BAB I PENDAHULUAN. bila dimanfaatkan dengan maksimal akan menghasilkan penemuan-penemuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF, MENGOPTIMALKAN POTENSI OTAK 1

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Dennison (2002) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB II KAJIAN TEORI. sebuah permainan (games) yang dimainkan di dalam suatu jaringan. (baik LAN maupun Internet), permaianan ini biasanya di mainkan

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam kandungan maupun sejak dilahirkan ke bumi. Kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fitri Chintia Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. hanya saja apakah potensi yang diberikan tersebut dapat diaktualisasikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Bagian-Bagian Otak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

Rahman Rasidin. Seni Memainkan Jari. Metode Ten Smart Fingers. Sebagai Gerakan Senam Otak Bermanfaat bagi Kecerdasan & Kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan prasekolah menurut undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Oleh karena itu kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungannya antar sel syarat otak (sinap) terus berkembang. Begitu. melalui pendidikan anak usia dini (Suyanto, 2005:7).

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK PELANGI NUSA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki modal yang sangat besar untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Modal tersebut salah satunya adalah otak yang bila dimanfaatkan dengan maksimal akan menghasilkan penemuan-penemuan yang mengagumkan sepanjang sejarah manusia. Penemuan-penemuan seperti listrik, telepon, mesin percetakan hingga komputer yang saat ini berkembang dengan pesat, diawali dengan pemanfaatan otak manusia. Banyak ungkapan yang menggambarkan kehebatan otak manusia. Para ahli menyebutnya dengan sebutan raksasa tidur, komputer supercanggih, mesin yang dapat mengubah manusia, alat revolusi biologis, anugerah Tuhan yang maha dahsyat, struktur kompleks manusia dan banyak lagi sebutan lainnya. Otak merupakan bagian terkompleks manusia yang dapat difungsikan untuk merevolusi kemampuan, pola hidup, dan cara berpikir manusia. Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1350 cc dan terdiri dari hampir seratus miliar sel syaraf. Sebagian sel dapat dipergunakan oleh para pakar tokoh seperti para pemikir hebat, filsuf, ilmuwan, penjelajah, pemikir dunia, dan peraih hadiah nobel yang merupakan orang-orang terbaik dari setiap bidang kehidupan sepanjang sejarah. Otak manusia jauh lebih hebat dan lebih canggih dibanding dengan komputer yang paling hebat di muka bumi sekalipun.

2 Kedahsyatan tentang otak juga dapat ditemukan dalam Wikipedia (2010) yang menjelaskan otak (encephalon) adalah pusat sistem syaraf (central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak intervebrata lainnya. Otak mengatur dan mengkoordinasi sebagian besar gerakan, perilaku, pola hidup, hingga sebagian hal yang biasa terjadi di dalam tubuh seperti tekanan darah, pernafasan, suhu badan, detak jantung, dan lain sebagianya. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti : pengenalan, emosi, ingatan, hal-hal yang menyangkut trauma (traumatis), pembelajaran motorik, dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Penelitian Roger W Sperry tahun1960 (Wikipedia: 2010) menemukan bahwa otak manusia terdiri dari belahan kiri dan kanan yang masing-masing belahan otak tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Tugas belahan kiri paling utama adalah untuk bahasa (verbal) termasuk kata-kata, logika, matematika, urutan, analisis, dan sebagainya. Tugas belahan kanan berfungsi selain dari bahasa (non-verbal) yang meliputi kreativitas, irama, kesadaran ruang, imajinasi, melamun/fantasi, warna, dan sebagainya. Kedua belahan otak tersebut harus dapat distimulasi secara seimbang karena akan memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang. Santoso (2002: 7) mengemukakan siswa yang seimbang aktivitas otak kanan dan kirinya akan menampilkan perilaku sebagai berikut, yaitu : (1) memiliki perhatian yang lebih pada keadaan sekelilingnya dan keingintahuannya besar dalam arti positif, (2) kreatif dan memiliki imajinatif yang kuat tentang berbagai hal, (3) mudah bergaul dan mendapatkan teman tanpa bersusah payah, (4) mudah memahami hal-hal yang tidak matematis, metaforis, dan pola-pola persepsi abstak

