risiko yang paling dominan terjadi dalam pembangunan proyekproyek. konstruksi di Yogyakarta, yaitu:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

Transkripsi:

ISSN 2088-9321 pp. 81-90 PERBANDINGAN RISIKO KONTRAK LUMPSUM, UNIT PRICE DAN GABUNGAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BIREUEN Nurisra Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email: nurisra@yahoo.com Abstract: There are three type of construction contract in Indonesia: lumpsum, unit price and mixed contract. Each type have different cost risk allocation for contractor. The research was conducted to compare the cost risk of the three tipes of contract according to contractors experiences. The result from the cost risk comparison will expected to give alternative for contractor and owner in taking decision among lump sum, mixed and unit price contract. The investigation was held by spreading questionnaires. There were two stages surveis to 35 contractors as respondents in Bireuen District. The first stage was held to find the risk events ranking and the second stage was to find the rating of the comparison to risk events. Then, the collected data was processed and analyzed by using Analytical Hierarchy Process (AHP) method. According to first questionnaires result, it was obtained 6 risk events that assumed dominant which could effect the cost construction overrun; there were the market price increasing, design revision, scope of construction revision, the difference of construction site between in the location and contract, not timely payment and material specification change. By using AHP method, the risk comparison according to type of contract which is related with cost aspect, it can concluded from global priority value; the lumpsum was 0.485, then mixed contract 0.285 and unit price contract 0.230. So the lump sump contract had the higher risk than unit price contract. Keywords : Cost risk, contract, lump sump, unit price, AHP Abstrak: Bentuk kontrak konstruksi yang dikenal di Indonesia terdiri dari kontrak lumpsum, unit price dan gabungan keduanya. Setiap jenis kontrak memiliki risiko yang berbeda bagi kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan risiko biaya dari ketiga jenis kontrak menurut pengalaman kontraktor. Hasil dari perbandingan tersebut diharapkan dapat memberikan masukan bagi kontraktor dan owner dalam pengambilan keputusan antara kontrak lumpsum, gabungan dan unit price. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang dibagi dalam dua tahap terhadap 35 kontraktor di Kabupaten Bireuen sebagai responden. Tahap pertama untuk mendapatkan perangkingan peristiwa risiko dan tahap kedua untuk mendapatkan penilaian perbandingan terhadap peristiwa risiko. Data yang didapat kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan hasil kuisioner tahap pertama didapat 6 peristiwa risiko yang dianggap dominan yang menyebabkan pembengkakan biaya pelaksanaan proyek yaitu kenaikan harga pasar, perubahan desain, perubahan ruang lingkup pekerjaan, adanya perbedaan site lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak, pembayaran yang tidak tepat waktu dan perubahan spesifikasi material. Dengan menggunakan metode AHP maka perbandingan risiko berdasarkan jenis kontrak yang berkaitan dengan aspek biaya diperoleh bahwa proyek dengan kontrak lumpsum akan lebih tinggi risikonya menderita kerugian dibanding kontrak unit price. Ini dapat dilihat dari nilai prioritas global yaitu 0,485 dibanding dengan kontrak gabungan 0,285 dan kontrak unit price 0,23. Dengan demikian kontrak lumpsum lebih berisiko dibandingkan dengan kontrak unit price. Kata kunci : Risiko biaya,kontrak, lumpsum, unit price, AHP. Industri konstruksi merupakan salah satu industri yang berisiko tinggi. Kemungkinan terjadinya risiko sangat dipengaruhi oleh sifat alami daripada konstruksi itu sendiri yang memiliki keunikan dari setiap proyek yang dikerjakan. Masalah pada kondisi alam, ekonomi dan sosial, serta banyaknya pihak yang terlibat di dalam sebuah proyek, dan Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011-81

