2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

dokumen-dokumen yang mirip
2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan tidak terlepas dari peranan tenaga pendidik, peserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia bisa menggapai cita-citanya. Untuk menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan juga merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan yang terus-menerus dan bersifat fleksibel, yaitu pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan sangatlah penting. Melalui pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan suatu lembaga yang didesain khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Wahidmuri 2010:15). Dengan pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. perumusan masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang serba canggih seperti saat ini, tentu saja manusia dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta didik

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tentang Sistem Pendidikan nasional. Edgar Dalle ( Reigeluth, 2013 : 7 )

BAB I PENDAHULUAN. agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita. Menurut UU No. 20

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SMP PGRI PAMANUKAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang menandakan rendahnya sikap sosial siswa selama pembelajaran IPS saat pra penelitian berlangsung. Rendahnya sikap sosial siswa di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 6, ditandai dengan beberapa hal. Pertama, dalam bekerjasama siswa menunjukan rendahnya sikap saling membantu antar anggota kelompok. Hal ini terlihat pada pelaksanaan kerja kelompok yang tidak semua siswa berkontribusi secara aktif dalam pengerjaannya. Disamping itu, tanggung jawab siswa masih rendah karena tugas yang diberikan tidak dikerjakan dengan baik terlihat beberapa kelompok tidak tepat waktu dalam mengerjakannya serta setiap siswa dalam kelompok masih kurang memiliki kesadaran akan penyelesaian tugas yang diberikan bahkan beberapa siswa harus ditegur terlebih dahulu agar dapat membantu tugas kelompoknya. Kedua, siswa yang memiliki kemampuan lebih pandai daripada temantemannya terlihat mendominasi kelompok. Pada saat pengerjaan tugas, siswa yang lebih pandai menganggap bahwa tujuan kelompok akan lebih cepat selesai jika dikerjakan olehnya saja dibanding dengan tugas yang dibagikan pada anggota kelompok yang dianggap kurang pandai akan menghambat tujuan kelompok. Selain itu, pada saat presentasi berlangsung proses tanya jawab juga hanya didominasi oleh orang yang itu-itu saja. Siswa yang lebih pandai kurang mendorong dan memberikan kesempatan kepada siswa lain sehingga terlihat memiliki tujuan untuk nilai individual saja. Hal-hal tersebut didukung oleh siswa yang merasa kurang pandai yang membebankan pekerjaan kelompok mereka kepada yang dianggap pandai saja. Jelas dalam hal ini sikap solidarias siswa sangat kurang. Ketiga, pada saat akan diskusi kelompok guru membagikan kelompok secara acak dengan cara siswa menghitung dari satu sampai tujuh tetapi setelah siswa 1

bersatu sesuai dengan angka yang disebutkan siswa merasa keberatan dan kelas menjadi gaduh karena timbulah banyak protes dari siswa. Salah satu contoh protes 2

3 dari siswa yaitu Bu gamau sama RZK aku mah, dia mah bodoh males lagi bu. Selain itu, siswa juga meminta temannya untuk bertukar kelompok karena ingin berkelompok dengan yang diinginkan saja. Dalam hal ini sikap tenggang rasa siswa begitu rendah, siswa kurang menjaga perasaan dan menghargai orang lain terutama pada teman yang dianggap kurang pandai di kelas. Selain itu rendahnya sikap tenggang rasa siswa terlihat dari seringnya siswa berkata-kata kotor dan kasar. Siswa memanggil teman tidak sesuai namanya melainkan nama ejekan bahkan nama orangtuanya. Siswa juga sering menyela pembicaraan orang lain pada waktu yang tidak tepat. Selain itu siswa juga selalu bersorak Huuuuu saat siswa lain mengemukakan pendapat. Sikap menjaga, menghargai, dan meghormati orang lain dinilai rendah karena siswa kurang memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan. Melihat permasalahan yang terjadi di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 6 tersebut, tentunya ada kesenjangan antara peran pendidikan dengan realita yang ada di lapangan. Idealnya pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku yang bernilai dalam kehidupan masyarakat. Hal ini, sejalan dengan sistem pendidikan nasional yang tercantum pada UU No.20 tahun 2003 pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara. Disamping itu dengan pendidikan, manusia berusaha mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku yang bernilai dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan ini juga dapat didapatkan melalui pendidikan secara formal maupun non formal. Seperti kita ketahui dimana siswa mendapatkan pendidikan secara formal adalah di sekolah. Isjoni (2006, hlm. 10) mengatakan bahwa: Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan pendidikan secara formal. Sekolah bukan hanya merupakan tempat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan mencari ilmu tetapi juga tempat

