Menperin Ramalkan Indonesia Masuk 5 Negara Ekonomi Terbesar Dunia di 2045

dokumen-dokumen yang mirip
Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

Revolusi Industri Global

Contents

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Siaran Pers Kemenperin: Transformasi Pendidikan Kejuruan Sesuai Kebutuhan Dunia Industri Jumat, 28 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Contents

Untuk itu, kami berpesan kepada para mahasiswa yang akan menjalani pendidikan selama tiga

Making Indonesia 4.0

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013

Targetkan Investasi 12,5 Triliun, Kemenperin Gencar Jaring Investor di KEK Palu

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

Kementerian Perindustrian Revolusi Industry 4.0 Indonesia. Making Indonesia 4.0. Presentasi Menteri 2018

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap

Menperin Sebut Fasilitas Fiskal Tax Holiday Terbukti Mampu Tingkatkan Investasi Dalam Negeri

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

Pengembangan Ekosistem Inovasi dan Kurikulum Edukasi untuk mendukung revolusi teknologi manufaktur 4.0

BAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat, tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu

MEMBANGUN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN MEDIA NASIONAL YANG KONDUSIF UNTUK INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

Chapter 2 Comparative Economic Development

Analisis Perkembangan Industri

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

Sukses MP3EI melalui Pembangunan Infrastruktur Broadband

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

PERSPEKTIF IKLIM INVESTASI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.

Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia Tertinggi dan Optimisme Masyarakat Jumat, 14 Juni 2013

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016

Arah Kebijakan Otoritas Moneter Indonesia Tahun Oleh : Marsuki

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beban pembangunan jika tidak dikelola dengan baik. Ekonom senior Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

STRATEGI REINDUSTRIALISASI-Prof Mudrajad Kuncoro (Kompas, 14 Desember 2016)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

Gelar Sepatu, Kulit dan Fesyen Merek Indonesia Mendunia Hadirin sekalian yang saya hormati,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Analisis Perkembangan Industri

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

Transkripsi:

KOPI, Jakarta - Indonesia berpotensi memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian dunia ke depannya, yang salah satunya ditopang melalui kinerja gemilang dari industri nasional. Peluang besar tersebut, juga didukung dengan adanya masa emas, yaitu bonus demografi atau peningkatan jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2020-2030. "Sehingga nanti pada 100 tahun Indonesia merdeka tahun 2045, Insya Allah Indonesia akan masuk lima negara ekonomi terbesar di dunia," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (9/4). Bahkan berdasarkan hasil riset PricewaterhouseCoopers (PwC), salah satu penyedia jasa auditor besar di dunia, posisi perekonomian Indonesia di peringkat ke-5 dunia diprediksi lebih cepat pada tahun 2030 dengan estimasi nilai Produk Domestk Bruto (PDB) USD5,424 miliar. 1 / 6

Sementara tahun 2050, peringkat ekonomi Indonesia bakal naik menjadi ke-4 dunia dengan perkiraan nilai PDB USD10,502 miliar yang dihitung melalui metode Purchasing Power Parity (PPP). Menurut riset PwC ini, Indonesia dinilai sebagai big emerging market karena merupakan negara dengan perekonomian terkuat di Asia Tenggara. Untuk mencapai sasaran tersebut, tentunya perlu perjuangan dan kerja keras. Sehingga, optimisme harus didorong oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, tegas Menperin. Oleh karenanya, melalui peta jalan Making Indonesia 4.0, Indonesia telah memiliki strategi dan arah yang jelas dalam upaya meningkatkan daya saing industri manufaktur nasional di tengah memasuki era digital. Salah satu langkah awal yang sudah dijalankan, Kementerian Perindustrian turut memacu kompetensi sumber daya manusia (SDM) lewat peluncuran program pendidikan vokasi industri di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan mengusung konsep yang link and match antara Sekolah Menengah Kejurun dengan industri, diharapkan dapat mudah mencetak tenaga kerja sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. Guna menggenjot daya saing industri, harus didukung dengan pendidikan, terutama kompetensi tenaga kerjanya. Kemudian, diperlukan kegiatan untuk menciptakan inovasi dan menerapkan teknologi terkini, di mana dua hal tersebut sangat ditopang oleh pendidikan dan dana untuk melaksanakan itu, paparnya. 2 / 6

Airlangga mengungkapkan, saat memasuki momentum bonus demografi, beberapa negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Misalnya, Jepang yang mampu tumbuh 5,5 persen, China hingga mencapai 9,2 persen, Singapura meraih 7,3 persen, dan Thailand sekitar 4,8 persen. Untuk itu, kita harus manfaatkan peluang emas tersebut. Kita bisa petik hasilnya pada tahun 2030, tuturnya. Visi Indonesia emas Menperin meyakini, implementasi Industri 4.0 dapat mengakselerasi target visi Indonesia emas 2045. Saat ini, Indonesia telah masuk one trillion dollar club, ujarnya. Perbaikan ekonomi di Tanah Air, juga terlihat dari empat aspek selama 15 tahun terakhir. Pertama, populasi tenaga kerja meningkat lebih dari 30 juta, yang ditopang dengan naiknya gaji sebesar dua kali lipat. Kedua, pertumbuhan konsumsi meningkat pula delapan kali lipat, di 3 / 6

mana saat ini menyumbangkan 55 persen dari PDB. Ketiga, aspek investasi kita pun luar biasa peningkatannya, naik 13 kali lipat, yang juga mengalami peningkatan terhadap penyumbangan ke PDB dari 22 persen menjadi 34 persen. Terakhir, kita lihat dari kapitalisasi pasar bursa meningkat 15 kali lipat, kini kapitalisasinya mencapai USD500 miliar, jelasnya. Maka itu, lanjut Menperin, stabilitas politik dan keamanan menjadi faktor penting dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Selanjutnya, peningkatkan level pendidikan turut menjadi jawaban bagi kebutuhan industri nasional dalam memiliki SDM kompeten sesuai perkembangan saat ini menghadapi era Industri 4.0. Menperin juga optimistis, implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari 5 persen menjadi 6-7 persen pada periode tahun 2018-2030. Dari capaian tersebut, industri manufaktur akan berkontribusi sebesar 21-26 persen terhadap PDB pada tahun 2030. Selanjutnya, pertumbuhan PDB bakal digerakkan oleh kenaikan signifikan pada ekspor netto, di mana Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen rasio ekspor netto terhadap PDB pada tahun 2030. Selain kenaikan produktivitas, Making Indonesia 4.0 menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun 4 / 6

non-manufaktur pada tahun 2030 sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar. Dalam mencapai target tersebut, industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saingnya, tegas Menperin. Adapun lima teknologi utama yang menopang implementasi Industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing. Untuk penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada lima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik. Sektor ini dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perda gangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar, terangnya. Di samping itu, Making Indonesia 4.0 memuat 10 inisiatif nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan industri manufaktur di Indonesia. Kesepuluh inisiatif tersebut, mencakup perbaikan alur aliran barang dan material, membangun satu peta jalan zona industri yang komprehensif dan lintas industri, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan, memberdayakan industri kecil dan menengah, serta membangun infrastruktur digital nasional. Kemudian, menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia, 5 / 6

pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan. Dengan adanya manfaat yang nyata, Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Making Indonesia 4.0 dan menjadikannya sebagai agenda nasional, pungkasnya. 6 / 6