B u l l e t i n S t a t i s t i k

dokumen-dokumen yang mirip
B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

BULLETIN FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

B u l l e t i n S t a t i s t i k

STATISTIK MARET ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

STATISTIK FEBRUARI ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BULLETIN EDISI BULLETIN STATISTIK TAHUN 2018 ISSN : 89997

BULLETIN STATISTIK ISSN : ANTI PENCUCIAN UANG & PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME EDISI JANUARI

B u l e t i n S t a t i s t i k

BULLETIN JULI ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

B u l l e t i n S t a t i s t i k

Volume 29 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juli 2012)

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

Volume 19 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan September 2011)

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Pasal 1 Dalam P

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Volume 25 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Maret 2012)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Volume 28 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Juni 2012)

Volume 24 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Februari 2012)

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-03/1.02.1/PPATK/03/12 TENTANG

PENILIAN RISIKO SEKTORAL (SECTORAL RISK ASSESSMENT) PENYEDIA BARANG DAN/ATAU JASA LAINNYA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUAN6AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Penjelasanan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 642)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Volume 22 Thn III/2012 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Desember 2011)

Volume 20 Thn II/2011 BULLETIN STATISTIK PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. (Periode Sampai dengan Bulan Oktober 2011)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Volume 23 Thn III/2012 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN BULL ETIN STATISTIK. (Periode Sampai dengan Bulan Januari 2012)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

Trend Pemberantasan Korupsi 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA. PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pelaporan Transaksi. Penyedia Barang. Jasa

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

Perpustakaan LAFAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

INDONESIA Percentage below / above median

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

2017, No lain ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; c. bahwa sesuai dengan Undang-Un

Transkripsi:

BULLETIN STATISTIK ANTI PENCUCIAN UANG & PENDANAAN TERORISME MARET Jl. Ir H Juanda No. 35 Jakarta 112 Indonesia Telp.: +6221385455; +62213853922 Fax.: +6221385689; +62213856826 e-mail: contact-us@ppatk.go.id website: http://www.ppatk.go.id PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

bps ANTI BULLETIN PENCUCIAN STATISTIK UANG ANTI DAN PENCUCIAN PENDANAAN UANG & PENDANAAN TERORISME TERORISME (MARET ) B u l l e t i n S t a t i s t i k 1 Volume 85/Thn VIII/ Maret R i n g k a s a n E k s e k u t i f D A F T AR I S I : Halaman Ringkasan Eksekutif 1 Ringkasan Statistik 2 Laporan Transaksi 3 A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) 3 B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) 12 C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) 14 D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa 17 E. Laporan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri 19 F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) 22 Analisis dan Pemeriksaan 26 A. Hasil Analisis (HA) 26 B. Karakteristik Terlapor HA 31 C. HA Terkait Pendanaan Terorisme 34 D. Hasil Pemeriksaan (HP) 37 E. Tindak Lanjut terhadap HA/HP 39 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait Hasil Analisis 41 G. Pengaduan Masyarakat 43 Lain-lain 45 A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU 45 B. Keterangan Ahli 48 C. Audit 5 D. Pertukaran Informasi Antar FIU 52 E. Nota Kesepahaman (MoU) 54 Bulletin Statistik disusun sebagai salah satu upaya PPATK untuk menyampaikan hasil pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam rangka mencegah dan memberantas Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 21 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU TPPU) yang mulai berlaku pada tanggal 22 Oktober 21. Dalam bulletin ini, statistik yang dihimpun mencakup: 1. Perkembangan aktivitas pelaporan oleh Pihak Pelapor (Penyedia Jasa Keuangan/PJK, Penyedia Barang dan/atau Jasa Lain/PBJ), serta Ditjen Bea Cukai; 2. Penyampaian hasil analisis dan hasil pemeriksaan kepada Apgakum dan/atau penyidik, serta 3. Informasi lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas PPATK. Sepanjang kuartal I tahun, jumlah penyampaian laporan ke PPATK semakin terus bertambah. Penerimaan pelaporan terbanyak selama Maret terutama terkait LTKL (Swift Bank), LTKT, LTKM, dan LTPBJ, yang masing-masing bertambah sebanyak 586,1 ribu LTKL, 217,4 ribu LTKT, 5,1 ribu LTKM, dan 2,9 ribu LTPBJ. Dengan adanya penambahan laporan-laporan tersebut, jumlah keseluruhan laporan yang telah diterima PPATK sejak Januari 23 telah mencapai 42.383.637 laporan atau meningkat sebanyak 5,7 persen dibandingkan jumlah kumulatif laporan per akhir Desember 216. Bila diamati perkembangan bulanannya (month-to-month, disingkat m-to-m), penerimaan keseluruhan laporan di Maret bila dibandingkan penerimaan pada bulan sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 17,7 persen. Peningkatan terbesar terjadi pada penerimaan LTKL dan LTPBJ, yakni masing-masing naik sebesar 22, persen dan 9,4 persen. Terkait fungsi analisis, selama Maret, PPATK telah menyampaikan Hasil Analisis (selanjutnya disebut HA) kepada penyidik sebanyak 37 HA, dengan 25 HA diantaranya merupakan HA reaktif (permintaan dari penyidik), dan selebihnya sebanyak 12 HA merupakan HA Proaktif (inisiatif dari PPATK). Berdasarkan jumlah HA selama periode tersebut, dugaan tindak pidana Korupsi menjadi tindak pidana yang paling dominan, yaitu sebanyak 16 HA (43,2 persen). Sesuai amanat UU TPPU, selain melakukan fungsi analisis, PPATK juga memiliki fungsi pemeriksaan. Selama Maret, terdapat penambahan 2 Hasil Pemeriksaan (selanjutnya disebut HP) yang disampaikan kepada Aparat Penegak Hukum. Dengan demikian, jumlah HP yang telah disampaikan kepada penyidik maupun Kementerian /Lembaga terkait sejak berlakunya UU TPPU, tercatat sebanyak 89 HP, dengan rincian 36 HP diantaranya disampaikan ke Penyidik KPK, 3 HP ke Penyidik Kejaksaan, 25 HP ke Penyidik Kepolisian, 15 HP ke Penyidik DJP, 5 HP ke Penyidik DJBC, 4 HP ke Penyidik BNN, dan 4 HP ke Panglima TNI. Sementara itu, terkait dengan putusan pengadilan, berdasarkan data terkini, hingga Maret terdapat 16 putusan pengadilan terkait TPPU sejak berlakunya UU TPPU. Bila diakumulasikan sejak Januari 25, jumlah putusan pengadilan terkait TPPU tercatat sudah sebanyak 144 kasus dengan hukuman maksimal penjara seumur hidup dan denda maksimal Rp32 Miliar. Semoga buku ini dapat bermanfaat. Jakarta, April KIAGUS AHMAD BADARUDDIN Kepala PPATK

2 R I N G K A S A N S T A T I S T I K L A P O R A N T R A N S A K S I Periode Januari 23 s.d. Maret : Jumlah Laporan yang diterima PPATK s.d. Maret sebanyak 42.383.637 Laporan. A. LTKM = 316.645 Laporan, bertambah 4,8 persen dibanding posisi Desember 216. B. LTKT = 22.456.68 Laporan, bertambah 3,1 persen dibanding posisi Desember 216. C. LTPBJ = 166.432 Laporan, bertambah 6,3 persen dibanding posisi Desember 216. D. LPUT = 21.776 Laporan yang diperoleh melalui 21 lokasi pelaporan. E. LTKL = 19.422.176 Laporan (LTKL SWIFT Bank saja terhitung sejak Januari 214). Tahun (s.d. Maret ): Jumlah Laporan yang diterima sebanyak 2.292.285 Laporan atau turun 29,9 persen dibandingkan jumlah kumulatif periode yang sama tahun 216 (c-to-c). A. LTKM = 14.468 Laporan, turun 26,1 persen (c-to-c). B. LTKT = 675.738 Laporan, turun 38,2 persen (c-to-c). C. LTPBJ = 9.826 Laporan, turun 54,1 persen (c-to-c). D. LPUT = 276 Laporan. E. LTKL = 1.591.977 Laporan, turun 25,4 persen (c-to-c). Maret : Jumlah Laporan yang diterima sebanyak 811.578 Laporan, atau naik 17,7 persen dibandingkan Februari (m-to-m), dan naik 4,1 persen dibandingkan Maret 216 (y-on-y). A. LTKM = 5.73 Laporan, naik 7,3 persen (m-to-m), atau naik 25,6 persen (y-on-y). B. LTKT = 217.432 Laporan, naik 7,7 persen (m-to-m), namun turun 8,2 persen (y-on-y). C. LTPBJ = 2.97 Laporan, naik 9,4 persen (m-to-m), namun turun 38,9 persen (y-on-y). D. LPUT = 39 Laporan. E. LTKL = 586.127 Laporan, naik 22, persen (m-to-m), atau naik 11,1 persen (y-on-y). H A S I L A N A L I S I S D A N H A S I L P E M E R I K S A A N Periode Januari 23 s.d. Maret : Hasil Analisis (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan ke Penyidik Januari 23 s.d. Maret sebanyak 3.83 HA yang terkait dengan 1.432 LTKM. A. HA - Proaktif = 1.956 HA yang terkait dengan 5.76 LTKM. - Inquiry = 1.847 HA yang terkait dengan 5.356 LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 1.517 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 118 HA yang terkait dengan 33 LTKM. D. HP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 89 Laporan. Tahun (s.d. Maret ): HA yang disampaikan ke Penyidik selama Maret sebanyak 99 HA yang terkait dengan 654 LTKM. A. HA - Proaktif = 34 HA yang terkait dengan 183 LTKM. - Inquiry = 65 HA yang terkait dengan 471 LTKM. B. Informasi Hasil Analisis (IHA) = 117 IHA. C. HA terkait Pendanaan Terorisme = 9 HA. D. HP yang disampaikan ke Penyidik/Kementerian/Lembaga Terkait = 3 Laporan.

3 LAPORAN TRANSAKSI UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: a. Transaksi Keuangan Mencurigakan; b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp5.., (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/atau c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Pasal 1 Angka 5 : Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah: a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. A. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) LTKM merupakan laporan yang disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan (selanjutnya disebut PJK) berdasarkan UU TPPU Pasal 23 Ayat (1) huruf a, sesuai kriteria pada Pasal 1 Angka 5. Selama Maret, jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK sebanyak 5.73 LTKM, dengan rata-rata penerimaan sebanyak 254 laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Pelaporan LTKM selama bulan ini lebih tinggi 7,3 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan lalu, atau naik 25,6 persen dibandingkan dengan jumlah LTKM selama Maret 216 (y-on-y). Secara keseluruhan LTKM yang diterima oleh PPATK sejak Januari 23 s.d. Maret mencapai sebanyak 316.645 LTKM atau bertambah 4,8 persen dibandingkan jumlah kumulatif LTKM pada akhir Desember 216. Peningkatan pelaporan LTKM, terutama terjadi sejak diberlakukannya UU TPPU tanggal 22 Oktober 21. Jumlah LTKM yang telah diterima PPATK sejak Januari 211 s.d. Maret tercatat sebanyak 252.721 LTKM, atau secara rata-rata tahunan meningkat 46, persen dibandingkan periode sebelum diberlakukannya UU TPPU. Dilihat dari sisi jumlah Pihak Pelapor, selama tahun (s.d. Maret ) tercatat sebanyak 244 PJK telah menyampaikan LTKM kepada PPATK. Sebagian besar LTKM atau sebanyak 55, persen LTKM disampaikan oleh PJK Bank, sedangkan 45, persen selebihnya disampaikan oleh PJK Non Bank. Mayoritas TKM selama periode ini terjadi di DKI Jakarta (49,3 persen), Jawa Barat (15,9 persen), dan Jawa Timur (6,3 persen). Berdasarkan profilnya, sebagian besar atau sebanyak 9,8 persen terlapor LTKM yang disampaikan pada selama Maret adalah perorangan, sedangkan 9,2 persen selebihnya merupakan korporasi. Mayoritas terlapor perorangan adalah Laki-laki (63,7 persen), dengan pekerjaan utama sebagai Pegawai Swasta (3, persen), serta sebagian besar berada pada usia produktif antara 3-6 tahun (68,1 persen). Berdasarkan LTKM selama tahun (s.d. Maret ), diketahui bahwa hanya sebanyak 28,8 persen LTKM saja yang mampu diidentifikasikan oleh Pihak Pelapor terindikasi tindak pidana, dan selebihnya sebanyak 71,2 persen LTKM tidak terisi/mengindikasikan tindak pidana. Indikasi Tindak Pidana Asal yang dominan adalah Penipuan (45,4 persen), Korupsi (22, persen), dan Perjudian (9,2 persen).