perbedaan antara proyek satu dengan yang lainnya menjadikan aktifitas di dunia konstruksi menjadi sarat dengan kemungkinan terjadinya risiko. Risiko yang berpotensi menimbulkan kerugian pada proyek konstruksi sedapat mungkin perlu dihindari. Jenis kontrak yang sering dipakai dalam pelaksanaan proyek adalah kontrak lumpsum, dan unit price. Kedua jenis kontrak tersebut memiliki perbedaan dalam perhitungan nilai (biaya) proyek dan ruang lingkup perubahan kontrak sehingga perlu diketahui lebih lanjut tingkat risiko penggunaan kedua jenis kontrak ini. Penilaian yang dilakukan oleh Suputra (2008) dengan menggunakan metode Decision Tree menunjukkan hasil bahwa kontrak lumpsum lebih berpotensi memberikan risiko biaya terhadap kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko biaya yang terjadi antara kontrak lumpsum,unit price dan gabungan keduanya dari perspektif kontraktor dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP). Penilaian resiko dilakukan terhadap sumber (kejadian) yang dapat mengakibatkan timbulnya pembengkakan biaya dan dilakukan perbandingan bobot risiko pada setiap jenis kontrak. KAJIAN PUSTAKA Keppres No. 80 Tahun 2003 (Anonimus, 2003) menyatakan ada 5 (lima) jenis kontrak antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa, dilihat dari perhitungan biayanya maka kontrak dapat dibagi menjadi beberapa jenis kontrak yaitu kontrak lumpsum, kontrak harga satuan unit price, kontrak gabungan lumpsum dan unit price, kontrak terima jadi (turn key) dan kontrak persentase. Kontrak lumpsum Kontrak lumpsum atau biasa disebut kontrak biaya menyeluruh adalah kontrak yang mengharuskan pihak penyedia jasa menyelesaiakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan biaya yang telah ditentukan pula oleh pemilik. Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan membangun proyek sesuai dengan rancangan pada suatu biaya tertentu. Jika dilakukan perubahan dalam kontrak, negosiasi antara pemilik dan kontraktor akan menetapkan pembayaran yang akan diberikan kepada kontraktor untuk perubahan pekerjaan tersebut. Biaya untuk setiap pekerjaan tambah kurang harus dinegosiasikan antara pemilik dan kontraktor (Ervianto, 2005 :121) Kontrak unit price Kontrak unit price adalah kontak yang sering disebut dengan kontrak harga satuan dimana nilai pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor dibayar berdasakan volume yang dikerjakan oleh pemilik proyek. Hal utama mengenai kontrak unit price adalah penilaian harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum konstruksi dimulai. Pemilik telah menghitung jumlah unit yang terdapat dalam setiap pekerjaan. Dalam menggunakan jenis kontrak ini kontraktor hanya perlu menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk setiap item dalam kontrak. (Ervianto, 2005 : 116). 82 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011

Risiko Risiko dalam pengertian umum di masyarakat dapat diartikan sebagai terjadinya hal-hal yang merupakan dampak negatif dari suatu aktivitas atau tindakan dan selalu merugikan (Santoso, 2004 : 4). Dalam praktik, peristiwa risiko ini sering disebut ancaman. ( Clifford, 2007). Menurut Sutadi (2008) dan Asiyanto (2005) peristiwa risiko yang menyebabkan timbulnya risiko pembengkakan biaya adalah sebagai berikut: a. Perbedaan kondisi lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak. b. Pengadaan pekerjaan tambah kurang (change order) c. Lingkup kerja yang tidak lengkap, tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi,misalnya batas-batas lingkup kerja yang kurang jelas dalam hal material. d. Sifat proyek dalam lingkup kerja yang masih baru atau belum pernah dilaksanakan sebelumnya, dengan tingkat kesulitan konstruksi tertentu. e. Perubahan, penundaan schedule pekerjaan atas permintaan atau interupsi owner. f. Kelemahan dalam pengendalian penerimaan pembayaran, misalnya pembayaran pekerjaan yang tidak tepat waktu. Secara sederhana risiko dapat berarti kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan. Dalam perspektif kontraktor risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu keadaan peristiwa kejadian dalam proses kegiatan usaha, yang dapat berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran usaha yang telah ditetapkan (Asiyanto, 2005). Risiko hanya boleh diambil bilamana potensi manfaat dan kemungkinan keberhasilanngya lebih besar dari pada kegagalan yang mungkin terjadi. Dalam hubungannya dengan proyek, maka risiko dapat diartikan sebagai dampak kumulatif terjadinya ketidakpastian yang berdampak negatif terhadap sasaran proyek (Soeharto, 2001). Risiko proyek ditandai oleh faktor faktor sebagai berikut : a. Peristiwa risiko, menunjukkan dampak negative yang dapat terjadi pada proyek. b. Probabilitas terjadinya peristiwa. c. Kedalaman (severity) dampak dari risiko yang terjadi. Risiko merupakan suatu yang tidak nyata, sehingga untuk memudahkan proses identifikasi dapat dilakukan dengan cara mendeteksi sumber dan dampak dari risiko tersebut. Terdapat beberapa pengelompokan sumber risiko, antara lain: 1. Sumber risiko internal Permadi, (1992, dikutip dari Maulidiah, 2003:5) menyatakan sumber-sumber resiko internal merupakan sumbersumber risiko yang terjadi di dalam proyek yang secara langsung mempengaruhi semua kegiatan proyek. Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011-83

