ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VII, No.1 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA (Tri Ari Ayunaningrum, 2012, 61 hal) ABSTRAK Latar Belakang : WHO melaporkan bahwa 5 15% anak-anak antara 3-15 tahun mengalami gangguan jiwa yang persintent dan mengganggu hubungan sosial. Bila kira-kira 40% penduduk negara kita ialah anak-anak dibawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25%), dapat digambarkan besarnya masalah (ambil saja 5% dari 40% dari katakan saja 120 juta penduduk, maka di negara kita terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak-anak yang mengalami gangguan jiwa). Menurut data dari Rumah Sakit Jiwa Kentingan Surakarta pada Januari-Maret 2012, didapatkan data pasien rawat inap sebanyak 698 orang dan pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori halusinasi sebanyak 324 orang. Dari pasien rawat inap pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori halusinasi paling banyak daripada pasien yang lain. Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan masalah utama halusinasi pendengaran dengan metode komunikasi terapeutik. Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil klien mau mengungkapkan perasaannya, klien dapat mengendalikan halusinasinya, klien dapat memahami dan akan melaksanakan apa yang telah diajarkan oleh perawat dan pengetahuan klien tentang halusinasi meningkat. Kesimpulan : Kerjasama antar tim kesehatan, klien dan keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik dapat mendorong klien untuk lebih kooperatif. Terapi aktivitas kelompok diperlukan agar klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki klien. Kata kunci : halusinasi pendengaran, gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kemenkes (2011) masalah kesehatan jiwa adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang tidak mungkin ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi perlu kerjasama multi sektor. Menurut Anna (2011) Federasi Dunia untuk Kesehatan Jiwa mencanangkan seruan untuk mendorong investasi di bidang kesehatan jiwa. Di Indonesia, masalah gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi pada orang dewasa secara nasional mencapai 11,6 persen. Menurut Marasmis (2004) dalam masyarakat umum skizofrenia terdapat 0,2 0,8% dan retradasi mental 1 3%. WHO melaporkan bahwa 5 15% anakanak antara 3-15 tahun mengalami gangguan jiwa yang persintent dan mengganggu hubungan sosial. Bila kira-kira 40% penduduk negara kita ialah anak-anak dibawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira-kira 25%), dapat digambarkan besarnya masalah (ambil saja 5% dari 40% dari katakan saja 120 juta penduduk, maka di negara kita terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak-anak yang mengalami gangguan jiwa). Tidak sedikit dari gangguan jiwa akibat gangguan organik pada otak. Gangguan jiwa berat ini merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai

antara lain oleh gejala gangguan pemahaman (delusi waham) gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi serta dijumpai daya nilai realitas yang terganggu yang ditunjukan dengan perilaku-perilaku aneh (bizzare). Gangguan ini dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah seluruh penduduk di suatu wilayah pada setiap waktu dan terbanyak mulai timbul (onset) pada usia 15-35 tahun. Menurut Stuart (2007) karakteristik halusinasi pendengaran yaitu mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai pasien, untuk menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang pasien yang berhalusinasi. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar yaitu pasien mendengar suara orang sedang membicarakan apa yang dipikirkan oleh pasien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang hal yang berbahaya. Menurut data dari Rumah Sakit Jiwa Kentingan Surakarta pada Januari-Maret 2012, didapatkan data pasien rawat inap sebanyak 698 orang dan pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori sebanyak 324 orang. Dari pasien rawat inap pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori halusinasi paling banyak daripada pasien yang lain. Oleh sebab itu penulis dalam karya tulis ini mengambil judul asuhan keperawatan halusinasi. Hal ini melihat fenomena-fenomena yang penulis lampirkan di atas baik dari gejala yang sering muncul akibat dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu asuhan keperawatan yang penulis buat secara profesional pada pasien halusinasi, sangat diharapkan oleh pasien / keluarga.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut : tingginya angka kejadian gangguan jiwa yang belum ditemukan secara pasti penyebabnya. Dalam hal ini penulis akan menyajikan asuhan keperawatan dengan masalah utama gangguan halusinasi. C. Tujuan Adapun tujuannya adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum Untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan masalah utama halusinasi pendengaran dengan metode komunikasi terapeutik. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan, membuat pohon masalah pada klien gangguan jiwa dengan halusinasi pendengaran. b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan halusinasi pendengaran. c. Mahasiswa dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien. d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