4 Tabel 1 Perbandingan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Maret Jenis PJK Pelapor Kumulatif s.d. Mar- 216 Jan-216 s.d. Des-216 Feb- Kumulatif s.d. Mar- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) Bank 36,39 97,542 2,27 6,766 25,58 2,488 2,985 7,952 131,2 167,311 11 Ø Bank Umum 36,22 96,352 1,977 6,559 24,815 2,434 2,945 7,824 128,991 165,13 86 Bank Milik Negara 11,96 4,177 847 2,83 1,23 98 932 2,936 53,136 64,232 4 Bank Swasta 12,54 46,33 878 3,73 11,77 1,241 1,715 4,8 62,81 74,621 44 Bank Pembangunan Daerah 8,614 5,984 171 398 1,975 87 18 384 8,343 16,957 22 Bank Asing 2,615 2,12 5 168 58 117 9 365 2,957 5,572 9 Bank Campuran 1,157 1,876 31 117 467 81 28 131 2,474 3,631 7 Ø Bank Perkreditan Rakyat 287 1,19 5 27 693 54 4 128 2,11 2,298 15 Non Bank 27,615 92,42 2,13 6,49 23,161 2,24 2,88 6,516 121,719 149,334 143 Ø Pasar Modal 1,88 2,638 47 153 823 85 124 334 3,795 4,883 13 Ø Asuransi 2,939 17,592 262 687 3,369 347 485 1,232 22,193 25,132 29 Ø Dana Pensiun 1 13 13 14 Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing 1,435 36,962 999 2,995 6,324 243 275 794 44,8 45,515 22 Ø Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun 211-215 Tahun 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Tahun Jumlah Jan 23 s.d. 22,122 29,917 512 2,14 6,922 993 874 2,859 39,698 61,82 44 Ø Money Remittance/KUPU 3 4,711 15 529 4,756 491 264 1,27 1,494 1,524 24 Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka 137 43 112 947 81 66 27 1,354 1,354 11 Komoditi Ø Koperasi 85 2 87 87 Ø Penyelenggara E-Money 5 5 5 Ø Lainnya Jumlah PJK Pelapor (s.d. Mar- ) Total LTKM 63,924 189,584 4,4 13,256 48,669 4,728 5,73 14,468 252,721 316,645 244 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. **) Data Tahun 212 s.d.maret menggunakan Database SIAPUPPT per 31 Maret. Grafik 1 Perbandingan Rata-rata LTKM per Tahun Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Tahun 21 Berdasarkan Jenis PJK Pelapor Total Pos dan Giro Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Money Remittance/KUPU Pedagang Valuta Asing Lembaga Pembiayaan/Leasing Dana Pensiun Asuransi Pasar Modal Bank Perkreditan Rakyat Bank Campuran Bank Asing Bank Pembangunan Daerah Bank Swasta Bank Milik Negara 7,991 14 217 4 1,679 2,765 6,352 179 7,53 2 367 3,551 136 67 36 322 145 396 327 473 1,77 1,335 1,568 9,933 1,387 8,52 Sebelum berlakunya UU TPPU Jumlah Sesudah berlakunya UU TPPU 4,435-5, 1, 15, 2, 25, 3, 35, 4, 45,

12. 1. 8. 6. 4. 2.. - 2. - 4. 5 Grafik 2 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK per-bulan Maret 216 s.d. Maret 6, 5, 4, -3.7-7.3 3.4-3.3 12.3-3.6-3.9 35.1-6.9 5.7 1.3 7.3 3, 2, 1, 4,4 3,892 3,67 3,73 2,6 5,261 3,652 3,511 4,744 4,416 4,667 4,728 5,73 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 LTKM per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month) *) Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif LTKM Menurut Jenis PJK Pelapor Maret Grafik 4 Jumlah dan Persentase Kumulatif PJK Pelapor yang Menyampaikan LTKM Maret Non Bank 6,516 45% Bank 7,952 55% Non Bank 143 59% Bank 11 41%

6 Grafik 5 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Januari 213 s.d. Maret 35, 3, 19.2% 4.8% 25, 28.8% 2, 25.3% 15, 1, 157,87 196,775 253,58 32,177 316,645 5, 41,92 39,688 56,733 48,669 14,468 213 214 215 216 Jumlah Kumulatif Jumlah Per-tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 23 - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Maret Grafik 6 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun dan Rata-rata Penerimaan per-bulan Januari 213 s.d. Maret 6, 56,733 5, 4, 41,92 39,688 48,669 3, 2, 14,468 1, 3,493 3,37 4,728 4,56 4,823 213 214 215 216 Jumlah Per-tahun Rata-rata per-bulan Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Maret

7 Grafik 7 Perkembangan Jumlah LTKM per-tahun Berdasarkan Jenis PJK Januari 213 s.d. Maret 6, 56,733 5, 48,669 4, 41,92 39,688 3, 2, 21,257 2,663 23,79 15,898 3,166 26,567 25,58 23,161 14,468 1, 7,952 6,516 213 214 215 216 Bank + Non Bank Bank Non Bank Catatan : - Jumlah LTKM per tahun dihitung berdasarkan penerimaan LTKM oleh PPATK pada tahun berjalan. - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d.maret Grafik 8 Perkembangan Rata-rata Penerimaan LTKM per-bulan Januari 213 s.d. Maret 4,822.7 216 4,55.8 215 4,727.8 214 3,37.3 213 3,493.3. 1,. 2,. 3,. 4,. 5,. 6,. Catatan : - Perkembangan LTKM yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Maret

8 Tabel 2 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Domisili Kantor Penyedia Jasa Keuangan Pelapor Kejadian Transaksi s.d. Maret Propinsi Kantor PJK Pelapor Kejadian Transaksi Jumlah LTKM Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Nanggroe Aceh Darussalam 2 114 335 22 26 96.7 18.2 3. -15.8 Sumatera Utara 175 66 1,784 16 151 489 3.4-5.6-13.7-19.3 Sumatera Barat 28 79 2 15 2 6.4 33.3-28.6-24.1 Sumatera Selatan 76 266 1,174 7 378 529 3.7 44. 397.4 98.9 Bengkulu 13 36 114 4 6 21.1 5. -53.8-41.7 Jambi 42 12 295 13 22 57.4 69.2-47.6-52.5 Riau 43 171 527 43 88 184 1.3 14.7 14.7 7.6 Kepulauan Riau 96 3 919 46 171 255 1.8 271.7 78.1-15. Lampung 89 373 1,74 63 66 175 1.2 4.8-25.8-53.1 Kep Bangka Belitung 5 25 125 4 5 15.1 25.. -4. Banten 159 779 2,41 158 311 71 4.8 96.8 95.6-1. DKI Jakarta 1,89 5,898 24,558 2,443 2,22 7,13 49.3-9.1 22.7 2.9 Jawa Barat 434 1,432 5,419 813 81 2,296 15.9-1.5 84.6 6.3 Jawa Tengah 179 521 1,596 14 99 361 2.5-29.3-44.7-3.7 Jawa Timur 462 1,381 3,852 317 269 916 6.3-15.1-41.8-33.7 DI Yogyakarta 68 166 536 72 48 186 1.3-33.3-29.4 12. Bali 62 167 543 45 42 112.8-6.7-32.3-32.9 Nusa Tenggara Barat 1 39 242 23 2 59.4-13. 1. 51.3 Nusa Tenggara Timur 5 21 93 14 4 56.4 185.7 7. 166.7 Maluku 15 35 87 1 3 15.1-7. -8. -57.1 Maluku Utara 7 1 26 1 1 3.. -85.7-7. Kalimantan Barat 32 93 35 39 33 87.6-15.4 3.1-6.5 Kalimantan Timur 7 155 41 31 3 92.6-3.2-57.1-4.6 Kalimantan Tengah 7 24 95 11 4 26.2-63.6-42.9 8.3 Kalimantan Selatan 15 62 21 25 32 8.6 28. 113.3 29. Kalimantan Utara 15 8 1 14.1-87.5 n.a. n.a. Sulawesi Utara 11 43 139 7 16 38.3 128.6 45.5-11.6 Sulawesi Selatan 66 213 82 8 123 274 1.9 53.8 86.4 28.6 Sulawesi Tengah 3 27 11 9 6 3.2-33.3 1. 11.1 Sulawesi Tenggara 12 4 113 13 13 35.2. 8.3-12.5 Sulawesi Barat 1 1 1. n.a. n.a. n.a. Gorontalo 4 12 31 3 3 7.. -25. -41.7 Papua 23 48 472 19 24 6.4 26.3 4.3 25. Papua Barat 3 7 8.1-1. n.a. n.a. Total LTKM 4,4 13,256 48,669 4,728 5,73 14,468 1. 7.3 25.6 9.1 Catatan: - Angka tidak mencerminkan kejadian tindak pidana pada wilayah pelaporan - Angka. mencerminkan tidak adanya PJK yang melaporkan adanya transaksi keuangan mencurigakan pada wilayah tersebut atau dalam pelaporan tidak disebutkan wilayah kejadian sehingga dihitung sebagai laporan dari kantor pusat (DKI Jakarta). - Peningkatan month-to-month (disingkat m-to-m) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan sebelumnya. - Peningkatan year-on-year (disingkat y-on-y) merupakan perbandingan jumlah pada bulan tertentu terhadap jumlah pada bulan yang sama tahun sebelumnya. - Peningkatan cummulative-to-cummulative (disingkat c-to-c) merupakan perbandingan jumlah kumulatif tahunan hingga bulan tertentu terhadap jumlah kumulatif pada periode yang sama tahun sebelumnya.

9 Gambar 1. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Kumulatif LTKM Januari s.d. Maret Catatan : Jumlah LTKM dihitung berdasarkan Lokasi Pelaporan. Jumlah LTKM tidak Mencerminkan Terjadinya Tindak Pidana.

1 Jenis Kategori Terlapor Tabel 3 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Maret Jumlah LTKM Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Perorangan 3,696 12,412 44,649 4,338 4,575 13,14 9.8 5.5 23.8 5.9 Ø Laki-Laki 2,57 8,266 28,657 2,78 2,94 8,371 63.7 4.5 15.8 1.3 Ø Perempuan 1,189 4,146 15,992 1,558 1,671 4,769 36.3 7.3 4.5 15. Perusahaan/Korporasi 344 844 4,2 39 498 1,328 9.2 27.7 44.8 57.3 Total LTKM 4,4 13,256 48,669 4,728 5,73 14,468 1. 7.3 25.6 9.1 Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perseorangan Tabel 4 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Pekerjaan Terlapor Perseorangan s.d. Maret Jumlah LTKM Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Pegawai Swasta 92 3,424 11,435 1,328 1,392 3,936 3. 4.8 51.3 15. Ø Pengusaha/Wiraswasta 1,257 4,267 13,494 984 1,86 3,128 23.8 1.4-13.6-26.7 Ø PNS (termasuk pensiunan) 393 1,25 4,531 324 352 1,51 8. 8.6-1.4 2.5 Ø Ibu Rumah Tangga 189 696 2,873 34 27 856 6.5-11.2 42.9 23. Ø Pelajar/Mahasiswa 114 457 1,835 153 227 682 5.2 48.4 99.1 49.2 Ø Pedagang 157 69 1,899 183 34 623 4.7 66.1 93.6 2.3 Ø TNI/Polri (termasuk pensiunan) 73 214 1,14 86 135 353 2.7 57. 84.9 65. Ø Pegawai BI/BUMN/BUMD (termasuk pensiunan) 68 157 778 9 17 266 2. 18.9 57.4 69.4 Ø Pejabat Lembaga Legislatif dan Pemerintah 71 22 777 81 97 264 2. 19.8 36.6 3.7 Ø Profesional dan Konsultan 11 33 1,221 47 64 176 1.3 36.2-41.8-41.9 Ø Pengajar dan Dosen 43 164 57 4 52 137 1. 3. 2.9-16.5 Ø Pengurus dan pegawai yayasan/lembaga berbadan hukum 9 36 193 31 21 78.6-32.3 133.3 116.7 lainnya Ø Buruh, Pembantu Rumah Tangga dan Tenaga Keamanan 5 26 17 15 22 62.5 46.7 34. 138.5 Ø Petani dan Nelayan 8 29 168 19 19 5.4. 137.5 72.4 Ø Pegawai Bank 35 86 2 11 8 22.2-27.3-77.1-74.4 Ø Pengurus Parpol 1 5 28 3 2 7.1-33.3 1. 4. Ø Ulama/Pendeta/Pimpinan organisasi dan kelompok keagamaan 3 1 5 2 1 5. -5. -66.7-5. Ø Pegawai Money Changer 2 4 1. n.a. n.a. -5. Ø Pengrajin 2 1. n.a. n.a. n.a. Ø Pengurus/Pegawai LSM/organisasi tidak berbadan hukum lainnya 38 54 69 1 1. n.a. -97.4-98.1 Ø Tidak Teridentifikasi dll 22 646 3,41 637 415 1,441 11. -34.9 15.4 123.1 Total Terlapor Perseorangan 3,696 12,412 44,649 4,338 4,575 13,14 1. 5.5 23.8 5.9

11 Kategori Umur Terlapor Perseorangan Tabel 5 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Kelompok Umur Terlapor Perseorangan s.d. Maret Jumlah LTKM Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Usia Dibawah 3 tahun 774 2,887 1,422 1,11 1,86 3,242 24.7-2.2 4.3 12.3 Ø Usia 3-4 tahun 1,12 3,68 12,893 1,223 1,413 3,853 29.3 15.5 28.2 4.7 Ø Usia 4-5 tahun 1,7 3,267 11,361 1,2 1,69 3,84 23.5 6.7 6.2-5.6 Ø Usia 5-6 tahun 592 1,88 6,847 679 711 2,7 15.3 4.7 2.1 6.8 Ø Usia Diatas 6 tahun 18 6 2,538 283 23 796 6.1-18.7 27.8 32.7 Ø Tidak Teridentifikasi 41 98 588 41 66 158 1.2 61. 61. 61.2 Total Terlapor Perseorangan 3,696 12,412 44,649 4,338 4,575 13,14 1. 5.5 23.8 5.9 Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 6 Perkembangan Jumlah LTKM yang Diterima PPATK Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal s.d. Maret Jumlah LTKM Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Terkait Tindak Pidana 1,125 3,578 13,164 1,113 1,847 4,173 28.8 65.9 64.2 16.6 Ø Penipuan 562 1,99 6,574 399 826 1,896 45.4 17. 47. -4.7 Ø Korupsi 31 671 2,829 224 43 916 22. 92. 38.7 36.5 Ø Perjudian 19 386 883 86 244 386 9.2 183.7 123.9. Ø Terorisme 6 61 34 146 45 235 5.6-69.2 65. 285.2 Ø Di Bidang Perpajakan 5 81 387 73 48 181 4.3-34.2 86. 123.5 Ø Narkotika 3 136 528 81 25 124 3. -69.1-16.7-8.8 Ø Penyuapan 25 69 32 38 23 118 2.8-39.5-8. 71. Ø Di Bidang Kelautan 1 72 19 19 2.6 n.a. n.a. 1,8. Ø Di Bidang Perbankan 6 29 62 19 37 71 1.7 94.7 516.7 144.8 Ø Penggelapan 14 3 118 12 18 39.9 5. 28.6 3. Ø Di Bidang Pasar Modal 2 5 4 7.2 n.a. n.a. 25. Ø Pencurian 1 1 1 1 3.1. n.a. 2. Ø Penyelundupan Barang 4 4 2 3.1-1. n.a. -25. Ø Prostitusi 7 8 1 1 3.1. n.a. -57.1 Ø Di Bidang Kehutanan 1 1 7 1 2. n.a.. 1. Ø Di Bidang Lingkungan Hidup 6 1 1. n.a. n.a. n.a. Ø Perdagangan Manusia 3 3 63 1 1. n.a. -66.7-66.7 Ø Psikotropika 6 1 1. n.a. n.a. n.a. Ø Di Bidang Asuransi. n.a. n.a. n.a. Ø Pemalsuan Uang 6. n.a. n.a. n.a. Ø Penculikan. n.a. n.a. n.a. Ø Penyelundupan Imigran 1. n.a. n.a. n.a. Ø Penyelundupan Tenaga Kerja. n.a. n.a. n.a. Ø Perdagangan Senjata Gelap. n.a. n.a. n.a. Ø Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 tahun atau 54 16 395 31 32 77 1.8 3.2-4.7-27.4 lebih Tidak Teridentifikasi Tindak Pidana/dll 2,915 9,678 35,55 3,615 3,226 1,295 71.2-1.8 1.7 6.4 Total LTKM 4,4 13,256 48,669 4,728 5,73 14,468 1. 7.3 25.6 9.1