4 berkumpul, bermain, serta berbagai keceriaan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Sekolah merupakan tempat terjadinya interaksi antara siswa dengan teman dan guru, apabila siswa tidak memiliki sikap yang baik maka siswa akan sulit untuk beradaptasi dan menjalin interaksi dengan orang lain dalam kehidupan sosialnya. Sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan karakter pribadi dan moral siswa, oleh karena itu peran guru cukup besar untuk menjadikan siswanya pintar dan cerdas sebagaimana diharapkan oleh orang tua siswa Menurut pendapat di atas bahwa peran sekolah khususnya guru sangat besar dalam pembentukan sikap siswa di sekolah yang salah satunya adalah sikap sosial. Dengan melihat kesenjangan yang ada di lapangan tentunya peran guru sangat diperlukan dalam hal ini, dan salah satu yang berperan dalam hal ini adalah guru IPS. Guru IPS dapat membekali siswanya dengan kemampuan sikap dalam pembelajaran di kelas. Sebagaimana tujuan dari pendidikan IPS itu sendiri adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Melalui pembelajaran IPS, diharapkan siswa dapat mengimplementasikan sikap sosial tidak hanya sekedar di lingkungan sekolah saja akan tetapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Ketika inti dalam pembelajaran IPS dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat mendorong terwujudnya tujuan pembelajaran IPS itu sendiri yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari (Puskur, 2006, hlm. 7). Maka dari pada itu, seharusnya guru mampu membuat inovasi atau mencari model pembelajaran yang dianggap dapat memberikan kegairahan kepada siswa saat pembelajaran. Pembelajaran yang individualis mengakibatkan siswa terbiasa nyaman dengan belajar sendiri, tidak peduli dengan teman atau lingkungannya. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tidak terlatih secara sosial, dengan kata lain

5 siswa tidak belajar dan mengaplikasikan sikap sosial yang didalamnya ada kerjasama, solidarias dan tenggang rasa. Berkenaan dengan analisis masalah di atas, maka sangat penting untuk dilakukan kajian tentang model pembelajaran yang efektif dalam upaya meningkatkan sikap sosial siswa. Praktek model pembelajaran tampaknya merupakan salah satu upaya strategis yang mampu mengatasi masalah sikap sosial siswa. Mengingat letak persoalan pada sikap sosial, maka metode yang relevan diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Slavin (2005, hlm. 8) mengemukakan bahwa Dalam model pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Melalui kerja kelompok siswa akan bekerja sama dengan teman satu kelompoknya. Hal tersebut akan mendorong siswa untuk membantu teman satu kelompoknya dalam melakukan usaha secara maksimal. Dengan dasar bekerja sama dalam kelompok, siswa tidak hanya mengerjakan tugas dari guru saja, melainkan siswa juga dilatih untuk memiliki sikap sosial seperti bekerja sama, berkomunikasi, toleransi, menghargai, dan sebagainya. Unsur-unsur yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Roger dan Johnson (Lie, 2008, hlm.31) yaitu saling ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok mampu mengembangkan sikap sosial siswa apabila dilakukan secara intensif dan sesuai dengan prosedur. Terdapat berbagai tipe dalam model pembelajaran kooperatif, namun salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan sikap sosial siswa adalah tipe STAD (student-teams achievment divisions). Menurut Slavin (2005, hlm. 11), gagasan utama dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Maka dari itu, STAD mampu membuat siswa mempunyai rasa tanggung jawab peduli terhadap teman satu kelompoknya. Selain itu, peranan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa yang merasa rendah diri menjadi lebih percaya diri dan mampu berkomunikasi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran kooperatif