3 (dimensi, ruang, suara, dan sebagainya), (5) memiliki kemampuan orientasi yang objektif dan subjektif secara terpadu dan seimbang, (6) tidak mudah terperangkap dalam situasi yang penuh tekanan karena kemampuan keseimbangan otaknya bisa mengelola stress, (7) memiliki rasa tanggung jawab yang baik terhadap diri sendiri maupun sekelilingnya, (8) berani mengemukakan pendapat dan bisa menghargai pendapat orang lain, (9) tidak berpura-pura, tulus dan selalu terbuka. Sebaliknya apabila hanya belahan otak kiri yang sering digunakan siswa yang bersangkutan akan menampilkan perilaku sebagai berikut, yaitu: (1) acuh tak acuh pada masalah-masalah keseharian yang berlangsung di sekelilingnya, hanya peduli pada hal-hal yang bersangkut paut dengan dirinya secara langsung atau yang mengakibatkan kerugian/ keuntungan pada dirinya secara langsung, (2) sulit bergaul secara umum, kikuk dan kaku dalam bergaul dengan lingkungan yang baru, (3) tidak memiliki tanggung jawab pada masalah pelajaran ataupun hal-hal lain yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, (4) perilaku kasar dan emosional, sering meledak hanya dengan sedikit pemicu, (5) malas dan sering melemparkan bebannya kepada pihak lain, (6) tidak memiliki kreativitas dan cenderung meniru, (7) sering merasa nervous dalam keadaan biasa. Pendidikan yang ada di Indonesia pada umumnya lebih mengutamakan pada penggunaan atau stimulasi otak kiri (Mulyadi: 2010). Hal ini dapat ditemukan salah satunya saat guru menggunakan metode favoritnya yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan. Siswa jarang sekali diajak untuk berpendapat, mengomentari segala hal yang ada di sekelilingnya. Siswa serius mencatat materi pelajaran sementara guru aktif memberikan penjelasan. Guru

4 jarang merangsang menumbuhkan sisi kreativitas siswa apalagi melaksanakan metode permainan yang membuat siswa senang. Studi pendahuluan di Madrasah Tsanawiyah Persis Tarogong Garut menemukan hal-hal sebagai berikut, yaitu: (1) siswa merasa malas untuk menghafal pelajaran karena hampir semua pelajaran harus dihafalkan. Akibatnya mereka menghafal hanya apabila ada ulangan. Sebagian di antara mereka tidak menikmati aktivitas pembelajaran bahkan cenderung merasa capek dengan banyaknya hafalan, (2) siswa lebih menyenangi kegiatan ekstrakurikuler dan menikmati segala yang dilakukannya. Dalam kegiatan ekstrakurikuler meraka terjun langsung mempelajari suatu keterampilan baru. Kegiatan yang dilakukan pun sangat variatif bahkan sering menggunakan simulasi/ permainan, dan (3) siswa lebih sering ke warnet bermain facebook dan game online daripada mengeksplorasi materi pelajaran. Mereka memiliki waktu khusus untuk sms-an dan bermain game sementara tidak memiliki jadwal khusus untuk belajar baik di rumah maupun di asrama. Ketiga temuan di atas tentu menjadi permasalahan penting untuk dikaji. Pada intinya sebagian siswa merasa malas dan bosan untuk belajar. Hal ini boleh jadi disebabkan karena siswa lebih dirangsang untuk menggunakan otak kirinya sehingga otak kirinya menjadi capek dan pada akhirnya enggan untuk belajar lebih lanjut. Sementara itu, belahan otak kanannya belum banyak digunakan sehingga sesuai dengan fungsinya otak kanan mencari unsur-unsur kesenangan melalui permainan.

5 Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Konselor/Guru BK adalah dengan mengoptimalkan bimbingan kelompok melalui metode permainan. Strategi bimbingan kelompok dipandang tepat untuk meningkatkan fungsi otak siswa karena dengan bimbingan kelompok konselor dapat memberikan treatment kepada sejumlah individu sekaligus sehingga beberapa orang atau individu sekaligus dapat menerima bimbingan yang dimaksudkan. Surya dan Natawidjaja, (1986: 105-106) mengemukakan keuntungan bimbingan kelompok sebagai berikut, yaitu: (1) bimbingan kelompok lebih bersifat efektif dan efisien, (2) bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa orang individu terhadap kelompok lainnya, (3) dalam bimbingan kelompok terjadi saling tukar pengalaman (sharing experience) di antara para anggotanya sehingga dapat berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku individu, (4) bimbingan kelompok dapat merupakan awal dari konseling individual, (5) bimbingan kelompok dapat menjadi pelengkap dari teknik konseling individual, (6) bimbingan kelompok dapat digunakan sebagai substitusi, yaitu dilaksanakan karena kasus tidak dapat ditangani dengan teknik lain, dan (7) dalam bimbingan kelompok terdapat kesempatan untuk menyegarkan watak para anggotanya. Strategi bimbingan kelompok dilaksanakan melalui beberapa metode di antaranya adalah metode permainan. Metode permainan dipandang tepat diintegrasikan ke dalam bimbingan kelompok karena mengandung banyak keuntungan. Zulkifli (2001) menjelaskan beberapa keuntungan dalam permainan sebagai berikut, yaitu: (1) permainan dapat menjadi sarana untuk membawa siswa

