BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan merupakan salah satu emosi yang sering menimbulkan stres yang paling banyak dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Kecemasan dapat didefinisikan sebagai berikut, perasaan yang timbul akibat ketakutan, ragu-ragu, gelisah yang dapat menimbulkan ketegangan fisik yang tinggi. Hal ini ditimbulkan sebagai reaksi atau sebagai suatu respon dari perasaan akan adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Stuart dan Sunden, 2007). Kecemasan pada anak khususnya anak usia 4-6 tahun yang sakit dan harus dirawat inap, merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang berarti gangguan terpenuhinya kebutuhan emosional anak yang adekuat. Anak-anak yang mendapat perawatan di rumah sakit akan mengalami kecemasan. Selain itu pengalaman di rawat pada anak dapat juga menimbulkan trauma psikologis. Pada anak usia 4-6 tahun yang menjadi penyebab dari kecemasan di antara prosedur yang dilakukan beruoa tindakan injeksi. Hal ini perlu penanganan sedini mungkin, karena keterlambatan dalam penanganan 1
2 kecemasan ini sendiri akan membawa dampak tidak baik pada proses kesembuhannya terutama pada anak yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yang lingkungannya masih asing baginya. Apabila kecemasan tidak segera ditangani dan menjadi lebih buruk, maka dampak yang lebih besar dan nyata yaitu anak akan menolak perawatan dan pengobatan, kondisi seperti ini berpengaruh besar pada lama atau proses perawatan dan pengobatan serta penyembuhan dari anak sakit tersebut. Asuhan keperawatan pada pasien anak, umumnya memerlukan tindakan invasif seperti injeksi atau pemasangan infus (Nursalam, 2005). Keamanan dan kenyamanan merupakan pertimbangan utama dalam pemasangan intravena. Menurut WHO (2001) injeksi adalah suatu prosedur medis yang sering digunakan. Setiap tahun sekitar 16 miliar injeksi atau suntikan 95% untuk terapi, 3% untuk imunisasi, 2% untuk kontrasepsi dan pengambilan darah di berikan dinegara berkembang. Telah di temukan adanya penggunaan injeksi berlebihan termasuk Indonesia. Hasil 51% pasien lebih memilih injeksi sebagai pengobatan. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Halperin et al (1989) peneliti menemukan bahwa anak-anak umur 6-14 tahun merasakan nyeri pada tindakan injeksi dengan rentang nyeri akses port 3,9 pada skala 0 sampai 10 (Johan, 2007). Secara kognitif, anak-anak tidak mampu mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi (Potter, 2005). Nyeri diartikan sebagai hukuman atas beberapa kelakuan mereka yang buruk sehingga anak menolak atau tidak memberi tahu tentang nyeri (Wong, 2001).
3 Ketakutan tentang tubuh yang disakiti dan nyeri merupakan penyebab utama yang menimbulkan kecemasan pada anak (Potter, 2005). Menurut Gunarso (2007), respon cemas yang ditunjukkan anak saat perawat melakukan tindakan invasif sangat bermacam-macam, ada yang bertindak agresif, bertindak dengan mengekspresikan secara verbal, membentak, serta dapat bersikap dependen yaitu menutup diri dan tidak kooperatif. Banyak aktivitas yang dapat dijadikan alternatif dalam menurunkan kecemasan pada anak seperti terapi bermain, kehadiran orang tua selama prosedur anestesi, program persiapan prilaku, terapi musik, akupuntur dan penggunaan boneka (Mulyono, 2008). Terapi bermain merupakan salah satu terapi yang dapat menurunkan kecemasan pada anak. Terapi bermain ada dua macam yaitu : bermain aktif dan bermai pasif. Bermain aktif antara lain: bermain mengamati, drama, fisik. Sedangkan bermain pasif antara lain: melihat gambar, mendengar musik dan juga mendengarkan dongeng. Dengan terapi bermain sangat kondusif untuk anak yang sedang mengalami kecemasan, sehingga rasa amannya terpenuhi. Ada pengaruh yang signifikan pada terapi bermain dengan teknik bercerita terhadap hospitalisasi (Craven & Hirne, 2000). Mendongeng merupakan salah satu terapi bermain di mana terapi ini dapat menurunkan kecemasan pada anak (Mulyono, 2008). Mendongeng mengandung arti menceritakan dongeng, yakni cerita yang tidak benar-benar terjadi; terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh kepada pendengar. Mendongeng sangat cocok diterapkan pada anak yang sedang
4 mengalami perawatan di rumah sakit, khususnya mereka yang mengalami tindakan injeksi. Terapi bermain dengan mendongeng tidak memerlukan energi yang berlebihan untuk pelaksanaanya, karena anak hanya perlu mendengarkan cerita, dengan begitu anak dapat berbaring dengan mendengarkan cerita, anak hanya perlu memainkan imajinasi mereka (Baimtrisna, 2009). Berdasarkan hasil observasi di runga Cempaka RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata kejadian anak usia 4-6 tahun menangis dan cemas pada tindakan injeksi hampir selalu terjadi. Rata-rata pasien tiap bulannya 120 dengan usia 4-6 tahun. Hasil observasi terhadap 21 pasien anak didapat bahwa 16 atau 76,19% anak tidak kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan mengalami kecemasan yang ditandai anak mengeluarkan respon menangis, meronta-ronta, memeluk ibunya dan mengajak pulang. Peneliti menyadari peran parawat untuk menerapkan treatment pada anak saat tindakan injeksi belum diterapkan di ruang Cempaka. Berbagai cara digunakan oleh perawat dalam menurunkan kecemasan pada saat dilakukannya injeksi dengan memberikan perhatian dan kasih sayang serta memberikan rasa aman bagi pasien (Gunarsa, 2004). Penelitian yang sejenis yang dilakukan Elfira (2011) menyatakan bahwa sebelum dilakukan terapi bermain sebanyak 92,3% responden mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan ringan, setelah dilakukan terapi bermain 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan 23,1%
