BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan bank sebagai tempat untuk melakukan transaksi keuangannya. Mereka menganggap bank merupakan lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara maju dan berkembang antara lain aktivitas penyimpanan dan penyaluran dana (Ismail, 2011:29). Bank merupakan lembaga yang sangat dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat yang ada di negara maju dan berkembang yang digunakan sebagai tempat transaksi keuangannya. Masyarakat sudah sangat percaya terhadap lemabaga ini sebagai lembaga keuangan yang aman dalam melakukan sebagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara maju dan negara berkembang antara lain merupakan aktivitas penyimpananaa dan penyaluran dana. Pada saat ini sudah sangat banyak bank yang berbasis syariah yang mencul, Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Salah stu ciri khas bank syariah yaitu tidak menerima atau membebankan bunga kepada nasabah, akan tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain sesuai dengan 1
akad-akad yang diperjanjikan. Konsep dasar bank syariah didasarkan pada alqur an dan hadits, semua produk dan jasa yang ditawarkan tidak boleh bertentangan dengan isi al-qur an dan hadits Rasulullah SAW. Awal berdirinya bank syariah di Indonesia dapat kita telusuri kehadirannya dengan menurut aturan atau regulasi yang berkaitan dengan perbankan di Indonesia. Kehadiran pertama bank syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya Bank Muamalat pada tahun 1991 dan mulai beroperasi penuh tahun 1992. Bank ini pada awal berdirinya diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta mendapat dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Pada saat krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun 1990, bank ini mengalami kesulitan sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank konvensional. Bank Syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Bank syariah tidak mengenal sistem bunga, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah 2
menyalurkan dananya kepada pihak lain yang membutuhkan dana. Investor yang menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank dalam bentuk bagi hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariah islam. Bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam akad jual beli dan kerja sama usaha. Imbalan yang diperoleh dalam margin keuntungan, bentuk bagi hasil, dan/atau bentuk lainnya sesuai dengan syariah islam. Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah, imbalan yang diterimah oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di bank syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana di atur dalam syariah islam. Keuntungan yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Penghimbunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi ah (titipan) dan Mudharabah (investasi). Produk yang ditawarkan dengan menggunakan prinsip mudharabah adalah tabungan dan deposito. Untuk produk ini nasabah akan mendapatkan return bagi hasil yang diperoleh dari pendapatan bank atas penyaluran dana nasabah yang bersangkutan. Produk dana yang merupakan pilihan terbesar dari seluruh dana masyarakat yang disimpan pada perbankan syariah adalah berupa deposito 3
mudharabah. Investasi mudharabah merupakan investasi yang dilakukan oleh pihak pemilik dana atau pemodal kepada pihak pengguna dana untuk melakukan suatu usaha, hasil usaha yang dilaksanakan oleh pengelola dana atau pengguna dana akan dibagi dengan pemilik dana dengan pembagian sesuai kesepakatan di antaranya. Imbalan yang akan diterima pihak-pihak yang melaksanakan kerja sama usaha akan dibagi sesuai dengan perhitungan bagi hasil. Salah satu hal yang mempengaruhinya adalah tingkat bagi hasil yang diberikan kepada nasabah deposan yang lebih kompetitif terhadap bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Ada bebrapaa faktor yang mempengaruhi tingkat bagi hasil seperti investment rate, total dana investasi, jenis dana, nisab, dan masih banyak lagi yang akan lebih dijelaskan pada penelitian ini. Pada dasarnya bank syariah memiliki beberapa jenis yaitu; Bank Umum Syariah (BUS), Unit usaha syariah (UUS), dan Bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Bank umum syariah merupakan bank yang berdiri sendiri sesuai dengan akta pendirinya bukan merupakan bagian dari bank konvensional, jumlah Bank Umum Syariah saaat ini berjumlah 11 unit yang terdiri atas Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank BRI Syariah, Bank Syariah BNI, Bank Syariah BRI, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Jaber dan Banten, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank victoria Syariah, Bank BCA Syariah. Bedahalnya dengan Unit Usaha Syariah yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi masih menjadi bagian dari induknya yang pada umumnya adalah bank konvensional, sedangkan jika 4
