Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 2), 3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

dokumen-dokumen yang mirip
JMP : Volume 4 Nomor 1, Juni 2012, hal

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWOSTRAY(TSTS) PADA MATERI KELILING DAN LUAS SEGITIGA DAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBASIS KOMPUTER PADA SISWA SMP KELAS VIII

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ)

Mahasiswa Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dosen Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

Larasati Tiara Medyasari 1, Muhtarom 2, Sugiyanti 3 Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang 1.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS MULTIMEDIA DITINJAU DARI

NASKAH PUBLIKASI EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING

STUDI PERBANDINGAN ANTARA STRATEGI PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN EKSPOSITORI TERHADAP KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh : VERA LUSIANA A

Mahasiswa Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dosen Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Alamat Korespondensi: Jalan Ir. Sutami No 36 A Kentingan Surakarta, , 3)

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DAN RT PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN

PYTHAGORAS, 4(2): 1-11 Oktober 2015 ISSN Cetak:

Institut Agama Islam Ma arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS PADA MATERI POKOK SEGITIGA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH PROGRAM LINEAR

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Penemuan Terbimbing dan Model Pengajaran Langsung

EKSPERIMENTASI PENDEKATAN CTL BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

NASKAH PUBLIKASI EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI NUMBERED HEAD TOGETHER DAN SNOWBALL DRILLING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA

Yudhi Hanggara 1, Wajubaidah

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STAD DENGAN DEMONSTRASI GEOGEBRA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE JIGSAW DAN GROUP INVESTIGATIONN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI OPTIMISME SISWA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMANDIRIAN SISWA

Eksperimentasi Pembelajaran GI dan GI-PP Ditinjau dari Sikap Mahasiswa Terhadap Matematika

FITRIYANA RAHMAWATI A

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN METODE PENEMUAN BERBANTUAN INTERACTIVE MULTIMEDIA DITINJAU DARI RESPON BELAJAR

Eksperimentasi Model Pembelajaran RME, NHT, dan MPL Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Balikpapan

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN)

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia 2

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN DAN PEMECAHAN MASALAH (JUCAMA) DAN PROBLEM BASED LEARNING

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 2, Juli 2015

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBASIS ASSESSMENT FOR LEARNING

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER DAN CIRCUIT LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI DISPOSISI MATEMATIS

Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 7, No. 1, 2016, Hal

STUDI KOMPARASI TIPE STAD DAN TGT PADA MATERI KOLOID DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2011/2012

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (CTL) DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN LKS KOMUNIKATIF DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECKS BERBANTUAN KARTU DOMINO DENGAN MELIHAT KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION

Muhammadiyah Surakarta. Muhammadiyah Surakarta. Muhammadiyah Surakarta Alamat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

EFEKTIFITAS MODEL DIRECT INSTRUCTION DENGAN ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) PADA MATERI POKOK PERSAMAAN GARIS LURUS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENDAHULUAN Pendidikan pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

* Keperluan korespondensi,

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Kata kunci: Model Make a Match, prestasi belajar, motivasi belajar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI DAN MOTIVASI BELAJAR

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA MATERI BANGUN DATAR SEGITIGA

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Abstrak. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika

FACILITATOR TERHADAP. Naskah Publikasi. Diajukan oleh INDRA A FAKULTA

Nurul Farida Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

PROSIDING ISBN :

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TAPPS DAN PS PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Oleh: MAHFIATI A

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 45 hingga 53

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

STUDI KOMPARASI METODE PROBLEM SOLVING DAN PROBING PROMPTING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MTs NEGERI PURWOREJO

*Keperluan korespondensi : , ABSTRAK

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA MATA KULIAH STATISTIKA NON PARAMETRIK

Mahasiswa S1 Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia ABSTRAK

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Matematika OLEH:

STUDI PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: Kusmiyati Fibriana Sari

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

PENERAPAN PENDEKATAN OPEN-ENDED

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

Transkripsi:

