BAB IV PEMBAHASAN. perorangan maupun badan usaha non badan hukum dengan total exposure. a. Ketentuan Umum dalam melakukan penilaian agunan adalah :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB IV. ANALISIS TENTANG PEMBERIAN PEMBIAYAAN GRIYA ib HASANAH

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB II PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA BANK ISLAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

DAFTAR TABEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan kuantitas barang / jasa yang dihasilkan.

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fdusia di PT Bank Perkreditan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB IV HASIL PENELITIAN

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengembangkan dan memperbesar usaha-usaha mereka, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB IV ANALISIS DATA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN A. Pembiayaan Mikro 75 ib BRISyariah Merupakan produk pembiayaan khusus untuk pengusaha baik perorangan maupun badan usaha non badan hukum dengan total exposure seluruh pembiayaan produk Mikro 75 ib maksimal Rp. 75 juta per nasabah dengan tujuan pembiayaan untuk usaha produktifnya maupun konsumtif. Produk ini memerlukan agunan sebagai langkah mitigasi risiko jika nasabah wanprestasi. 1 1. Penilaian Agunan Mikro 75 ib BRISyariah a. Ketentuan Umum dalam melakukan penilaian agunan adalah : 1) Petugas yang melakukan penilaian terhadap dokumen agunan untuk pembiayaan mikro adalah AOM (Account Officer Micro) dan RJ (Reviewer Junior). 2) Jika limit pembiayaan melebihi limit rekomendasi dari AOM maka penilaian agunan dilakukan RJ bersama dengan unit bisnis. 3) Hasil penilaian agunan dituangkan dalam Laporan Penilaian Barang Jaminan (LPBJ) dan ditandatangani oleh tim yang melakukan survey terhadap agunan/ jaminan tersebut. 1 Buku P3M (Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro), PT. BRISyariah KCP Bukittinggi. 53

54 4) Untuk produk yang menggunakan agunan/ jaminan, maka perhitungan maksimal plafon pembiayaan juga mempertimbangkan Financing To Value Ratio (FTV) yaitu perbandingan antara plafon pembiayaan yang akan diberikan dengan nilai pasar jaminan yang diberikan. Formula FTV adalah sebagai berikut : Financing To Value Ratio (FTV) = (Jumlah Plafon Pembiayaan / (dibagi) Nilai Agunan) X (dikali) 100 % b. Ketentuan Penilaian masing-masing Agunan 1) Penilaian Agunan Tanah : a) Nilai pasar harus divalidasikan dengan minimal salah satu dari pihak ketiga yang tersebut dibawah ini : - Developer - Agent Property - Perusahaan Lembaga Penilaian Jaminan (penilai independent). - Bukti tertulis dari hasil penilaian sebelumnya - Bukti pembayaran SPPT PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). - Kelurahan atau Kecamatan. b) Denah lokasi tanah untuk jaminan berupa girik atau dokumen lainnya yang setara dan telah mendapat persetujuan dari Komite Kebijakan Pembiayaan c) Kategori jenis jaminan berupa tanah kosong antara lain :

55 - Tanah sawah yang produktif (minimal panen 2 kali dalam satu tahun dan memiliki saluran irigasi permanen) - Tanah Pekarangan - Tanah tambak darat yang produktif dan permanen - Tanah Kebun - Tanah Darat 2) Penilaian Agunan Bangunan oleh Analis Mikro atau tim penilai lain : a) Untuk produk Mikro 75 ib jika bangunan tanpa IMB (Izin Mendirikan Bangunan) maka nilai bangunan dinilai maksimal 50 % (ketentuan khusus akan diatur dalam SE tersendiri). b) Perhitungan nilai bangunan dikurangi dengan nilai penyusutan terhadap bangunan. c) Jika terdapat perbedaan antara luas bangunan fisik dengan luas bangunan yang tercantum dalam IMB, maka nilai bangunan dihitung berdasarkan bangunan yang terdapat pada IMB. d) Untuk kondisi agunan tanah dan bangunan yang tidak dapat dibiayai akan diatur dalam ketentuan tersendiri 3) Penilaian Agunan Kios/ Los/ Lapak/ Dasaran oleh analis mikro atau tim penilai lain : a) Perkiraan Nilai Kios/ Los/ Dasaran/ Lapak/ sejenisnya : yang dimaksud Nilai Pasar Wajar adalah nilai hasil appraisal atas jaminan yang diberikan berdasarkan kondisi harga pasar/ nilai