e. Mahasiswa dapat mengevaluasi, mendokumentasikan sebagai tolak ukur guna menerapkan asuhan keperawatan gangguan masalah utama halusinasi berikutnya. f. Mahasiswa dapat membedakan antara teori dan praktek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan (Keliat, 2009). Halusinasi ialah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca-indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004). Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007). Halusinasi pendengaran adalah mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas, dimana terkadang suarasuara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu (Kusumawati, 2010). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan halusinasi pendengaran adalah mendengar suara, bunyi ataupun kebisingan yang tidak jelas ataupun kurang jelas yang berkisar dari suara sederhana dimana terkadang suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang

memerintah klien untuk melakukan sesuatu sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut. 2. Jenis - jenis halusinasi Menurut Maramis (2004) : a. Halusinasi Penglihatan (visual, optik) : tak berbentuk (sinar, kilapan atau pola cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya), berwarna atau tidak. b. Halusinasi Pendengaran (auditif, akustik) : suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik. c. Halusinasi Pencium (olfaktorik) : mencium sesuatu bau. d. Halusinasi Pengecap (gustatorik) : merasa atau mengecap sesuatu. e. Halusinasi Peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak dibawah kulitnya. f. Halusinasi Kinestik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang atau anggota badannya bergerak. g. Halusinasi Viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya. h. Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah. i. Halusinasi Hipnopomik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat terjadi sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya. j. Halusinasi Histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

3. Etiologi Gangguan otak karena keracunan, obat halusinogenik, gangguan jiwa seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosisi yang dapat menimbulkan halusinasi dan pengaruh sosial budaya, sosial budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal dari sosial budaya yang berbeda (Dalami, 2009). 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada klien dengan halusinasi pendengaran adalah bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan telinga kearah tertentu, menutup telinga, mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya (Fitria, 2009). 5. Diagnosa Keperawatan a. Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan Halusinasi pendengaran. b. Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan Menarik diri. c. Menarik diri berhubungan dengan Harga diri rendah.

SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, maka dapat disimpulkan : 1. Klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran membutuhkan komunikasi terapeutik yang digunakan sebagai landasan untuk membina hubungan saling percaya sehingga dapat menggali semua permasalahan klien. 2. Klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga akan dapat mempercepat kesembuhan klien. 3. Klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran membutuhkan terapi aktivitas kelompok agar klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki klien. B. Saran Dari kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Institusi Pendidikan a. Hendaknya dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan jiwa di berbagai institusi pendidikan. b. Hendaknya penyediaan lahan yang praktek yang memadai yang dapat memudahkan penulis untuk mendapatkan data secara akurat.

2. Bagi rumah sakit Hendaknya dapat mengembangkan proses asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori halusinasi dan diharapkan menjadi informasi dalam saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih kepada pasien rumah sakit yang akan datang. 3. Bagi keluarga Untuk keluarga hendaknya keluarga selalu mengunjungi klien sehingga klien merasa diperhatikan, dan keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan juga dapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagi klien. 4. Bagi klien Hendaknya klien lebih mematuhi anjuran dari dokter atau perawat dan minum obat secara teratur agar cepat sembuh. Dan juga hendaknya klien lebih kooperatif, mengikuti kegiatan di rumah sakit dan mengikuti terapi aktivitas kelompok.

DAFTAR PUSTAKA Anna, L. K. 2011. Kesehatan Jiwa. http://health.compas.com : 29 September 2011, 17 Mei 2012. Dalami, E. dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : TIM. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperwatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika. Keliat, B.A. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. http://depkes.go.id : 11 April 2011, 17 Mei 2012. Kusumawati, F dan Yudi H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika. Maramis, W F, 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 8. Airlangga University Press : Surabaya. Nasir, Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2012. Data Rekam Medis. Non Publisher. Stuart, G. W, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC : Jakarta. Tim Penyusun RSJD, 2003. Standar Operasional Asuhan Keperawatan Jiwa.