12 2. 15. 1. 5.. - 5. - 1. - 15. - 2. - 25. B. Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT) UU TPPU Pasal 1 Angka 6 : Transaksi Keuangan Tunai adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam. LTKT adalah laporan atas transaksi yang dilakukan dengan menggunakan uang kertas dan/atau uang logam yang dilaporkan oleh PJK. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23. Jumlah LTKT yang disampaikan PJK kepada PPATK selama Maret sebanyak 27.432 LTKT, dengan rata-rata penerimaan sebanyak 1.872 laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Dibandingkan jumlah LTKT pada bulan sebelumnya, jumlah tersebut meningkat 7,7 persen (m-to-m), atau tercatat lebih rendah 8,2 persen jika dibandingkan jumlah pada Maret 216 (y-on-y). Bila diakumulasikan sejak Januari 23 s.d. Maret, PPATK mencatat telah menerima sebanyak 21,8 juta LTKT dari PJK. Dilihat berdasarkan jenis industri PJK pelapor, mayoritas LTKT disampaikan oleh PJK Bank (99,3 persen), utamanya PJK Bank Umum (99,2 persen). Sejak diberlakukannya UU TPPU, jumlah LTKT telah mengalami penambahan sebesar 94,4 persen atau sebanyak 13,1 juta laporan dibandingkan dengan sebelum berlakunya UU TPPU. 3, 25, 2, Grafik 9 Perkembangan dan Peningkatan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK per-bulan s.d. Maret -3.6-3.5 2.7-6.9 14.4-5.7.7 2.8 1.6-1.5-21.3 7.7 15, 1, 5, 236,78 228,3 22,268 226,168 21,64 241,3 227,46 229,53 235,423 26,376 256,45 21,856 217,432 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 LTKT per Bulan % Perkembangan Bulanan (month-to-month)

13 Tabel 7 Perbandingan Jumlah LTKT yang Diterima PPATK Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Maret Jenis Pihak Pelapor Kumulatif s.d. Mar- 216 Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- Kumulatif s.d. Mar- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) Bank 8,62,893 9,676,385 235,269 675,287 2,741,92 2,236 215,56 67,765 13,88,242 21,79,135 194 Ø Bank Umum 8,619,74 9,664,54 235,45 674,62 2,737,98 199,942 215,253 67,5 13,72,489 21,691,563 16 Ø Bank Perkreditan Rakyat 1,819 11,881 224 667 3,112 294 253 76 15,753 17,572 88 Non Bank 1,53 4,88 1,511 3,285 16,144 1,62 1,926 4,973 61,25 71,735 8 Ø Pasar Modal 44 34 5 39 83 Ø Asuransi 165 863 4 4 4 129 137 1,4 1,169 2 Ø Dana Pensiun Ø Lembaga Pembiayaan/Leasing 3 476 35 18 328 14 1 45 849 852 3 Ø Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing 9,972 34,752 1,297 2,872 14,862 1,439 1,72 4,464 54,78 64,5 69 Ø Money Remittance/KUPU 346 3,827 69 158 784 38 196 327 4,938 5,284 6 Ø Pos dan Giro 3 3 3 Ø Koperasi 3 84 84 84 87 87 Ø Pegadaian 13 22 59 77 27 27 Ø Perusahaan Perdagangan Berjangka Komoditi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun 211-215 Tahun 216 Tahun Jumlah PJK Pelapor Tahun (s.d. Mar- ) Total LTKT 8,631,423 9,716,473 236,78 678,572 2,757,236 21,856 217,432 675,738 13,149,447 21,78,87 274 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Grafik 1 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKT Januari 213 s.d. Maret 24,, 21,, 15.% 3.2% 18,, 15,, 13.% 13.8% 12,, 9,, 6,, 14,27,61 16,121,147 18,347,896 21,15,132 21,78,87 3,, 2,22,92 1,851,86 2,226,749 2,757,236 675,738 213 214 215 216 Kumulatif LTKT LTKT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 23 - Perkembangan LTKT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d.maret.

14 UU TPPU Pasal 34 Ayat (1) : Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau mata uang asing, dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp1.., (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pasal 35 Ayat (1) : Setiap orang yang tidak memberitahukan pembawaan uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 1% (sepuluh perseratus) dari seluruh jumlah uang tunai dan/atau instrumen pembayaran lain yang dibawa dengan jumlah paling banyak Rp3.., (tiga ratus juta rupiah). Lokasi Pelaporan C. Laporan Pembawaan Uang Tunai (LPUT) LPUT merupakan laporan atas pembawaan uang tunai ke dalam atau ke luar daerah kepabeanan Indonesia. Penyampaian LPUT dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK, dan mulai efektif per Januari 26. Selama Maret, tidak penambahan 39 LPUT yang disampaikan Direktorat Jendral Bea dan Cukai RI kepada PPATK. Dengan adanya penambahan LPUT selama Maret tersebut, maka jumlah total LPUT yang diterima PPATK sejak Januari 26 s.d. Maret tercatat sebanyak 21.5 laporan dengan penerimaan laporan terbanyak berasal dari Soekarno Hatta dan Batam (6,9 persen). Selain menerima LPUT, PPATK juga telah menerima pelaporan pelanggaran pembawaan uang tunai dari Dirjen Bea dan Cukai RI. Hingga Maret, tercatat terjadi 287 pelanggaran pembawaan uang tunai yang terjadi di 17 lokasi pelaporan. Berdasarkan lokasinya, sebagaian besar pelanggaran pembawaaan uang tunai terjadi di Ngurah Rai Denpasar, yakni sebanyak 47,7 persen atau 137 Laporan. Tabel 8 Perbandingan Jumlah LPUT Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Lokasi Pelaporan s.d. Maret Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun 211-215 Tahun 216 Kumulatif s.d. Mar- 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jan-216 s.d. Des-216 Feb- Tahun Kumulatif s.d. Mar- Jumlah Jan 26 s.d. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Batam 2,683 1,613 3,591 3,591 3,595 5,28 7,891 Ø Soekarno Hatta 2,866 6,43 2,954 2,954 3,556 15 235 1,221 13,87 Ø Bandung 3 4 4 7 Ø Tanjung Balai Karimun 34 2 2 2 17 17 53 53 Ø Tj. Pinang 97 15 1 2 17 114 Ø Ngurah Rai Denpasar 5 75 18 18 18 183 233 Ø Dumai 1 4 4 5 Ø Teluk Bayur 7 2 2 9 Ø Teluk Nibung 1 1 1 1 2 Ø Medan 3 1 1 1 1 2 5 Ø Balikpapan 2 1 3 3 6 6 Ø Pontianak 2 2 2 7 9 13 13 Ø Pekanbaru 2 6 6 8 8 Ø Semarang (Tj. Emas) 3 2 3 6 6 Ø Lombok 12 12 12 Ø Palembang 1 1 1 2 2 Ø Yogyakarta 4 3 3 7 7 Ø Mataram 4 1 2 2 7 7 Ø Entikong 1 3 4 4 Ø Kuala Namu 12 13 15 15 15 Ø Juanda 2 2 14 14 14 Total LPUT 5,711 8,29 6,67 6,675 7,34 152 39 276 15,789 21,5 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. Jumlah

15 Grafik 11 Perbandingan Jumlah LPUT Berdasarkan Lokasi Pelaporan Januari 26 s.d. Maret Juanda Kuala Namu Entikong Mataram Yogyakarta Palembang Lombok Semarang (Tj. Emas) Pekanbaru Pontianak Balikpapan Medan Teluk Nibung Teluk Bayur Dumai Ngurah Rai Denpasar Tj. Pinang Tanjung Balai Karimun Bandung Soekarno Hatta Batam 14 15 4 7 7 2 12 6 8 13 6 5 2 9 5 233 114 53 7 7,891 13,87 2, 4, 6, 8, 1, 12, 14, 24, 2, Grafik 12 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LPUT Januari 213 s.d. Maret 52.5% 1.3% 16, 11.8%.1% 12, 21,224 21,5 8, 4, 12,432 13,92 13,92 3,461 1,47 18 7,34 276 213 214 215 216 Kumulatif LPUT LPUT Per-Tahun Perkembangan Kumulatif (%) Catatan : - Jumlah Kumulatif dihitung sejak Januari 26 - Perkembangan LPUT yang disajikan hanya dibatasi selama 5 tahun terakhir sejak tahun 213 s.d. Maret.

16 Tabel 9 Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 25 s.d. Maret Lokasi Pelaporan Jumlah Jan-26 s.d. (1) (2) (3) Ngurah Rai Denpasar 137 47.7% Soekarno Hatta 55 19.2% Batam 49 17.1% Pekan Baru 8 2.8% Pontianak 8 2.8% Medan 6 2.1% Kuala Namu 6 2.1% Dumai 3 1.% Bandung 3 1.% Tarakan 3 1.% Tj. Pinang 2.7% Teluk Bayur 2.7% Tj. Balai Karimun 1.3% Halim Perdana Kusumah 1.3% Teluk Nibung 1.3% Juanda 1.3% Mataram 1.3% % Total Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai 287 1.% Grafik 13 Perbandingan Jumlah Kumulatif Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Menurut Lokasi Pelaporan Januari 25 s.d. Maret Mataram Juanda Teluk Nibung Halim Perdana Kusumah Tj. Balai Karimun Teluk Bayur Tj. Pinang Tarakan Bandung Dumai 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 Kuala Namu Medan 6 6 Pontianak Pekan Baru 8 8 Batam 49 Soekarno Hatta 55 Ngurah Rai Denpasar 137

17 UU TPPU Pasal 17 Ayat (1) : Pihak Pelapor meliputi: a. penyedia jasa keuangan: 1. bank; 2. perusahaan pembiayaan; 3. perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi; 4. dana pensiun lembaga keuangan; 5. perusahaan efek; 6. manajer investasi; 7. kustodian; 8. wali amanat; 9. perposan sebagai penyedia jasa giro; 1. pedagang valuta asing; 11. penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu; 12. penyelenggara e-money dan/atau e- wallet; 13. koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam; 14. pegadaian; 15. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi; atau 16. penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang. b. penyedia barang dan/atau jasa lain: 1. perusahaan properti/agen properti; 2. pedagang kendaraan bermotor; 3. pedagang permata dan perhiasan/logam mulia; 4. pedagang barang seni dan antik; atau 5. balai lelang. D. Laporan dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Laporan dari PBJ telah diatur dalam UU TPPU, Pasal 17 ayat (1). Laporan dari PBJ mulai efektif diterima PPATK sejak Mei 212. Jumlah Laporan Transaksi dari PBJ (LTPBJ) yang disampaikan kepada PPATK selama Maret tercatat bertambah sebanyak 2.97 Laporan, atau meningkat sebesar 9,4 persen (m-to-m) dibandingkan jumlah pada bulan sebelumnya, namun turun 38,9 persen dibandingkan jumlah pada Maret 216. Dengan adanya penambahan tersebut, bila diakumulasikan sejak Mei 212, maka jumlah LTPBJ yang diterima PPATK hingga Maret telah mencapai 156.66 laporan yang berasal dari 326 PBJ. Dari sejumlah LTPBJ yang dilaporkan selama Mei 212 s.d. Maret, sebagian besar laporan transaksi yang dilaporkan berasal dari PBJ di bidang Properti, yaitu sebanyak 97.563 laporan atau 62,3 persen, diikuti oleh Pedagang Kendaraan Bermotor sebanyak 55.132 laporan atau 35,2 persen, Pedagang Perhiasan/Logam Mulia sebanyak 3.343 laporan atau 2,1 persen, Balai Lelang sebanyak 52 laporan atau,3 persen, dan Pedagang Barang Seni/Antik sebanyak 62 laporan atau, persen. Jenis Perusahaan Penyedia Barang dan Jasa Lainnya (PBJ) Tabel 1 Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) Mei 212 s.d. Maret Tahun 212-215 Tahun 216 Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- Tahun Jumlah LTPBJ Mei 212 s.d. Jumlah PBJ Pelapor Mei 212 s.d. Mar- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) Ø Perusahaan Properti 63,199 3,4 9,283 27,43 1,892 1,76 6,934 97,563 23 Ø Pedagang Kendaraan Bermotor 38,575 1,244 2,588 13,751 745 1,19 2,86 55,132 18 Ø Pedagang Perhiasan/logam mulia 2,678 18 236 616 15 25 49 3,343 4 Ø Balai Lelang 342 4 18 123 5 13 37 52 11 Ø Barang Seni / Antik 4 4 4 4 Ø Tidak terklasifikasi 62 62 Total LTPBJ 14,856 4,76 12,129 41,924 2,657 2,97 9,826 156,66 326 Catatan : Laporan dari PBJ diterima sejak Mei 212, setelah diundangkannya UU TPPU (Oktober 21).