56 wajar (transaksi jual beli) dari jaminan tersebut, baik yang dinilai oleh analis mikro maupun yang dilakukan oleh tim penilai independent (kalau ada) b) Apabila ada perbedaan nilai pasar hasil appraisal jaminan dengan nilai pasar yang tercantum dalam laporan analisa pasar yang telah disetujui, dimana dalam laporan analisa pasar nilainya lebih rendah dari hasil appraisal jaminan, maka harus diajukan ulang melalui revisi laporan analisa pasar baru. Nilai pasar Kios/ Los/ Dasaran/ Lapak/ sejenisnya wajib divalidasi dengan salah satu pihak ketiga yang tersebut dibawah ini : - Kepada Dinas Pasar - Minimal 2 pedagang di pasar tersebut, apabila ada perbedaan nilai pasar, ambil nilai terendah. 4) Penilaian Agunan Kendaraan Bermotor oleh analis mikro tim penilai lain : a) Perkiraan atas nilai jaminan kendaraan : yang dimaksud dengan nilai pasar wajar adalah nilai hasil appraisal atas jaminan yang diberikan berdasarkan kondisi harga pasar/ nilai wajar (transaksi jual beli) dari jaminan tersebut, baik yang dinilai oleh AOM / RJ maupun yang dilakukan oleh tim penilai independent (kalau ada)

57 b) Nilai pasar harus divalidasi dengan minimal salah satu dari pihak ketiga dibawah ini : - Dealer setempat - Daftar Harga / buku panduan otomotif di media masa - Bukti pembayaran pajak yang tertera di STNK - Perusahaan / lembaga penilai jaminan (penilai independent) - Appraisal Bank (penilai internal) - Penilai sebelumnya 5) Penilai Agunan Deposito : a) Wajib dilakukan verifikasi keabsahan dan keaslian bilyet deposito dari cabang penerbit. b) Wajib dilakukan verfikasi terhadap kewenangan pejabat bank yang menandatangani bilyet deposito tersebut. c) Penilai khusus agunan deposito mengikuti ketentuan yang diatur secara terpisah. 2 2. Persyaratan Agunan Mikro 75 ib BRISyariah Dalam menilai agunan, seorang analis juga harus meninjau langsung untuk menganalisis : a. Lokasi jaminan. b. Peruntukan jaminan tidak bertentangan dengan syariat Islam serta tidak menimbulkan image/ persepsi negatif seperti untuk tempat prostitusi, perjudian dan efek negatif lainnya. 2 Buku P3M (Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro), PT. BRISyariah KCP Bukittinggi.

58 c. Persyaratan untuk masing-masing jaminan secara detail akan diatur dalam ketentuan tersendiri. d. Jenis kepemilikkan agunan yang diperbolehkan adalah : 1) Jaminan atas nama calon nasabah. 2) Jaminan atas nama pihak ketiga seperti : pasangan calon nasabah (suami/ istri), orang tua kandung, anak kandung calon nasabah. 3) Jaminan atas nama lebih dari 1 (satu) orang dengan kombinasi dari point 1 dan 2 di atas. 4) Khusus untuk agunan deposito, dokumen kepemilikkan yang diperbolehkan adalah hanya atas nama calon nasabah dan pasangan calon nasabah (suami/ istri). 5) Khusus untuk produk Mikro 75 ib jika kepemilikkan masih atas nama orang lain diperbolehkan sepanjang terdapat bukti jual beli kepada calon nasabah dan bukti kepemilikkan tidak wajib dilakukan balik nama ke atas nama calon nasabah. e. Jika jaminan atas nama selain dari point (d) di atas tidak diperbolehkan. f. Ketentuan detail untuk kepemilikkan agunan akan diatur dalam ketentuan tersendiri. 3 3 Buku P3M (Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro), PT. BRISyariah KCP Bukittinggi.