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM DAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ATURAN SINUS, KOSINUS, DAN LUAS SEGITIGA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA Fitri Rahmawati 1), Laila Fitriana 2), Rubono Setiawan 3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 2), 3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 1) fitrirahma66.fr@gmail.com, 2) lailafitriana_fkip@staff.uns.ac.id, 3) rubono.matematika@gmail.com Alamat Instansi: Gedung D lantai 1, Jalan Ir. Sutami 36A, Surakarta, Jawa Tengah 57127 ABSTRAK Tujuan Penelitian untuk mengetahui (1) manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dan Discovery Learning; (2) manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi atau sedang, tinggi atau rendah, maupun sedang atau rendah; (3) pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan motivasi belajar tinggi atau sedang, tinggi atau rendah, maupun sedang atau rendah; (4) pada masing-masing tingkat motivasi belajar matematika, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kuantum dan model Discovery Learning pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga.Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas X IPS semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Sampel yang digunakan yaitu 2 kelas dengan jumlah total siswa kedua kelas tersebut adalah 60 siswa. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) model pembelajaran Kuantum memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model Discovery Learning; (2) siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa motivasi belajar matematika sedang maupun rendah; (3) pada masing-masing model pembelajaran, siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi menghasilkan prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang maupun rendah; (4) Pada masing-masing motivasi belajar matematika, pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model Discovery Learning pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Kata kunci : Pembelajaran Kuantum, Discovery Learning, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 82

PENDAHULUAN Pada era globalisasi saat ini, kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Adapun sumber daya manusia itu sendiri banyak dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang ditempuhnya. Dengan demikian untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, perlu adanya pengelolaan yang baik terhadap sistem pendidikan sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia yang mampu bersaing di era globalisasi. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan melakukan perbaikan dan inovasi terhadap kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan masih terus dilakukan perbaikan adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menganut teori belajar konstruktivisme dengan pendekatan saintifik. Menurut Buku Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas X Kurikulum 2013 yang merupakan acuan bagi guru untuk mengajar, ada beberapa model pembelajaran yang disarankan diantaranya Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Kontekstual dan Discovery Learning. Model pembelajaran tersebut dinilai sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme dengan pendekatan saintifik. Namun pada kenyataannya, selama peneliti melakukan observasi di SMA Negeri 5 Surakarta serta wawancara dengan guru, meskipun telah dilakukan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yaitu menggunakan pendekatan saintifik serta menggunakan model pembelajaran yang menganut teori konstruktivisme, salah satunya belajar penemuan atau Discovery Learning, masih diperoleh prestasi belajar siswa yang belum memuaskan. Salah satu materi yang diajarkan pada jenjang SMA ialah materi trigonometri, dimana salah satu sub babnya ialah Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Trigonometri baru pertama kali diterima oleh siswa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Sehingga materi ini dapat dikatakan materi baru dan awam bagi siswa SMA. Terlebih diperlukan pemahaman tentang perbandingan trigonometri sebelum masuk pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Sehingga materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga ini tergolong cukup sulit bagi Siswa Menengah Atas (SMA). Hal ini didukung oleh hasil PAMER UN 2016 di SMA Negeri 5 Surakarta kelas IPS dimana hasil Geometri dan Trigonometri memperoleh hasil terendah dibanding bidang matematika lainnya, dengan nilai rata-rata sekolah 49,59. Berdasarkan observasi yang diperoleh peneliti di SMA Negeri 5 Surakarta menunjukkan pada materi fungsi kelas X sebanyak 59,375% siswa belum mampu mencapai batas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu memperoleh nilai minimal 75 dari skala 0 100. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa dan guru, meskipun pembelajaran dilakukan dengan menekankan keaktifan siswa,akan tetapi proses belajar mengajar cenderung kaku. Dalam proses belajar mengajar yang menggunakan model Discovery Learning, keterampilan Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 83

siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dinilai kurang karena proses belajar mengajar cenderung terfokus pada penemuan pengetahuan. Sebagaimana salah satu kelemahan Discovery Learning ialah terlalu mementingkan proses pengertian, kurang memperhatikan pembentukan sikap dan keterampilan siswa [8]. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengeksperimentasikan model pembelajaran yang berbeda pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Model pembelajaran ini haruslah suatu model yang dapat menciptakan suasana yang tidak kaku di dalam kelas serta lebih mengasah keterampilan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan. Selain itu model ini juga tidak boleh meninggalkan karakteristik dari kurikulum 2013, yaitu berlandaskan teori konstruktivisme serta mendorong siswa untuk aktif baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar megajar. Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme, menuntut keaktifan siswa, serta bercirikan suasana yang menyenangkan saat kegiatan belajar mengajar ialah model pembelajaran Kuantum. Pembelajaran Kuantum merupakan model pembelajaran yang berprinsip bahwa sugesti mempengaruhi prestasi belajar dan setiap detail apapun dapat memberikan sugesti baik positif ataupun negatif [2]. Prestasi belajar yang memuaskan tentu saja tidak terlepas dari faktor internal dalam diri siswa.salah satunya ialah motivasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan terlihat melaui kesungguhannya untuk terlibat dalam kegiatan belajar, seperti aktif bertanya, mencatat, mengemukakan pendapat, mempraktekkan, mengerjakan latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran [3]. Pada pembelajaran Kuantum, motivasi menentukan usaha anak dalam belajar, dengan adanya usaha yang tekun yang didasarkan pada motivasi maka akan melahirkan prestasi yang baik [5]. Penelitian yang dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa pembelajaran Kuantum mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran Kuantum mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran langsung [6]. Pembelajaran Kuantum juga mampu memberikan peningkatan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa yang sebelumnya menggunakan model Discovery Learning[11]. Peneliti memilih untuk meneliti model pembelajaran Kuantum pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga kelas X SMA semester 2. Peneliti ingin mengetahui apakah model pembelajaran Kuantum dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran yang sudah digunakan sebelumnya, yaitu Discovery Learning dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Tujuan dari penelitian ini ialah: (1) manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dan Discovery Learning; (2) manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 84

baik antara siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi atau sedang, tinggi atau rendah, maupun sedang atau rendah; (3) pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan motivasi belajar tinggi atau sedang, tinggi atau rendah, maupun sedang atau rendah; (4) pada masing-masing tingkat motivasi belajar matematika, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara model pembelajaran kuantum dan model Discovery Learning pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang berfokus pada penemuan masalah yang berasal dari pengalaman-pengalaman nyata siswa [1]. Langkah-langkah atau sintaks dalam Discovery Learning yaitu: (1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan), pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya; (2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), setelah dilakukan stimulasi, selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran. Kemudian berdasarkan pernyataan yang dipilih, selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dan disusun hipotesis yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas permasalahan yang diajukan; (3) Data collection (pengumpulan data), kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya yang relevan untuk menentukan benar tidaknya hipotesis; (4) Data processing (pengolahan data), merupakan proses mengolah data oleh para siswa yang diperoleh dari pengumpulan data; (5) Verification (pembuktian), berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang dirumuskan kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak; (6) Generalization (penarikan kesimpulan), merupakan proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama [7]. Pembelajaran Kuantum yaitu pengajaran yang mengubah suasana yang menyenangkan serta mengubah bakat dan kemampuan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi siswa sendiri maupun orang lain [5]. Menurut DePorter dalam [10], langkah-langkah pembelajaran Kuantum ialah: (1) Tumbuhkan, yaitu menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan; (2) Alami, pada tahap ini guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman yang dapat dimengerti siswa; (3) Namai, pada tahap ini guru menyampaikan kata kunci, konsep, model, rumus maupun strategi atas pengalaman yang diperoleh siswa; (4) Demonstrasi, pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka; (5) Ulangi, tahap ulangi ini dapat dilakukan dengan menegaskan kembali pokok materi, memberi kesempatan siswa untuk mengulang dengan teman, maupun melalui latihan soal; (6) Rayakan, tahap ini merupakan wujud pengakuan karena telah Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 85