18 Grafik 14 Perbandingan Jumlah Kumulatif Laporan Transaksi dari PBJ dan Jumlah PBJ Pelapor Mei 212 s.d. Maret Barang Seni / Antik Balai Lelang Perhiasan / logam mulia Pedagang Kendaraan Bermotor 4 52 11 3,343 4 18 55,132 Perusahaan Properti 23 97,563 2, 4, 6, 8, 1, 12, Jumlah Laporan Transaksi Jumlah PBJ Grafik 15 Jumlah dan Persentase Laporan Transaksi dari PBJ Tahun (s.d. Maret ) Pedagang Kendaraan Bermotor 2,86 29% Balai Lelang 37 % Perhiasan / logam mulia 129 5% Barang Seni / Antik % Perusahaan Properti 6,934 71%

19 UU TPPU Pasal 23 Angka 1 : Penyedia jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a wajib menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi: c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri.. Peraturan Kepala PPATK No: PER- 12/1.2/PPATK/6/13 tentang Tata Cara Penyampaian LTKL bagi Penyedia Jasa Keuangan Pasal 1 Angka 4: Transfer Dana Dari dan Ke Luar Negeri adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan memindahkan sejumlah Dana dari dan ke luar wilayah Indonesia kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima. E. Laporan Transaksi Keuangan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri (LTKL) Pelaksanaan kewajiban pelaporan LTKL mulai berlaku pada tanggal 14 Januari 214 untuk Bank Umum dan 1 Desember 215 untuk PJK selain Bank Umum. Kewajiban ini sesuai dengan UU TPPU, Pasal 23 Angka 1 huruf c. Hingga akhir Maret sebanyak 192 PJK telah menyampaikan LTKL kepada PPATK, yang terdiri dari 93 PJK Bank Umum dan 99 PJK selain Bank Umum. Dominansi pelaporan LTKL berasal dari Bank Umum, yakni sebesar 52,8 persen dari keseluruhan LTKL. Dilihat berdasarkan jenis laporan, mayoritas LTKL disampaikan oleh Bank Umum melalui LTKL SWIFT (3 persen), diikuti NON SWIFT oleh selain Bank Umum (38 persen), dan KUPU (32 persen). Jumlah LTKL SWIFT yang disampaikan PJK Bank kepada PPATK selama Januari 214 s.d. Maret sebanyak 19,4 juta LTKL, dengan rata-rata penerimaan per bulan sebanyak 498, ribu laporan atau sebanyak 24,9 ribu laporan/hari (1 bulan = 2 hari). Dilihat berdasarkan jumlah laporan, sebagian besar LTKL SWIFT merupakan LTKL Incoming, yakni sebanyak 11,6 juta Laporan atau 59,7 persen sedangkan LTKL Outgoing sebanyak 7,8 juta Laporan atau 4,3 persen. Namun bila dilihat berdasarkan nilai dana yang ditransaksikan pada LTKL SWIFT, nilai transfer dana ke luar negeri (Outgoing) cenderung lebih besar daripada nilai transfer dana yang masuk dari luar negeri (Incoming), khususnya selama semester I/216. Hal ini dikarenakan besarnya rata-rata transfer dana Outgoing lebih besar daripada Incoming, yakni masing-masing sebesar Rp1.117 juta untuk setiap LTKL Outgoing dan Rp784 juta untuk setiap LTKL Incoming. Grafik 16 Jumlah Pihak Pelapor LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor Grafik 17 Jumlah LTKL Menurut Jenis Pihak Pelapor NON BANK UMUM 99 52% BANK UMUM 93 48% NON BANK UMUM 47.2% BANK UMUM 52.8%

2 Grafik 18 Persentase Komposisi LTKL Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Maret KUPU 32% SWIFT 3% NON SWIFT 38% Grafik 19 Jumlah LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Maret Incoming 11,587,19 6% Outgoing 7,835,67 4% Grafik 2 Total Nilai LTKL SWIFT Menurut Jenis Laporan Periode Januari 214 s.d. Maret Incoming Rp4,124,185, 116,965,79 48% Outgoing Rp4,547,319, 848,467,69 52%

21 Ribu Laporan 45 Grafik 21 Perkembangan Jumlah LTKL SWIFT Bank Periode Maret 216 s.d. Maret 4 35 3 25 2 15 315 212 313 313 23 198 42 227 263 174 313 35 312 32 25 212 29 219 271 177 325 2 298 182 361 225 1 5 Outgoing Incoming Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Triliun Rp Grafik 22 Perkembangan Total Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Maret 216 s.d. Maret 1,45 1,25 Outgoing Incoming 1,44 1,5 85 65 68 45 25 314 323 324 293 38 294 457 32 271 457 371 369 38 335 323 35 314 35 279 256 297 263 374 362 5 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Grafik 23 Perkembangan Rata-rata Nilai (Rp) LTKL SWIFT Bank Periode Maret 216 s.d. Maret Juta Rp/Laporan 5,. 4,. Outgoing Incoming 4,57 3,. 2,682 2,. 1,. 1,48 1,592 1,641 929 984 94 1,836 1,136 1,31 1,53 1,582 1,543 1,596 1,446 1,485 1,446 1,458 1,215 1,183 1,16 938 936 1,65 1,37. Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17

22 UU TPPU Pasal 26 Ayat (1) : (1) Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. (2) Penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal Pengguna Jasa: a. melakukan Transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); b. memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1); atau c. diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu. (3) Pelaksanaan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam berita acara penundaan Transaksi. (4) Penyedia jasa keuangan memberikan salinan berita acara penundaan Transaksi kepada Pengguna Jasa. (5) Penyedia jasa keuangan wajib melaporkan penundaan Transaksi kepada PPATK dengan melampirkan berita acara penundaan Transaksi dalam waktu paling lama 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak waktu penundaan Transaksi dilakukan. (6) Setelah menerima laporan penundaan Transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) PPATK wajib memastikan pelaksanaan penundaan Transaksi dilakukan sesuai dengan Undang- Undang ini. (7) Dalam hal penundaan Transaksi telah dilakukan sampai dengan hari kerja kelima, penyedia jasa keuangan harus memutuskan akan melaksanakan Transaksi atau menolak Transaksi tersebut. F. Laporan Penundaan Transaksi (LPT) Sesuai UU TPPU Pasal 26, Penyedia jasa keuangan dapat melakukan penundaan Transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak penundaan Transaksi dilakukan. Berikut ini perkembangan pelaporan LPT sampai dengan Maret. Jumlah LPT yang dilaporkan oleh PJK kepada PPATK selama Maret tercatat sebanyak 28 Laporan, atau meningkat sebesar 7,7 persen dibandingkan jumlah pada Februari yang sebanyak 26 laporan. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah keseluruhan LPT yang diterima PPATK sejak tahun 213 hingga Maret tercatat sebanyak 2.7 laporan. Mayoritas penundaan transaksi selama tahun (s.d. Maret ) dilakukan oleh PJK Bank (97,7 persen), terutama BPD (68,6 persen) dan Bank Negara (16,3 persen). Sebagian besar transaksi yang ditunda berupa transfer (7,9 persen). Dilihat dari profil terlapor, keseluruhan terlapor adalah perorangan (1, persen) dengan profesi utama sebagai Pengusaha/Wiraswasta (33,7 persen), Pegawai Swasta (22,1 persen), Buruh (15,1 persen), dan Ibu Rumahtangga (9,3 persen). Bila dilihat dari besaran nominalnya, sebagian besar transaksi yang ditunda selama tahun (s.d. Maret ) bernilai dibawah Rp1 juta (93, persen). Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan pemenuhan aspeknya, sebagian besar LPT selama periode tersebut atau sebanyak 96,5 persen telah memenuhi aspek formil, namun disisi lain belum memenuhi aspek materil. Bila dilihat menurut domisili PJK Penunda Transaksi, mayoritas dari transaksi yang ditunda selama tahun (s.d. Maret ) terjadi di Propinsi Sumatera Selatan (65,1 persen) dan DKI Jakarta (27,9 persen). Alasan Penundaan Transaksi: Sebagian besar transaksi yang ditunda oleh PJK atau sebanyak 51,2 persen, belum teridentifikasi dengan jelas alasan yang menjadi pertimbangan penundaan transaksi sesuai ketentuan UU TPPU. Dari sejumlah transaksi yang telah teridentifikasi alasan penundaannya, sebagian besar LPT didasari atas pertimbangan bahwa Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana.

23 6 Grafik 24 Perkembangan Bulanan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Maret 216 s.d. Maret 4 34 34 41 29 24 39 23 26 32 26 28 2 13 15 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Jenis Pihak Pelapor Tabel 11 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis PJK Pelapor s.d. Maret Jan-216 s.d. Des- 216 Jumlah LPT Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Bank 33 88 314 26 27 84 97.7 3.8-18.2-4.5 Ø Bank Negara 27 67 21 2 5 14 16.3 15. -81.5-79.1 Ø Bank Swasta 3 3 16 3 5 11 12.8 66.7 66.7 266.7 Ø BPD 3 18 92 21 17 59 68.6-19. 466.7 227.8 Ø Bank Asing 3. n.a. n.a. n.a. Ø Bank Campuran 2. n.a. n.a. n.a. Non Bank 1 2 2 1 2 2.3 n.a... Ø Asuransi 1 2 2 1 2 2.3 n.a... Ø Pasar Modal. n.a. n.a. n.a. Total LPT 34 9 334 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4 Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil Laporan Penundaan Transaksi Tabel 12 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Pemenuhan Aspek Formil dan Aspek Materil s.d. Maret Jan-216 s.d. Des- 216 Jumlah LPT Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Aspek Formil dan Aspek Materil terpenuhi 1 1 9 1 2 2.3 n.a.. 1. Aspek Formil terpenuhi, namun Aspek Materil tidak terpenuhi 32 88 322 26 27 83 96.5 3.8-15.6-5.7 Aspek Formil tidak terpenuhi, namun Aspek Materil terpenuhi. n.a. n.a. n.a. Aspek Formil dan Aspek Materil tidak terpenuhi 1 1 3 1 1.2 n.a. -1.. Total LPT 34 9 334 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4 Keterangan: (1) Aspek formil terpenuhi bila Berita Acara/Pernyataan telah dilakukan penundaan transaksi dibuat tidak lebih dari 24 jam setelah transaksi ditunda. (2) Aspek materil terpenuhi bila transaksi yang ditunda bernilai Rp1 juta atau lebih.

24 Jenis Transaksi Yang Ditunda Tabel 13 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Transaksi Yang Ditunda s.d. Maret Jan-216 s.d. Des- 216 Jumlah LPT Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Transfer 18 47 165 23 15 61 7.9-34.8-16.7 29.8 Tarik/Setor Tunai 2 9 41 3 8 9.3 n.a. 5. -11.1 SMS/Mobile Banking 2 5 21 2 2 2.3 n.a.. -6. Internet Banking 1 1 1 1.2-1. n.a. n.a. Redemption penyertaan. n.a. n.a. n.a. Remittance 4. n.a. n.a. n.a. Penukaran Valas. n.a. n.a. n.a. Polis Asuransi 1 2 13. n.a. -1. -1. Incoming Valas 1 4. n.a. n.a. -1. Saham. n.a. n.a. n.a. Pembayaran. n.a. n.a. n.a. Kirim Valas. n.a. n.a. n.a. Lainnya 7 13 39 2 6 11 12.8 2. -14.3-15.4 Tidak Terisi 4 13 46 2 3 3.5 n.a. -5. -76.9 Total LPT 34 9 334 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4 Jenis Terlapor dan Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan Tabel 14 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Terlapor dan Jenis Pekerjaan Utama Terlapor Perorangan s.d. Maret Jan-216 s.d. Des- 216 Jumlah LPT Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Perorangan 34 9 33 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4 Ø Pengusaha/Wiraswasta 12 24 12 1 7 29 33.7-3. -41.7 2.8 Ø Pegawai Swasta 6 27 66 3 9 19 22.1 2. 5. -29.6 Ø Buruh 1 9 5 2 13 15.1-6. n.a. 1,2. Ø Ibu Rumahtangga 5 1 38 4 1 8 9.3-75. -8. -2. Ø PNS 2 2 7 2 1 6 7. -5. -5. 2. Ø Pelajar/Mahasiswa 6 13 46 5 5 5.8 n.a. -16.7-61.5 Ø Pedagang 1 3 11 2 1 4 4.7-5.. 33.3 Ø TNI/POLRI (Termasuk Pensiunan) 1 1 1 1 1 1.2 n.a... Ø TKW. n.a. n.a. n.a. Ø Profesional. n.a. n.a. n.a. Ø PEPS 1 4. n.a. n.a. -1. Ø Pengajar/Dosen 1 2. n.a. n.a. -1. Ø Belum/Tidak Bekerja 4. n.a. n.a. n.a. Ø Tidak Teridentifikasi 1 7 22 1 1 1.2 n.a.. -85.7 Korporasi 4. n.a. n.a. n.a. Total LPT 34 9 334 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4 Kategori Nominal Transaksi Tabel 15 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi Yang Ditunda s.d. Maret Jumlah LPT Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Dibawah Rp1 juta 32 87 36 26 25 8 93. -3.8-21.9-8. Ø Rp1 juta s.d. Rp1 miliar 1 2 19 2 4 4.7 n.a. 1. 1. Ø Diatas Rp1 miliar 1 1 9 1 2 2.3 n.a.. 1. Total LPT 34 9 334 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4

25 Propinsi Kantor PJK Penunda Transaksi Tabel 16 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Propinsi Kantor PJK Pelapor Penundaan Transaksi s.d. Maret Jan-216 s.d. Des- 216 Jumlah LPT Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) SUMSEL 4 2 92 21 16 56 65.1-23.8 3. 18. DKI JAKARTA 2 43 147 5 9 24 27.9 8. -55. -44.2 NTB 1 1.2 n.a. n.a. n.a. JAWA TIMUR 4 5 8 1 1.2 n.a. -1. -8. PAPUA 1 1 1.2 n.a. n.a. n.a. SULSEL 1 1 1 1.2 n.a. n.a. n.a. JAWA BARAT 4 1 35 1 1.2 n.a. -1. -9. BANTEN 5 13 1 1 1.2 n.a. n.a. -8. SULTRA 1. n.a. n.a. n.a. RIAU 1 1. n.a. n.a. -1. JAMBI 1 3. n.a. n.a. -1. KALBAR. n.a. n.a. n.a. JAWA TENGAH 1 2. n.a. n.a. -1. KALSEL. n.a. n.a. n.a. NAD 1 1. n.a. n.a. -1. KALTENG 1. n.a. n.a. n.a. DIY 1 2. n.a. n.a. -1. SULUT. n.a. n.a. n.a. SULBAR. n.a. n.a. n.a. SUMUT 1 1 4. n.a. -1. -1. SULTENG 3. n.a. n.a. n.a. GORONTALO. n.a. n.a. n.a. BENGKULU. n.a. n.a. n.a. BALI 1. n.a. n.a. n.a. SUMBAR 3. n.a. n.a. n.a. KALTIM 2. n.a. n.a. n.a. NTT. n.a. n.a. n.a. KEP BABEL 1. n.a. n.a. n.a. MALUKU. n.a. n.a. n.a. KEPRI 2. n.a. n.a. n.a. LAMPUNG 1 1 2. n.a. -1. -1. Total LPT 34 9 334 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4 Alasan Penundaan Transaksi Tabel 17 Perkembangan Jumlah LPT yang Diterima PPATK Berdasarkan Jenis Alasan Penundaan Transaksi s.d. Maret Jan-216 s.d. Des- 216 Jumlah LPT Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Pertimbangan (1) dan (2) 5 16 4 2 2 2.3 n.a. -6. -87.5 Pertimbangan (1) dan (3) 1. n.a. n.a. n.a. Pertimbangan (2) dan (3) 1 2. n.a. n.a. -1. Pertimbangan (1) saja 2 9 38 7 11 21 24.4 57.1 45. 133.3 Pertimbangan (2) saja 4 11 56 1 2 18 2.9-8. -5. 63.6 Pertimbangan (3) saja 3 5 14 1 1.2 n.a. -1. -8. Tidak Teridentifikasi 2 48 183 9 13 44 51.2 44.4-35. -8.3 Total LPT 34 9 334 26 28 86 1. 7.7-17.6-4.4 Keterangan: (1) Pengguna Jasa melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (2) Pengguna Jasa memiliki rekening untuk menampung Harta Kekayaan yang berasal dari hasil tindak pidana; (3) Penguna Jasa diketahui dan/atau patut diduga menggunakan Dokumen palsu.