59 3. Dokumen Pengikatan Agunan Dokumen Pengikatan sesuai jenis Dokumen Agunan untuk Mikro 75 ib : 4 a. Surat Kuasa Jual (SKJ) b. Akta Pemasangan Hak Tanggungan (APHT) atau Surat Kuasa Pemasangan Hak Tanggungan (SKMHT) c. Fidusia d. Cessie e. Surat Gadai Deposito 4. Penerapan Agunan dan Pengikatannya di PT. BRISyariah KCP Bukittinggi Dalam hukum mengenai pengikatan jaminan, penggolongan atas benda bergerak dan tidak bergerak mempunyai arti yang penting sekali. Adanya perbedaan penggolongan tersebut juga akan menentukan jenis lembaga jaminan atau pengikatan jaminan yang mana dapat dibebankan atas benda jaminan yang diberikan untuk menjamin pelunasan. Di dalam prosedur pembiayaan Mikro 75 ib PT. BRISyariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bukittinggi menerapkan Agunan berupa Sertifikat Hak Milik (SHM) yang pengikatannya menggunakan SKMHT dan APHT, sedangkan BPKB pengikatannya menggunakan fidusia. a. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) 4 Buku P3M (Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro), PT. BRISyariah KCP Bukittinggi.

60 SKMHT adalah surat kuasa khusus yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) atau notaris yang ditandatangani pemilik jaminan. SKMHT ini sebenarnya hanya berupa surat kuasa untuk agunan barang tidak bergerak, umumnya untuk pembiayaan < Rp. 50.000.000,-. Pembebanan Hak Tanggungan yang didahului dengan membuat SKMHT terjadi karena beberapa hal, seperti : 5 1) Biaya pembebanan Hak Tanggungan cukup mahal. Biaya pembebanan Hak Tanggungan dibebankan kepada debitur sehingga dengan biaya yang mahal memberatkan keuangan debitur. 2) Pembiayaan yang jumlahnya kecil, kreditur merasa tidak perlu segera memasang Hak Tanggungan. Dengan memiliki SKMHT kreditur setiap saat dapat membebankan Hak Tanggungan tanpa harus menghadirkan pemberi jaminan. b. Akta Pemberi Hak Tanggungan (APHT) adalah akta PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) yang berisi pemberian Hak Tanggungan kepada kreditor tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya. 6 c. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. 7 5 tn., AOM (Account Officer Micro), PT. BRISyariah KCP Bukittinggi, wawancara langsung, Februari 2017 6 Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, pasal 1, ayat 5

61 Dari ulasan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa jaminan berupa benda tidak bergerak akan di ikat dengan Hak Tanggungan (SKMHT atau APHT) dan benda bergerak akan di ikat dengan Surat Kuasa Jual (SKJ) atau fidusia. B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro 75 ib PT. BRISyariah KCP Bukittinggi Di dalam pemberian pembiayaan, Bank harus memperhatikan asasasas pembiayaan yang sehat termasuk risiko yang harus dihadapi atas pengembalian pembiayaan. Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan pembiayaan, Bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur. Agunan merupakan salah satu unsur jaminan pembiayaan agar Bank dapat memperoleh tambahan keyakinan atas kemampuan nasabah debitur untuk mengembalikan pembiayaannya. Untuk pemberian pembiayaan usaha mikro banyak hal yang perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga analisis pembiayaan menjadi tepat guna. Hal ini diperuntukkan agar tidak membebani nasabah dan meminimalkan risiko pembiayaan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu aspek character, capacity, capital, condition dan collateral. 7 Undang-undang RI Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, pasal 1, ayat 1