6 tipe STAD mampu menggabungkan siswa yang kemampuannya berbeda-beda, sehingga mereka dapat saling membantu satu sama lain untuk memiliki sikap sosial yang baik. Beberapa aspek sikap sosial yang didapatkan oleh siswa dengan menggunakan STAD, diantaranya adalah kemampuan siswa dalam sikap disiplin dan tanggung jawab dimana siswa harus patuh pada aturan kelompok sehingga kelompok dapat mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemampuan siswa dalam kerjasama dan solidaritas untuk mencapai satu tujuan, kemampuan siswa dalam bersikap tenggang rasa dalam berinteraksi diantara siswa, dan kemampuan percaya diri siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kesenjangan antara sikap sosial yang seharusnya dikembangkan dalam pembelajaran IPS di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 6 dan dengan mengaitkan antara permasalahan dengan pemecahan permasalahannya, peneliti mengkaji masalah dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Sikap Sosial Siswa dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 6 Bandung) B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana langkah-langkah perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan sikap sosial siswa? 2. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan sikap sosial siswa? 3. Bagaimana hasil peningkatan sikap sosial siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD? 4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan sikap sosial siswa? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap sosial siswa melalui penerapan model pembelajaran

7 kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS di kelas VIII B SMP Muhammadiyah 6 Bandung. Untuk lebih memperjelas tujuan dalam proses penelitian ini, peneliti membagikan tujuan dalam beberapa poin, sebagai berikut: 1. Menyusun langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan sikap sosial siswa. 2. Mendeskripsikan proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan sikap sosial siswa. 3. Memaparkan hasil peningkatan sikap sosial siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4. Memperbaiki kendala saat dilaksanakannya proses meningkatkan sikap sosial siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. D. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak terkait yakni guru, siswa dan peneliti. Di bawah ini adalah manfaat penelitian tindakan kelas yang dilakukan. a. Bagi Sekolah Memberikan informasi sebagai masukan dalam peningkatan kualitas sekolah dan sekolah dapat mencermati kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran, kemudian turut serta dalam perbaikan pendidikan Nasional. b. Bagi Guru Guru mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam kelas terutama permasalahan dari segi sikap sosial peserta didik. Manfaat lain sebagai bahan masukan bagi guru dalam mengembangkan kepekaanya terhadap pemilihan metode pembelajaran yang berbasis pembentukan sikap sosial siswa. c. Bagi Siswa Meningkatkan sikap sosial siswa serta meningkatkan keefektifan proses pembelajaran IPS bagi siswa. Selain itu, siswa diharapkan dapat mengaplikasikan sikap sosial sebagai bekal baik untuk studi lanjutan maupun dalam kehidupan sehari-hari. d. Bagi Peneliti

8 Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan menjadi pembelajaran yang berguna bagi peneliti khususnya dalam meningkatkan keterampilan membuat penelitian tindakan kelas dan kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat serta beragam dalam proses pembelajaran IPS. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi penulisan skripsi, sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini secara garis besar peneliti memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan, tujuan dan manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi pemaparan konsep-konsep yang mendukung penelitian yaitu terkait Sikap Sosial dan pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang diambil dari berbagai literatur, sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh untuk menyelesaikan penelitian, dimulai dari persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencakup sumber data, teknik pengumpulan dan alat pengumpul data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang menunjang. BAB V KESIMPULAN dan SARAN Memaparkan keputusan yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan peneliti sebagai jawaban atas pertanyaan yang diteliti.