2. Sumber risiko eksternal Menurut Kerzner (2003) sumber resiko eksternal adalah risiko yang berada diluar kendali pihak manajemen, tetapi berpengaruh terhadap kegagalan proyek. Sumber resiko eksternal yang berpengaruh terhadap kegagalan proyek antara lain: a. Faktor ekonomi Tidak stabilnya perubahan harga dan kesulitan dalam menetapkan harga secara pasti merupakan pengaruh dari siklus perekonomian yang kurang stabil, sehingga risiko yang diperkirakan akan berpengaruh pada perubahan harga pelaksanaan proyek. b. Kondisi alam Risiko tersebut meliputi hujan lebat, banjir, dan gempa bumi yang merupakan kejadian alam diluar kendali manusia. c. Faktor sosial Faktor sosial mempunyai kecederungan ke arah pengertian kelompok orang yaitu masyarakat dan warga. Faktor sosial yang harus diteliti adalah mengenai dampak positif dan negatife dari pembangunan proyek tersebut, agar tujuan tercapainya persyaratan pokok kebutuhan sosial masyarakat setempat serta memperkecil timbulnya keresahan politik. d. Faktor politik Politik sebagai suatu usaha menegakkan ketertiban dan keadilan dari tekanan dan tuntutan serta bertugas untuk mempertahankan hak-hak istimewa suatu kelompok mayoritas. Klasifikasi Risiko Terdapat tiga cara untuk dapat mengklasifikasikan risiko, yaitu dengan mengklasifikasikan jenis risiko, dampak dan konsekuensi dari risiko. Risiko-risiko dalam proyek menurut Kerzner (2003) adalah: a. Risiko yang dapat diasuransikan (Insurable): Kerusakan langsung pada peralatan dan perlengkapan, kebakaran, kecelakaan, kerusakan/kehilangan material, peralatan dan perlengkapan proyek, sumber daya manusia, seperti cedera badan pada tenaga kerja. b. Risiko-risiko pada tahap konstruksi, yaitu tenaga kerja yang tidak terampil, ketersediaan material, pemogokan, cuaca, tidak diterimanya pekerjaan oleh pemberi kerja dan perubahan konstruksi yang telah jadi. Konsekuensi negatif resiko proyek didefinisikan sebagai tidak tercapainya sasaran proyek, yaitu: a. Realisasi biaya proyek yang tidak sesuai dengan estimasi. b. Realisasi waktu pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan estimasi jadwal / schedule c. Realisasi mutu pekerjaan yang tidak memenuhi spesifikasi teknis. Pada saat mempertimbangkan konsekuensi dari suatu risiko, maka faktorfaktor yang berkaitan dengan pengaruh 84 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011

risiko harus diperhitungkan. Pada umumnya para professional akan mengandalkan pengetahuan dan pendapat para ahli, dilengkapi dengan informasi masa lalu. Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) Kajian Permadi 1992 (dikutip dari Suryadi dan Ramdhani 1998) menyebutkan bahwa proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama Analitical Hierarchhy Proses (AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, untuk memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang di ambil cukup banyak. Bourgeois (2005) menyebutkan bahwa di samping bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis. Pemilihan atau penyusunan prioritas dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur. Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Didalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatifalternatif yang akan dibahas. Struktur hierarki dapat dilihat pada gambar 1. I. Tujuan II. III. Kriteria Alternatif Gambar 1. Struktur hierarki AHP (Saaty, 1991) Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigen vektor utama atau fungsi-eigen. Matriks tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni a ij = 1/ a ji. Langkah - langkah dalam metode AHP meliputi: a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan; b. Struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternative - alternatif pada tingkat kriteria yang paling bawah; c. Membuat matriks perbandingan berpasangan (Tabel 1 dan Tabel 2) yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan dengan judgement dari pengambilan keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya; Tabel 1. Skala penilaian perbandingan pasangan. Intensitas dari Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen yang lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Sumber : Saaty (1991) Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011-85