5 kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan anak 4-6 tahun. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa pandangan anak dalam menghadapi tindakan injeksi sebagian besar mengalami kecemasan. Setiap dilakukan tindakan injeksi terjadi ketakutan dan kecemasan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh mendongeng terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah diketahui bahwa pandangan anak dalam menghadapi tindakan injeksi sebagian besar mengalami kecemasan. Setiap dilakukan tindakan injeksi terjadi ketakutan dan kecemasan. Penelitian tentang pengaruh mendongeng terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi, juga belum pernah dilakukan, sehingga peneliti tertarik untuk menjawab permasalahan yaitu: Adakah pengaruh mendongeng terhadap kecemasan anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi di ruang Cempaka RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
6 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mendogeng terhadap kecemasan anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi di ruang Cempaka RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. b. Mengetahui rata-rata kecemasan sebelum dilakukan mendongeng pada anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi di ruang Cempaka RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. c. Mengetahui rata-rata kecemasan sesudah dilakukan mendongeng pada anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi di ruang Cempaka RSUD dr. RGoeteng Taroenadibrata Purbalingga. d. Mengetahui perbedaan rata-rata kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan mendongeng pada anak usia 4-6 tahun pada tindakan injeksi di ruang Cempaka RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Manfaat penelitian ini bagi rumah sakit adalah sebagai salah satu acuan dalam membuat pedoman SOP (Standart Operating Procedure) terapi bermain dengan teknik mendongeng sebagai salah satu bukti nyata dan menerapkan konsep atraumatic care di ruang rawat inap anak sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan.
7 2. Bagi Perawat Menambah teknik prosedur dalam menerapkan terapi bermain pada anak yang akan dilakukan injeksi dengan cara mendongeng sehingga anak usia 4-6 tahun tidak mengalami kecemasan yang dapat menghambat pelaksanaan asuhan keperawatan. 3. Bagi Peneliti Memperoleh pengalaman, menambah pengetahuan khususnya tentang pelaksanaan terapi bermain dengan metode mendongeng dalam menerapkan konsep atraumatic care di ruang rawat anak yang salah satu cara untuk mengatasi kecemasan pada anak-anak yang mendapatkan tindakan injeksi. E. Penelitian Terkait Tabel. 1.1 Penelitian Terkait Judul Metode Variabel Sampel Hasil True experiment. Independen : Jumlah Pengaruh pasien yang terapi dilakukan bermain terapi menggambar. bermain Dependen : menggambar Kecemasan sebanyak 15 akibat anak. Hospitalisasi. Riswanto (2010) Pengaruh Terapi Bermain Menggambar Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Hasilnya adalah jumlah pasien yang dilakukan terapi bermain menggambar sebanyak 15 anak, dari 15 anak tersebut 12 anak (80%) mengalami cemas ringan dan 3 anak (20%) mengalami cemas berat. Sedangkan 15 anak tidak dilakukan terapi bermain menggambar : hanya 1 anak (6,7%) yang mengalami cemas ringan dan 14 anak (93,3%) mengalami
8 Judul Metode Variabel Sampel Hasil cemas berat. Erni Murniasih dan Andhika Rahmawati (2007) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia 4-6 tahun di Bangsal L Rsup Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten Julio E. Correa, Olga B. González and Martha S. Weber (2007) Story telling in families with children: A therapeutic approach to learning problems Analisis Korelasi Independen : dukungan keluarga Dependen : tingkat kecemasan Experiment Independen : Story telling Dependen : learning problems Jumlah sampel 30 anak yang dirawat di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro, Klaten. Sample: 35 children. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia 4-6 tahun di Bangsal L RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten Three family cases in which story telling was useful in solving children's disabilities through promoting Changes in the family structure and creating or enlightening parental functions of orientation and guidance are analyzed Perbedaan pada penelitian yang akan peneliti lakukan tentang Pengaruh Mendongeng terhadap Kecemasan Anak Usia 4-6 tahun pada tindakan Injeksi di Ruang Cempaka RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata adalah penelitian ini menggunakan desain pre experimen dengan menggunakan One Group Pretest-Posttest Design.
9 Sedangkan persamaan pada penelitian yang kan peneliti lakukan tentang Pengaruh Mendongeng Terhadap Kecemasan Anak Usia 4-6 Tahun pada tindakan Injeksi di Ruang Cempaka RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata adalah sama-sama menggunakan variable tingkat kecemasan (Erni Murniasih dan Andika Rahmawati, 2007) dan variable mendongeng (Julio E. Correa, Olga B. Gonzalez and Martha S. Weber, 2007).