62 1. Character Character merupakan penilaian terhadap personalitas calon nasabah berupa sifat atau watak. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan bahwa sifat atau watak dari pihak yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari bagaimana sifatnya, kejujurannya, gaya hidup yang dianutnya, tidak pemabuk, tidak penjudi, usia debitur dan lain-lain. Watak calon nasabah dapat diketahui dengan melihat kelancaran pembayaran pembiayaan di masa lalu jika nasabah merupakan nasabah lama, sedangkan untuk nasabah permohonan baru dapat diketahui dengan melihat kebiasaan setor tarik pada tabungan. AOM akan memeriksa Daftar Hitam Bank Indonesia (BI Checking) untuk melihat kolektibilitas pembiayaan atau tingkat kesehatan pembiayaan nasabah. AOM juga melakukan trade checking yaitu pencarian informasi ke rekan bisnis permohonan pembiayaan, pesaingnya ataupun pemilik usaha sejenis untuk memperoleh informasi mengenai reputasi, etika, jenis usaha dan perilaku bisnis calon nasabah. Karakter merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar pengembalian pembiayaan. Orang yang memiliki karakter yang baik akan berusaha membayar dengan berbagai cara, sifat-sifat khusus yang menyertai kepribadian seseorang. 2. Capacity Capacity digunakan untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuannya

63 mengelola bisnis serta kemampuan mencari laba, dimana diteliti mengenai pendidikan dan pengalaman usahanya, reputasi usaha, riwayat usaha, keahliannya dalam bidang usaha tersebut sehingga bank memperoleh keyakinan bahwa suatu usaha yang dibiayai dengan pembiayaan tersebut dikelola oleh orang yang tepat. Analis pembiayaan akan melihat bagaimana kemampuan calon nasabah dalam menghasilkan laba, kemampuan membiayai kegiatan operasional sehari-hari, dan memenuhi kewajiban pembiayaan. Capacity dapat dilihat dari aspek pemasaran meliputi harga pokok, pengelolaan, penagihan. Aspek pembelian terutama untuk sektor bisnis meliputi jumlah pembelian perbulan, besarnya pembelian tunai, lama kredit pemasok, fluktuasi pemasok, fluktuasi pasokan, dan melihat kualitas hubungan calon nasabah dengan pemasok. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengambil pembiayaan yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar pembiayaan. 3. Capital Capital adalah berkaitan dengan modal atau kekayaan yang dimiliki calon nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Adapun penilaian terhadap capital adalah untuk mengetahui keadaan permodalan sumber-sumber dana dan penggunaanya, meneliti besar kecilnya modal dan bagaimana pendistribusian modal, apakah ada

64 modal yang cukup untuk menggerakkan sumber daya secara efektif, apakah pengaturan modal kerja baik sehingga usaha dapat berjalan lancar. 4. Condition Condition adalah keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha calon nasabah. Penilaian terhadap kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha calon nasabah dan bagaimana nasabah mengatasinya atau mengantisipasi sehingga usahanya tetap hidup dan berkembang. Hal yang dianalisis meliputi persaingan antarsesama pengusaha dalam batas kewajaran atau tidak, prospek usaha nasabah dan jumlah pesaing yang mengancam usaha nasabah jika banyak maka akan mempengaruhi omset penjualan nasabah. 5. Collateral (Agunan) Collateral merupakan jaminan tambahan yang diberikan Debitur kepada Bank berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak. Jaminan/ agunan hendaknya melebihi dari jumlah pembiayaan yang diberikan, jaminan/ agunan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan dapat dipergunakan. Adapun tujuan dari pemberian jaminan/ agunan oleh nasabah debitur kepada Bank adalah sebagai jaminan dalam pengembalian fasilitas pembiayaan yang telah dinikmati oleh nasabah debitur apabila nasabah debitur wanprestasi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengambil hasil dari penjualan barang jaminan/ agunan tersebut. Walaupun demikian, jaminan/ agunan merupakan aspek pendukung bukan