Tabel 2. Matrik perbandingan berpasangan. Ta A 1 A 2. A n A 1 a 11 a 12. a 1n A 2 a 21 a 22. a 21.......... A n a n1 a n2. a nn Sumber : Saaty (1991) d. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh penilaian (judgement) seluruhnya sebanyak n x ((n-1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan; e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data di ulang; f. Mengulangi langkah c, d dan e untuk seluruh tingkat hirarki; g. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah untuk mensintesis penilaian (judgement) dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan; h. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian (judgement) harus diperbaiki. Konsistensi AHP Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perhitungan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan kardinal : a ij. a jk = a ik Hubungan ordianal : A i > A j, A j > A k, maka A i > A k Jika a ij mewakili derajat kepentingan faktor i terhadap faktor j dan a jk menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan menjadi konsisten, kepentingan dari faktor i terhadap faktor k harus sama dengan aij.ajk atau jika aij.ajk = aik untuk semua i,j,k maka matrix tersebut konsisten. Penyimpangan dari konsisteni dinyatakan dengan dengan Indeks Konsistensi, dengan persamaan: CI = Dimana : λ maks : eigen value maksimum N : ukuran matriks (1) Batas inkonsistensi diukur dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indek konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI) yang telah di hitung oleh Saaty (1991). Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio konsistensi dapat dirumuskan: C.R. = (2) Dimana : CR : Rasio Konsistensi CI : Indeks Konsistensi RI : Indeks Random Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi 0,1. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, faktual dan akurat 86 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011

mengenai peristiwa atau hubungan antar peristiwa risiko yang akan diselidiki. Metode deskriptif kualitatif yang dipakai adalah proyek konstruksi, 8,3% responden adalah sarjana ini menunjukkan bahwa responden yang mengisi kuisioner dianggap cukup layak. metode survey yang bertujuan untuk Kualifikasi perusahaan sebanyak 28,6% mendapatkan opini dari responden mengenai peristiwa yang dapat menimbulkan risiko biaya. Pengumpulan data kuesioner dilakukan selama 2 bulan, yaitu bulan Mei dan Juni 2010. Kuisioner disebarkan langsung oleh peneliti kepada 35 perusahaan penyedia jasa konstrusi sebagai responden di Kabupaten adalah Grade 3. Dari penyebaran kuesioner tahap pertama diperoleh rangking untuk peristiwa risiko berdasarkan pilihan jawaban responden dari jumlah skor terbesar secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil (menurut ranking) adalah : 1. Kenaikan harga pasar Bireuen Provinsi Aceh. 2. Pekerjaan ulang (rework) akibat Kuesioner yang disebarkan terdiri dari perubahan desain dua bagian. Bagian pertama berisikan 3. Perubahan ruang lingkup pekerjaan, pertanyaan berkaitan dengan identitas terdapat pekerjaan baru yang tidak responden dan bagian kedua berisikan tercantum dalam kontrak pendapat responden terhadap risiko kontrak. Penyebaran kuesioner dilakukan dalam 2 (dua) tahap, tahap pertama untuk mendapatkan rangking sumber risiko yang dijadikan sebagai kriteria untuk kuesioner tahap kedua. Pada tahap kedua dilakukan penilaian tingkat risiko 4. Pembayaran yang tidak tepat waktu 5. Perubahan spesifikasi material Perubahan jadwal pekerjaan akibat adanya perintah owner 6. Lingkup kerja yang tidak lengkap dan tidak sesuai dengan gambar untuk masing-masing jenis kontrak 7. Sifat proyek dengan lingkup kerja yang berdasarkan kriteria yang diperoleh dari kuesioner tahap pertama dan selanjutnya dianalisis dengan metode AHP. masih baru dan dengan kesulitan tertentu Jumlah material yang didatangkan lebih besar dari perkiraan 8. Perubahan pada pekerjaan konstruksi HASIL PEMBAHASAN akibat sulit dilaksanakan pada pekerjaan Dari hasil pengolahan kuesioner konstruksi akibat sulit dilaksanakan bagian identitas responden diketahui bahwa 9. Akses ke lokasi proyek 48,2% responden yang telah mengisi 10. Kesalahan desain dari konsultan kuisioner ini adalah staff teknik yang 11. Kinerja buruk supplier dan subkon yang merupakan orang yang mengerti benar terlihat tentang proyek konstruksi. Sebanyak 57% 12. Kondisi lapangan yang tidak terlihat telah bekerja di bidang konstruksi selama 5-13. Kinerja buruk supplier dan subkon yang 9 tahun, ini adalah angka responden yang terlihat cukup berpengalaman dalam menangani Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011-87