26 A. Hasil Analisis (HA) ANALISIS & PEMERIKSAAN UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, PPATK dapat: a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari Pihak Pelapor; b. meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK; d. meminta informasi kepada Pihak Pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; f. menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana Pencucian Uang; g. meminta keterangan kepada Pihak Pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana Pencucian Uang; h. merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana; j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang; k. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; dan l. meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. Selama Maret, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 37 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 313 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 12 HA (32,4 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 84 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 25 HA (67,6 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 229 laporan. Dengan adanya penambahan tersebut, maka jumlah HA yang telah disampaikan PPATK kepada Penyidik selama tahun (s.d. Maret ) adalah sebanyak 99 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 654 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 34 HA (34,3 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 183 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 65 HA (65,7 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 471 laporan. Setelah berlakunya UU TPPU s.d. Maret, PPATK telah menyampaikan kepada Penyidik sebanyak 2.372 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 7.322 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 784 HA (33,1 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 2.225 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 1.588 HA (66,9 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 5.97 laporan. Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d. Maret, jumlah HA (tidak termasuk Hasil Pemeriksaan) yang disampaikan kepada Penyidik sudah mencapai 3.83 HA dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 1.432 laporan, yang terdiri dari: o HA Proaktif sebanyak 1.956 HA (51,4 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 5.76 laporan, dan o HA Inquiry sebanyak 1.847 HA (48,6 persen) dengan jumlah LTKM terkait sebanyak 5.356 laporan. Berdasarkan jumlah HA selama tahun (s.d. Maret ), dugaan tindak pidana Korupsi masih menjadi tindak pidana yang paling dominan dalam HA, yaitu sebanyak 46 HA (46,5 persen). Jumlah HA dengan dugaan tindak pidana Korupsi tersebut lebih rendah sebesar 17,9 persen dibandingkan jumlah HA selama periode yang sama tahun 216 yang berjumlah sebanyak 56 HA. Sementara itu, jumlah HA dengan dugaan tindak pidana di bidang perpajakan yang merupakan tindak pidana dominan berikutnya mengalami peningkatan sebesar 5,7 persen jika dibandingkan jumlah HA selama periode yang sama tahun 216. PPATK juga menyampaikan Informasi Hasil Analisis kepada pihak-pihak yang telah menjalin kerjasama pertukaran informasi dengan PPATK. Selama tahun (s.d. Maret ), jumlah IHA yang telah disampaikan sebanyak 117 IHA.

27 PROAKTIF Tabel 18 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik dan Jumlah LTKM yang menjadi Dasar Analisis (Terkait) Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 23 s.d. Maret Jenis Hasil Analisis (HA) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun 211-215 Tahun 216 Kumulatif s.d. Mar- 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- Tahun Kumulatif s.d. Mar- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Hasil Analisis 1,172 647 7 19 13 1 12 34 784 1,956 Ø LTKM Terkait 2,851 1,939 7 19 13 43 84 183 2,225 5,76 Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Mar- INQUIRY**) Ø Hasil Analisis 259 1,191 33 88 332 17 25 65 1,588 1,847 Ø LTKM Terkait 259 4,294 33 88 332 96 229 471 5,97 5,356 TOTAL Ø Hasil Analisis 1,431 1,838 4 17 435 27 37 99 2,372 3,83 Ø LTKM Terkait 3,11 6,233 4 17 435 139 313 654 7,322 1,432 Keterangan : - Cut off data per 31 Maret. - Proaktif adalah HA yang disampaikan atas insiatif PPATK. - Inquiry adalah HA yang disampaikan sebagai jawaban atas permintaan dari Apgakum. - Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. - HA Inquiry Januari 24 sampai dengan Desember 28, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA. Grafik 25 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis HA Januari 213 s.d. Maret 5 45 456 435 4 35 3 31 383 362 332 25 2 15 231 252 99 1 5 11 13 65 7 73 34 213 214 215 216 HA per-tahun Proaktif Inquiry

28 Penyidik Tabel 19 Jumlah Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik Berdasarkan Jenis Penyidik Januari 23 s.d. Maret Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun 211-215 Tahun 216 Kumulatif s.d. Mar- 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- Tahun Kumulatif s.d. Mar- Jumlah Jan 23 s.d. Mar- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø KEPOLISIAN SAJA 646 18 4 186 14 18 54 886 886 Ø KEJAKSAAN SAJA 14 328 8 21 86 1 4 9 423 527 Ø KPK SAJA 487 7 21 1 8 9 23 61 61 Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN KPK 99 99 99 Ø KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN 1,327 52 52 1,379 Ø KEPOLISIAN DAN KPK 2 2 2 Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN BNN 2 2 2 Ø KEPOLISIAN, KEJAKSAAN DAN 5 5 5 DITJEN PAJAK Ø KEJAKSAAN DAN KPK 7 7 7 Ø DITJEN PAJAK 162 5 19 52 4 5 12 226 226 Ø DITJEN BEA DAN CUKAI 12 1 1 2 14 14 Ø BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) 36 1 5 9 1 1 46 46 Jumlah JUMLAH HA 1,431 1,838 4 17 435 27 37 99 2,372 3,83 Catatan : Jumlah Inquiry belum memperhitungkan inquiry Januari 24 s.d. Desember 28, sebanyak 295 laporan. Dugaan Tindak Pidana Asal Tabel 2 Jumlah HA yang Disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 23 s.d. Maret Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun 211-215 Tahun 216 Kumulatif s.d. Mar- 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- Tahun Kumulatif s.d. Mar- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Korupsi; 58 945 23 56 221 14 16 46 1,212 1,792 Ø Penyuapan; 4 48 11 2 5 64 14 Ø Narkotika; 47 62 2 11 31 2 3 6 99 146 Ø Di bidang perbankan; 46 3 5 11 41 87 Ø Di bidang Pasar Modal 1 1 1 Ø Di bidang perasuransian; 1 1 Ø Kepabeanan; 9 18 1 1 2 2 29 Ø Terorisme; 19 45 2 4 29 2 3 9 83 12 Ø Pencurian; 4 5 5 9 Ø Penggelapan; 42 59 1 5 2 2 6 7 112 Ø Penipuan; 419 224 5 12 54 2 3 1 288 77 Ø Pemalsuan uang; 5 5 5 1 Ø Perjudian; 17 35 1 2 5 1 1 41 58 Ø Prostitusi; 4 1 1 1 1 2 6 Ø Di bidang perpajakan; 7 151 5 14 46 4 5 12 29 216 Ø Di bidang kehutanan; 6 7 7 13 Ø Di bidang kelautan dan 1 1 1 perikanan; Ø Perdagangan orang; 4 3 7 7 Ø Pidana lain yang diancam dengan 25 1 1 2 3 29 29 penjara 4 tahun atau lebih Ø Tidak Teridentifikasi / dll 185 173 15 188 373 Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Mar- JUMLAH HA 1,431 1,838 4 17 435 27 37 99 2,372 3,83

29 Tabel 21 Jumlah HA yang Tidak Ditemukan Indikasi berkaitan dengan Tindak Pidana dan Tidak disampaikan ke Penyidik Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 23 s.d. Maret (HA database) Tahun Hasil Analisis LTKM Terkait Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember 21 553 938 211-212 22 46 213 35 44 214 36 63 215 1 1 216 - - (s.d. Mar) - - Jumlah 292 568 Jumlah Tahun 23 s.d. Mar 845 1,56 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Catatan : HA dimasukan dalam database karena tidak terindikasi terkait dugaan tindak pidana, dianggap sesuai dengan profil dan memiliki underlying yang wajar serta keterbatasan data. Grafik 26 Perkembangan Jumlah HA per-tahun yang Tidak Terindikasi Tindak Pidana (HA database) dan Jumlah HA yang disampaikan ke Penyidik Januari 23 s.d. Maret 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 456 435 362 31 99 35 36 1 213 214 215 216 HA Database HA ke Penyidik

3 Tabel 22 Jumlah Informasi Hasil Analisis (IHA) Terkait dengan Pemberian Informasi sesuai dengan MoU dengan Lembaga/Instansi #) Terkait Berdasarkan Lembaga/Instansi Penyampaian IHA Januari 23 s.d. Maret Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s.d. Oktober 21)*) Tahun 211-215 Tahun 216 Kumulatif s.d. Mar- 216 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) Jan-216 s.d. Des- 216 Feb- Tahun Kumulatif s.d. Mar- (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Ø Komisi Pemberantasan 378 45 2 6 36 6 2 13 94 472 Korupsi Ø Badan Pengawas Pemilu 9 4 4 13 Ø Komisi Yudisial 5 2 3 23 28 Ø Tim Tas TIPIKOR 1 1 (Bubar Tgl 11/6/27) Ø BAPEPAM-LK (Menjadi OJK Th. 34 14 14 48 212) Ø Bank Indonesia 8 13 1 2 7 2 3 23 31 Ø Dirjen Pajak 47 43 8 23 49 1 4 96 143 Ø Kementerian Luar Negeri 1 1 Ø Kementerian Kehutanan 1 1 Ø Badan Pemeriksa Keuangan 13 13 2 15 28 Ø Badan Pengawasan Keuangan 6 1 1 7 dan Pembangunan Ø Kementerian Keuangan 39 11 4 8 24 7 2 1 144 183 Ø Lembaga Penjamin Simpanan 1 1 2 3 5 6 7 Ø Ditjen Bea dan Cukai 1 1 1 2 Ø Badan Narkotika Nasional 12 4 2 2 3 1 1 8 2 Ø Kementerian Hukum dan 1 2 2 21 Ø Kementerian Dalam Negeri 1 1 1 Ø Ombudsman 2 2 2 Ø Kementerian Pendayagunaan 2 1 3 3 Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Ø Kementerian Koordinator 2 2 4 4 Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Ø KPPU Ø Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 13 1 2 5 1 1 19 19 Ø Kementerian Lingkungan 3 1 4 4 Hidup dan Kehutanan RI Ø Kementerian Kelautan dan 5 2 6 2 3 14 14 Perikanan RI Ø Kementerian Koordinator 1 1 1 Bidang Perekonomian RI Ø Kementerian Komunikasi dan 4 1 5 9 9 Informatika RI Ø Kementerian Agama RI 1 1 1 3 4 4 Ø Tentara Nasional Indonesia 2 6 7 13 15 15 Ø BNPB 1 1 1 1 1 Ø Kementerian Pertahanan 2 2 7 1 8 8 Ø Bappenas 4 4 4 Ø Kementerian Pekerjaan Umum 2 1 3 3 dan Perumahan Rakyat Ø Badan Kepegawaian Negara 1 1 1 Ø Kementerian Kesehatan 1 1 1 Ø Kementerian Agraria dan Tata 1 1 1 Ruang / Badan Pertanahan Ø Badan Intelijen Negara 7 2 9 9 Ø Kementerian Pendidikan dan 1 1 1 1 Kebudayaan Ø Kementerian Perhubungan 1 1 1 1 Ø Kementerian Desa, 3 3 3 3 Pembangunan Daerah Tertinggal Ø Kementerian Badan Usaha 1 1 1 1 Milik Negara RI Ø Kementerian Riset, Teknologi, 2 2 2 2 dan Pendidikan Tinggi Ø Lainnya 6 18 1 26 147 2 37 66 393 399 JUMLAH IHA 563 53 39 85 334 4 51 117 954 1,517 Jumlah Jumlah Jan 23 s.d. Mar- *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. #) Pada periode sebelum berlakunya UU TPPU No.8 Tahun 21, Instansi KPK, Ditjen Pajak, BNN, Ditjen Bea dan Cukai belum dinyatakan sebagai instansi yang berwenang untuk menerima HA dari PPATK.