berpartisipasi dan memperoleh keterampilan atas ilmu pengetahuan. Motivasi belajar ialah serangkaian kegiatan untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau melakukan sesuatu dan bila dalam dirinya timbul rasa tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak sukanya. Dalam pembelajaran motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberi arah kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Hasil belajar akan optimal jika ada motivasi yang tepat [9]. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk pada penelitian eksperimental semu karena tidak semua variabel yang relevan dilakukan kontrol atau manipulasi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Surakarta dengan populasi siswa kelas X IPS tahun pelajaran 2016/2017. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu seluruh siswa kelas X IPS 4 sebagai kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas X IPS 3 sebagai kelas kontrol dengan teknik pengambilan sampel yaitu cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi untuk mengumpulkan data yang berupa data nilai UAS matematika semester 1, metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga serta metode angket untuk mengumpulkan data motivasi belajar matematika siswa siswa. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran dan motivasi belajar. Model pembelajaran (A) yang digunakan adalah model Pembelajaran Kuantum (A1) dan model Discovery Learning (A2), sedangkan motivasi belajar (B) dibagi menjadi motivasi belajar tinggi (B1), sedang (B2), dan rendah (B3). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dilanjutkan uji pasca anava dengan menggunakan metote Scheffe. Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan metode Bartlett. Hipotesis ujinya sebagai berikut: H0A : = 0 untuk setiap i = 1, 2 i H1A : ada i yang tidak sama dengan nol H0B : = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 j H1B : ada j yang tidak sama dengan nol H0AB : = 0 untuk setiap i = 1, 2 ij dan j = 1, 2, 3 H1AB : ada ij yang tidak sama dengan nol HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan analisis, dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing sampel dari kelas model Pembelajaran Kuantum, kelas model Discovery Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 86

Learning, siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi, sedang, dan rendah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas dapat disimpulkan bahwa masing-masing sampel dari model pembelajaran dan motivasi belajar matematika berasal dari populasi yang homogen. Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, kemudian dilakukan uji anava dua jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan perhitungan uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa = 13.7816>4,01 = F(0,05;1;54) dan Fa adalah anggota daerah kritik maka diambil keputusan uji H0Aditolak. Karena H0A ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Hal ini berarti kedua model pembelajaran (Pembelajaran Kuantum dan Discovery Learning) memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap prestasi belajar matematika pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Karena hanya ada dua model maka untuk mengetahui mana yang menghasilkan rerata yang lebih tinggi, cukup dilihat melalui rataan marginalnya. Rataan marginal untuk model pembelajaran Kuantum adalah72.57 sedangkan untuk model Discovery Learning diperoleh rataan marginalnya adalah 57, dari rataan marginal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kuantum memberikan hasil yang lebih baik daripada model Discovery Learning pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Model pembelajaran Kuantum mampu menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran Kuantum bukan hanya menekankan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran akan tetapi juga menekankan pada proses belajar dan mengajar yang menyenangkan. Situasi yang demikian tersebut sesuai dengan salah satu kelebihan pembelajaran Kuantum yaitu proses pembelajaran berlangsung lebih nyaman dan menyenangkan [10]. Salah satu sintaks dalam model pembelajaran Kuantum yang menonjolkan pembelajaran yang menyenangkan ini adalah Rayakan, dimana siswa diberi penghargaan dan pengakuan karena telah berpartisipasi dan memperoleh keterampilan atas ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang bersifat fleksibel, yang diwujudkan dengan pembelajaran di luar kelas, juga sangat mendukung tercapainya kenyamanan dalam proses pembelajaran. Sehingga dalam praktiknya di kelas, siswa lebih bersemangat dan menikmati proses dalam mempelajari materi pada tiap pertemuan. Pembelajaran Kuantum juga mengandung sintaks Demonstrasi dan Ulangi dimana siswa didorong untuk mengaplikasikan serta memperkuat struktur kognitifnya. Hal inilah yang membuat model pembelajaran Kuantum mampu menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa model pembelajaran kuantum mampu meningkatkan prestasi akademik siswa [4]. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh Fb= 1.7035> 3,16 = F(0,05;2;54), sehingga Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 87