65 aspek utama atau syarat mutlak yang diperhitungkan dalam menentukan seberapa besar pembiayaan yang akan diperoleh oleh calon nasabah debitur. Pada PT. BRISyariah KCP Bukittinggi berlaku beberapa ketentuan dalam penggunaan jaminan/ agunan, khususnya pada produk pembiayaan Mikro 75 ib BRIS. Yaitu, PT. BRISyariah KCP Bukittinggi mensyaratkan jaminan/ agunan harus bernilai diatas dari nilai plafon pembiayaan yang diajukan. Tujuannya adalah untuk meminimalisir dan melindungi dana yang akan disalurkan ke nasabah dari kemungkinan risiko yang akan terjadi kedepannya, misalnya ketika nasabah mengalami wanprestasi. Oleh karena itu, untuk memperoleh plafon pembiayaan yang diajukan hendaknya nasabah harus memperkirakan agunan yang akan diberikan ke bank. Karena salah satu upaya bank dalam meminimalisir risiko tersebut adalah seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Pasal 8 ayat 1 Tentang Perbankan dikatakan bahwa Dalam memberikan kredit/ pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Oleh karena itu, salah satu bentuk keyakinan bank dalam memberikan pembiayaan adalah dengan meminta agunan nasabah sebagai jaminan tambahan.

66 Jadi, PT. BRISyariah KCP Bukittinggi mensyaratkan nilai agunan yang lebih besar atau diatas nilai pembiayaan dimaksudkan semata-mata hanya untuk melindungi bank agar tidak mengalami kerugian nantinya apabila nasabah wanprestasi. Bagi bank ketika nilai agunan lebih besar atau diatas dari nilai pembiayaan maka itu dapat mengcover pembiayaan yang akan diberikan ke nasabah. Dimana, ketika dicairkan nantinya akan dapat atau cukup untuk menutupi pembiayaan yang telah dinikmati oleh nasabah debitur apabila terjadi wanprestasi. Pada produk pembiayaan Mikro 75 ib BRIS memerlukan jaminan/ agunan dengan tujuan agar nasabah pengelola tidak melakukan kesalahan pengelolaan, kelalaian atau penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti penyelewengan dan penyalahgunaan yang mengakibatkan kerugian. Jaminan/ agunan merupakan sebagai second way out yang mana akan disita oleh bank jika ternyata timbul kerugian akibat kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan oleh pihak nasabah pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan untuk kemudian akan dicairkan oleh pihak bank dengan tujuan mengembalikan dana yang dipinjam nasabah.

67 C. Peranan Agunan Terhadap Besar Kecilnya Realisasi Pembiayaan Mikro 75 ib BRIS Di dalam pembiayaan Mikro 75 ib BRIS, agunan dinilai mempunyai peranan terhadap besar kecilnya realisasi pembiayaan yang akan diterima nasabah, tergantung dari nilai agunan saat dijadikan sebagai jaminan tambahan. Seberapa besar nilai agunan yang dijaminkan akan mempengaruhi kesempatan nasabah dalam memperoleh nilai pembiayaan yang diajukan. Adapun penilaian agunan pada PT. BRISyariah KCP Bukittinggi menggunakan tolak ukur FTV (Financing To Value ratio) dimana yang dimaksud dengan FTV adalah perbandingan antara plafon pembiayaan yang akan diberikan dengan nilai pasar jaminan/ agunan yang diberikan. 8 Masing-masing bank biasanya menentukan besaran FTV, seperti PT. BRISyariah KCP Bukittinggi yang menetapkan FTV untuk produk pembiayaan Mikro 75 ib sebagai berikut : Untuk jaminan berupa Tanah, Tanah dan Bangunan mempunyai nilai FTV sebesar 90 % dan jaminan berupa kendaraan bermotor mempunyai nilai FTV sebesar 80 %. 9 Misalkan nasabah mengajukan pembiayaan sebesar Rp. 50.000.000,- dengan mencantumkan jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (motor) Ninja 250 FI tahun 2014, setelah ditaksir motor tersebut bernilai Rp. 45.000.000,-. Maka analisis dari pembiayaan yang diajukan nasabah sebesar Rp 50.000.000,- dengan nilai jaminan Rp. 45.000.000,- sebagai berikut : 8 Buku P3M (Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro), PT. BRISyariah KCP Bukittinggi 9 Buku P3M (Petunjuk Pelaksanaan Pembiayaan Mikro) PT. BRISyariah KCP Bukittinggi