14. Kondisi lapangan yang tidak terlihat Berdasarkan hasil perangkingan di atas maka diambil 6 peristiwa risiko yang menjadi penyebab risiko dan dianggap dominan yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan biaya pelaksanaan proyek yaitu: A. Kenaikan harga pasar B. Pekerjaan ulang (rework) akibat perubahan desain C. Perubahan ruang lingkup pekerjaan terdapat dimana terdapat pekerjaan baru yang tidak tercantum dalam kontrak. D. Adanya perbedaan antara kondisi site lapangan dengan yang tercantum dalam dokumen kontrak. E. Pembayaran yang tidak tepat waktu F. Perubahan spesifikasi material Setelah nilai CR dan CI pada masing - masing penilaian responden terbukti konsisten (nilai CI dan CR lebih kecil dari pada 10%) maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan penilaian dari semua responden dan hasil perhitungan dalam bentuk analisis matriks menunjukkan prioritas global untuk pemilihan peristiwa risiko ini seperti yang terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Prioritas global pemilihan peristiwa risiko Kriteria A B C D E F Priori Bobot 0,300 0,202 0,171 0,127 0,118 0,083 tas global Lumpsum 0.144 0.093 0.104 0.060 0.068 0.017 0.485 Gabungan 0.082 0.067 0.042 0.034 0.032 0.029 0.285 Unit price 0.075 0.042 0.025 0.033 0.018 0.037 0.230 Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa peristiwa risiko yang menyebabkan pembengkakan biaya pelaksanaan proyek kontrak lumpsum memperoleh nilai terbesar yaitu 0,485 ini berarti peluang proyek dengan kontrak lumpsum mengalami kerugian jauh lebih besar dibandingkan dengan kontrak unit price dikarenakan unggul pada kriteria-kriteria yang dianggap lebih penting. Kontrak gabungan berada pada urutan kedua dengan persentase 0,285 dan kontrak unit price ketiga dengan persentase 0,230. Perbandingan peristiwa risiko ini dapat dilihat pada gambar 2. 0.6 0.4 0.2 0 Gambar 2. Perbandingan risiko biaya Dari keenam kriteria sumber risiko dapat diketahui pengaruhnya terhadap risiko biaya untuk setiap jenis kontrak seperti pada Gambar 3 20 15 10 5 0 Kontrak Lumpsum Kontrak Gabungan Kontrak Unit Price Gambar 3. Perbandingan alokasi risiko dari setiap sumber risiko terhadap ketiga kontrak A. Kenaikan harga pasar Kenaikan harga pasar menempati urutan tertinggi dalam peristiwa dimana bobot peristiwa kontrak lumpsum adalah 0,144, untuk kontrak gabungan adalah 0,082 dan kontrak unit price 0,075. Ini menunjukkan bahwa kenaikan harga 88 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011

