BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tak terkecuali pelaku pembunuhan. Berdasarkan undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. 2 Studi di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari 70,1 tahun padaperiode menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya

Tugas Makalah PENGARUH BIMBINGAN METODE DISKUSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA DIRI NARAPIDANA DI LAPAS KELAS II B KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia merupakan negara hukum. Hal itu dibuktikan melalui Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas di seluruh dunia (Prince et al, 2007). Meskipun penemuan terapi. mengakibatkan penderitaan yang besar pada individu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang dialami wanita sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 2025 sebagaian besar orang-orang dengan usia lanjut kemungkinan akan menderita

DINAMIKA KONSEP DIRI PADA NARAPIDANA MENJELANG BEBAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa. prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. melebihi jumlah populasi anak yang merupakan kejadian yang pertama kali dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan observasi secara ketat (Kemenkes,

BAB 1 PENDAHULUAN. spiritual merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup. yang optimal (Optimum Aging). (Hurlock, 1992).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong

1 BAB I PENDAHULUAN. Mood disorders atau gangguan emosional merupakan. salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Infeksi HIV di Indonesia sudah merupakan masalah kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

Ni Putu Diah Prabandari, I Made Sukarja, Ni Luh Gde Maryati Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronis dan berdampak bagi penderita, keluarga dan. populasi dewasa, dengan angka kejadian terbesar pada tahun kelompok

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

PERBEDAAN PERILAKU ANTARA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009a). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) tahun 2005-2025 disebutkan kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas di amanatkan oleh Undangundang Dasar 1945, di mana dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009b). Di dunia internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 juga menyatakan bahwa Health is a fundamental right, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan yang sehat. Demikian halnya dengan kesehatan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) sebagai warga negara yang mempunyai hak yang sama untuk akses mendapatkan pelayanan kesehatan baik fisik maupun mental. Kesehatan mental merupakan masalah penting dalam pelayanan kesehatan, tak terkecuali bagi narapidana di lapas (Khan dkk., 2012). Undang-Undang No 32 tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Bagian 4 Pasal 14 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap narapidana dan anak didik pemasyarakatan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Dewasa ini tindak kriminal semakin berkembang sesuai dengan perkembangan jaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tindak kriminal tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, baik anakanak, orang yang sudah dewasa bahkan orang tua, baik yang berjenis kelamin laki-laki ataupun wanita. Perlu diketahui angka kriminalitas oleh perempuan di 1

2 Indonesia semakin lama semakin meningkat. Seiring meningkatnya kasus kejahatan perempuan, terjadi peningkatan jumlah narapidana wanita. Berdasarkan jenis kelamin, narapidana wanita secara hak dan kewajiban sama dengan narapidana laki-laki, namun secara psikologis keadaan emosi dan kesehatan mental narapidana wanita berbeda dengan narapidana laki-laki. Menurut Butterfield, 2003 (dalam Gussak 2009), narapidana wanita diyakini lebih rentan mengalami gangguan mental dibandingkan dengan narapidana laki-laki. Penelitian lain juga mengatakan bahwa narapidana wanita lebih rentan mengalami depresi (Harris, 1993 dalam Gussak, 2009). Ketika seorang wanita berada di dalam penjara, akan banyak mengalami tekanan yang bermakna. Penjara menimbulkan perasaan takut dan perasaan tidak menyenangkan karena anggapan buruk dan tekanan yang selalu ada di dalamnya seperti pemukulan, penyiksaan, pelecehan seksual, kesehatan yang buruk dan fasilitas yang sangat minim, selain itu adanya stigma yang akan tetap melekat pada seseorang apabila dirinya telah keluar dari penjara. Lama hukuman dan terisolasinya mereka dari lingkungan luar memberikan dampak psikologis yang cukup besar pada kesehatan mental narapidana (Eliason,2006 dalam Noorsifa 2013). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Lapas wanita Kelas IIA Semarang pada bulan Januari 2010 didapatkan beberapa pengalaman perasaan negatif diantaranya yaitu : perasaan kesepian, tertekan karena peraturan di dalam lapas, keinginan untuk bebas, perlakuan dari narapidana lain yang tidak menyenangkan, tidak mendapatkan kunjungan keluarga. Permasalahan yang dihadapi di dalam penjara dapat membuat para narapidana wanita mengalami dampak psikis dan fisik seperti sakit kepala, tidak dapat tidur dan bahkan ada salah satu diantara narapidana wanita pernah melakukan percobaan bunuh diri (Rizki, 2010 dalam Noorsifa 2013). Menurut Khan dkk. (2012), insiden depresi pada narapidana wanita di Pakistan mencapai 59,4%. Sejalan dengan itu Purnamasari dkk. (2012) menyebutkan bahwa angka kejadian depresi sedang pada narapidana wanita di Denpasar mencapai 40%. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Utami tahun