Fb bukan anggota daerah kritik maka diambil keputusan uji H0B tidak ditolak, dengan H0B yaitu tidak ada perbedaan pengaruh antara motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar. Karena H0B tidak ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga kategori motivasi belajar matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) memberikan pengaruh yang tidak berbeda signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Hal ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan, bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi tinggi pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga, lebih baik dari siswa dengan motivasi sedang maupun rendah dan prestasi belajar matematika siswa dengan motivasi sedang sama dengan siswa dengan motivasi rendah. Proses pembelajaran di kelas, baik di kelas kontrol (Discovery Learning) maupun di kelas eksperimen (Pembelajaran Kuantum), keduanya menonjolkan keaktifan siswa yang tercermin dalam sintaksnya. Dimana dalam Discovery Learning terdapat sintaks Stimulasi, Identifikasi Masalah, Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Verifikasi, dan Penarikan Kesimpulan. Sedangkan dalam model Pembelajaran Kuantum, sintaksnya yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan. Siswa dengan segala tingkat motivasi belajar dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Inilah yang membuat motivasi awal siswa tidak begitu berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena apapun tingkat motivasinya, siswa tetap mengikuti proses pembelajaran dengan aktif sesuai dengan sintaks yang telah ditetapkan. Dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh Fab = 0.0245 3,16 = F(0,05;2;54), sehingga Fab bukan merupakan anggota daerah kritik yang mengakibatkan H0AB tidak ditolak, dengan H0AB yaitu tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar matematika siswa. Karena H0AB tidak ditolak ini berarti dapat diambil kesimpulan bahwa pada masing-masing model pembelajaran, siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan motivasi belajar matematika sedang maupun rendah pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan bahwa baik pada model pembelajaran Kuantum maupun Discovery Learning, siswa dengan motivasi belajar yang tinggi akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan motivasi belajar sedang maupun rendah pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Perbedaan ini disebabkan karena pada pembelajaran Kuantum, salah satu kelebihannya yaitu siswa didorong untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri [10], dimana baik siswa dengan tingkat motivasi tinggi, sedang, maupun rendah akan sama-sama aktif selama proses pembelajaran. Selain Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 88

aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa dengan model Pembelajaran Kuantum juga dituntut untuk mampu mengaitkan materi yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang menyenangkan. Sehingga baik kelompok siswa dengan motivasi tinggi, sedang maupun rendah sama-sama mampu menghidupkan suasana belajar yang menyenangkan. Inilah yang membuat siswa dengan segala tingkat motivasi belajar memiliki keaktifan dan ketertarikan yang sama selama proses pembelajaran. Siswa pada model Discovery Learning juga dituntut untuk aktif dalam proses pembelajarannya. Sebagaimana salah satu keunggulan model Discovery Learning adalah meningkatkan kepercayaan diri siswa dengan proses penemuan sendiri [8]. Sehingga apapun tingkat motivasinya, siswa dituntut aktif selama proses pembelajaran. Tidak berpengaruhnya motivasi belajar pada model Discovery Learning juga disebabkan karena pada model ini siswa difokuskan pada proses penemuan sehingga keterampilan siswa dalam mengerjakan berbagai model soal secara keseluruhan masih kurang. Siswa dengan kategori motivasi tinggi, sedang, maupun rendah akan sama-sama berhasil mengikuti proses pembelajaran dalam tiap pertemuan jika sudah menemukan pengetahuan yang dipelajari hari itu tanpa adanya pendalaman dan latihanlatihan soal. Hal ini sesuai dengan kelemahan model Discovery Learning diantaranya terlalu mementingkan proses pengertian, kurang memperhatikan pembentukan sikap dan keterampilan siswa serta tidak memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir kreatif [8], inilah yang menyebabkan siswa dengan tingkat motivasi tinggi, sedang, maupun rendah tidak memperoleh prestasi belajar yang berbeda signifikan dengan model Discovery Learningpada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Dari hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama diperoleh Fab = 0.0245 3,16 = F(0,05;2;54), sehingga Fab bukan merupakan anggota daerah kritik yang mengakibatkan H0AB tidak ditolak.ini berarti dapat diambil kesimpulan bahwa pada masing-masing tingkat motivasi belajar matematika, pembelajaran dengan menggunakan model Kuantum menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning. Ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan bahwa untuk siswa dengan motivasi belajar yang tinggi, prestasi belajar pada model pembelajaran Kuantum akan sama baiknya dengan prestasi belajar pada model Discovery Learning. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar sendang dan rendah, prestasi belajar pada model pembelajaran Kuantum akan lebih baik daripada prestasi belajar dengan model Discovery Learningpada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Model pembelajaran Kuantum, pada kelompok motivasi yang tinggi mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model Discovery Learning karena pada model pembelajaran Kuantum keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal digali lebih mendalam. Jika dalam model Discovery Learning hanya berfokus pada penemuan pengetahuan, model pembelajaran Kuantum juga terdapat Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 89