6 ke alam bermasyarakat, (2) permainan dapat menjadi sarana untuk mengenal kekuatan sendiri sehingga dapat mengenal kedudukan di kalangan temantemannya, (3) permainan dapat menjadi sarana untuk memperoleh kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan pembawaannya, (4) permainan dapat melatih siswa untuk menempa emosi, (5) permainan dapat menjadi sarana untuk memperoleh kegembiraan, kesenangan dan kepuasan, dan (6) permainan dapat menjadi sarana untuk melatih diri mentaati peraturan yang berlaku. Berdasarkan uraian di atas muncul pertanyaan, Apakah bimbingan kelompok melalui metode permainan efektif untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa?. Untuk menjawabnya maka perlu dilakukan penelitian tentang keefektivan bimbingan kelompok melalui metode permainan untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan paparan pada latar belakang terdapat tiga poin penting sebagai acuan dalam penelitian. 1. Pentingnya mengusahakan keseimbangan dalam menstimulasi fungsi otak terutama fungsi otak kanan, mengingat pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih menstimulasi fungsi otak kiri. 2. Bimbingan kelompok merupakan strategi yang dianggap tepat untuk meningkatkan keberfungsian otak kanan siswa.

7 3. Metode permainan yang diintegrasikan ke dalam strategi bimbingan kelompok diasumsikan dapat memberikan kegembiraan kepada siswa sehingga diharapkan fungsi otak kanannya dapat meningkat. Lebih lanjut, rumusan masalah dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran fungsi otak kanan siswa sebelum mengikuti bimbingan kelompok melalui permainan? 2. Bagaimana gambaran fungsi otak kanan siswa setelah mengikuti bimbingan kelompok melalui permainan? 3. Bagaimana bimbingan kelompok melalui metode permainan yang tepat untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa? 4. Bagaimana efektivitas bimbingan kelompok melalui metode permainan untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah menguji bimbingan kelompok melalui metode permainan untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa. Secara khusus, tujuan penelitian adalah memperoleh data empirik tentang: 1. gambaran fungsi otak kanan siswa sebelum mengikuti bimbingan kelompok melalui permainan; 2. gambaran fungsi otak kanan siswa setelah mengikuti bimbingan kelompok melalui permainan;

8 3. bimbingan kelompok melalui metode permainan yang tepat untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa; 4. efektivitas bimbingan kelompok melalui metode permainan untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut. a) Pengembangan khasanah baru bagi konselor dalam meningkatkan fungsi otak kanan siswa. b) Memperkaya studi keilmuan tentang bimbingan kelompok melalui metode permainan yang dipandang sesuai untuk meningkatan fungsi otak kanan siswa. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian adalah sebagai berikut. a) Rujukan bagi guru bimbingan dan konseling agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan dalam pengembangan fungsi otak kanan siswa. b) Masukan bagi Wali kelas/ guru agar dapat lebih memahami pentingnya melibatkan unsur permainan dalam bimbingan dan pengajarannya. c) Masukan bagi sekolah dalam pengembangan proses pembelajaran dan juga bimbingan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

9 E. Asumsi Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bimbingan kelompok merupakan teknik bimbingan yang menggunakan pendekatan kelompok dalam upaya memberikan bantuan kepada individu. Pendekatan kelompok adalah penggunaan situasi intrekasi sosial-psikologis yang terjadi dalam kelompok untuk keperluan pencapaian tujuan bimbingan (Surya dan Natawidjaja, 1987:265). 2. Permainan memiliki suatu ciri khas dan dipandang sebagai pendekatan yang memiliki fitur-fitur unik yang menjadikannya tepat untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Rusmana, 2009: 18). 3. Apabila kita ingin mencerdaskan otak kanan maka otak kiri otomatis semakin cerdas. Sebaliknya jika otak kiri yang dicerdaskan, otak kanan tidak otomatis tambah cerdasnya sebab, otak kanan berkaitan dengan munculnya gagasangagasan baru, gairah, dan emosi (Purdi Chanda: 2010). F. Hipotesis Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut. Bimbingan kelompok melalui metode permainan efektif untuk meningkatkan fungsi otak kanan siswa.