31 B. Karakteristik Terlapor Berdasarkan HA UU TPPU Pasal 1 Angka 9 : Setiap Orang adalah orang perseorangan atau Korporasi. Berdasarkan register data HA Proaktif selama tahun (s.d. Maret ) yang berjumlah sebanyak 34 HA, mayoritas terlapor HA proaktif adalah perorangan (85,3 persen atau sebanyak 19 HA). Dilihat berdasarkan nominal transaksinya, mayoritas HA proaktif selama tahun (s.d. Maret ) bernominal di atas Rp5 Miliar, yakni sebesar 5, persen atau sebanyak 17 HA. Berdasarkan lokus kejadiannya, diketahui bahwa sebagian besar kasus dugaan TPPU dalam HA proaktif terjadi di Propinsi DKI Jakarta atau sebesar 7,6 persen. Tabel 23 Perkembangan HA Proaktif Berdasarkan Kategori Terlapor s.d. Maret Kategori Terlapor Jan-216 s.d. Des-216 Jumlah HA Feb- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Perorangan 7 18 54 1 1 29 85.3. 42.9 61.1 Ø Laki-Laki 5 16 48 5 9 21 61.8 8. 8. 31.3 Ø Perempuan 2 2 6 5 1 8 23.5-8. -5. 3. Non Perorangan/Korporasi 1 49 2 5 14.7 n.a. n.a. 4. Total HA Proaktif 7 19 13 1 12 34 1. 2. 71.4 78.9 Grafik 27 Persentase HA Proaktif Berdasarkan Kategori Nominal Transaksi HA Januari s.d. Maret Di atas Rp 5 Miliar 5. Dibawah Rp1 Miliar 35.3 35% Rp2 Miliar - Rp3 Miliar Rp1 Miliar - Rp2 8.8 Rp3 Miliar - Rp4 Miliar 2.9 3% Miliar 2.9 3% Rp4 Miliar - Rp5 Miliar.

32 Tabel 24 Perkembangan HA Proaktif Menurut Locus (Tempat Kejadian) Indikasi Terjadinya Tindak Pidana s.d. Maret Propinsi Jan-216 s.d. Des-216 Jumlah HA Feb- % Distribusi Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) Nanggroe Aceh Darussalam. n.a. n.a. n.a. Sumatera Utara 4. n.a. n.a. n.a. Sumatera Barat. n.a. n.a. n.a. Sumatera Selatan 1 1 1 2.9 n.a. n.a. n.a. Bengkulu. n.a. n.a. n.a. Jambi. n.a. n.a. n.a. Riau. n.a. n.a. n.a. Kepulauan Riau 1 2.9 n.a. n.a. n.a. Lampung. n.a. n.a. n.a. Kep Bangka Belitung. n.a. n.a. n.a. Banten 1. n.a. n.a. n.a. DKI Jakarta 4 15 61 7 1 24 7.6 42.9 15. 6. Jawa Barat 7. n.a. n.a. n.a. Jawa Tengah 3 1 2 5.9-1. n.a. n.a. Jawa Timur 2 2 5. n.a. -1. -1. DI Yogyakarta 2. n.a. n.a. n.a. Bali 1 1 1 2.9-1. n.a. n.a. Nusa Tenggara Barat 1 1 2.9 n.a. n.a. n.a. Nusa Tenggara Timur 1 1 2.9 n.a. n.a. n.a. Maluku 1 2. n.a. n.a. -1. Maluku Utara. n.a. n.a. n.a. Kalimantan Barat 1 1 2. n.a. -1. -1. Kalimantan Timur 5. n.a. n.a. n.a. Kalimantan Tengah 1. n.a. n.a. n.a. Kalimantan Selatan 2. n.a. n.a. n.a. Sulawesi Utara 1. n.a. n.a. n.a. Sulawesi Selatan 1 1 1 2.9-1. n.a. n.a. Sulawesi Tengah. n.a. n.a. n.a. Sulawesi Tenggara. n.a. n.a. n.a. Sulawesi Barat. n.a. n.a. n.a. Gorontalo. n.a. n.a. n.a. Papua 3 2 5.9 n.a. n.a. n.a. Papua Barat. n.a. n.a. n.a. Total HA Proaktif 7 19 13 1 12 34 1. 2. 71.4 78.9 Catatan : Provinsi kejadian terlapor merupakan locus (tempat kejadian) dugaan tindak pidana yang berindikasi dalam HA terdiri dari seluruh dugaan tindak pidana, dan juga dari seluruh profil pekerjaan.

33 Gambar 2. Pemetaan Propinsi Menurut Kategori Persentase Locus (Tempat Kejadian) Dugaan Tindak Pidana yang Terindikasikan dalam HA Proaktif Januari s.d. Maret Catatan : Terkait dengan seluruh tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 UU No.8 tahun 21, tanpa membedakan profile terlapor.

34 C. HA Pendanaan Terorisme UU TPPU Pasal 2 Ayat (2) : Harta Kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n. Pasal 93: Dalam hal ada perkembangan konvensi internasional atau rekomendasi internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang dan pendanaan terorisme, PPATK dan instansi terkait dapat melaksanakan ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sepanjang tahun (s.d. Maret ), terdapat 9 HA yang terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme. Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d. Maret, jumlah seluruh HA yang telah disampaikan kepada penyidik terkait dengan dugaan tindak pidana terorisme sebanyak 118 HA, yang terdiri dari: o HA Proaktif : sebanyak 54 HA o HA Inquiry : sebanyak 64 HA (sudah termasuk Inquiry pada periode Januari tahun 27 s.d. Desember 28 dimana pada periode tersebut belum dicatat sebagai HA) Jumlah LTKM yang disampaikan PJK kepada PPATK terkait dengan HA dengan dugaan tindak pidana terorisme sejak Januari 23 s.d. Maret sebanyak 33 LTKM. Tabel 25 Jumlah HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Berdasarkan Jenis HA Januari 23 s.d. Maret Tahun Proaktif Hasil Analisis Inquiry Jumlah HA Jumlah Kumulatif HA Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember 21 8 27 35 35 211-212 9 7 16 51 213 3 2 5 56 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) 214 3 6 9 65 215 11 4 15 8 216 13 16 29 19 (s.d. Mar) 7 2 9 118 Jumlah 46 37 83 118 Jumlah Jan-23 s.d. 54 64 118 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21. - HA Inquiry Januari 24 sampai dengan Desember 28, hanya diperhitungkan sebagai catatan biasa dan tidak diperhitungkan sebagai HA.

35 12 1 Grafik 28 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif HA Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Maret 19 118 8 8 6 56 65 4 2 5 9 15 29 9 213 214 215 216 Jumlah Kumulatif Jumlah Per-Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 21 dihitung sejak Januari 23. 35 Grafik 29 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif LTKM Terkait dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Maret 33 3 25 2 191 24 23 242 271 15 1 5 33 13 26 12 29 59 212 213 214 215 216 Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Catatan : Jumlah Kumulatif pada tahun 21 dihitung sejak Januari 23.

36 Grafik 3 Jumlah dan Persentase Kumulatif HA yang Disampaikan ke Penyidik, Terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Januari 23 s.d. Maret Inquiry 64 54% Proaktif 54 46% Tabel 26 Jumlah LTKM Yang Disampaikan PJK Kepada PPATK Terkait Dengan HA dengan Dugaan Tindak Pidana Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UU TPPU Januari 23 s.d. Maret Tahun Jumlah LTKM Jumlah Kumulatif LTKM Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember 21 128 128 211-212 63 349 213 13 24 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) 214 26 23 215 12 242 216 29 271 (s.d. Mar) 59 33 Jumlah 22 33 Jumlah Jan-23 s.d. 33 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21.

37 UU TPPU Pasal 1 Angka 8 : Hasil Pemeriksaan adalah penilaian akhir dari seluruh proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional yang disampaikan kepada penyidik. Pasal 9 Ayat (1) : Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Pasal 47 Ayat (1) dan Ayat (2) : PPATK membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenangnya secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat. D. Hasil Pemeriksaan (HP) Selama Maret, terdapat penambahan penyampaian 2 Hasil Pemeriksaan (HP) dari PPATK kepada Penegak Hukum, yaitu masing-masing 1 HP ke Penyidik KPK dan 1 HP ke Panglima TNI. Dengan adanya penambahan HP tersebut, maka jumlah keseluruhan HP yang telah disampaikan oleh PPATK ke Penyidik sejak berlakunya UU TPPU hingga akhir Maret tercatat sebanyak 89 HP, dengan perincian: 36 HP diantaranya disampaikan ke Penyidik KPK, 3 HP ke Penyidik Kejaksaan, 25 HP ke Penyidik Kepolisian, 15 HP ke Ditjen Pajak, 5 HP ke Ditjen Bea Cukai, 4 HP ke Penyidik BNN, 3 HP masing-masing ke Gubernur BI dan Panglima TNI, serta 1 HP masing-masing ke Ketua Dewan OJK, Kemendagri, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Berkaitan dengan perkara TPPU yang telah diperiksa oleh PPATK sejak berlakunya UU TPPU, pemeriksaan telah dilakukan setidaknya terhadap 6.713 rekening Pihak Terkait yang tersebar pada 766 PJK. Periode Tabel 27 Jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang disampaikan oleh PPATK per Bulan Januari 211 s.d. Maret Jumlah HP Jumlah HP ke Penyidik Jumlah IHP ke Penyidik Lainnya Jumlah IHP ke Instansi Lainnya Kepolisian Kejaksaan KPK BNN DJP DJBC Gubernur BI Panglima TNI Ketua Dewan OJK Kemendagri Tahun 211 5 5 5 5 Tahun 212 13 7 1 5 1 2 Tahun 213 1 4 4 6 1 Tahun 214 19 2 7 7 1 4 1 1 1 1 1 1 Tahun 215 2 1 3 9 1 6 Tahun 216 19 6 1 3 1 4 3 1 Maret 216 3 - - 1 1-1 - - - - - Mei 216 1 - - - - - 1 - - - - - Agustus 216 4 3 - - - 1 - - - - - - September 216 1 1 - - - - - - - - - - Oktober 216 5 2-1 - 2 - - - - - - November 216 1 - - - - - 1 - - - - - Desember 216 4-1 1-1 - - 1 - - - Tahun 3 1 1 1 Januari 1 - - - - - 1 - - - - - Februari - - - - - - - - - - - - Maret 2 - - 1 - - - - 1 - - - Jumlah 89 25 3 36 4 15 5 3 3 1 1 1 Kemenkop & UKM

38 Tabel 28 Jumlah HP Berdasarkan Tahun Penyampaian Januari 211 s.d. Maret Tahun Jumlah HP Jumlah PJK Jumlah Rekening 212 13 117 78 213 1 58 471 214 19 95 1,41 215 2 2 1,831 216 19 261 1,774 (s.d. Mar) 3 19 31 Jumlah Kumulatif 89 766 6,713 Grafik 31 Perkembangan Jumlah HP, Jumlah PJK, dan Jumlah Rekening yang Diperiksa Januari 211 s.d. Maret 1,831 1,774 1,41 78 13117 471 261 2 95 58 1 19 2 19 3 19 31 212 213 214 215 216 (s.d. Mar) Jumlah HP Jumlah PJK Jumlah Rekening

39 UU TPPU Pasal 44 Ayat (1) : Dalam rangka melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, PPATK dapat : j. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang. E. Tindak Lanjut Terhadap HA/HP/Informasi Terhadap HA dan/atau HP dan/atau Informasi Hasil Analisis (IHA) yang telah disampaikan kepada penyidik, PPATK telah melakukan pemantauan tindak lanjut (feedback). Tindak lanjut oleh penyidik tersebut diantaranya dapat berupa pengumpulan bahan dan keterangan/penelahaan, penyelidikan, penyidikan, dalam proses penuntutan, pemeriksaan di persidangan, ataupun sudah berkekuatan hukum tetap. HA/HP/IHA PPATK juga digunakan untuk mendukung proses pelacakan aset, mendorong peningkatan pendapatan negara melalui optimalisasi penerimaan pajak, serta mendukung validitas LHKPN. Tindak lanjut terhadap HA/HP/IHA yang disampaikan kepada penyidik dalam publikasi ini merupakan informasi tindak lanjut atas HA/IHA yang telah disampaikan oleh PPATK kepada Penyidik, selama periode Januari 215 s.d. September 216 serta tindak lanjut atas HP periode Januari 215 s.d. Maret. Berdasarkan register feedback HA/HP, diketahui bahwa penerimaan feedback HA/HP/IHA dari Instansi Penyidik TPPU masih belum optimal. Tingkat rasio penyampaian feedback atas HA, HP, dan Informasi Proaktif secara rata-rata sebesar 29,5 persen, dengan rasio feedback tertinggi adalah terkait HP sebesar 95,2 persen, HA Proaktif sebesar 42,9 persen, diikuti oleh HA Inquiry sebesar 36,1 persen, dan IHA sebesar 13,7 persen. Dilihat berdasarkan bentuk tindak lanjut atas feedback selama Januari 215-Maret, mayoritas status tindak lanjutnya masih dalam tahap penyidikan, yaitu sebesar 45,4 persen. Grafik 32 Komposisi Jumlah Feedback HA/HP/IHA *) yang Diterima PPATK menurut Jenis HA/HP/IHA Januari 215 s.d. Maret IHA 89 19% HP 4 8% HA- Proaktif 16 23% HA- Inquiry 234 5% Catatan: Informasi feedback HA/IHA terbatas pada periode Januari 215 s.d. September 216.

4 Grafik 33 Perbandingan Jumlah HA/HP/IHA dengan Feedback yang Diterima Januari 215 s.d. Maret 1,8 1,6 1,4 1,2 1, 8 6 4 2 95.2% 1,59 42.9% 649 652 36.1% 29.5% 469 247 234 16 13.7% 89 42 4 HA-Proaktif HA-Inquiry IHA HP Total Jumlah HA/HP/INF Jumlah Feedback Rasio Feedback 1.% 9.% 8.% 7.% 6.% 5.% 4.% 3.% 2.% 1.%.% Catatan: Informasi feedback HA/IHA terbatas pada periode Januari 215 s.d. September 216. Grafik 34 Persentase Bentuk Tindak Lanjut atas Feedback HA/HP?IHA yang diterima Januari 215 Maret Persidangan Henti 3.4% Penyidikan 3%.9% 1% SP-3 3.% 3% Putusan Hakim 7.7% 8% Pemeriksaan 13.2% 13% Penyelidikan 26.4% 27% Penyidikan 45.4% 45% Catatan: Informasi feedback HA/IHA terbatas pada periode Januari 215 s.d. September 216.