68 FTV (Financing To Value) = (Rp. 50.000.000,- / (dibagi) Rp. 45.000.000,-) X (dikali) 100% = 111.11% Dari analisis di atas menunjukan tingkat FTV dari jaminan tersebut adalah di atas 80%, dimana untuk jaminan berupa BPKB FTV maksimalnya yaitu 80%. Oleh sebab itu, maka permohonan pembiayaan nasabah tidak disetujui bank karena FTV dari agunan nasabah melebihi dari ketentuan FTV maksimal untuk jaminan berupa BPKB sebesar 80%. Oleh karena itu, maka pihak bank memberitahukan kepada nasabah bahwa plafon pembiayaan yang diajukan tidak dapat dipenuhi dan untuk itu harus merubah plafon pembiayaan yang diajukan. Berdasarkan ketentuan bank dalam penilaian agunan dengan mempertimbangkan FTV, maka untuk jaminan berupa BPKB bank akan memperhitungkan nilai plafon pembiayaan maksimal 80 % dari nilai agunan yaitu 80% dari Rp. 45.000.000,- adalah Rp. 36.000.000,-. Jadi maksimal pembiayaaan yang bisa diperoleh oleh nasabah adalah sebesar Rp. 36.000.000,-. Jika dirasa agunan tidak mencukupi atau mengcover pembiayaan maka nasabah bisa menambah jaminannya atau mengganti jaminan yang dirasa mengcover pembiayaan tersebut. Misalnya nasabah mengajukan pembiayaan sebesar Rp. 50.000.000,-. Nasabah berinisiatif menjaminkan 2 jaminan sekaligus berupa kendaraan yaitu motor Ninja 250 FI tahun 2014 dan Yamaha Nmax tahun 2016 yang mana setelah ditaksir jaminan berupa motor Ninja 250 FI tersebut memiliki nilai

69 taksiran sebesar Rp. 45.000.000,- dan motor Yamaha Nmax dengan nilai taksiran sebesar Rp. 20.800.000,- Maka, total nilai jaminan = Nilai pasar motor ninja + nilai pasar motor nmax sebagai berikut : Total nilai jaminan = Rp. 45.000.000,- + Rp. 20.800.000,- = Rp. 65.800.000,- Jadi, FTV (Financing To Value) = (Plafon / (dibagi) Nilai Pasar Jaminan) X (dikali) 100% FTV (Financing To Value) = (Rp. 50.000.000,- / Rp.65.800.000,-) X 100% = 75,98% atau 76% Analisis diatas menunjukkan bahwa tingkat FTV masih dibawah 80%. Maka pembiayaan tersebut disetujui bank karena nilainya masih di bawah 80%. FTV berfungsi untuk melihat cover atau tidaknya nilai agunan terhadap nilai pembiayaan. Semakin rendah nilai FTV, maka akan semakin bagus bagi bank, karena risikonya semakin rendah. Karena nasabah A mengajukan pembiayaan sebesar Rp. 50.000.000,- sedangkan nilai agunan Rp. 65.800.000,- maka permohonan pembiayaannya dari aspek collateral sebesar Rp. 50.000.000,- disetujui karena agunan yang dijaminkan nasabah sebesar Rp. 65.800.000,- dinilai mengcover pembiayaan yang diajukan sebesar Rp. 50.000.000,-. Namun demikian, PT. BRISyariah KCP Bukittinggi tidak hanya memperhitungkan FTV (Financing To Value) dalam menentukan besar pembiayaan yang akan diberikan, tetapi masih banyak faktor lain yang