pasar, inflasi dan kelangkaan material yang dapat menyebabkan kenaikan harga pasar sangat berpengaruh untuk terjadinya risiko pembengkakan biaya pelaksanaan proyek. dengan yang tercantum dalam dokumen kontrak Berdasarkan peristiwa risiko tersebut maka bobot yang dipilih respoden untuk kontrak lumpsum adalah 0,060, untuk B. Pekerjaan ulang (rework) akibat kontrak gabungan adalah 0,034 dan untuk perubahan desain kontrak unit price adalah 0,033. Demikian Pekerjaan ulang (rework) akibat juga dengan kriteria D hasil dari pilihan perubahan desain menepati urutan kedua responden menunjukkan bahwa bobot dimana bobot peristiwa risiko untuk kontrak lumpsum lebih berpeluang kontrak lumpsum adalah 0,093, untuk terjadinya pembengkakan biaya kontrak gabungan adalah 0,067 dan untuk kontrak unit price adalah 0,042. Disini responden memberi tanggapan bahwa peristiwa risiko untuk kontrak lumpsum pelaksanaan proyek disbanding kontrak gabungan dan kontrk unit price. E. Pembayaran yang tidak tepat waktu Bobot peristiwa risiko untuk pembayaran lebih berpeluang menyebabkan yang tidak tepat waktu pada kontrak pembengkakan biaya pelaksanaan proyek dibanding kontrak gabungan dan unit price. lumpsum adalah 0,068, untuk kontrak gabungan adalah 0,032, dan untuk kontrak unit price adalah 0,018.Jawaban C. Perubahan ruang lingkup responden untuk pembayaran yang tidak pekerjaan, terdapat pekerjaan baru tepat waktu menempatkan bahwa bobot yang tidak tercantum dalam kontrak kontrak lumpsum untuk terjadinya Dari hasil jawaban responden bobot peristiwa risiko yang menyebabkan peristiwa risiko untuk kontrk lumpsum pembengkakan biaya pelaksanaan proyek dari peristiwa perubahan ruang lebih besar dibandingkan dari kontrak lingkup pekerjaan, terdapat pekerjaan baru yang tidak tercantum dalam kontrak adalah 0,104, untuk kontrak gabungan dan kontrak unit price. F. Perubahan spesifikasi material Perubahan spesifikasi material menempati gabungan adalah 0,042 dan untuk urutan terakhir yang dipilih oleh kontrak unit price adalah 0,025.Dari hasil jawan responden terlihat bahwa kontrak lumpsum lebih berpeluang responden yaitu bobot peristiwa risiko untuk kontrak lumpsum adalah 0,017, untuk kontrak gabungan 0,029, dan untuk terjadinya pembengkakan biaya kontrak unit price adalah 0,037.Untuk pelaksanaan proyek disbanding kriteria F ternyata pandangan responden kontrak gabungan dan kontrak unit terhadap peristiwa risiko tidak sama price. dengan peristiwa risiko sebelumnya D. Perbedaan antara kondisi site lapangan dimana terlihat bahwa peristiwa risiko pada kontrak unit price lebih besar Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011-89

bobotnya dibanding dengan bobot peristiwa risiko kontrak gabungan dan kontrak lumpsum, ini menunjukkan bahwa pandangan responden untuk tiaptiap kontrak bisa berbeda. Hasil penelitian ini menunjukan hasil yang sama dengan Suputra (2008) walaupun metode analisis yang digunakan berbeda. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan hasil analisis perbandingan risiko penambahan biaya adalah kontrak lumpsum memiliki tingkat risiko tertinggi, kedua adalah kontrak gabungan dan kontrak unit price yang terkecil. 2. Dari enam peristiwa risiko yang di tinjau didapat bahwa kenaikan harga pasar menjadi peristiwa risiko yang paling dominan yang menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya pelaksanaan proyek yaitu dengan proporsi masing-masing 0,14 untuk kontrak lumpsum, 0,082 untuk kontrak gabungan dan 0,075 untuk kontrak unit price. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kontraktor dalam melakukan kontrak pekerjaan konstruksi sehingga dengan lebih memahami perbedaan tingkatan risiko pada setiap jenis kontrak maka dapat dilakukan persiapan dengan lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2003, Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003, Tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, Bandung: Citra Umbara Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi, Jakarta: Pradnya Paramita Bourgeois, R., 2005, Analitycal Hierarchie Process: An Overview, UNCAPSA- UNESCAP, Bogor. Clifford, G. F, 2007. Manajemen Proyek (Proses Manajerial), Yogjakarta: Andi Ervianto, W.I., 2005, Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: Andi Kerzner,.H (2003). Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling (8th Ed. ed.)., New York: Wiley. Maulidiah, S, 2003, Analisis Risiko Pada Perusahaan Pelaksana Jasa Konstruksi di Kabupaten Pidie, Tugas Akhir Mahasiswa, Banda Aceh: Teknik Sipil FT. Saaty, T.L., 1991, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta: Dharma Aksara Perkasa Santoso, R, 2004, Tingkat Kepentingan dan Alokasi Risiko Pada Proyek Konstruksi (Thesis), Surabaya: Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Soeharto, I, 2001, Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), Jakarta: Erlangga Suputra, I.G.N.O., Frederika, A., Wahyuni, P.S., 2008, Analisis Perbandingan Risiko Biaya antara Kontrak Lumpsum dengan Kontrak Unit Price Menggunakan Metode Decision Tree, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12, No. 2. Hal: 136-152. Denpasar : Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Suryadi & Ramdhani, A, 1998, Sistem Pendukung Keputusan Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, Bandung: Remaja Rosdakarya. 90 - Volume 1, Tahun I, No. 1, September 2011