41 F. Permintaan Informasi Kepada PJK/PBJ Terkait HA Terkait kegiatan analisis transaksi keuangan, selama Maret, PPATK telah menyampaikan sebanyak 415 permintaan informasi, dengan rincian 374 permintaan informasi kepada PJK Bank, 4 permintaan informasi kepada PJK Non Bank, dan 1 permintaan informasi kepada regulator/instansi lainnya. Dengan demikian, jumlah permintaan informasi yang disampaikan kepada PJK/PBJ/instansi lainnya dalam rangka mendukung penyusunan HA sejak Januari 21 s.d. Maret telah mencapai sebanyak 19.314 permintaan. Sebagian besar permintaan informasi selama Januari 21 s.d. Maret disampaikan kepada PJK Bank (84,2 persen atau 16.262 permintaan), kepada PJK Non Bank (15,4 persen atau 2.966 permintaan), serta kepada regulator/instansi lainnya (,4 persen atau 86 permintaan). Tabel 29 Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Berdasarkan Jenis PJK/PBJ/Instansi Januari 21 s.d. Maret Tahun Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya Jumlah 21-212 4,18 956 5,64 213 1,154 121 21 1,296 214 2,756 284 8 3,48 215 3,25 616 4 3,825 216 3,969 799 48 4,816 1,7 19 5 1,265 Jumlah 21 s.d. Mar 16,262 2,966 86 19,314 % Distribusi 84.2 15.4.4 1.

42 Grafik 35 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ Januari 213 s.d. Maret 2, 7.% 16, 36.4% 12, 4.7% 8, 4, 47.9% 9,48 13,233 18,49 19,314 1,296 3,48 3,825 4,816 1,265 213 214 215 216 Jumlah Kumulatif Jumlah per Tahun Grafik 36 Perkembangan Jumlah Permintaan Informasi Kepada PJK /PBJ per tahun Berdasarkan Jenis PJK/PBJ Januari 213 s.d. Maret 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 1,154 121 2,756 284 3,25 616 3,969 799 1,7 19 21 8 4 48 5 213 214 215 216 Bank Non Bank Regulator/ Instansi Lainnya

43 G. Pengaduan Masyarakat (Dumas) Sejak Januari 213 s.d. Maret, PPATK telah menerima 543 Dumas, dengan 58 Dumas diantaranya disampaikan selama tahun 216. Selama tahun (s.d. Maret ), belum terdapat Dumas yang diterima PPATK. Sebagian besar Dumas selama Januari 213 s.d. Maret disampaikan oleh Pihak Pelapor berupa Individu, yakni sebanyak 398 Dumas atau sebesar 73,3 persen. Sedangkan Dumas yang disampaikan oleh Lembaga sebanyak 145 Dumas saja atau sebesar 26,7 persen. Terhadap 543 laporan Dumas yang telah disampaikan oleh Pihak Pelapor kepada PPATK selama Januari 213 s.d. Maret, tercatat keseluruhan Laporan atau sebesar 1, persen Dumas telah ditindaklanjuti. Tabel 3 Jumlah Pengaduan Masyarakat yang Disampaikan Kepada PPATK Januari 213 s.d. Maret Periode Individu Lembaga Total 213 33 54 87 214 219 63 282 215 99 17 116 216 47 11 58 (s.d. ) Jumlah Jan-213 s.d. Jenis Pelapor 398 145 543 Grafik 37 Distribusi Pengaduan Masyarakat yang DIsampaikan Kepada PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 213 s.d. Maret Lembaga 145 27% Individu 398 73%

44 Tabel 31 Rasio Tindak Lanjut Laporan Pengaduan Masyarakat oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Januari 213 s.d. Maret Pengaduan Masyarakat Jan-213 s.d. Jenis Pelapor Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas 398 145 543 Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI 398 145 543 Rasio Tindak Lanjut Dumas 1.% 1.% 1.% Grafik 38 Perbandingan Jumlah Dumas yang diterima terhadap Jumlah Dumas yang telah ditindaklanjuti oleh PPATK Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Dumas Januari 213 s.d. Maret 6 5 543 543 4 398 398 3 2 1 145 145 Individu Lembaga Total Jumlah Laporan Dumas Jumlah Dumas yang DitindaklanjutI

45 LAIN-LAIN UU TPPU Pasal 69: Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Pasal 77: Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa Harta Kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana. A. Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan data terkini, telah terdapat 144 perkara TPPU yang telah diputus oleh Pengadilan sejak Januari 25 s.d. Maret. Selama periode tersebut, sebagian besar Putusan Pengadilan terkait TPPU diputus oleh Pengadilan (mencakup Pengadilan Negeri/Tipikor, Pengadilan Tinggi, dan atau Mahkamah Agung) di wilayah DKI Jakarta, yaitu sebanyak 67 putusan atau 46,5 persen. Putusan yang telah diputus oleh Pengadilan terkait TPPU adalah hukuman maksimal selama seumur hidup dan denda maksimal sebesar Rp32 Miliar. Sebagian besar putusan Pengadilan perkara TPPU terkait dengan tindak pidana asal Korupsi, yakni sebanyak 4 putusan atau 28,4 persen dari total keseluruhan putusan TPPU. Tabel 32 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Propinsi Januari 25 s.d. Maret Propinsi Kumulatif 25 s.d. (s.d. Mar ) % Distribusi Banda Aceh 4 2.8 Sumatera Utara 9 6.3 Lampung 1.7 Riau 3 2.1 Kepri 2 1.4 Sumatera Selatan 2 1.4 DKI Jakarta 67 46.5 Banten 3 2.1 Jawa Barat 1 6.9 Jawa Tengah 18 12.5 Jawa Timur 5 3.5 Bali 5 3.5 Sulawesi Utara 1.7 Kalimantan Timur 2 1.4 Kalimantan Barat 3 2.1 Kalimantan Selatan 5 3.5 Papua Barat 1.7 Sulawesi Tengah 1.7 Sulawesi Barat 1.7 Sulawesi Barat 1.7 Jumlah 144 1.

46 Grafik 39 Perbandingan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 25 s.d. Maret Korupsi 41 Narkotika 37 Penipuan 18 Penggelapan 16 Perbankan 13 Pemalsuan Surat 6 Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU 5 Perjudian Psikotropika 2 2 Kehutanan Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai Penyuapan Pencurian 1 1 1 1 Tabel 33 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 25 s.d. Maret Tindak Pidana Asal Kumulatif 25 s.d. (s.d. Mar ) % Distribusi Penggelapan 16 11.1 Penipuan 18 12.5 Narkotika 37 25.7 Psikotropika 2 1.4 Pencurian 1.7 Korupsi 41 28.5 Pemalsuan Surat 6 4.2 Perbankan 13 9. Perjudian 2 1.4 Penyuapan 1.7 Tindak Pidana Lain yang berkaitan dengan TPPU 5 3.5 Pelanggaran Pembawaan Uang Tunai 1.7 Kehutanan 1.7 Jumlah 144 1.

47 Tahun Tabel 34 Putusan Pengadilan Terkait TPPU Menurut Tahun Putusan dan Hukuman Januari 25 s.d. Maret Jumlah Putusan Hukuman Penjara (dalam Tahun) Hukuman Denda (dalam Rupiah) Minimal Maksimal Minimal Maksimal Total Denda (dalam rupiah) Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21) * Januari 23 - Desember 21 38 5 (bulan) 17 5,, 15,,, 72,555,, 211 4 7 1 3,, 5,, 8,3,, 212 51 1 13 5,, 1,,, 12,6,, 213 12 - - - - - Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) 214 22-18 - 32,,, - 215 1 - Seumur Hidup - - - 216 7 - - - - - Jumlah (s.d. Mar ) *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Jumlah 16 1 - - - - - 144 5 (bulan) Seumur Hidup Seumur Hidup 5,, 32,,, 2,9,, 5,, 32,,, 93,455,, Grafik 4 Perkembangan Jumlah Putusan Pengadilan Terkait TPPU Berdasarkan Dugaan Tindak Pidana Asal Januari 28 s.d. Maret 16 14 12 1 8 6 4 15 127 137 144 144 2 12 22 1 7 213 214 215 216 Kumulatif Putusan Jumlah Putusan

48 B. Keterangan Ahli Dalam mendukung proses penegakan hukum TPPU, PPATK turut berkontribusi dalam memberikan keterangan ahli. Berdasarkan data terkini s.d. Maret tercatat sebanyak 32 permintaan keterangan ahli telah dipenuhi oleh PPATK. Bila diakumulasikan sejak Januari 28 s.d. Januari, telah terdapat 891 permintaan Keterangan Ahli dari beberapa instansi yang telah dipenuhi PPATK. Mayoritas permintaan Keterangan Ahli selama Januari 28 s.d. Maret tersebut berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 516 permintaan atau 57,9 persen dari seluruh permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Bila dilihat berdasarkan periode berlakunya UU TPPU, PPATK telah memenuhi permintaan keterangan ahli sebanyak 832 permintaan sejak tahun 211. Selama periode ini, sebagian besar permintaan keterangan ahli yang dapat dipenuhi oleh PPATK juga berasal dari Kepolisian, yakni sebanyak 483 permintaan atau sebanyak 58,1 persen dari keseluruhan permintaan yang telah dipenuhi oleh PPATK. Tabel 35 Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Dari PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 28 s.d. Maret Instansi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* 211-212 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) 213 214 215 216 (s.d. Mar ) Jumlah Jumlah Tahun 28 s.d. Mar- BADAN RESERSE DAN KRIMINAL (BARESKRIM) 14 3 15 19 19 15 4 12 116 KEPOLISIAN DAERAH (POLDA) & RESOR (POLRES) 19 56 3 86 71 122 16 381 4 KEJAKSAAN AGUNG RI 26 61 45 49 33 41 8 237 263 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) 1 4 1 1 1 8 8 BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) 29 16 1 7 34 2 98 98 KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) 1 1 1 PENGADILAN MILITER 1 1 2 2 DITJEN PAJAK 2 1 3 3 Jumlah 59 179 11 165 133 213 32 832 891 *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21

49 Grafik 41 Perbandingan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK Berdasarkan Instansi Pemohon Januari 28 s.d. Maret 4 263 116 98 8 1 2 3 BARESKRIM POLDA & POLRES KEJAKSAAN KPK BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KOMISI INFORMASI PUSAT (KIP) PENGADILAN MILITER DITJEN PAJAK Grafik 42 Perkembangan Jumlah Permintaan Keterangan Ahli Kepada PPATK dan Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan Terkait TPPU Januari 28 s.d. Maret 1, Jumlah Kumulatif Keterangan Ahli Jumlah Keterangan Ahli per Tahun 859 891 8 Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan 646 6 513 4 348 2 15 127 137 144 144-11 165 133 213 32 213 214 215 216

5 C. Audit UU TPPU Pasal 43: Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, PPATK berwenang: c. melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; d. menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor; Dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, PPATK berwenang melakukan kegiatan Audit Kepatuhan dan Audit Khusus terhadap Pihak Pelapor, baik secara off-site maupun secara on-site kepada Pihak Pelapor Penyedia Jasa Keuangan maupun Penyedia Barang/Jasa Lainnya. Sepanjang tahun (s.d. Maret ), PPATK telah melakukan 23 audit secara on-site kepada Pihak Pelapor. Berdasarkan data akumulasi kegiatan audit tahun (s.d. Maret ), sebagian besar audit yang dilakukan adalah terhadap 15 Perusahaan Properti/Agen Properti (65,2 persen), 4 Bank (17,4 persen), dan 3 Pedagang Kendaraan Bermotor (13, persen). Bila diakumulasi sejak Januari 25, jumlah keseluruhan pelaksanaan audit yang telah dilakukan oleh PPATK terhadap PJK/PBJ s.d. Maret telah mencapai 1.3 audit. Jenis Pihak Pelapor Tabel 36 Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit *) Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor s.d. Maret Tahun 25-215 Jumlah Audit Jan-216 s.d. Des-216 Feb- % Distribusi Mar- Perkembangan (Dalam Persen) m-to-m y-on-y c-to-c (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1) (11) (12) PENYEDIA JASA KEUANGAN: Bank 28 2 6 23 4 4 17.4 n.a. 1. -33.3 Perusahaan Pembiayaan 63. n.a. n.a. n.a. Perusahaan Asuransi dan Pialang n.a. n.a. n.a. 96. Asuransi Dana Pensiun Lembaga Keuangan. n.a. n.a. n.a. Perusahaan Efek dan Manajer n.a. n.a. -1. 115 9 13. Investasi Perposan 1. n.a. n.a. n.a. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta n.a. -5. -5. 98 2 2 1 1 1 4.3 Asing Koperasi Simpan Pinjam 7. n.a. n.a. n.a. Pegadaian 1. n.a. n.a. n.a. Penyelenggara Kegiatan Usaha n.a. n.a. n.a. 31 1. Pengiriman Uang PENYEDIA BARANG DAN JASA: Perusahaan Properti/Agen Properti 124 6 14 59 8 7 15 65.2-12.5 16.7 7.1 Pedagang Kendaraan Bermotor 51 5 6 21 2 1 3 13. -5. -8. -5. Pedagang Permata dan n.a. n.a. n.a. 13. Perhiasan/Logam Mulia Pedagang Barang Seni dan Antik. n.a. n.a. n.a. Balai Lelang. n.a. n.a. n.a. Total Audit 88 15 37 127 1 13 23 1. 3. -13.3-37.8 *) Mencakup audit kepatuhan dan audit khusus.