3 2011 mendapatkan angka kejadian depresi sedang sebesar 35,36% dan depresi berat 13,91 % pada narapidana wanita di Lapas Kelas II A Semarang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Noorsifa (2013), angka kejadian depresi pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banjarmasin terjadi 12,5% dari populasi. Lembaga pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyaratakan di Indonesia, yang berlokasi di Jalan Tamansiswa No. 6 Yogyakarta. Seluruh narapidana wanita di Yogyakarta di satukan di lapas ini sejak bulan September 2013. Dalam rangka pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan mental bagi narapidana, diperlukan adanya perlakuan untuk kondisi kesehatan mental narapidana yang mengalami peristiwa tersebut, khususnya narapidana wanita. Ada beberapa upaya yang pernah dilakukan untuk penanganan depresi pada narapidana wanita. Purnamasari dkk. (2010) memberikan perlakuan senam aerobik low impact untuk menurunkan derajat depresi pada narapidana wanita di lembaga pemasyarakatan Denpasar dan didapatkan hasil perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan setelah diberikan senam aerobik low impact dengan nilai p < 0,000. Gussak (2009) menyebutkan bahwa art therapy pada narapidana laki-laki dan perempuan berpengaruh baik terhadap perbaikan mood dan pengendalian diri. Untuk mengatasi masalah depresi secara umum, beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk dapat menyeimbangkan neurotransmiter pada pasien depresi baik farmakologi maupun nonfarmakologi. Emotional Freedom Technique (EFT) merupakan salah satu terapi nonfarmakologi. Teknik ini telah terbukti dapat menyembuhkan masalah fisik yang disebabkan oleh emosi. Baker & Siegel (2005) melakukan 45 menit EFT untuk mengurangi fobia pada tikus, laba-laba dan kutu air. Brattberg (2008) memberikan perlakuan EFT pada 86 wanita dengan fibromialgia dan hasilnya terbukti mengurangi gejala. Church & Geronilla (2009) mencatat bahwa terjadi penurunan signifikan 40 % untuk gejala psikologis berat, cemas berkurang 46 %, depresi 49 % dan PTSD 50% setelah pemberian 6 sesi EFT pada veteran perang.

4 Efek EFT pada dimensi biologis telah di buktikan dengan penelitian Church dkk. (2012), penelitian berjudul The effect of emotional freedom techniques on stres biochemistry: a randomized controlled trial. Sebelum intervensi EFT pada 83 responden, dilakukan tes kortisol saliva dan dilakukan pengulangan 30 menit setelah intervensi. Kelompok perlakuan mengalami penurunan yang signifikan dalam tingkat kortisol (-24,39%) dibandingkan dengan penurunan yang diamati melalui wawancara suportif (-14,25%) dan kelompok tanpa perlakuan (-14,44%) dengan nilai p <0,03. Teknik lain yang juga memberi hasil yang cukup bermakna dalam penanganan stres, kecemasan dan depresi adalah terapi relaksasi. Mahdavi dkk. (2013), membuktikan adanya perbedaan yang signifikan antara level stres dan kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi relaksasi dengan nilai p < 0,001 pada pasien dengan hemodialisa, namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada derajat depresi sebelum dan setelah intervensi dengan nilai p < 0,22. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sloman (2002), menunjukkan hasil bahwa pemberian terapi relaksasi pada pasien dengan kanker lanjut secara signifikan menurunkan derajat depresi dan memperbaiki kualitas hidup. Sejalan dengan itu Tobing (2012) memberikan perlakuan kombinasi progresif muscle relaxation dan logoterapi pada penderita kaker di bandingkan dengan kontrol menunjukkan hasil terdapat penurunan derajat kecemasan dan depresi dengan nilai p < 0,05. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana jika kedua teknik psikoterapi tersebut diberikan dalam bentuk kombinasi untuk penatalaksanaan depresi, khususnya pada narapidana wanita di Lapas Klas IIA Yogyakarta, sehingga penelitian ini mengambil judul Pengaruh Terapi Kombinasi Emotional Freedom Technique dan Terapi Relaksasi Terhadap Derajat Depresi Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta

5 2 Perumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta? 3 Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta? 4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Dengan mengetahui pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta diharapkan hasil tulisan ini akan memberikan tambahan pengetahuan bagi semua pihak terkait baik bagi Lapas Klas IIA, pihak Kementrian Hukum dan HAM maupun bagi penulis khususnya tentang penatalaksanaan depresi. 2. Manfaat praktis: a. Memberi wacana baru untuk melengkapi penatalaksanaan depresi di lembaga pemasyarakatan secara komprehensif. b. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktisi kesehatan jiwa dalam memberikan penatalaksanaan depresi. c. Menurunkan prevalensi depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta. 5 Keaslian Penelitian 1. Purnamasari dkk., 2010. Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar. Terdapat beberapa persamaan antara penelitian kami dengan penelitian Purnamasari dkk. Adapun persamaan tersebut terletak pada variabel tergantung, alat ukur, subyek penelitian dan rancangan penelitian. Variabel tergantung yang dinilai adalah depresi. Kuesioner yang digunakan

6 adalah Beck Depession Inventory (BDI) dan melibatkan narapidana wanita sebagai subyek penelitian. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah pre experimental menggunakan one group pre-test dan post test design. Perbedaan dengan penelitian Purnamasari dkk. terletak pada variabel bebas dan lokasi penelitian. Variabel bebas pada penelitian Purnamasari dkk. adalah Senam Aerobik Low Impact sedangkan lokasi penelitian adalah di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar Bali. Penelitian Purnamasari dkk bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam aerobik low impact terhadap penurunan tingkat depresi pada narpidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar dan didapatkan hasil perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan setelah diberikan senam aerobik low impact dengan nilai p < 0,000. 2. Church dkk. (2012), The effect of emotional freedom techniques on stres biochemistry: a randomized controlled trial. Persamaan penelitian kami dengan Cruch dkk. terletak pada intervensi yang diberikan yaitu Emotional Freedom Technique (EFT), dan dalam hal ini penelitian kami melakukan modifikasi dengan memberikan intervensi berupa terapi kombinasi EFT dan terapi relaksasi. Perbedaan terletak pada variabel tergantung, alat ukur, dan rancangan penelitian. Variabel tergantung penelitian Cruch dkk. adalah biokimia stres dengan alat ukur kortisol saliva dan Symptom Assesmen 45 (SA- 45) menggunakan rancangan randomized controlled trial. Pada hasil didapatkan terdapat penurunan level kortisol pada kelompok EFT dan didapatkan perbaikan gejala distres psikologis. 3. Church & Geronilla (2009), Psychological symptom change in veterans after six sessions of EFT (Emotional Freedom Techniques): an observational study. Persamaan dengan penelitian Church & Geronilla terletak pada variabel bebas yaitu EFT. Perbedaan terletak pada variabel tergantung, subyek penelitian dan rancangan studi penelitian. Variabel tergantung penelitian Church & Geronilla adalah gejala psikologis umum yang diukur dengan Symptom Assesmen 45 (SA-45) dengan subyek penelitian veteran perang irak dan afganistan. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah studi observasional dimana responden di nilai kembali dengan SA 45 setelah 90 hari. Pada hasil didapatkan keparahan gejala menurun secara signifikan 40% (p<0,001),

7 kecemasan berkurang 46% (p<0,001), depresi berkurang 49% (p<0,001) dan PTSD 50% (p<0,016). Dan manfaat tersebut masih dipertahankan ketika follow up 90. 4. Sloman (2002), Relaxation and Imagery for Anxiety and Depression control in Community Patient With Advance Cancer. Terdapat beberapa modifikasi dibandingkan dengan penelitian Sloman. Pada penelitian Sloman variabel bebas berupa terapi relaksasi dan guided imagery pada penelitian kami dilakukan modifikasi pemberian terapi kombinasi EFT dan terapi relaksasi. Variabel tergantung pada penelitian Sloman adalah cemas, depresi dan kualitas hidup sedangkan penelitian kami variabel tergantung terfokus pada depresi. Perbedaan dengan penelitian Sloman terletak pada subyek penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Sloman subyek penelitian yang dilibatkan adalah pasien dengan kanker lanjut dengan rancangan penelitian randomized controlled trial. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbaikan yang bermakna pada kecemasan namun terdapat perbaikan pada depresi dan kualitas hidup.