dilihat pada Bank Pembiaayan Rakyat Syariah (BPRS) ada beberapa aktivitas yang dilarang dalam unit usaha ini yaitu tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Return bagi hasil yang diberikan kepada nasabah untuk deposito mudharabah berkisar antara 8% sampai 11%. Imbal hasil untuk deposan ini dipengaruhi oleh meningkatnya nisbah bagi hasil yang diterima bank syariah dari penempatan dananya. Besar kecilnya tingkat bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah tidak terlepas dari besarnya tingkat permodalan, pembiayaannya dan kualitas asset bank yang dapat dilihat dari tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to deposit ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF), yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.1 Rasio CAR, FDR, NPF, dan RBH Tahun 2010-2014 Rasio 2010 2011 2012 2013 2014 CAR 16,25% 16,63% 14,13% 14,12% 15,74% FDR 89,67% 88,94% 100,00% 103,32% 91,50% NPF 3,02% 2,52% 2,22% 2,62% 4,33% Ekuivalen RBH 7,32% 6,30% 6,27% 4,79% 7,18% Sumber : Statistik Perbankan Syariah Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat return bagi hasil deposito mudharabah selama priode 2010-2013 mengalami penurunan, sedangkan pada akhir priode 2014 mengalami peningkatan. Dengan demikian perlu diketahui faktor apa yang menjadi penyebab menurunnya dan meningkatnya return bagi hasil deposito 5
mudharabah, sehingga bisa mengambil langkah untuk lebih meningkatkan return bagi hasil deposito mudharabah pada tahun berikutnya. Kemudian dapat dilihat pada tabel 1.1 bahwa tidak ada hasil CAR yang berada dibawah pada ketentuan Bank Indonesia yaitu 8%. Besarnya CAR pada Bank Umum Syariah pada priode 2010-2011mengalami peningkatan sebesar 0,38%, sedangkan pada return bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 1,02%. Pada tahun 2011-2012 CAR mengalami penurunan sebesar 2,50% dan return bagi hasil deposito mudharabah juga mengalami penurunan sebesar 0,03%. Pada tahun 2012-2013 CAR mengalami peningkatan sebesar 0,29% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 1,48%, pada tahun 2013-2014 CAR mengalami peningkatan sebesar 1,32% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami peningkatan sebesar 2,39%. Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa FDR pada bank umum syariah di tahun 2010-2014 tidak ada yang dibawah dan diatas ketentuan Bank Indonesia yaitu 80-100%. Dimana besarnya FDR pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan sebesar 0,73% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 1,02%. Pada tahun 2011-2012 FDR mengalami peningkatan sebesar 11,06%. Pada tahun 2012-2013 FDR mengalami peningkatan sebesar 3,32% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 1,48%. Pada tahun 2013-2014 FDR mengalami penurunan sebesar 11,82% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami peningkatan sebesar 2,39%. 6
Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa NPF pada bank umum syariah di tahun 2010-2014 tidak ada yang berada diatas ketentuan bank indonesia yaitu 5%. Pada tahun 2010-2011 NPF mengalami peningkatan sebesar 0,50% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 1,02%. Pada tahun 2011-2012 NPF mengalami penurunan sebesar 0,30% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 0,03%. Pada tahun 2012-2013 NPF mengalami peningkatan sebesar 0,40% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 1,48%. Pada tahun 2013-2014 NPF mengalami peningkatan sebesar 1,71% dan return bagi hasil deposito mudharabah mengalami peningkatan sebesar 2,39%. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh CAR, NPF dan FDR Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah. dimana penulis akan lebih memfokuskan penelitian terhadap Bank umum syariah dari pada UUS yang masih berada dibawah bank konvensional sehingga rasio CAR, FDR, dan NPF masih bergabung dengan induknya. 1.2 Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis akan membahas tentang beberapa faktor internal yang mempengaruhi tingkat bagi hasil deposito mudharabah jangka waktu 12 bulan dengan menggunakan data laporan keuangan triwulanan terhitung mulai Maret 2010 sampai Desember 2014 dengan melihat besarnya 7
Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah. Dari masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Apakah CAR berpengaruh secara parsial terhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah? b. Apakah FDR berpengaruh secara parsial terhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah? c. Apakah NPF berpengaruh secara parsial terhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah? d. Apakah CAR, FDR, dan NPF berpengaruh secara simultan terhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dapat dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh CAR terhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah. b. Untuk menganalisis Pengaruh FDR terhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah. c. Untuk menganalisis Pengaruh NPF terhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah. d. Untuk menganalisis pengaruh ketiga variable secara simultan sterhadap RBH deposito mudharabah pada perbankan syariah. 8
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang di peroleh dari penelitian yang dilakukan penulis antara lain adalah a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi return bagi hasil bank syariah. b. Bagi akademis, memperkaya konsep dan teori yang menyokong tentang faktor-faktor yang mempengaruhi return bagi hasil di dunia perbankan syariah. c. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapakan memberikan informasi dan masukan yang selama ini belum memahami konsep bagi hasil deposito mudharabah, dan bagi bank dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan strategi lebih lanjut dalam rangka menghadapi persaingan. d. Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah ekonomi khususnya mengenai faktor yang mempengaruhi return bagi hasil bank syariah. 9