70 dipertimbangkan dalam memberikan pembiayaan seperti watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur. Tapi walaupun demikian, agunan tetap memiliki peranan dalam menentukan pembiayaan yang akan diterima nasabah, meskipun agunan bukanlah syarat mutlak dalam menentukan seberapa besar pembiayaan yang akan diperoleh nasabah debitur. D. Peranan Agunan Terhadap Peningkatan Nilai Pembiayaan Nasabah Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpukan bahwa agunan memiliki peranan sebagai pengcover pembiayaan dan sebagai second way out ketika terjadi pembiayaan bermasalah. Dimana, analisisnya terhadap peningkatan nilai pembiayaan nasabah dilihat dari segi kualitasnya mengalami peningkatan di mata bank. Dalam artian, kepercayaan atau keyakinan bank terhadap nasabah menjadi meningkat dikarenakan bank merasa yakin kepada nasabahnya karena telah menjaminkan agunannya kepada bank. Dimana kesungguhan nasabah untuk mendapatkan pembiayaan dan melunasi kewajibannya bisa dilihat dari kemauan nasabah menjaminkan benda miliknya. Jadi, jika nasabah menjaminkan agunan yang marketable serta mengcover pembiayaan maka bank akan yakin dan percaya kepada kemampuan nasabah untuk mengembalikan dana pembiayaan yang telah disalurkan. Dalam artian, nilai pembiayaan nasabah dari segi kualitasnya meningkat dimata bank.

71 Agunan juga memiliki peranan dalam menentukan seberapa besar nilai plafon pembiayaan yang akan diperoleh nasabah, tergantung seberapa besar nilai agunan yang dijaminkan oleh nasabah kepada bank. Dimana analisisnya adalah peningkatan terhadap nilai pembiayaan nasabah dari segi penentuan nilai plafon pembiayaan yang akan diperoleh nasabah dapat dilihat ketika bank melakukan analisis pembiayaan terhadap agunan nasabah dengan mempertimbangkan tolak ukur FTV Ratio (Financing To Value Ratio) terhadap agunan nasabah. Dimana, FTV Ratio itu sendiri ialah perbandingan antara plafon pembiayaan yang akan diberikan dengan nilai pasar jaminan/ agunan yang diberikan. Jadi, ketika nasabah menjaminkan agunannya yang mempunyai nilai yang besar serta marketable dan jelas keabsahannya, maka peningkatan terhadap nilai pembiayaan nasabah dari segi penentuan nilai plafon pembiayaannya mengalami peningkatan. Dalam artian, semakin besarnya peluang nasabah dalam mendapatkan pembiayaan yang diajukan. Namun perlu ditegaskan juga bahwa bank tidak hanya menyimpulkan untuk penentuan plafon pembiayaan nasabah bisa di dapat dari analisis agunan saja. Akan tetapi bank juga melihat dari analisis watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur. Meskipun agunan bukanlah syarat mutlak untuk menentukan berapa besar pembiayaan yang akan diperoleh nasabah, namun bank akan tetap mempertimbangkan agunan nasabah untuk memperoleh pembiayaan seperti pada produk Mikro 75 ib BRIS.

72 Jadi, bisa disimpulkan bahwa agunan mempunyai peranan terhadap peningkatan nilai pembiayaan nasabah karena beberapa hal, yaitu : 1. Agunan merupakan salah satu aspek pendukung dari analisis bank dalam pembiayaan selain watak, kemampuan, modal dan prospek usaha nasabah debitur dalam memberikan pembiayaan. 2. Agunan merupakan sebagai pengcover dari pembiayaan yang diberikan ke nasabah. Dimana ketika agunan mengcover terhadap nilai pembiayaan yang diajukan ke bank, maka bank akan merasa yakin terhadap kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan. 3. Agunan merupakan sebagai second way out oleh bank untuk upaya menyelamatkan dana pihak ketiga yang disalurkan ke nasabah apabila terjadi pembiayaan bermasalah. 4. Agunan merupakan sebagai motivasi nasabah untuk memenuhi kewajibannya kepada bank.