51 Grafik 43 Perkembangan Jumlah per-tahun dan Kumulatif Audit Kepada Pihak Pelapor Januari 213 s.d. Maret 1,1 14.4% 2.3% 9 16.7% 7 14.6% 5 3 658 754 88 1,7 1,3 1-1 85 96 126 127 23 213 214 215 216 Jumlah Kumulatif Perkembangan (%) Jumlah per-tahun Grafik 44 Perbandingan Jumlah Pihak Pelapor yang telah di Audit Berdasarkan Jenis Pihak Pelapor Januari 25 s.d. Maret Balai Lelang Pedagang Barang Seni Pedagang Permata dan 13 Pedagang Kendaraan 75 Perusahaan 198 Penyelenggara Kegiatan 32 Pegadaian 1 Koperasi Simpan Pinjam 7 Kegiatan Usaha 19 Perposan 1 Perusahaan Efek dan 128 Dana Pensiun Lembaga Perusahaan Asuransi dan 96 Perusahaan Pembiayaan 63 Bank 37 5 1 15 2 25 3 35

52 D. Pertukaran Informasi UU TPPU Pasal 88 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang di Indonesia. Pasal 89 Ayat (1) dan Ayat (2) : Kerja sama internasional dilakukan oleh PPATK dengan lembaga sejenis yang ada di negara lain dan lembaga internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang. Kerja sama internasional yang dilakukan PPATK dapat dilaksanakan dalam bentuk kerja sama formal atau berdasarkan bantuan timbal balik atau prinsip resiprositas. Pasal 9 Ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional,. Selama tahun (s.d. Maret ), terdapat 45 pertukaran informasi yang dilakukan antara PPATK dengan Financial Intellegence Unit (FIU) lain, yang terdiri dari 37 permintaan informasi yang bersifat Spontaneous Outgoing Information. Dalam hal ini, PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Dengan adanya penambahan tersebut, maka jumlah keseluruhan pertukaran informasi sejak berlakunya UU TPPU pada tanggal 22 Oktober 21 s.d. Maret tercatat sebanyak 934 pertukaran informasi, dengan 366 kali atau 39,2 persen merupakan penyampaian informasi dari PPATK atas permintaan informasi dari FIU lain (Incoming Mutual Request). Dengan demikian, sejak Januari 23 s.d Maret, pertukaran informasi yang melibatkan FIU lain sebanyak 1.34 pertukaran informasi. Sebagian besar pertukaran informasi, didominasi oleh informasi yang berasal Incoming Mutual Request (Outgoing Information), yaitu sebanyak 564 informasi atau sebesar 42,1 persen. No. Jenis Pertukaran Informasi Tabel 37 Jumlah Pertukaran Informasi per Tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 23 s.d. Maret Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember 21 211-212 Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (Sejak Januari 211) 213 214 215 216 (s.d. Mar) Jumlah Jumlah Tahun 23 s.d. Mar % Distribusi 1 Outgoing Mutual Request (Incoming Information) 163 41 36 15 15 31-138 31 22.5 2 Incoming Mutual Request (Outgoing Information) 198 15 52 46 71 84 8 366 564 42.1 3 Spontaneous Incoming Information 37 5 18 43 194 15-365 42 3. 4 Spontaneous Outgoing Information 8-1 4 9 14 37 65 73 5.4 Jumlah 46 151 17 18 289 234 45 934 1,34 1. *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21 Keterangan: 1. Outgoing Mutual Request (Incoming Information) : PPATK mengirimkan permintaan informasi kepada FIU lain, dan PPATK menerima informasi yang diminta. 2. Incoming Mutual Request (Outgoing Information) : PPATK menerima permintaan informasi dari FIU lain, dan PPATK memberikan informasi yang diminta. 3. Spontaneous Incoming Information : PPATK menerima informasi dari FIUs secara spontan (tanpa diminta). 4. Spontaneous Outgoing Information : PPATK memberikan informasi kepada FIU lain secara spontan (tanpa diminta). Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip berdasarkan EGMONT Group yang merupakan wadah perhimpunan FIU seluruh dunia.

53 Grafik 45 Perkembangan Jumlah Pertukaran Informasi per-tahun Berdasarkan Jenis Pertukaran Informasi Januari 213 s.d. Maret 25 2 194 15 1 5 15 71 84 52 46 36 43 37 31 8 18 15 15 1 9 14 4 213 214 215 216 Outgoing Mutual Request (Incoming Information) Incoming Mutual Request (Outgoing Information) Spontaneous Incoming Information Spontaneous Outgoing Information Grafik 46 Jumlah dan Persentase Kumulatif Pertukaran Informasi Antara PPATK Dengan FIU Lain Berdasarkan Jenis Informasi Januari 23 s.d. Maret Spontaneous Outgoing Information, 73, 5% Outgoing Mutual Request (Incoming Information), 31, 23% Spontaneous Incoming Information, 42, 3% Incoming Mutual Request (Outgoing Information), 564, 42%

54 E. Nota Kesepahaman (MoU) UU TPPU Pasal 88: (1) Kerja sama nasional yang dilakukan PPATK dengan pihak yang terkait dituangkan dengan atau tanpa bentuk kerja sama formal. (2) Pihak yang terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pihak yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang d Indonesia. Pasal 9 ayat (1): Dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang, PPATK dapat melakukan kerja sama pertukaran informasi berupa permintaan, pemberian, dan penerimaan informasi dengan pihak, baik dalam lingkup nasional maupun internasional, yang meliputi: a. instansi penegak hukum; b. lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan; c. lembaga yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; d. lembaga lain yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang; dan e. financial intelligence unit negara lain. Selama Maret, tidak terdapat penandatangan MoU/Nota Kesepahaman baru antara PPATK baik dengan Lembaga/Instansi dalam negeri maupun dengan FIU luar negeri. Dengan tidak adanya penambahan MoU baru selama Maret, maka sejak Januari 23 s.d. Maret, telah terdapat sebanyak 143 Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani oleh PPATK, dengan 52 MoU diantaranya merupakan MoU dengan FIU luar negeri serta 91 MoU merupakan MoU dengan Lembaga/Instansi di dalam negeri. Bila dilihat berdasarkan periode penandatanganannya, terdapat 65 MoU ditandatangani setelah berlakunya UU TPPU pada 22 Oktober 21, yang terdiri dari 15 MoU dengan FIU dan 5 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Sementara itu, 78 MoU ditandatangani sebelum berlakunya UU TPPU, dengan 37 MoU dengan FIU dan 41 MoU dengan Lembaga/Instansi dalam negeri. Tabel 38 Jumlah MoU Berdasarkan Tahun Penandatangan Antara PPATK dengan FIU Atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Maret Tahun Internasional (FIU) Nasional (Instansi/ Lembaga) Jumlah % Distribusi Sebelum Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (s/d Oktober 21)* Januari 23 - Desember 21 37 41 78 54.5 211-212 7 2 27 18.9 213 2 8 1 7. Sesudah Berlakunya UU TPPU No. 8 Thn 21 (sejak Januari 211) 214 3 7 1 7. 215 1 9 1 7. 216 2 6 8 5.6 (s.d. Mar) - Jumlah 15 5 65 45.5 Jumlah 52 91 143 1. *) Data Tahun 21 dihitung s.d. Desember 21

55 Grafik 47 Perkembangan Jumlah MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Maret 14 12 1 8 6 4 2 12 11 8 7 7 9 9 6 5 5 5 5 5 7 46 35 4 5 3 2 3 2 2 1 1 1 23 24 25 26 27 28 29 21 211 212 213 214 215 216 FIU Dalam Negeri Grafik 48 Jumlah dan Persentase Kumulatif MoU yang Telah Ditandatangani antara PPATK dengan FIU atau Instansi/Lembaga, Januari 23 s.d. Maret Nasional (Instansi/ Lembaga) 91 64% Internasional (FIU) 52 36% No. Tabel 39 FIU dari Negara ASEAN Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK Negara (FIU) Penandatangan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal/Bulan/Tahun Ket 1 Thailand Bangkok 24 Maret 23 2 Malaysia Malaysia 31 Juli 23 3 Philippines Brunei Darussalam 5 Oktober 24 4 Vietnam Jakarta 18 Agustus 21 5 Myanmar Jakarta 14 November 26 6 Brunei Darussalam Jakarta 17 Desember 28 7 Singapura Singapore 17 September 213 Jakarta 25 September 213 8 Kamboja Jakarta 22 September 215 9 Laos Bali 11 Agustus 216

56 Tabel 4 Lembaga/Organisasi Domestik Yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK No. Nama Lembaga / Organisasi Penandatanganan Nota Kesepahaman Tempat Tanggal Keterangan Tahun 23 Diperbaharui pada 18 Maret 21 dan 5 Maret 215 1 Bank Indonesia Jakarta 5 Februari 23 (disertai Perjanjian Kerjasama pada 5 Maret 215) 2 Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Jakarta 2 Oktober 23 3 Ditjen Pajak Jakarta 28 Oktober 23 Diperbaharui pada 19 Oktober 211 4 Ditjen Lembaga Keuangan (LK) Jakarta 28 Oktober 23 5 Ditjen Bea & Cukai Jakarta 31 Oktober 23 6 Center For International Forestry Research Jakarta 16 Januari 24 7 Komisi Pemberantasan Korupsi Jakarta 29 April 24 Diperbaharui pada 12 Februari 215 8 Kepolisian Negara RI Jakarta 16 Juni 24 Diperbaharui pada 18 April 211 9 Kejaksaan Agung RI Jakarta 27 September 24 Diperbaharui pada 18 April 211 1 Departemen Kehutanan Jakarta 28 Maret 25 11 Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta 25 September 26 Diperbaharui pada 24 Februari 215 12 Itjen Departemen Keuangan Jakarta 12 Januari 27 13 Komisi Yudisial Jakarta 1 Februari 27 14 Ditjen Administrasi Hukum Umum Jakarta 6 Maret 27 15 Ditjen Imigrasi Jakarta 6 Maret 27 16 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jakarta 19 April 27 17 Badan Narkotika Nasional Jakarta 13 Juni 27 Diperbaharui pada 14 Oktober 211 18 Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Banda Aceh 15 Agustus 27 19 Universitas Surabaya Jakarta 17 April 28 2 STIE Perbanas Surabaya Surabaya 31 Juli 28 21 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 17 September 28 Diperbaharui pada 16 November 215 22 Badan Pengawas Pemilu Jakarta 6 November 28 Diperbaharui pada 7 Juli 21 23 Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Jakarta 7 November 28 24 Universitas Soedirman Purwokerto 23 Januari 29 25 Badan Pertanahan Nasional Jakarta 17 April 29 26 Universitas Andalas Padang 18 Mei 29 27 Ditjen Pos dan Telekomunikasi Jakarta 12 Juni 29 28 Universitas Hasanuddin Makassar 23 Juni 29 29 Institut Teknologi Bandung Bandung 25 Juni 29 3 Universitas Diponogoro Semarang 12 Agustus 29 31 Lembaga Penjamin Simpanan Jakarta 17 November 29 Diperbaharui pada 16 Juni 215 32 Universitas Muhammadiyah Surakarta Solo 2 November 29 33 Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan Jakarta 3 Desember 29 34 Universitas Indonesia Jakarta 7 Desember 29 35 Universitas Jember Jakarta 7 Desember 29 Diperbaharui pada 2 November 215 36 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Jakarta 14 April 21 37 Universitas Padjajaran Bandung 22 Juni 21 38 Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta 7 Juli 21 39 Universitas Mataram Mataram 27 Juli 21 4 Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 8 Oktober 21 41 Setjen Badan Pemeriksa Keuangan RI (BPK) Jakarta 29 Desember 21 42 Kementerian Perhubungan RI Jakarta 27 Januari 211 43 Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jakarta 18 April 211 44 Universitas Pattimura Ambon 5 Mei 211 45 Universitas Indonesia & Bank Indonesia (terkait Jakarta 29 Juli 211 46 Ombudsman RI Jakarta 11 Agustus 211 47 Universitas Sriwijaya Palembang 12 September 211 48 Universitas Udayana Denpasar 4 Oktober 211 49 PT. Pertamina (Persero) Jakarta 19 Oktober 211 5 Universitas Bina Nusantara Jakarta 19 Oktober 211 51 Universitas Esa Unggul Jakarta 1 januari 212 52 Universitas Sumatera Utara Jakarta 3 Januari 212 53 Universitas Airlangga Surabaya 28 Februari 212 54 Itjen Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta 11 April 212 55 Itjen Kementerian Hukum dan HAM Jakarta 23 Oktober 212 56 Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 5 November 212 57 Universitas Cendrawasih Jayapura 29 November 212 58 Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Surabaya 3 Desember 212 59 Satgas REDD Jakarta 2 Desember 212 6 NCB Interpol Indonesia Jakarta 21 Desember 212 61 Itjen Kementerian Agama Jakarta 26 Desember 212 62 Setjen Mahkamah Konstitusi Jakarta 7 Januari 213 63 LPSE Kementerian Keuangan Jakarta 5 Februari 213 64 Sisminbakum DJAHU Kementerian Hukum & HAM Jakarta 15 Februari 213 65 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta 18 Juni 213 66 Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Jakarta 21 Juni 213 67 Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 3 Juli 213 68 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta 27 Agustus 213 69 Itjen Kemendikbud Jakarta 3 September 213 7 Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil Jakarta 3 Januari 214 71 Keputusan Bersama antara PPATK dengan Jakarta 4 April 214 72 Komisi Pemilihan Umum Jakarta 4 Februari 214 73 Badan Pengawasan Obat Makanan Jakarta 26 Mei 214 74 PT. Indonesia Power Jakarta 17 Oktober 214 75 PT. PLN (persero) Jakarta 19 November 214 76 Itjen Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta 18 Desember 214 77 Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta 5 Januari 215 78 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Jakarta 22 Januari 215 79 Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Samarinda 12 Maret 215 8 Kementerian Pemuda dan Olahraga Jakarta 25 Maret 215 PT Elang Mahkota Teknologi TbK (SCTV, Indosiar 81 Jakarta 17 April 215 dan Liputan6.com) 82 Kementerian Kesehatan Jakarta 3 April 215 83 Badan SAR Nasional (BASARNAS) Jakarta 12 Mei 215 84 Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta 3 Juli 215 85 Lembaga Sandi Negara Jakarta 9 November 215 86 Kementerian Pertahanan Jakarta 14 Maret 216 87 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Jakarta 2 Mei 216 88 UIN Alauddin Makassar Gowa 15 Juli 216 89 Badan Intelijen Negara Jakarta 4 Agustus 216 9 91 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kesepakatan Bersama antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan PPATK Tahun 24 Tahun 25 Tahun 26 Tahun 27 Tahun 28 Tahun 29 Tahun 21 Tahun 211 Tahun 212 Tahun 213 Tahun 214 Tahun 215 Tahun 216 Jakarta 17 Oktober 216 Jakarta 24 Oktober 216

57 Gambar 3. FIU yang Telah Memiliki MoU dengan PPATK