sintaks Demonstrasi dan Ulangi yang menggali lebih dalam keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah, sudah sesuai dengan hipotesis bahwa prestasi belajar pada model pembelajaran Kuantum akan lebih baik daripada prestasi belajar dengan model Discovery Learningpada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Karena pada model pembelajaran Kuantum, siswa dengan motivasi belajar sedang dan rendah akan dihadapkan pada situasi belajar yang menyenangkan sehingga mampu meningkatkan minat dan kelancaran siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Model pembelajaran Kuantum menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan model Discovery Learning pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga; (2) Motivasi belajar matematika siswa tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga. Siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa motivasi belajar matematika sedang maupun rendah; (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar matematika terhadap prestasi belajar yang dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Baik pada model pembelajaran Kuantum maupun Discovery Learning, siswa dengan motivasi belajar yang tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan motivasi belajar sedang maupun rendah pada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga; (b) Baik pada tingkat motivasi belajar matematika tinggi, sedang maupun rendah, prestasi belajar pada model pembelajaran Kuantum lebih baik daripada prestasi belajar pada model Discovery Learningpada materi Aturan Sinus, Kosinus dan Luas Segitiga. Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah guru dapat menggunakan model pembelajaran Kuantum sebagai salah satu alternatif guna menghasilkan prestasi yang lebih baik pada materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga, untuk peneliti lain dapatdicoba mengembangkan model pembelajaran Kuantum pada materi selain materi Aturan Sinus, Kosinus, dan Luas Segitiga tentunya dengan memperhatikan kelebihan maupun kekurangan pada model pembelajaran Kuantum. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, peneliti juga menyarankan kepada peneliti lain agar memperhatikan materi yang dipilih benar-benar dapat dikembangkan dengan model pembelajaran Kuantum serta diperhatikan dengan lebih seksama adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Anam, K. (2016). Pembelajaran Berbasis Ikuiri Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 90

[2] Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. [3] Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. [4] Bahaddin, M. & Yusuf, A.Y. (2014). An Investigation the Effect of Quantum Learning Approach on Primary School 7 th Grade Students Science Achievement, Retention and Attitude.Educational Research Association The International Journal of Research in Teacher Education, 5 (2), 11-23. [5] Cahyo, A.N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press. [6] Danaryanti, A. & Sari, D.P. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Prestasi belajar Siswa Kelas XI SMA.Jurnal Pendidikan Matematika, 2 (1), 29-36. [7] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2013). Model Pembelajaran Penemuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. [8] Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. [9] Sardiman, A.M. (2014). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. [10] Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. [11] Yanuarti, A. & Sobandi, A. (2016). Upaya Meningkatkan Prestasi belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching.Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1 (1), 11-18. Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika (JPMM) Solusi Vol.I No.6 September 2017 91